Tiga Landasan Utama

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad , keluarga dan sahabatnya.

Kitab Tsalastatul Ushul

Pendahuluan

Ini adalah inti pembahasan mengenai tiga landasan utama.

Penulis membawakan bab ini dengan metode tanya-jawab. Apabila ditanyakan, maka jawabannya begini. Hal ini dikarenakan tiga hal:

  1. Kitab ini berkaitan dengan pembahasan menjawab pertanyaan malaikat di alam kubur.
  2. Terdapat dua metode dalam mempelajari ilmu, yaitu dengan penyampain dan tanya-jawab.
  3. Terkait dengan hadits Jibril yang datang kepada Nabi dengan beberapa pertanyaan. Jibril bertanya mengenai apa itu Islam, Iman, Ihsan, kapan hari kiamat dan apa tanda-tanda kiamat. Kemudian diakhir tanya-jawab Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

Terjemahan Kitab

Tiga Landasan Agama

Kemudian apabila engkau ditanya, “Apa tiga landasan utama yang wajib manusia ketahui?”

Jawablah, “Seorang hamba mengenal Rabbnya, agamanya, dan (mengenal) Nabinya, Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam”

Pembahasan:

Pertama: Asal pembahasan tiga landasan utama

Dari mana asal dari pembahasan tsalatsatu ushul ini? Jawabannya, apabila ingin beribadah maka ibadah hanya tegak dengan tiga perkara, yaitu:

Pertama, apabila ingin beribadah harus tahu siapa yang dia ibadahi. Ini terkait dengan pembahasan ma’rifatullah, mengenal Allah.

Kedua, setelah tahu siapa yang diibadahi, maka mencari jalan bagaimana cara beribadah itu. Ini terkait dengan Agama Allah.

Ketiga, untuk mengetahui cara beribadah, maka harus mengetahui siapa yang menyampaikan atau mengajarkan tentang ibadah itu. Ini terkait dengan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.

Ketiga perkara tersebut adalah merupakan pembahasan tsalatsatu ushul.

Kedua: Kewajiban mengenal tiga landasan

Urgensi mengenal tiga landasan utama adalah berkaitan dengan pertanyaan malaikat di alam kubur. Terdapat banyak hadits yang meriwayatkan tentang pertanyaan di alam kubur, yang paling lengkap terdapat di riwayat Imam Ahmad rahimullah ta’la dari Al-Baro bin Ajib Radhiyallu Anhuma berkata:

Diatas kepala ada burung, maksudnya kondisinya sangat tenang karena tidak mungkin burung datang apabila dalam keadaan ramai.

“Dan ditangan beliau Shallallahu Alaihi Wasallam ada kayu yang ditusukan ketanah”. Membawa tongkat adalah kebiasan orang Arab, tidak dikatakan Sunnah. Kecuali ketika khatib naik mimbar, maka sunnah membawa tongkat.

Hal ini menunjukan bolehnya dikuburan memberikan nasihat.

Nabi mengulangi dua atau tiga kali, sabdanya “Mintalah kalian perlidungan kepada Allah dari siksa kubur”, untuk menunjukan penekanan kalimat.

“Sampai yang dikubur ditanya, wahai kamu, siapa Rabbmu?, apa agamamu? dan siapa Nabimu”.

Pertanyaan ini bukan untuk umat Islam saja, melainkan termasuk umat sebelumnya. Akan tetapi pertanyaan siapa Nabi-mu, maka terkait nabinya masing-masing.

“Maka datang dua malaikat, dan mendudukan orang ini”

Pertanyaan “Bagaimana engkau tahu?” hal ini menunjukan pentingya mempelajari dan memahami jawaban kita.

Kemudian untuk orang yang kafir:

Dalam riwayat Asma binti Abu Bakr:

Hal ini menunjukan “ikut-ikutan” tidak ada manfaatnya, tapi harus dipelajari dan diamalkan serta dijaga sepanjang hidup. Dengan itulah kita dibangkitkan.

Kelanjutan hadits Al-Baro:

Pentingnya mempelajari Tsalatsatu Ushul

  • Hal ini menunjukan kewajiban mempelajari tsalatstu ushul, karena setiap orang akan mengalaminya di alam kubur.
  • Pada sakaratul maut, seorang yang selamat, apabila dia bersyahadat diakhir umurnya, yaitu berkata La Ilaha Illallah, dibangun pada siapa yang dia ibadahi dan pengetahuan terhadap agamanya.
  • Pada hari kiamat, Allah berfirman:

Sebagian as-salaf menafsirkan tentang apa yang dikerjakan yaitu ditanya mengenai La Ilaha Illallah.

  • Abu Al-Aliya (terdapat dalam Ibnu Katsir dan disebutkan Ibnu Mas’ud) mengatakan Allah akan bertanya mengenai dua perkata pada hari kiamat, yaitu: apa yang mereka ibadahi dahulu dan bagaimana mereka menjawab para rasul.

Allah Ta’ala berfirman:

  • Ketika dikumpulkan pada hari kiamat, (konteks penduduk neraka).

Pentingnya mengenal Allah dan mengetahui apa itu kesyirikan.

  • Keitka hari kiamat, juga ditanyakan bagaimana menjawab para rasul:

Bagaimana taat kepada rasul dan mengikuti syariat agama yang dibawa para rasul.

Sehingga tsalatatu ushul penting dipelajari bukan karena terkait pertanyaan malaikat dialam kubur saja, tapi dibutuhkan juga pada saat sakaratul maut, lebih dashyat lagi yaitu pertanyaan Allah di akhirat.

Wallahu Ta’ala ‘Alam

Sumber:

  • Diktat, Silsilah yang menyelamatkan dari Api Neraka 2, Menjawab Tiga Pertanyaan Malaikat di Alam Kubur, Dzulqarnain M. Sunusi, Pustaka As-Sunnah, 2017
  • Seri Buku-Buku Aqidah, Agar Mudah Menjawab Tiga Pertanyaan Malaikat, Terjemah Kitab Tsalatsatul Ushul, Bambang Abu Ubaidillah, Madrosah Sunnah

Penjelasan Makna Al-Hanifiyyah serta Perintah Teragung dan Larangan Terbesar

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad , keluarga dan sahabatnya.

Kitab Tsalastatul Ushul

Pendahuluan

Ini adalah pendahuluan yang ketiga, yaitu penjelasan mengenai makna Al-Hanifiyyah serta mengenai perintah dan larangan Allah yang paling besar.

Kata Al-Hanifiyyah telah diulang beberapa kali dari beberapa kitab karya para penulis. Hal ini terjadi karena Al-Hanifiyyah adalah pokok dari agama di mana seluruh nabi dan rasul berada di atas Al-Hanifiyyah.

Pada khususnya Nabi Ibrahim Alaihi Salam yang merupakan imam orang-orang yang Hanif. Nabi Ibrahim wajib diikuti oleh umat, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:

ثُمَّ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ أَنِ ٱتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَٰهِيمَ حَنِيفًۭا

Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), “Ikutilah agama Ibrāhīm seorang yang hanif.” (QS. An-Nahl: 123)


Terjemahan Kitab

Ketahuilah semoga Allah membimbingmu untuk mentaatinya bahwa hanafiyah agama Nabi Ibrahim adalah engkau beribadah kepada Allah saja dengan memurnikan agama untukNya. Dengan itulah Allah memerintahkan seluruh manusia dan menciptkan mereka karena hal tersebut. Sebagaimana Allah ta’ala berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaKu(QS. Adz Dzariat: 56)

Maksud kalimat “agar beribadah kepadaKu” adalah agar mereka mentauhidkan Aku.
Perkara paling besar yang Allah perintahkan adalah tauhid yaitu mengesakan Allah dalam ibadah. Perkara paling besar yang Allah larang adalah kesyirikan yaitu beribadah kepada selain Allah bersamaan dengan itu dia juga beribadah kepada Allah. Dalilnya adalah firman Allah subhanahu wata’ala,

وَٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا۟ بِهِۦ شَيْـًۭٔا

Beribadahlah hanya kepada Allah dan jangan menduakan Allah dengan sesuatu apapun(QS. An Nisa: 36)


Pembahasan:

Pertama: Penggabungan antara pengajaran dan doa

Ketahuilah semoga Allah membimbingmu untuk mentaatinya bahwa hanafiyah agama Nabi Ibrahim.

Apabila seorang hamba mentaati Allah, maka telah mendapatkan seluruh kebaikan. Sehingga sangat penting untuk mendapatkan hidayah ini. Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, dalam Shahih Muslim, berpesan kepada Ali Radhiyallahu Anhu:

Kedua: Penjelasan makna Al-Hanifiyyah

Al-Hanifiyyah berasal dari kata Al-Hanaf, yang bermakna condong. Hal ini dikarenakan seseorang yang condong kepada tauhid dan meninggalkan kesyirikan.

Adapaun secara istilah, Al-Hanifyyah adalah engkau beribadah kepada Allah saja dengan memurnikan agama untukNya.

Al-Hanifyyah mempunyai dua makna:

  1. Makna umum artinya Islam
  2. Makna khusus artinya menghadap kepada Allah dengan tauhid dan berpaling dari kesyirikan dengan berlepas diri darinya.

Al-Hanifiyyah dikhususkan agama Nabi Ibrahim. Padahal seluruh Nabi dan Rasul juga Al-Hanifiyyah. Hal ini disebabkan:

  1. Nabi Muhammad Shallallhu Alaihi Wasalam adalah keturunan dari Nabi Ismail Alaihi Salam, putra dari Nabi Ibrahim Alaihi Salam
  2. Nabi Ibrahim dijadikan imam (panutan) dalam Al-Hanifiyyah. “Sesungguhnya Nabi Ibrahim adalah sebuah umat yang jujur, taat, tekun dan giat beribadah kepada Allah dan orang yang Hanif
  3. Nabi Ibrahim adalah manusia yang paling sempurna didalam mentahqiq tauhid, sampai kepada derajat Al-Hulla. Disebut sebagai Halillullah, kekasih Allah Ta’ala demikian juga Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasalam.

Mengikhlaskan agama hanya untuk-Nya. Ini adalah perintah Allah kepada seluruh manusia, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata’lla:

Ketiga: Makna Ibadah

Dengan itulah Allah memerintahkan seluruh manusia dan menciptkan mereka karena hal tersebut.

Hakikat dari Al-Hanifyyah adalah ibadah sehingga ini adalah perintah untuk seluruh manusia. Sebagaimana firman Allah “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaKu(QS. Adz Dzariat: 56).

Makna “beribadah kepadaKu” adalah mentahuidkan Ku. Ibadah ada dua makna:

  1. Makna umum, Ibadah adalah melaksanakan perintah syariat disertai dengan kecintaan dan ketundukan. Ibnu Qoyim berkata Ibadah adalah puncak kecintaan kepada Allah disertai dengan penghinaan dirinya tunduk kepada Allah.
  2. Makna khusus, Ibadah adalah tauhid. Ibnu Abbas mempunyai kaidah yang disebutkan Al-Baghawi dalam tafsirnya, yaitu apa saja yang dalam dalam Al-Quran dari kalimat ibadah, maka makanya adalah tauhid.

Keempat: Tafsir ayat Sura Adz-Dzariyat

Firman Allah Ta’ala:

Tafsir Pertama: Ini adalah hikmah diciptakannya manusia yaitu untuk beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Ini bukan berarti Allah perlu kepada makhluk, karena Allah maha cukup dan maha kaya, tidak perlu sedikitpun dari makhluk. Akan tetapi makhluk lah yang perlu kepada Allah, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:

Tafsir Kedua: Sebagian ahli tafsir mengatakan ayat dalam surat Adz-Dzariat ini adalah khusus bagi orang-orang yang taat. Dalam bacaan Ibnu Abbas ayat ini disebutkan: “Tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia dari kaum mukminin, kecuali untuk beribadah kepada Ku.” Adapun Jin dan Manusia adalah kebanyakan penghuni neraka jahanam, sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

Kelima: Yang teragung dari segala yang Allah perintah

Tauhid adalah perkara yang paling agung, dikarenakan hal berikut:

  • Tauhid adalah perintah Allah kepada seluruh makhluk
  • Tauhid adalah tujuan diutusnya para Nabi dan Rasul
  • Tauhid terdapat pada seluruh kitab yang diturunkan, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

Keenam: Definisi Tauhid

Tauhid adalah mengesakan Allah didalam beribadah, artinya seseorang beribadah hanya kepada Allah Ta’ala dan tidak ada serikat bagi-Nya.

Tauhid memilik dua makna:

Pertama, Makna umum, yaitu mengesakan Allah subhanahu wa ta’ala dalam seluruh haknya.

    Hak Allah ada dua:

    1. Hak dalam ma’rifah (pengenalan) dan isbat (penetapan). Hak ini terkait dengan tauhid rububiyyah dan asma wa sifat
    2. Hak dalam al-iradah (kehendak) dan al-qas (maksud). Hak ini terkati dengan tauhid uluhiyyah.

    Dengan kata lain hak Allah ada tiga, yaitu: rububiyyah, uluhiyah, dan asma wa sifat.

    Kedua, Makna khusus, yaitu mengesakan Allah dalam ibadah. Dengan kata lain tauhid uluhiyyah.

    Ketujuh: Yang terbesar dari segala yang Allah larang

    Syirik adalah larangan Allah yang terbesar. Tidak ada dosa yang lebih besar daripada kesyirikan, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

    Dalam hadits Abu Bakrah Radhiyallahu Anhu, riwayat Al-Bukhariy dan Muslim, Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

    Dalam hadits Ibnu Mas’ud Radhiyallahu Anhu, riwayat Al-Bukhariy dan Muslim, Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

    Kedelapan: Definisi kesyirikan

    Syirik adalah menyeru kepada selain Allah bersama dengan menyeru kepada-Nya. Syirik adalah mempersekutukan Allah dengan yang lainnya.

    Definisi syirik dengan makna Umum adalah menjadikan sesuatu dari kekhususan Allah kepada selain Allah. Ini mencakup syirik dalam rububiyyah, uluhiyyah dan asma wa sifat.

    Definisi syirik dengan makna Khusus adalah menjadikan sesuatu dari ibadah Allah kepada selain Allah. Ini yang definisikan penulis yaitu menyeru (ibadah) kepada selain Allah bersama-Nya.

    Kesembilan: Tafsir ayat surah An-Nisa’

    Dalil dari tauhid adalah perintah terbesar dan syirik adalah larangan terbesar adalah firman Allah Ta’ala:

    Dalam ayat ini mencakup 10 hak Allah kepada hamba, dimana hak yang pertama adalah beribadah kepada Allah dan tidak berbuat kesyirikan kepada-Nya.

    Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bertanya kepada Muadz bin Jabal Radhiyallahu Anhu:

    Ini mencakup semua jenis kesyirikan baik kecil maupun bersar.

    Syirik besar membatalkan keislaman, menghancurkan amalan, dan kekal dalam neraka.

    Wallahu Ta’ala ‘Alam

    Sumber:

    • Diktat, Silsilah yang menyelamatkan dari Api Neraka 2, Menjawab Tiga Pertanyaan Malaikat di Alam Kubur, Dzulqarnain M. Sunusi, Pustaka As-Sunnah, 2017
    • Seri Buku-Buku Aqidah, Agar Mudah Menjawab Tiga Pertanyaan Malaikat, Terjemah Kitab Tsalatsatul Ushul, Bambang Abu Ubaidillah, Madrosah Sunnah