Raja’ (Pengharapan)

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad , keluarga dan sahabatnya.

Kitab Tsalastatul Ushul

  • Penulis: Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah Ta’alla
  • Penjelasan: Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi Hafizahullah.
  • Rekaman video kajian: Landasan Pertama: Mengenal Allah

Landasan Pertama: Mengenal Allah

Ibadah dan Bentuk-Bentuknya: Raja’ (Pengharapan)

Terjemahan Kitab

Dalil raja’ adalah firman (Allah) Ta’ala,

فَمَن كَانَ يَرْجُوا۟ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًۭا صَـٰلِحًۭا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًۢا

Untuk itu, barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal shalih dan janganlah berbuat kesyirikan dengan seorangpun dalam beribadah kepada Rabb-Nya (Al-Kahf: 110)

Pembahasan

Pertama: Definisi Raja’

Raja’ (pengharapan) merupakan ibadah hati. Raja’ artinya seseorang menghendaki untuk meraih sesuatu yang diharapkan. Dalam raja’ terkandung penghinaan diri dan ketundukan.

Kedua: Bentuk-bentuk raja’

Raja’ terbagi tiga jenis dimana dua terpuji dan satu tercela:

Dua Raja’ yang terpuji.

  1. Seorang yang beramal dengan ketaatan sesuai dengan petunjuk dari Allah, dia mengharapkan pahala dari Allah.
  2. Seorang yang berbuat dosa kemudian bertobat dari dosanya, dia mengharapkan pengampunan dan maaf dari Allah.

Adapun raja’ yang tidak terpuji adalah seorang yang terus menerus dalam kelalaian dan dosa, dia mengharap rahmat Allah tanpa beramal. Ini namanya tertipu atau berangan-angan.

Tiga pokok ibadah hati: khauf, raja’, dan mahabah. Ulama mengatakan ketiga ini sebagai yang menggerakan hati kepada Allah. Rasa cintanya membuat seseroang mempunyai arah. Rasa berharapnya yang membahwa seseorang berjalan kedepan. Adapun rasa takutnya adalah yang menghardik seseorang dari belakang.

Sebab munculnya raja’ pada seorang hamba:

  1. Banyak berdizkir mengingat Allah yang dicintai.
  2. Banyak memperhatikan nikmat dan karunia dari Allah.
  3. Pengetahuan tentang nama-nama dan sifat Allah.

Ibnu qoyim berkata, “Kekuatan raja’ itu sesuai dengan kadar pengetahuan dia terhadap Allah, terhadap nama-nama dan sifat-Nya.”

Ketiga: Tafsir ayat yang menunjukkan bahwa raja’ adalah ibadah

Dalil raja’ adalah firman Allah Ta’ala: “Untuk itu, barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal shalih dan janganlah berbuat kesyirikan dengan seorangpun dalam beribadah kepada Rabb-Nya” (Al-Kahf: 110).

Barangsiapa yang mengharap, ini adalah raja’.

Pendalilan raja’ adalah ibadah adalah karena Allah Ta’ala memuji orang yang raja’. Kemudian Allah Ta’ala menjelaskan akan syarat raja’ yang benar. Sehingga raja’ ini dicintai Allah Ta’ala.

Orang beriman memiliki Raja’, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

Adapun orang kafir, tidak memilki raja’, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:

Semua orang bisa mempunyai harapan, tidak boleh berputus asa.

Pengertian Liqo Ar Rabbihi ada dua penafsiran:

  1. Bermakna melihat Allah Ta’ala. Ini adalah suatu nikmat yang paling besar di hari kiamat.
  2. Bermakna berjumpa menghadap Allah Ta’ala. Ini juga bermakna bergembira.

Apabila ingin dapat keutamaan berjumpa dengan Allah Ta’ala, maka ada dua syaratnya:

  1. Beramal shalih.
  2. Tidak berbuat kesyirikan.

Syarat suatu amalan dikatakan shalih:

  1. Amalannya Ikhlas karena Allah
  2. Amalannya sesuai dengan petunjuk Nabi Shallallahu Alaihi Wasalaam.
  3. Amalannya bersih dari kesyirikan.

Akibat dari amalan yang tidak shalih, Allah ta’ala berfirman:

janganlah berbuat kesyirikan dengan seorangpun dalam beribadah kepada Rabb-Nya”.

Wallahu Ta’ala ‘Alam

Sumber:

  • Diktat, Silsilah yang menyelamatkan dari Api Neraka 2, Menjawab Tiga Pertanyaan Malaikat di Alam Kubur, Dzulqarnain M. Sunusi, Pustaka As-Sunnah, 2017
  • Seri Buku-Buku Aqidah, Agar Mudah Menjawab Tiga Pertanyaan Malaikat, Terjemah Kitab Tsalatsatul Ushul, Bambang Abu Ubaidillah, Madrosah Sunnah

Khauf (Rasa Takut)

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad , keluarga dan sahabatnya.

Kitab Tsalastatul Ushul

  • Penulis: Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah Ta’alla
  • Penjelasan: Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi Hafizahullah.
  • Rekaman video kajian: Landasan Pertama: Mengenal Allah

Landasan Pertama: Mengenal Allah

Ibadah dan Bentuk-Bentuknya: Khauf

Terjemahan Kitab

Dalil khauf adalah firman (Allah) Ta’ala,

فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

“Maka janganlah kalian takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku jika kalian benar-benar orang yang beriman” (Ali ‘Imran: 175)

Pembahasan

Khauf artinya rasa takut merupakan ibadah hati. Khauf merupakan salah satu dari inti ibadah.

Pertama: Definisi Khauf

Khauf adalah kekhawatiran terhadap sesuatu yang tidak disenangi dan dikhawatirkan terjadi di masa yang akan datang. Misalnya seseorang takut kehabisan makanan dalam satu bulan kedepan.

Perbedaan antara Al-Wajan dan Al-Khauf:

  1. Al-Wajan, kekhwatiran dimasa yang sekarang. Misalnya seseorang melihat binatang buas sehingga takut pada saat itu (masa sekarang).
  2. Al-Khauf, kekhawatiran dimasa yang akan datang.

Kedua: Tafsir Ayat yang Menunjukkan Bahwa Khauf Adalah Ibadah

Dalil bahwa khauf adalah ibadah “Maka janganlah kalian takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku jika kalian benar-benar orang yang beriman” (Ali ‘Imran: 175). Maksudnya janganlah takut kepada kaum Musyrikin, tapi takut lah kepada Ku. Pembahasan ini terkait dengan peristiwa perang Ahzab, yang dijelaskan dalam surat Ali ‘Imran.

Sehingga Khauf adalah ibadah yang dirinci dalam 3 sisi:

  1. Dilarang untuk takut kepada kaum Musyrikin karena takut hanyalah kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
  2. Diperintah takut kepada Allah. Apabila Allah memerintahkan sesuatu maka sesuatu itu Allah cintai. Maka rasa takut dicintai oleh Allah. Sehingga rasa takut adalah ibadah.
  3. Rasa takut diakhir ayat dijadikan syarat keimanan. Sehingga ini juga menunjukan bahwa khauf adalah ibadah.

Khauf adalah ibadah yang sangat besar yang menjadi sebab kebaikan hati. Pokok penghambaan yang harus selalu ada dihati hamba ada 3 yaitu: rasa takut, berharap dan rasa cinta kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Didalam Al-Qur’an disebutkan para Nabi takut kepada Allah, sebagaimana Allah berfirman,

Dikatakan kepada Nabi Nuh:

Dikatakan kepada Nabi Muhammad:

Tidak boleh rasa takut hilang dari seorang hamba karena akan merusak hati tersebut. Sulaiman Ad-Darani Rahimahullah berkata, “Tidaklah hati itu berpisah dari rasa takut, kecuali dihatinya akan menjadi rusak”.

Ayat-ayat yang berkaitan dengan khauf:

Penafsiran takut pada kedudukan Rabb:

  1. Bermakna keagunagan dan kebesaran Allah. Hal ini apabila kita mengetahui keagungan dan kebesaran Allah Subhahanhu Wa Ta’ala
  2. Bermakna takut ketiga berdiri didepan Allah ketika mempertanggungjawabkan amalannya. Sehingga selalu mempersiapkan amalan dan memperbaiki ketaatannya.

Rasa takut ini tidak berdiri sendiri, tapi harus disertai dengan rasa harapan dan rasa cintai. Ketiganya tidak boleh dipisahkan. Sebagaian ulama mengibaratkan ketiga hal ini bagaikan burung dimana rasa cinta adalah badan burung. Adapun rasa takut dan rasa harapan adalah dua sayap burung. Ketiganya harus lengkap, apabila kekurangan salah satu maka tidak akan seimbang dan akan menjadi tersesat.

Sebagian as-salaf berkata, “Siapa yang beribadah kepada Allah hanya sekedar cinta saja, maka dia adalah zindiq. Siapa yang beribadah kepada Allah dengan rasa takut saja, maka dia adalah khawarij. Siapa yang beribadah kepada Allah dengan rasa harapan saja, maka di adalah murji’ah”.

Sehingga ketiga rasa ini harus dikumpulkan sekaligus, sebagaimana Allah berfirman:

Mereka ini adalah orang yang beribadah dengan cara mencari segala wasilah yang paling dekat, yaitu rasa cinta. Mereka punya harapan terhadap rahmat Allah dan mereka takut kepada adzab-Nya.

Rasa takut yang benar adalah rasa takut yang menyebabkan adanya harapan. Sehingga bukan rasa takut yang menyebabkan putus asa menjadi sulit beribadah. Demikian pula, rasa harapan yang benar adalah harapan yang menyebabkan rasa takut.

Ketiga: Bentuk Khauf

Ada empat jenis rasa takut:

  1. Rasa takut ibadah. Ini adalah pembahasan dalam bab ini. Dengan rasa takut kepada Allah, maka beribadah. Apabila rasa takut ibadah ini dipalingkan kepada selain Allah, maka termasuk syirik akbar.
  2. Khauf Sirr, rasa takut kepada sesuatu yang rahasia. Misalnya takut apabila tidak berjiarah ke kuburan wali, maka akan tidak berhasil usahanya atau tertimpa musibah. Ini termasuk syirik akbar.
  3. Khauf yang meninggalkan kewajiban karena takut pada sebagian manusia. Ini hukumnya adalah haram, syirik kecil. Bentuk kesyirikan yang menghilangkan kesempurnaan tauhid.
  4. Kaufu Thabi’i, rasa takut yang merupakan tabiat manusia. Misalnya takut memasukan tangan kedalam api, karena takut terbakar api, takut melihat binatang buas. Hal ini tidak ada masalah.

Nabi Musa Alaihi Salam dalam keadaan takut ketika keluar dari Mesir, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

Wallahu Ta’ala ‘Alam

Sumber:

  • Diktat, Silsilah yang menyelamatkan dari Api Neraka 2, Menjawab Tiga Pertanyaan Malaikat di Alam Kubur, Dzulqarnain M. Sunusi, Pustaka As-Sunnah, 2017
  • Seri Buku-Buku Aqidah, Agar Mudah Menjawab Tiga Pertanyaan Malaikat, Terjemah Kitab Tsalatsatul Ushul, Bambang Abu Ubaidillah, Madrosah Sunnah

Doa

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad , keluarga dan sahabatnya.

Kitab Tsalastatul Ushul

  • Penulis: Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah Ta’alla
  • Penjelasan: Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi Hafizahullah.
  • Rekaman video kajian: Landasan Pertama: Mengenal Allah

Landasan Pertama: Mengenal Allah

Ibadah dan Bentuk-Bentuknya: Doa

Penulis telah menyebutkan bahwa jenis-jenis ibadah yang diperintah Allah adalah Islam, Iman dan Ihsan, yang merupakan pokok dalam ibadah. Secara terinci mengenai pokok Ibadah ini akan dijelaskan di landasan kedua.

Kemudian penulis menyebutkan 14 jenis-jenis ibadah lainnya: berdo’a, takut, berharap, tawakkal, mengharap, cemas, khusu’, khashyah, kembali kepada Allah, meminta bantuan, memohon perlindungan, meminta perlindungan dikala susah, menyembelih, bernadzar, dan lain sebagainya dari jenis-jenis ibadah yang Allah perintahkan.

Penulis akan menyebutkan dalil dari ibadah tersebut satu persatu.

Terjemahan Kitab

Dalam hadits disebutkan,

Doa adalah inti ibadah” (HR. Tirmidzi nomo 3371)

Dalilnya bahwa do’a itu ibadah adalah firman Allah ta’ala

وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِى سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Dan Rabbmu berfirman: “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku kabulkan do’amu . Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada Ku, ia akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina(QS. Ghafir: 60).

Pembahasan

Dalil dari Al-Qur’an, Allah berfirman, “Dan Rabbmu berfirman: “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku kabulkan do’amu . Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada Ku, ia akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina“.

Pertama: Definisi Doa

Doa mempunyai makna umum dan khusus. Makna doa secara umum artinya menjalankan perintah syariat disertai dengan kecintaan dan meyerahkan diri. Makna ini sama dengan makna ibadah. Adapun makna doa secara khusus adalah seorang hamba meminta kepada Rabb-nya untuk mendapatkan yang bermanfaat baginya dan terus menerus bersamanya serta menolak apa yang membahayakannya dan mengangkat bahaya tersebut.

Kedua: Doa ada dua jenis: doa ibadah dan doa permohonan.

Doa ada dua jenis:

  1. Doa Ibadah, artinya sama dengan definisi Ibadah
  2. Doa Permohonan artinya memohon kepada Allah untuk meraih yang diinginkan, mendapatkan mafaatnya dan terus menerus bersamanya atau menolak bahaya dan mengangkatnya.

Ketiga: Penjelasan hadits dan tafsir ayat yang keduanya mengandung dalil bahwa doa adalah ibadah, sedangkan memalingkan doa kepada selain Allah adalah kesyirikan

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, “Doa itu adalah inti ibadah“. Inti maksudnya yang paling pokok. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi, dari Anas bin Malik. Dalam sanadnya ada rawi Abdullahi Ibnu Laihah, ini adalah hadits yang lemah.

Lafadz yang shahih adalah dari Nu’man bin Basyir dalam riwayat Abu Daud, yaitu

Semua doa adalah milik Allah sehingga tidak boleh diserahkan kepada selain Allah. Berdoa kepada selain Allah, maka hukum nya musyrik, kafir.

Dalil dari Al-Qur’an, Allah berfirman, “Dan Rabbmu berfirman: “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku kabulkan do’amu . Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada Ku, ia akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina“.

Dalam ayat ini terdapat perintah untuk berdoa. Perintah dari Allah artinya Allah mencintai dan meridhainya. Sehingga doa adalah ibadah karena merupakan perintah Allah. Apabila kita memahami bahwa doa itu ibadah, maka kaidahnya ibadah tidak boleh dipalingkan kepada selain Allah. Apabila dipalingkan kepada selain Allah walau pun sedikit, maka itu adalah kesyirikan.

Mintalah dari hajat dan keperluan kalian, Allah akan perkenankan (kabulkan) permohonan kalian. “Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada Ku”, disini disebutkan bahwa doa adalah ibadah sebagaimana diawal disebutkan doa.

Mereka akan masuk dalam neraka jahanam dalam keadaan hina“, siksaan neraka dan kehinaan.

Wallahu Ta’ala ‘Alam

Sumber:

  • Diktat, Silsilah yang menyelamatkan dari Api Neraka 2, Menjawab Tiga Pertanyaan Malaikat di Alam Kubur, Dzulqarnain M. Sunusi, Pustaka As-Sunnah, 2017
  • Seri Buku-Buku Aqidah, Agar Mudah Menjawab Tiga Pertanyaan Malaikat, Terjemah Kitab Tsalatsatul Ushul, Bambang Abu Ubaidillah, Madrosah Sunnah