Ibadah dan Bentuk-Bentuknya

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad , keluarga dan sahabatnya.

Kitab Tsalastatul Ushul

  • Penulis: Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah Ta’alla
  • Penjelasan: Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi Hafizahullah.
  • Rekaman video kajian: Landasan Pertama: Mengenal Allah

Landasan Pertama: Mengenal Allah

Ibadah dan Bentuk-Bentuknya.

Terjemahan Kitab

Jenis-jenis ibadah yang Allah perintahkan contohnya adalah Islam, Iman, Ihsan. Diantaranya juga berdo’a, takut, berharap, tawakkal, mengharap, cemas, khusu’, khashyah, kembali kepada Allah, meminta bantuan, memohon perlindungan, meminta perlindungan dikala susah, menyembelih, bernadzar, dan lain sebagainya dari jenis-jenis ibadah yang Allah perintahkan. Semua ibadah itu hanya diperuntukkan bagi Allah semata. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala,

وَأَنَّ ٱلْمَسَـٰجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا۟ مَعَ ٱللَّهِ أَحَدًۭا

Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah(QS. Al Jin: 18)

Siapa saja yang memalingkan sesuatu dari jenis ibadah tersebut kepada selain Allah, maka ia telah menduakan Allah dan ingkar kepada Allah. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala,

وَمَن يَدْعُ مَعَ ٱللَّهِ إِلَـٰهًا ءَاخَرَ لَا بُرْهَـٰنَ لَهُۥ بِهِۦ فَإِنَّمَا حِسَابُهُۥ عِندَ رَبِّهِۦٓ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُفْلِحُ ٱلْكَـٰفِرُونَ

Dan barang siapa menyembah tuhan yang lain di samping itu ia juga menyembah Allah, yang tidak ada suatu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Rabbnya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada akan beruntung(QS. Al Mu’minun: 117)

Pembahasan

Pertama: Definisi Ibadah

Ibadah dari kata At-Tadalul, merendahkan diri atau penghinaan diri. Secara istilah ibadah adalah menjalankan perintah syariat dengan kecintaan dan ketundukan diri.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mendefinisikan ibadah adalah nama yang universal (cakupan yang luas), yang mencakup segala hal yang dicintai dan diridhai oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Kedua: Jenis-jenis Ibadah

Pokok ibadah ada tiga, yaitu: Islam, Iman, dan Ihsan. Kemudian bercabang menjadi ibadah yang lain, di antaranya: takut, berharap, tawakkal, mengharap, cemas, khusu’, khashyah, kembali kepada Allah, meminta bantuan, memohon perlindungan, meminta perlindungan di kala susah, menyembelih, bernadzar, dan lain sebagainya.

Ibadah adalah sesuatu yang Allah perintah, cintai, dan ridhoi. Sehingga cakupan ibadah sangat luas dan banyak. Terdapat ibadah dengan hati, lisan, dan badan serta terkait ketiganya.

Ketiga: Kewajiban mengikhlaskan ibadah hanya untuk Allah

Apabila sesuatu dikatakan ibadah maka semuanya harus kepada Allah. Tidak boleh beribadah kepada selain Allah.

Keempat: Tafsir ayat surah Al-Jinn

Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah“. (QS. Al Jin: 18)

Lihat penjelasan ayat pada surat Al-Jinn pada pembahasan sebelumnya.

Dua pengertian masajid yaitu tempat-tempat ibadah (mesjid) atau anggota badan (untuk sujud) yang dipakai beribadah. Sehingga tidak boleh digunakan untuk beribadah kepada selain Allah.

Kelima: Kaidah agung tentang diapa saja yang memalingkan suatu ibadah kepada selain Allah

Kaidah ini penting dalam tauhid yang membedakan seseorang mengenal tauhid atau tidak. Kaidahnya yaitu: barang siapa yang memalingkan sesuatu dari ibadah kepada selain Allah walaupun sedikit, maka hukumnya musyrik, kafir, dan keluar dari Islam.

Keenam: Tafsir ayat surah Al-Mu’minun

Dan barang siapa menyembah tuhan yang lain di samping itu ia juga menyembah Allah, yang tidak ada suatu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Rabbnya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada akan beruntung(QS. Al Mu’minun: 117)

Maksud dari “perhitungan di sisi Rabbnya” adalah menandakan perkara ini sesuatu yang besar sekali. Ancamannya tidak disebutkan menandakan besarnya ancaman tersebut. Yang berbuat kesyirikan tidak akan beruntung di dunia dan di akhirat. Penulis menyebutkan orang tersebut sebagai kafir, keluar dari Islam.

Ayat ini dalil yang sangat jelas menunjukkan kafirnya siapa yang beribadah kepada sesembahan lain bersama Allah. Apakah yang diibadahi itu malaikat, nabi, kuburan dan lainnya.

Wallahu Ta’ala ‘Alam

Sumber:

  • Diktat, Silsilah yang menyelamatkan dari Api Neraka 2, Menjawab Tiga Pertanyaan Malaikat di Alam Kubur, Dzulqarnain M. Sunusi, Pustaka As-Sunnah, 2017
  • Seri Buku-Buku Aqidah, Agar Mudah Menjawab Tiga Pertanyaan Malaikat, Terjemah Kitab Tsalatsatul Ushul, Bambang Abu Ubaidillah, Madrosah Sunnah

Landasan Pertama: Mengenal Allah

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad , keluarga dan sahabatnya.

Kitab Tsalastatul Ushul

  • Penulis: Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah Ta’alla
  • Penjelasan: Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi Hafizahullah.
  • Rekaman video kajian: Landasan Pertama: Mengenal Allah

Pendahuluan

Terjemahan Kitab

Landasan Pertama: Mengenal Allah

Jika engkau ditanya: “Siapa Rabbmu?”
Maka jawablah: “Rabbku adalah Allah, yang telah mengurus aku dan seluruh alam ini dengan nikmatNya. Dialah sesembahanku yang tidak ada sesembahan bagiku selain Dia”. Dalilnya adalah firman Allah subhanahu wata’ala,

ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَـٰلَمِينَ

Segala pujian hanya milik Allah Rabb semesta alam(QS. Al Fatihah: 2)

Semua yang selain Allah adalah alam, dan aku adalah satu dari bagian alam tersebut.

Dan jika engkau ditanya: “Dengan apa engkau mengenal Rabbmu ? Maka katakanlah: “Aku mengenal Rabbku dengan ayat-ayatNya dan makhluq-makhluqNya.
Diantara ayat-ayatNya adalah adanya malam dan siang, matahari dan bulan. Diantara makhluq- makhluqNya adalah langit yang tujuh dan bumi yang tujuh dan apa saja yang ada diantara keduannya dan ada di dalamnya. Dalilnya adalah firman Allah subhanahu wata’ala

وَمِنْ ءَايَـٰتِهِ ٱلَّيْلُ وَٱلنَّهَارُ وَٱلشَّمْسُ وَٱلْقَمَرُ ۚ لَا تَسْجُدُوا۟ لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَٱسْجُدُوا۟ لِلَّهِ ٱلَّذِى خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah(QS. Fushilat: 37)

Allah juga berfirman,

إِنَّ رَبَّكُمُ ٱللَّهُ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ فِى سِتَّةِ أَيَّامٍۢ ثُمَّ ٱسْتَوَىٰ عَلَى ٱلْعَرْشِ يُغْشِى ٱلَّيْلَ ٱلنَّهَارَ يَطْلُبُهُۥ حَثِيثًۭا وَٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ وَٱلنُّجُومَ مُسَخَّرَٰتٍۭ بِأَمْرِهِۦٓ ۗ أَلَا لَهُ ٱلْخَلْقُ وَٱلْأَمْرُ ۗ تَبَارَكَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلْعَـٰلَمِينَ

Sesungguhnya Rabb kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arasy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah bahwa menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Rabb semesta alam(QS. Al A’raf: 54)

Makna Rabb adalah Dzat yang diibadahi. Dalinya adalah firman Allah subhanahu wata’ala,

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱعْبُدُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُمْ وَٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ٢١ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ فِرَٰشًۭا وَٱلسَّمَآءَ بِنَآءًۭ وَأَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءًۭ فَأَخْرَجَ بِهِۦ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ رِزْقًۭا لَّكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا۟ لِلَّهِ أَندَادًۭا وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ ٢٢

Hai manusia, sembahlah Rabb kalian Yang telah menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, agar kamu bertakwa. Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah- buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui(QS. Al Baqarah: 21-22).

Berkata Imam Ibnu Katsir rahimahullah: “Yang menciptakan segala sesuatu maka Dilah yang berhak untuk diibadahi”

Pembahasan:

Pertama: Penjelasan, “Siapakah Rabbmu?”

Secara umum mengenai mengenal Allah, terdapat dua tingkatan:

Pertama, tingkatan mengenal Allah sebagai Rabb yang diibadahi. Manusia berserikat dalam tingkatan ini.

Kedua, tingkatan mengenal Allah yang menyebabkan dia merasa dekat, cinta, rindu berjumpa dengan-Nya. Tingkatan ini adalah untuk kaum mukminin.

Terdapat pokok-pokok wajib mengenal Allah Ta’la. Adapun kesempurnaan dalam mengenal Allah, maka manusia berjenjang tingkatannya. Hal ini tergantung ilmu yang didapatinya.

Penulis hanya menjelaskan kadar wajib tentang mengenal Allah. Maka jawaban pertanyaan Siapa Rabbmu? adalah Rabbku adalah Allah. Yang mentarbiah ku, dan mentarbiah seluruh alam semesta dengan segala nikmatnya. Dan dialah sembahanku, tidak ada sembahan bagiku kecuali Dia.

Makna Ar-Rabb: Al-Malik maha berkuasa, Al-Khaliq maha mencipta, Al-Mudabir maha mengatur segala perkara, Al-Murabbi maha memelihara dan memenuhi segala keperluan makhluk. Namun dalam penggunaan bisa bermakna Al-Ma’bud (yang diibadahi).

Rabb artinya yang mentarbiah (memelihara atau menjaga). Rabb juga ditafsirkan sebagai yang diibadahi. Ar-Rabb adalah yang berhak untuk diibadahi.

Makna Tabiyah (memelihara) Allah ada yang khusus dan umum. Makna tarbiyah umum mencakup seluruh manusia, jin, muslim, kafir. Adapun tarbiyah khusus adalah hanya untuk orang-orang yang beriman.

Penulis memaknai Ar-Rabb sebagai yang mencipta dan yang diibadahi. Ini adalah inti keislaman tidak sekedar mengakui Allah sebagai maha pencipta, pemberi rizki, menghidupkan dan mematika, tapi mengakui bahwa hanya Allah yang diibadahi.

Kedua: Pokok-pokok wajib dalam mengenal Allah

Pokok wajib mengenal Allah ada empat, yaitu:

  1. Mengenal adanya Allah, seorang mukmnin mengimani bahwa Allah adalah Maha Ada.
  2. Mengenal Rububiyyah Allah, seorang mukmnin mengimani bahwa Allah adalah Rabb segala sesuatu: Dialah Allah yang menciptakan, memberi rizki, menghidupkan, mematikan dan seterusnya.
  3. Mengenal Uluhiyyah Allah, seorang mukmnin mengimani bahwa Dialah Allah adalah satu-satunya yang berhak untuk diibadahi.
  4. Mengenal nama-nama dan sifat-sifat Allah, seorang mukmnin mengimani bahwa Dialah Allah memiliki nama yang maha indah dan sifat yang maha tinggi dan maha agung.

Apabila kita sudah mengetahui 4 pokok wajib mengenal Allah, maka terangkat kewajibannya. Hal ini menjadi modal besar untuk masuk surga walaupun disiksa dalam neraka, tapi hanya sampai kadar dosanya, dan akan dimasukan ke dalam surga.

Adapun mengenal Allah lebih dari empat pokok wajib di atas, maka manusia berjenjang dalam ilmu dan pengetahuan.

Dalam mengenal adanya Allah, manusia berserikat. Hal ini tidak diingkari oleh Iblis, kaum musyrikin, Yahudi, dan Nashrani. Dalam mengenal Rububiyyah Allah, kaum musyrikin mengakui tapi mereka menyimpang pada masalah Uluhiyyah.

Dalam kurikulum Mafatihul Ilm, pada tema 10 kitab yang menyelamatkan dari api neraka, sudah mencakup empat kewajiban mengenal Allah. Pembahasan tauhid Uluhiyyah sudah dibahas pada kitab sebelumnya terutama ada di Kitab Tauhid. Pembahasan tauhid asma wasifat akan dijelaskan pada kitab aqidah wasitiyah.

Dengan demikian akan meneguhkan keimanan kita di dunia dan di akhirat termasuk di alam kubur, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:

Ucanpan yang teguh adalah tauhid.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

Ketiga: Tafsir ayat surah Al-Fatihah

Dalil dalam mendeifinisikan siapa Rabbmu, adalah:

ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَـٰلَمِينَ

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. (Al-Fatihah: 2)

Alhamdu, artinya pujian terhadap Al-Mahmud (yang disanjung) tapi disertai dengan Al-Mahabbah Wa Takdim (kecintaan dan pengagungan). Alif Lam pada kata ini artinya mencakup segala jenis pujian.

Berbeda dengan pujian yang tanpa kecintaan dan pengagungan. Misalnya dikatakan, singa itu pemberani. Maka ini juga pujian dalam bahasa Indonesia akan tetapi dalam bahasa Arab tidak dikatakan hamdu, melainkan tsana. Karena singa berani atau tidak memang pemberani.

Lillahi, disertai dengan nama Allah. Segala jenis hamd adalah milik Allah dan Allah lah yang berhak terhadapnya.

Rabb Al-Alamin, Rabb semesta alam.

Penulis mengatakan segala selain Allah disebut alam. Maksudnya Alam secara bahasa cakupannya pada sebuah jenis, seperti alam manusia, alam jin, alam hewan. Adapun surga, neraka, kursi tidak masuk dalam alam.

Makhluk ada dua jenis: yang memiliki jenis yang sama yang disebut alam. Makhluk yang tidak ada semisal dengannya seperti surga, neraka, kursi, maka ini tidak disebut alam.

Dipuji Allah yang diibadahi bahwa dia adalah Rabbul Alamain. Rabb adalah yang menciptakan dan yang diibadahi

Keempat: Penjelasan “dengan apa engkau mengenal Rabbmu?”

Dengan apa mengenal Allah?, Maka katakanlah saya mengenalnya dengan ayat-ayat-Nya dan makhluk-makhluk-Nya.

Ayat terbagi menjadi dua: Kauniyah dan Syariyyah. Ayat kauniyah terkait dengan penciptaan yang terlihat di alam seperti langit, bumi, bintang, matahari, bulan, pohon, lautan. Adapun ayat Syariyyah kita mengenal dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang merupakan tuntunan dalam agama.

Firman Allah Ta’ala:

Pencipta langit hanya Allah. Apabila ada pencipta lain selain Allah maka akan rusak binasa. Hal ini karena setiap yang berkuasa tidak mau diatas yang lainnya. Dalam ayat lain Allah berfirman:

Kisah Nabi Ibrahmim dalam mencari yang diibadahi:

Kisah ini menunjukan bahwa dari ayat-ayat kauniyyah, seseorang bisa mengenal Allah. Akan tetapi harus ada bimbingan dari ayat-ayat syariyyah karena hidayah itu ada ditangan Allah.

Kelima: Maksud ayat-ayat dan makhluk-makhluk

Penulis menyebutkan malam, siang, matahari dan bulan sebagai ayat-ayat Allah. Adapun langit, bumi, dan seluruh yang ada pada langit dan bumi serta diantara keduanya sebagai makhluk Allah.

Perbedaan ayat-ayat dan makhluk-makhluk?

Dalam bahasa Arab, ayat-ayat bermakna alamat (tanda) dimana terus berputar dan tampak dengan jelas. Sehingga siang dan malam disebut ayat-ayat karena silih berganti, begitu pula matahari dan bulan.

Adapun Makhluq berasal dari kata Al-Makhluqat, yang berarti sesuatu yang sudah ditetapkan, tidak berubah. Sehingga langit dan bumi termasuk makhluk karena sudah ditetapkan tidak berubah.

Seseorang mengenal Rabbnya dengan ayat-ayat dan makhluk-makhluk-Nya.

Langit dan bumi ada 7 lapisan sebagaimana Firman Allah Ta’ala:

Dan hadist yang dibaca ketika masuk sebuah negeri:

Keenam: Tafsir ayah surah Fushshilat

Dalilnya mengenai ayat-ayat Allah dalam Surat Fushilat Ayat 37. Dari ayat-ayat Allah yang menunjukkan keesaan, kekuasaan, dan rahmat Allah ada malam yang gelap untuk beristirahat, siang yang terang untuk beraktivitas, dan bulan.

Maka jangan sujud kepada matahari dan bulan“. Hal ini menunjukkan di masa Nabi ada kaum yang beribadah kepada Matahari dan Bulan. Sujud kepada matahari dan bulan terlarang karena keduanya adalah ayat-ayat Allah.

Seharusnya, “Bersujudlah kepada Allah saja yang menciptakannya“. Ini menunjukkan pengakuan terhadap rububiyyah mengharuskan pengakuan kepada ululhiyyah. Apabila mengakui bahwa Allah yang menciptakan semuanya (malam, siang, matahari, bulan) maka seharusnya beribadah kepada Allah saja yang menciptakannya.

Ketujuh: Tafsir ayah surah Al-A’raf

Dalil mengenai makhluk-makhluk Allah dalam surat Al-A’raf ayat 54, yang menjelaskan bahwa langit yang tujuh dan bumi yang tujuh adalah makhluk-makhluk Allah. Hal ini menunjukkan adanya Allah, keesaan Allah dan Dia-lah satu-satunya yang berhak diibadahi.

Sesungguhnya Rabb kalian ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari“. Kita tidak tahu mengenai hari disini tapi dijelaskan sebagai 6 hari.

Kemudian Allah beristiwa di atas Arsy-Nya“. Istiwa adalah sifat dari Allah subhanahu wa ta’ala. Diterjemahkan sebagai bersemayam adalah keliru karena ada makna duduk. Adapun istiwa ditafsirkan dengan empat penafsiran:

  1. Al-‘Ulu, bermakna ketinggian.
  2. Al-Irtifa, artinya yang diatas (tinggi atau terangkat).
  3. As-Saud, artinya paling atas.
  4. Al-Istikrar, bermakna yang tetap (tidak berubah).

Tidak bisa dikatakan Allah duduk atau tidak duduk karena kita tidak tahu dan tidak ada dalilnya.

Al-Arsy secara bahasa adalah Sarirur Malik, keranjang atau tempat duduk raja. Al-Arsy adalah makhluk Allah yang paling agung dan besar. Dalam Al-Qur’an disebutkan Al-Arsy sangat besar, sangat luas. Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam menggambarkan besarnya Arsy, yaitu surga yang luas atapnya adalah Arsy. Juga dalam hadits disebutkan Al-Arsy memiliki tiang-tiang dimana pada hari kiamat disandang oleh 8 malaikat dan pada saat ini disandang oleh 4 malaikat. Disebutkan sifat malaikat penyandang Arsy yaitu jarak antara telinga dan bahunya ditempuh dengan jarak 500 tahun.

Dia menutup malam kepada siang, senantiasa mengikutinya dengan cepat“, maksudnya ketika siang datang maka hilang malamnya begitu juga sebaliknya.

Matahari dan bulan serta bintang-bintang ditundukan dengan perintah-Nya“.

Ketahuilah milik Allah penciptaan dan perintah“. Disini dibedakan antara penciptaan makhluk dan perintah. Ini adalah bantahan dari kelompk Jahmiyyah yang mengatakan Al-Qur’an adalah makhluk karena Allah membedakan penciptaan makhluk dan perintah. Al-Qur’an adalah berisi perintah Allah, bukan makhluk.

Mahasuci Allah Rabb semesta alam“.

Kedelapan: Pengakuan bahwa Allah adalah Rabb mengharuskan pengakuan bahwa Allah adalah Yang diibadahi lagi disembah

Ini adalah kaidah penting dalam tauhid. Ar-Rabb, dialah yang berhak unntuk diibadahi.

Sebagaimana dalam beberapa firman Allah Ta’ala berikut:

Tidak ada dari ahlul kitab yang menyakini ada pencipta dan pemberi rejeki selain Allah. Akan tetapi mereka beribadah kepada selain Allah.

Kesembilan: Tafsir ayah surah Al-Baqarah dan penafsiran Ibnu Katsir terhadap ayat.

Dalilnya dalam surat Al-Baqarah ayat 21 dan 22.

“Wahai sekalian manusia, beribadah kepada Rabb kalian”. Ini adalah perintah beribadah kepada Allah. “Yang menciptakan kalian dan menciptakan orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa”.

Ayat ini adalah perintah yang paling pertama dalam Al-Qur’an. Yaitu perintah untuk beribadah. Tauhid adalah awal perintah dalam Al-Qur’an.

Dan kelanjutan ayat, “Janganlah kalian mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah“. Ini adalah awal larangan dalam Al-Qur’an, yaitu larangan dari berbuat kesyirikan.

Diawal surat Al-Baqarah terdapat penjelasan tiga golongan manusia:

  1. Ayat 1 – 5, penjelasan sifat kaum mukminin.
  2. Ayat 6 -7, penjelasan sifat orang-orang kafir.
  3. Ayat 8 -20, penjelasan sifat kaum munafikin.

Yang paling banyak penjelasan adalah kaum munafikin karena samar, tidak jelas bisa kemana-mana dan tidak tetap.

Rabb, “Yang telah menjadikan untuk kalian bumi ini sebagai hamparan dan langit sebagai atap, serta menurunkan (hujan) dari langit, lalu dengan air Dia mengeluarkan segala buah-buahan sebagai rezeki untuk kalian.“.

Hujan berasal dari awan. Pengertian sama’ dalam bahasa Arab selain langit juga berarti di atasnya. Sehingga tidak bertentangan dengan bahwa hujan berasal dari awan.

Kemudian banyak buah-buahan yang keluar, sebagai rezeki.

Sehingga pengakuan rububiyyah Allah, yaitu: Allah yang mencipta, menjadikan bumi hamparan, langit sebagai atap, menurunkan hujan, mengeluarkan berbagai rezeki, maka seharusnya tidak boleh mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Ibnu Katsir Rahimahullah Ta’ala berkata, “Yang menciptakan segala sesuatu, Dialah yang berhak untuk diibadahi.”

Penutup

Penulis menerangkan mengenai hal penting sebagai berikut:

  1. Menjelaskan siapa Rabb
  2. Dengan apa mengenal Allah Subhanahu Wa Ta’ala
  3. Yang dikatakan Rabb, maka Dia-lah yang diibadahi.

Selanjutnya penulis akan menjelaskan beberapa bentuk-bentuk ibadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dengan tujuan untuk mengenal Allah.

Wallahu Ta’ala ‘Alam

Sumber:

  • Diktat, Silsilah yang menyelamatkan dari Api Neraka 2, Menjawab Tiga Pertanyaan Malaikat di Alam Kubur, Dzulqarnain M. Sunusi, Pustaka As-Sunnah, 2017
  • Seri Buku-Buku Aqidah, Agar Mudah Menjawab Tiga Pertanyaan Malaikat, Terjemah Kitab Tsalatsatul Ushul, Bambang Abu Ubaidillah, Madrosah Sunnah