Inabah – Kembali kepada Allah

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad , keluarga dan sahabatnya.

Kitab Tsalastatul Ushul

Landasan Pertama: Mengenal Allah

Ibadah dan Bentuk-Bentuknya: Inabah – Kembali kepada Allah

Terjemahan Kitab

Dalil inabah adalah firman (Allah) Ta’ala:

وَأَنِيبُوٓا۟ إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا۟ لَهُۥ

“Dan kembalilah kalian kepada Rabb kalian, dan berserahdirilah kepada-Nya (Al-Zumar: 54)

Pembahasan

Pertama: Definisi Inabah

Makna global inabah adalah kembali kepada Allah. Inabah hati artinya cinta kepada Allah, mengingat Allah, dan membesarkan Allah. Adapan anggota badannya menunjukan inabah hati nya yaitu selalu dalam ketaatan, ikhlas akan ibadah yang dilakukan dan mencontoh nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Makna terperinci dari Inabah, mengandung empat perkara:

  1. Kecintaan kepada Allah
  2. Tunduk dan merendah kepada Allah
  3. Selalu menghadap menuju kepada Allah
  4. Berpaling dari segala yang selain dari Allah.

Taubat termasuk salah satu bentuk dari Inabah, yaitu kembali kepada Allah. Akan tetapi inabah cakupannya lebih luas.

Kedua: Tafsir ayat surat Al-Zumar yang menunjukkan bahwa inabah adalah ibadah

Dalil inabah terdapat pada surat Al-Zumar ayat 4. “Dan kembalilah kepada Rabb kalian dan berserah dirilah kepada -Nya.”

Berislam atau berserah diri dengan segala bentuk keislaman. Terdapat dua bentuk dalam berislam, yaitu islam kauni dan islam syar’i. Islam kauni artinya ketundukan kepada setiap ketentuan Allah Subhanahu Wata’alla. Adapaun islam syar’i adalah ketundukan terhadap syariat Allah.

Ketika Allah memerintahkan untuk “Kembalillah kalian kepada Rabb kalian“, maka menunjukkan Allah cinta kepada hal tersebut. Sesuatu yang dicintai oleh Allah, maka itu adalah ibadah. Apabila sesuatu itu Ibadah, maka kaidahnya harus ikhlas hanya untuk Allah. Apabila menyerahkannya kepada selain Allah, maka kesyirikan.

Wallahu Ta’ala ‘Alam

Sumber:

  • Diktat, Silsilah yang menyelamatkan dari Api Neraka 2, Menjawab Tiga Pertanyaan Malaikat di Alam Kubur, Dzulqarnain M. Sunusi, Pustaka As-Sunnah, 2017
  • Seri Buku-Buku Aqidah, Agar Mudah Menjawab Tiga Pertanyaan Malaikat, Terjemah Kitab Tsalatsatul Ushul, Bambang Abu Ubaidillah, Madrosah Sunnah

Khasyyah – Takut

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad , keluarga dan sahabatnya.

Kitab Tsalastatul Ushul

Landasan Pertama: Mengenal Allah

Ibadah dan Bentuk-Bentuknya: Khasyyah – Takut

Terjemahan Kitab

Dalil khasyyah adalah firman (Allah) Ta’ala:

فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَٱخْشَوْنِى

Maka janganlah kalian takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku (saja)” (Al-Baqarah: 150)

Pembahasan

Pertama: Definisi Khasyyah

AL-Khasyyah sama dengan Al-Khauf yang artinya rasa takut akan tetapi perbedaannya Al-Khasyyah disertai dengan ilmu pengetahun terhadap siapa yang dia takuti. Permisalan dari Al-Khauf adalah apabila seseorang takut kepada seseorang akan tetapi dia belum melihat orang yang ditakuti tersebut, dia belum tahu apakah bisa mengalahkannya atau tidak. Sedangkan Al-Khasyyah apabila takut kepada seseorang dan dia tahu orang yang dia takuti tersebut bisa membahayakannya.

Sifat Al-Khasyyah disandarkan kepada ulama, sebagaimana ayat berikut:

إِنَّمَا يَخْشَى ٱللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ ٱلْعُلَمَـٰٓؤُا۟ ۗ

Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama” (Fatir: 28)

Para ulama adalah orang-orang yang mengerti akan keagungan dan kebesaran Allah.

Sama halnya dengan Al-Khauf dalam Al-Khasyyah juga harus ada Raja (rasa harapan) sehingga tidak menjadi putus asa demikian juga sebaliknya Raja’ tanpa adanya Khasyyah akan menyebabkan merasa aman dari makar Allah.

Kedua: Tafsir ayat surat Al-Baqarah yang menunjukkan bahwa khasyyah adalah ibadah

Dalil Khasyyah adalah “Maka janganlah kalian takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku (saja)“.

Terdapat dua pendalilan:

  1. Dilarang takut kepada mereka.
  2. Diperintah takut kepada Allah semata.

Peintah untuk takut kepada Allah menunjukan bahwa khasyyah adalah sesuatu yang di ridhai Allah. Sesuatu yang di ridhai Allah adalah ibadah. Ibadah harus dilakukan dengan ikhlas untuk Allah semata. Sehingga Khasyyah kepada selain Allah, maka itu adalah kesyirikan.

Wallahu Ta’ala ‘Alam

Sumber:

  • Diktat, Silsilah yang menyelamatkan dari Api Neraka 2, Menjawab Tiga Pertanyaan Malaikat di Alam Kubur, Dzulqarnain M. Sunusi, Pustaka As-Sunnah, 2017
  • Seri Buku-Buku Aqidah, Agar Mudah Menjawab Tiga Pertanyaan Malaikat, Terjemah Kitab Tsalatsatul Ushul, Bambang Abu Ubaidillah, Madrosah Sunnah

Raghbah ‘Harap’, Rahbah ‘Takut’, dan Khusyuk

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad , keluarga dan sahabatnya.

Kitab Tsalastatul Ushul

Landasan Pertama: Mengenal Allah

Ibadah dan Bentuk-Bentuknya: Raghbah ‘Harap’, Rahbah ‘Takut’, dan Khusyuk

Terjemahan Kitab

Dalil raghbah, rahbah, dan khusyuk adalah firman (Allah) Ta’ala,

إِنَّهُمْ كَانُوا۟ يُسَـٰرِعُونَ فِى ٱلْخَيْرَٰتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًۭا وَرَهَبًۭا ۖ وَكَانُوا۟ لَنَا خَـٰشِعِينَ

“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas . Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami.” (Al-Anbiya: 90)

Pembahasan

Pertama: Definisi raghbah, rahbah, dan khusyuk

Ar-raghbah artinya mencari jalan untuk sampai kepada sesuatu yang dicintai. Definisinya hampir sama dengan Ar-raja’ yaitu semangat, ketamakan atau keinginan untuk mencapai sesuatu yang diharapkan. Persamaan keduanya adalah sama-sama harapan. Adapun perbedaaanya adalah, ar-raja berarti keinginan akan tetapi ar-raghbah berarti menempuh jalan untuk kesana.

Misalnya seseorang ingin masuk surga. Keinginan untuk masuk surga adalah raja. Kemudian untuk masuk surga, maka semangat beramal shaleh. Semangat beramal shaleh tersebut adalah raghbah. Bisa juga dikatakan hasil dari raja adalah raghbah atau keinginan untuk masuk surga menghasilkan semangat dalam mencari amal shaleh.

Ar-rahbah adalah rasa takut. Hampir sama dengan Al-Khauf. Akan tetapi Ar-Rahbah ada amalan untuk menghindari rasa takut.

Ibnul Qoyim berkata Ar-rahbah adalah memperhatikan dengan seksama bagaimana lari dari hal yang tidak baik. Sehingga tidak hanya takut tapi mencari jalan untuk lari darinya.

Khauf lawannya adalah Raja sedangkan Raghbah lawannya adalah Rahbah.

Al-Khusyuk adalah merendah kepada keagungan Allah. Khusyuk ada pada hati dan anggota badan. Khyusuk juga berarti menundukan kepada Allah, tenang, tumaninah. Asalnya khusyuk adalah dalam hati yang kemudian menghasilkan buahnya pada anggota badan.

Kedua: Tafsir ayat surat Al-Anbiya yang menunjukkan bahwa raghbah, rahbah, dan khusyuk adalah ibadah

Dalil raghbah, rahbah, dan khusyuk adalah firman (Allah) Ta’ala dalam surat Al-Anbiya ayat 90. Dalam surat Al-Anbiya disebutkan Nab-Nabi, kemudian ayat ini, “Sesungguhnya mereka (para nabi) bersegera dalam kebaikan”. Bersegera menunjukan kecintaan sehingga bersegera dalam kebaikan. Mereka beribadah kepada Kami dengan raghbah rasa harapan dan rahbah rasa takut. Rasa takut dan harapan ini disertai dengan amalan. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk.

Sehingga jelas sisi pendalilan bahwa mereka dipuji oleh Allah karena mereka beribadah dengan raghbah, rahbah, dan khusyuk. Sesuatu yang dipuji oleh Allah berarti sesuatu itu dicintai dan diridhai oleh Allah. Karena raghbah, rahbah, dan khusyuk dicintai dan diridhai oleh Allah, maka ketiganya adalah Ibadah. Kaidahnya dalam Ibadah harus ikhlash kepada Allah dan apabila dipalingkan untuk selain Allah maka hukumnya kesyirikan.

Wallahu Ta’ala ‘Alam

Sumber:

  • Diktat, Silsilah yang menyelamatkan dari Api Neraka 2, Menjawab Tiga Pertanyaan Malaikat di Alam Kubur, Dzulqarnain M. Sunusi, Pustaka As-Sunnah, 2017
  • Seri Buku-Buku Aqidah, Agar Mudah Menjawab Tiga Pertanyaan Malaikat, Terjemah Kitab Tsalatsatul Ushul, Bambang Abu Ubaidillah, Madrosah Sunnah

Tawakkal

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad , keluarga dan sahabatnya.

Kitab Tsalastatul Ushul

Landasan Pertama: Mengenal Allah

Ibadah dan Bentuk-Bentuknya: Tawakkal

Terjemahan Kitab

Dalil tawakkal adalah firman (Allah) Ta’ala,

وَعَلَى ٱللَّهِ فَتَوَكَّلُوٓا۟ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

“Dan hanya kepada Allah-lah kalian bertawakkal, jika kalian benar-benar orang yang beriman” (Al-Ma’idah: 23)

Juga firman (Allah) Ta’ala:

وَعَلَى ٱللَّهِ فَتَوَكَّلُوٓا۟ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

“Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya” (Ath-Thalaq: 3)

Pembahasan

Pertama: Definisi Tawakkal

Tawakkal artinya ketulusan didalam menyerahkan diri dan bersandar kepada Allah serta menampakan kelemahannya.

Tawakkal adalah wasilah menuju Inaba (jenis ibadah yang akan dibahas selanjutnya).

Hakikat pada Tawakkal:

  1. Bersandarnya hati hanya kepada Allah Subhanahu Wata’ala semata.
  2. Mengambil sebab.
  3. Tidak melihat kepada sebab setelah mendapatkan apa yang dicari.

Misalnya tawakkal orang yang sakit, maka pertama sandarkan sakitnya kepada Allah, berserah diri kepada Allah, tampakkan kelemahannya dan bersandar penuh kepada Allah.

Kedua, mengambil sebab dengan berobat ke dokter. Nabi memerintahkan untuk berobat, “Berobatlah hamba-hamba Allah“.

Dalam hadits Umar bin Khatab Radhyiallahu Anhu, Nabi Shallallahu Wasallam bersabda, “Andaikata kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, maka kalian akan diberi rezeki seperti burung diberi rezeki. Pergi diwaktu pagi dalam perut kosong dan kembali diwaktu sore dalam keadaan sudah penuh“. Burung diberi rezeki dengan tidak diam di sarangnya, akan tetapi burung keluar mencari rezeki. Dengan keluar dari sangkarnya, maka burung telah mengambil sebab. Burung tidak mempunyai gudang makanan disarangnya tapi bertawakal dengan upayanya.

Nabi Nuh Alaihi Salam ketika akan diselamatkan bersama kaumnya disuruh mengambil sebab dengan membuat perahu agar selamat. Allah maha mampu menyelamatkan tanpa ada perahu, tidak ada kesulitan bagi Allah. Akan tetapi sudah digariskan dalam kehidupan harus mengambil sebab.

Mariam Alaihi Salam ketika akan melahirkan, disuruh melahirkan dibawah pohon kurma. Diperintah untuk menggerakan dari ranting atau dahan pohon kurma agar berjatuhan kurma-kurma basah. Padahal pohon kurma apabila dipukul keraspun tidak jatuh buahnya kebawah. Akan tetapi Allah menyuruh untuk mengambil sebab agar buahnya jatuh.

Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam berperang dengan baju besi, masuk ke Mekkah memakai topi besai. Semuanya ini adalah mengambil sebab.

Ketiga, apabila telah sembuh dengan berobat, maka jangan dibilang bahwa kesembuhannya dikarenakan obat nya. Akan tetapi disandarkan semata kepada Allah Ta’ala, anugerah dari Allah. Dia lah yang memberikan kesembuhan.

Kedua: Bentuk-bentuk Tawakkal

Syeikh Al-Utsaimin Rahimahullah Ta’ala menyebutkan empat bentuk tawakkal:

  1. Bersandar kepada Allah, ini yang telah dibahas diatas
  2. Tawakkalu Sirr, yaitu bersandar kepada orang yang sudah mati dalam mendatangkan manfaat atau menolak bahaya. Ini termasuk dalam syirik akbar.
  3. Tawakkal kepada orang lain yang bisa dilakukan oleh orang tersebut akan tetapi dia merasa tingginya derajat orang tersebut dan rendahnya derajat dia. Ini termasuk syirik asghar dikarenakan kuatnya ketergantungan hati dan bersndar kepada orang. Misalkan ada orang yang bersandar dalam rezekinya kepada seseorang. Dia melihat orang tersebut punya kedudukan yang tinggi dan tanpa orang ini, dia tidak bisa seperti itu. Maka ini adalah bentuk syirik asghar, karena dia sangat kuat bergantung kepada orang tersebut. Adapun menjadikan orang tersebut hanya sebagai sebab saja dengan tetapi bersandar kepada Allah Ta’ala, maka tidak mengapa. Dilihat dari kekuatan bersandarnya hati kepada seseorang agar tidak berlebihan.
  4. Taukil yaitu diwakilkan kepada orang lain apa yang dikerjakan. Misalnya mewakilkan kepada orang lain dalam pekerjannya. Hal ini tidak ada masalah.

Ketiga: Tafsir dua ayat yang berisi dalil bahwa tawakkal adalah ibadah

(tidak ada penjelasannya)

Wallahu Ta’ala ‘Alam

Sumber:

  • Diktat, Silsilah yang menyelamatkan dari Api Neraka 2, Menjawab Tiga Pertanyaan Malaikat di Alam Kubur, Dzulqarnain M. Sunusi, Pustaka As-Sunnah, 2017
  • Seri Buku-Buku Aqidah, Agar Mudah Menjawab Tiga Pertanyaan Malaikat, Terjemah Kitab Tsalatsatul Ushul, Bambang Abu Ubaidillah, Madrosah Sunnah

Raja’ (Pengharapan)

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad , keluarga dan sahabatnya.

Kitab Tsalastatul Ushul

  • Penulis: Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah Ta’alla
  • Penjelasan: Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi Hafizahullah.
  • Rekaman video kajian: Landasan Pertama: Mengenal Allah

Landasan Pertama: Mengenal Allah

Ibadah dan Bentuk-Bentuknya: Raja’ (Pengharapan)

Terjemahan Kitab

Dalil raja’ adalah firman (Allah) Ta’ala,

فَمَن كَانَ يَرْجُوا۟ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًۭا صَـٰلِحًۭا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًۢا

Untuk itu, barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal shalih dan janganlah berbuat kesyirikan dengan seorangpun dalam beribadah kepada Rabb-Nya (Al-Kahf: 110)

Pembahasan

Pertama: Definisi Raja’

Raja’ (pengharapan) merupakan ibadah hati. Raja’ artinya seseorang menghendaki untuk meraih sesuatu yang diharapkan. Dalam raja’ terkandung penghinaan diri dan ketundukan.

Kedua: Bentuk-bentuk raja’

Raja’ terbagi tiga jenis dimana dua terpuji dan satu tercela:

Dua Raja’ yang terpuji.

  1. Seorang yang beramal dengan ketaatan sesuai dengan petunjuk dari Allah, dia mengharapkan pahala dari Allah.
  2. Seorang yang berbuat dosa kemudian bertobat dari dosanya, dia mengharapkan pengampunan dan maaf dari Allah.

Adapun raja’ yang tidak terpuji adalah seorang yang terus menerus dalam kelalaian dan dosa, dia mengharap rahmat Allah tanpa beramal. Ini namanya tertipu atau berangan-angan.

Tiga pokok ibadah hati: khauf, raja’, dan mahabah. Ulama mengatakan ketiga ini sebagai yang menggerakan hati kepada Allah. Rasa cintanya membuat seseroang mempunyai arah. Rasa berharapnya yang membahwa seseorang berjalan kedepan. Adapun rasa takutnya adalah yang menghardik seseorang dari belakang.

Sebab munculnya raja’ pada seorang hamba:

  1. Banyak berdizkir mengingat Allah yang dicintai.
  2. Banyak memperhatikan nikmat dan karunia dari Allah.
  3. Pengetahuan tentang nama-nama dan sifat Allah.

Ibnu qoyim berkata, “Kekuatan raja’ itu sesuai dengan kadar pengetahuan dia terhadap Allah, terhadap nama-nama dan sifat-Nya.”

Ketiga: Tafsir ayat yang menunjukkan bahwa raja’ adalah ibadah

Dalil raja’ adalah firman Allah Ta’ala: “Untuk itu, barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal shalih dan janganlah berbuat kesyirikan dengan seorangpun dalam beribadah kepada Rabb-Nya” (Al-Kahf: 110).

Barangsiapa yang mengharap, ini adalah raja’.

Pendalilan raja’ adalah ibadah adalah karena Allah Ta’ala memuji orang yang raja’. Kemudian Allah Ta’ala menjelaskan akan syarat raja’ yang benar. Sehingga raja’ ini dicintai Allah Ta’ala.

Orang beriman memiliki Raja’, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

Adapun orang kafir, tidak memilki raja’, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:

Semua orang bisa mempunyai harapan, tidak boleh berputus asa.

Pengertian Liqo Ar Rabbihi ada dua penafsiran:

  1. Bermakna melihat Allah Ta’ala. Ini adalah suatu nikmat yang paling besar di hari kiamat.
  2. Bermakna berjumpa menghadap Allah Ta’ala. Ini juga bermakna bergembira.

Apabila ingin dapat keutamaan berjumpa dengan Allah Ta’ala, maka ada dua syaratnya:

  1. Beramal shalih.
  2. Tidak berbuat kesyirikan.

Syarat suatu amalan dikatakan shalih:

  1. Amalannya Ikhlas karena Allah
  2. Amalannya sesuai dengan petunjuk Nabi Shallallahu Alaihi Wasalaam.
  3. Amalannya bersih dari kesyirikan.

Akibat dari amalan yang tidak shalih, Allah ta’ala berfirman:

janganlah berbuat kesyirikan dengan seorangpun dalam beribadah kepada Rabb-Nya”.

Wallahu Ta’ala ‘Alam

Sumber:

  • Diktat, Silsilah yang menyelamatkan dari Api Neraka 2, Menjawab Tiga Pertanyaan Malaikat di Alam Kubur, Dzulqarnain M. Sunusi, Pustaka As-Sunnah, 2017
  • Seri Buku-Buku Aqidah, Agar Mudah Menjawab Tiga Pertanyaan Malaikat, Terjemah Kitab Tsalatsatul Ushul, Bambang Abu Ubaidillah, Madrosah Sunnah

Khauf (Rasa Takut)

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad , keluarga dan sahabatnya.

Kitab Tsalastatul Ushul

  • Penulis: Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah Ta’alla
  • Penjelasan: Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi Hafizahullah.
  • Rekaman video kajian: Landasan Pertama: Mengenal Allah

Landasan Pertama: Mengenal Allah

Ibadah dan Bentuk-Bentuknya: Khauf

Terjemahan Kitab

Dalil khauf adalah firman (Allah) Ta’ala,

فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

“Maka janganlah kalian takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku jika kalian benar-benar orang yang beriman” (Ali ‘Imran: 175)

Pembahasan

Khauf artinya rasa takut merupakan ibadah hati. Khauf merupakan salah satu dari inti ibadah.

Pertama: Definisi Khauf

Khauf adalah kekhawatiran terhadap sesuatu yang tidak disenangi dan dikhawatirkan terjadi di masa yang akan datang. Misalnya seseorang takut kehabisan makanan dalam satu bulan kedepan.

Perbedaan antara Al-Wajan dan Al-Khauf:

  1. Al-Wajan, kekhwatiran dimasa yang sekarang. Misalnya seseorang melihat binatang buas sehingga takut pada saat itu (masa sekarang).
  2. Al-Khauf, kekhawatiran dimasa yang akan datang.

Kedua: Tafsir Ayat yang Menunjukkan Bahwa Khauf Adalah Ibadah

Dalil bahwa khauf adalah ibadah “Maka janganlah kalian takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku jika kalian benar-benar orang yang beriman” (Ali ‘Imran: 175). Maksudnya janganlah takut kepada kaum Musyrikin, tapi takut lah kepada Ku. Pembahasan ini terkait dengan peristiwa perang Ahzab, yang dijelaskan dalam surat Ali ‘Imran.

Sehingga Khauf adalah ibadah yang dirinci dalam 3 sisi:

  1. Dilarang untuk takut kepada kaum Musyrikin karena takut hanyalah kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
  2. Diperintah takut kepada Allah. Apabila Allah memerintahkan sesuatu maka sesuatu itu Allah cintai. Maka rasa takut dicintai oleh Allah. Sehingga rasa takut adalah ibadah.
  3. Rasa takut diakhir ayat dijadikan syarat keimanan. Sehingga ini juga menunjukan bahwa khauf adalah ibadah.

Khauf adalah ibadah yang sangat besar yang menjadi sebab kebaikan hati. Pokok penghambaan yang harus selalu ada dihati hamba ada 3 yaitu: rasa takut, berharap dan rasa cinta kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Didalam Al-Qur’an disebutkan para Nabi takut kepada Allah, sebagaimana Allah berfirman,

Dikatakan kepada Nabi Nuh:

Dikatakan kepada Nabi Muhammad:

Tidak boleh rasa takut hilang dari seorang hamba karena akan merusak hati tersebut. Sulaiman Ad-Darani Rahimahullah berkata, “Tidaklah hati itu berpisah dari rasa takut, kecuali dihatinya akan menjadi rusak”.

Ayat-ayat yang berkaitan dengan khauf:

Penafsiran takut pada kedudukan Rabb:

  1. Bermakna keagunagan dan kebesaran Allah. Hal ini apabila kita mengetahui keagungan dan kebesaran Allah Subhahanhu Wa Ta’ala
  2. Bermakna takut ketiga berdiri didepan Allah ketika mempertanggungjawabkan amalannya. Sehingga selalu mempersiapkan amalan dan memperbaiki ketaatannya.

Rasa takut ini tidak berdiri sendiri, tapi harus disertai dengan rasa harapan dan rasa cintai. Ketiganya tidak boleh dipisahkan. Sebagaian ulama mengibaratkan ketiga hal ini bagaikan burung dimana rasa cinta adalah badan burung. Adapun rasa takut dan rasa harapan adalah dua sayap burung. Ketiganya harus lengkap, apabila kekurangan salah satu maka tidak akan seimbang dan akan menjadi tersesat.

Sebagian as-salaf berkata, “Siapa yang beribadah kepada Allah hanya sekedar cinta saja, maka dia adalah zindiq. Siapa yang beribadah kepada Allah dengan rasa takut saja, maka dia adalah khawarij. Siapa yang beribadah kepada Allah dengan rasa harapan saja, maka di adalah murji’ah”.

Sehingga ketiga rasa ini harus dikumpulkan sekaligus, sebagaimana Allah berfirman:

Mereka ini adalah orang yang beribadah dengan cara mencari segala wasilah yang paling dekat, yaitu rasa cinta. Mereka punya harapan terhadap rahmat Allah dan mereka takut kepada adzab-Nya.

Rasa takut yang benar adalah rasa takut yang menyebabkan adanya harapan. Sehingga bukan rasa takut yang menyebabkan putus asa menjadi sulit beribadah. Demikian pula, rasa harapan yang benar adalah harapan yang menyebabkan rasa takut.

Ketiga: Bentuk Khauf

Ada empat jenis rasa takut:

  1. Rasa takut ibadah. Ini adalah pembahasan dalam bab ini. Dengan rasa takut kepada Allah, maka beribadah. Apabila rasa takut ibadah ini dipalingkan kepada selain Allah, maka termasuk syirik akbar.
  2. Khauf Sirr, rasa takut kepada sesuatu yang rahasia. Misalnya takut apabila tidak berjiarah ke kuburan wali, maka akan tidak berhasil usahanya atau tertimpa musibah. Ini termasuk syirik akbar.
  3. Khauf yang meninggalkan kewajiban karena takut pada sebagian manusia. Ini hukumnya adalah haram, syirik kecil. Bentuk kesyirikan yang menghilangkan kesempurnaan tauhid.
  4. Kaufu Thabi’i, rasa takut yang merupakan tabiat manusia. Misalnya takut memasukan tangan kedalam api, karena takut terbakar api, takut melihat binatang buas. Hal ini tidak ada masalah.

Nabi Musa Alaihi Salam dalam keadaan takut ketika keluar dari Mesir, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

Wallahu Ta’ala ‘Alam

Sumber:

  • Diktat, Silsilah yang menyelamatkan dari Api Neraka 2, Menjawab Tiga Pertanyaan Malaikat di Alam Kubur, Dzulqarnain M. Sunusi, Pustaka As-Sunnah, 2017
  • Seri Buku-Buku Aqidah, Agar Mudah Menjawab Tiga Pertanyaan Malaikat, Terjemah Kitab Tsalatsatul Ushul, Bambang Abu Ubaidillah, Madrosah Sunnah

Doa

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad , keluarga dan sahabatnya.

Kitab Tsalastatul Ushul

  • Penulis: Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah Ta’alla
  • Penjelasan: Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi Hafizahullah.
  • Rekaman video kajian: Landasan Pertama: Mengenal Allah

Landasan Pertama: Mengenal Allah

Ibadah dan Bentuk-Bentuknya: Doa

Penulis telah menyebutkan bahwa jenis-jenis ibadah yang diperintah Allah adalah Islam, Iman dan Ihsan, yang merupakan pokok dalam ibadah. Secara terinci mengenai pokok Ibadah ini akan dijelaskan di landasan kedua.

Kemudian penulis menyebutkan 14 jenis-jenis ibadah lainnya: berdo’a, takut, berharap, tawakkal, mengharap, cemas, khusu’, khashyah, kembali kepada Allah, meminta bantuan, memohon perlindungan, meminta perlindungan dikala susah, menyembelih, bernadzar, dan lain sebagainya dari jenis-jenis ibadah yang Allah perintahkan.

Penulis akan menyebutkan dalil dari ibadah tersebut satu persatu.

Terjemahan Kitab

Dalam hadits disebutkan,

Doa adalah inti ibadah” (HR. Tirmidzi nomo 3371)

Dalilnya bahwa do’a itu ibadah adalah firman Allah ta’ala

وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِى سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Dan Rabbmu berfirman: “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku kabulkan do’amu . Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada Ku, ia akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina(QS. Ghafir: 60).

Pembahasan

Dalil dari Al-Qur’an, Allah berfirman, “Dan Rabbmu berfirman: “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku kabulkan do’amu . Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada Ku, ia akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina“.

Pertama: Definisi Doa

Doa mempunyai makna umum dan khusus. Makna doa secara umum artinya menjalankan perintah syariat disertai dengan kecintaan dan meyerahkan diri. Makna ini sama dengan makna ibadah. Adapun makna doa secara khusus adalah seorang hamba meminta kepada Rabb-nya untuk mendapatkan yang bermanfaat baginya dan terus menerus bersamanya serta menolak apa yang membahayakannya dan mengangkat bahaya tersebut.

Kedua: Doa ada dua jenis: doa ibadah dan doa permohonan.

Doa ada dua jenis:

  1. Doa Ibadah, artinya sama dengan definisi Ibadah
  2. Doa Permohonan artinya memohon kepada Allah untuk meraih yang diinginkan, mendapatkan mafaatnya dan terus menerus bersamanya atau menolak bahaya dan mengangkatnya.

Ketiga: Penjelasan hadits dan tafsir ayat yang keduanya mengandung dalil bahwa doa adalah ibadah, sedangkan memalingkan doa kepada selain Allah adalah kesyirikan

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, “Doa itu adalah inti ibadah“. Inti maksudnya yang paling pokok. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi, dari Anas bin Malik. Dalam sanadnya ada rawi Abdullahi Ibnu Laihah, ini adalah hadits yang lemah.

Lafadz yang shahih adalah dari Nu’man bin Basyir dalam riwayat Abu Daud, yaitu

Semua doa adalah milik Allah sehingga tidak boleh diserahkan kepada selain Allah. Berdoa kepada selain Allah, maka hukum nya musyrik, kafir.

Dalil dari Al-Qur’an, Allah berfirman, “Dan Rabbmu berfirman: “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku kabulkan do’amu . Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada Ku, ia akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina“.

Dalam ayat ini terdapat perintah untuk berdoa. Perintah dari Allah artinya Allah mencintai dan meridhainya. Sehingga doa adalah ibadah karena merupakan perintah Allah. Apabila kita memahami bahwa doa itu ibadah, maka kaidahnya ibadah tidak boleh dipalingkan kepada selain Allah. Apabila dipalingkan kepada selain Allah walau pun sedikit, maka itu adalah kesyirikan.

Mintalah dari hajat dan keperluan kalian, Allah akan perkenankan (kabulkan) permohonan kalian. “Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada Ku”, disini disebutkan bahwa doa adalah ibadah sebagaimana diawal disebutkan doa.

Mereka akan masuk dalam neraka jahanam dalam keadaan hina“, siksaan neraka dan kehinaan.

Wallahu Ta’ala ‘Alam

Sumber:

  • Diktat, Silsilah yang menyelamatkan dari Api Neraka 2, Menjawab Tiga Pertanyaan Malaikat di Alam Kubur, Dzulqarnain M. Sunusi, Pustaka As-Sunnah, 2017
  • Seri Buku-Buku Aqidah, Agar Mudah Menjawab Tiga Pertanyaan Malaikat, Terjemah Kitab Tsalatsatul Ushul, Bambang Abu Ubaidillah, Madrosah Sunnah

Ibadah dan Bentuk-Bentuknya

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad , keluarga dan sahabatnya.

Kitab Tsalastatul Ushul

  • Penulis: Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah Ta’alla
  • Penjelasan: Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi Hafizahullah.
  • Rekaman video kajian: Landasan Pertama: Mengenal Allah

Landasan Pertama: Mengenal Allah

Ibadah dan Bentuk-Bentuknya.

Terjemahan Kitab

Jenis-jenis ibadah yang Allah perintahkan contohnya adalah Islam, Iman, Ihsan. Diantaranya juga berdo’a, takut, berharap, tawakkal, mengharap, cemas, khusu’, khashyah, kembali kepada Allah, meminta bantuan, memohon perlindungan, meminta perlindungan dikala susah, menyembelih, bernadzar, dan lain sebagainya dari jenis-jenis ibadah yang Allah perintahkan. Semua ibadah itu hanya diperuntukkan bagi Allah semata. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala,

وَأَنَّ ٱلْمَسَـٰجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا۟ مَعَ ٱللَّهِ أَحَدًۭا

Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah(QS. Al Jin: 18)

Siapa saja yang memalingkan sesuatu dari jenis ibadah tersebut kepada selain Allah, maka ia telah menduakan Allah dan ingkar kepada Allah. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala,

وَمَن يَدْعُ مَعَ ٱللَّهِ إِلَـٰهًا ءَاخَرَ لَا بُرْهَـٰنَ لَهُۥ بِهِۦ فَإِنَّمَا حِسَابُهُۥ عِندَ رَبِّهِۦٓ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُفْلِحُ ٱلْكَـٰفِرُونَ

Dan barang siapa menyembah tuhan yang lain di samping itu ia juga menyembah Allah, yang tidak ada suatu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Rabbnya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada akan beruntung(QS. Al Mu’minun: 117)

Pembahasan

Pertama: Definisi Ibadah

Ibadah dari kata At-Tadalul, merendahkan diri atau penghinaan diri. Secara istilah ibadah adalah menjalankan perintah syariat dengan kecintaan dan ketundukan diri.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mendefinisikan ibadah adalah nama yang universal (cakupan yang luas), yang mencakup segala hal yang dicintai dan diridhai oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Kedua: Jenis-jenis Ibadah

Pokok ibadah ada tiga, yaitu: Islam, Iman, dan Ihsan. Kemudian bercabang menjadi ibadah yang lain, di antaranya: takut, berharap, tawakkal, mengharap, cemas, khusu’, khashyah, kembali kepada Allah, meminta bantuan, memohon perlindungan, meminta perlindungan di kala susah, menyembelih, bernadzar, dan lain sebagainya.

Ibadah adalah sesuatu yang Allah perintah, cintai, dan ridhoi. Sehingga cakupan ibadah sangat luas dan banyak. Terdapat ibadah dengan hati, lisan, dan badan serta terkait ketiganya.

Ketiga: Kewajiban mengikhlaskan ibadah hanya untuk Allah

Apabila sesuatu dikatakan ibadah maka semuanya harus kepada Allah. Tidak boleh beribadah kepada selain Allah.

Keempat: Tafsir ayat surah Al-Jinn

Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah“. (QS. Al Jin: 18)

Lihat penjelasan ayat pada surat Al-Jinn pada pembahasan sebelumnya.

Dua pengertian masajid yaitu tempat-tempat ibadah (mesjid) atau anggota badan (untuk sujud) yang dipakai beribadah. Sehingga tidak boleh digunakan untuk beribadah kepada selain Allah.

Kelima: Kaidah agung tentang diapa saja yang memalingkan suatu ibadah kepada selain Allah

Kaidah ini penting dalam tauhid yang membedakan seseorang mengenal tauhid atau tidak. Kaidahnya yaitu: barang siapa yang memalingkan sesuatu dari ibadah kepada selain Allah walaupun sedikit, maka hukumnya musyrik, kafir, dan keluar dari Islam.

Keenam: Tafsir ayat surah Al-Mu’minun

Dan barang siapa menyembah tuhan yang lain di samping itu ia juga menyembah Allah, yang tidak ada suatu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Rabbnya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada akan beruntung(QS. Al Mu’minun: 117)

Maksud dari “perhitungan di sisi Rabbnya” adalah menandakan perkara ini sesuatu yang besar sekali. Ancamannya tidak disebutkan menandakan besarnya ancaman tersebut. Yang berbuat kesyirikan tidak akan beruntung di dunia dan di akhirat. Penulis menyebutkan orang tersebut sebagai kafir, keluar dari Islam.

Ayat ini dalil yang sangat jelas menunjukkan kafirnya siapa yang beribadah kepada sesembahan lain bersama Allah. Apakah yang diibadahi itu malaikat, nabi, kuburan dan lainnya.

Wallahu Ta’ala ‘Alam

Sumber:

  • Diktat, Silsilah yang menyelamatkan dari Api Neraka 2, Menjawab Tiga Pertanyaan Malaikat di Alam Kubur, Dzulqarnain M. Sunusi, Pustaka As-Sunnah, 2017
  • Seri Buku-Buku Aqidah, Agar Mudah Menjawab Tiga Pertanyaan Malaikat, Terjemah Kitab Tsalatsatul Ushul, Bambang Abu Ubaidillah, Madrosah Sunnah