Hadits dari Abu Hurairah tentang Rasulullah tidak bisa membela kerabatnya yang tidak beriman dan beramal shalih

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid

  • Penulis: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
  • Pensyarah: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafizahullah

Bab 14: Firman Allah Ta’ala, “Patutkan mereka berbuat syirik (dengan menyembah selain Allah) yang tidak dapat menciptakan apa-apa, bahkan mereka itu diciptakan? Padahal, (sembahan-sembahan selain Allah) itu tidak mampu menolong (orang-orang musyrik) juga tidak sanggup menolong diri sendiri” (Al-A’raf: 191-192)

Dalil Ke-4

Juga dalam (Ash-Shahih) dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, beliau berkata, “Ketika (ayat), ‘Dan berilah peringatan kepada keluargmu yang terdekat.’ (Asy-Syu’ara: 214) diturunkan kepada Rasulullah ﷺ, beliau berdiri seraya bersabda,

Wahai segenap kaum Quraisy -atau ucapan yang semisalnya- tebuslah diri kalian (dari siksa Allah). Sesungguhnya aku tidak bisa mencukupi kalian sedikitpun di hadapan Allah. Wahai ‘Abbas bin Abdul Muthalib, sesungguhnya aku tidak bisa mencukupi/membela dirimu sedikitpun di hadapan Allah. Wahai Shafiyyah, bibi Rasulullah ﷺ, sesungguhnya aku tidak bisa mencukupi/membela dirimu sedikitpun di hadapan Allah, Wahai Fathimah, putri Muhammad, mintalah harta kepadaku sebagaimana keinginanmu. Sesungguhnya aku tidak bisa mencukupi/membela dirimu sedikitpun di hadapan Allah“.

Biografi

Abu Hurairah, disebutkan bahwa nama beliau yang benar adalah Abdurahman bin Shakr, dari suku Daus, termasuk orang-orang yang mulia, yang banyak hafalan lagi ulama dari kalangan sahabat. Beliau meriwayatkan lebih dari lima ribu hadits. Beliau meninggal pada 57, 58, atau 59 H.

Makna Hadits SecaraGlobal

Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu mengabarkan tentang apa yang dilakukan oleh Rasulullah ﷺ ketika Allah memerintahkan dalam kitab-Nya yang mulia untuk memberi peringatan kepada kerabat-kerabatnya, bahwa beliau betul-betul melaksanakan perintah tersebut. Beliau menyeru/memanggil orang-orang Quraisy secara keseluruhan, juga beliau seru pamannya, bibinya, serta anak perempuannya. Beliaupun memperingatkan mereka secara khusus dan memerintahkan mereka untuk menyelamatkan diri masing-masing dari adzab Allah dengan cara menauhidkan dan menaati-Nya. Beliau menyampaikan bahwa beliau tidak dapat melindungi mereka dari adzab Allah sedikitpun apabila mereka tidak beriman.

Maka semata-mata kedekatan hubungan kekerabatan mereka dengan Rasul, tidaklah bermanfaat bagi mereka tanpa keimanan.

Hubungan antara Hadits dan Bab

Hadits ini menunjukkan bahwa tidak boleh meminta kepada Rasul, apalagi kepada selain Rasul, kecuali apa-apa yang disanggupi dalam perkara dunia. Adapun dalam perkara-perkara yang tidak disanggupi kecuali oleh Allah, maka tidaklah boleh memintanya kecuali kepada Allah. Pada hadits ini, terdapat bantahan terhadap para penyembah kubur yang mereka beristighasah akan kesulitan-kesulitan dan dalam pemenuhan keperluan-keperluannya kepada orang-orang yang telah meninggal.

Faedah Hadits

  1. Bantahan terhadap orang-orang yang menyembah para nabi dan orang-orang shalih, yang mereka itu menggantungkan diri kepada makhluk dalam pemenuhan keperluan-keperluan mereka yang tidak disanggupi (pemenuhannya) kecuali hanya oleh Allah.
  2. Bahwasannya tidak boleh memintah kepada hamba kecuali apa-apa yang disanggupinya.
  3. Bersegeranya Nabi ﷺ dalam melaksanakan perintah Allah serta menyampaikan risalah.
  4. Bahwasannya tidak ada yang bisa menyelamatkan dari adzab Allah kecuali iman dan amal shalih, bukan hanya dengan bersandar kepada nasab keturunan seseorang.
  5. Bahwa orang yang pantas menjadi paling dekat dengan Rasul ﷺ adalah orang-orang yang taat dan mengikuti beliau, baik dari kalangan kerabat-kerabat beliau maupun selainnya.
  6. Bahwa semata-mata memiliki hubungan kekerabatan dengan Rasul ﷺ tidak ada manfaatnya kalau tidak memiliki iman dan amal shalih serta aqidah yang benar.

Wallahu Ta’ala A’lam

Referensi:

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.

Hadits dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma mengenai Nabi Shallallahu Alaihi Wasalam mendoakan kejelekan bagi kaum musyrikin

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid

  • Penulis: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
  • Pensyarah: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafizahullah

Bab 14: Firman Allah Ta’ala, “Patutkan mereka berbuat syirik (dengan menyembah selain Allah) yang tidak dapat menciptakan apa-apa, bahkan mereka itu diciptakan? Padahal, (sembahan-sembahan selain Allah) itu tidak mampu menolong (orang-orang musyrik) juga tidak sanggup menolong diri sendiri” (Al-A’raf: 191-192)

Dalil Ke-3

Juga dalam (Ash-Shahih) dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma, (beliau berkata) bahwa beliau mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berdoa (setelah kepala beliau terluka dan gigi taring beliau patah) ketika mengangkat kepala dari ruku’ pada rakaat terakhir dalam shalat Subuh, “Ya Allah, laknatlah fulan dan fulan,” yaitu seletah mengucapkan, “Sami’allahu liman hamidah, Rabbana lakal hamdu“. Oleh karena itu, Allah menurunkan firman-Nya.

لَيْسَ لَكَ مِنَ ٱلْأَمْرِ شَىْءٌ

Tiada hak sedikitpun bagimu (untuk campur tangan) dalam urusan mereka” (Ali ‘Imran: 128)

Di dalam riwayat lain (disebutkan), “Beliau mendoakan kejelekan bagi Shafwan bin Umayyah, Suhail bin ‘Amr, dan Al-Harits bin Hisyam maka turnlah ayat,

Tiada hak sedikitpun bagimu (untuk campur tangan) dalam urusan mereka” (Ali ‘Imran: 128)

Biografi

Ibnu Umar adalah Abdullah bin Umar bin Al-Khathtab Radhiyallahu Anhuma, seorang shahabat yang mulia, termasuk ahli ibadah dan ulama dari kalangan shahabat. Beliau meninggal pada 73 H.

Makna Hadits SecaraGlobal

Abdullah bin Umar Radyiallahu Anhu mengabarkan bahwa ia mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mendoakan kejelekan daam shalat terhadap beberapa orang dari kalangan tokoh-tokoh orang kafir yang telah menyakitinya pada perang Uhud, maka Allah menegurnya dengan firman-Nya “Tiada hak sedikitpun bagimu (untuk campur tangan) dalam urusan mereka” (Ali ‘Imran: 128).

Lalu Allah memberikan taubat kepada mereka, sehingga mereka beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.

Hubungan antara Hadits dan Bab

Di dalam hadits terdapat penjelasan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam tidak mampu membela dirinya dari gangguan kaum musyrikin, tidak pula membela para shahabatnya bahkan beliau meminta perlindungan kepada Allah Yang Maha Mampu dan Maha Berkuasa. Hal ini menunjukkan batilnya apa yang diyakini oleh para penyembah kubur terhadap para nabi dan orang-orang shalih.

Faedah Hadits

  1. Batilnya bergantung kepada para wali dan orang shalih dalam meminta pemenuhan keperluan dan pelepasan diri dari kesulitan.
  2. Bolehnya mendoakan kejelekan terhadap kaum musyrikin dalam shalat.
  3. Sebagai dalil (petunjuk) bahwa menyebutkan nama orang yang didoakan kebaikan atau kejelekan untuknya tidak membatalkan shalat.
  4. Adanya penegasan bahwa imam menggabungkan bacaan tasmi’ (Sami’allahu liman hamidah) dan tahmid (Rabbana wa lakal hamdu)

Wallahu Ta’ala A’lam

Referensi:

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.

Hadits dari Anas Radhiyallahu Anhu mengenai Nabi Shallallahu Alaihi Wasalam terluka di Perang Uhud

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid

  • Penulis: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
  • Pensyarah: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafizahullah

Bab 14: Firman Allah Ta’ala, “Patutkan mereka berbuat syirik (dengan menyembah selain Allah) yang tidak dapat menciptakan apa-apa, bahkan mereka itu diciptakan? Padahal, (sembahan-sembahan selain Allah) itu tidak mampu menolong (orang-orang musyrik) juga tidak sanggup menolong diri sendiri” (Al-A’raf: 191-192)

Dalil Ke-2

Di dalam Ash-Shahih dari Anas Radhiyallahu Anhu, beliau berkata, “Pada perang Uhud, Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam terluka pada kepala, dan gigi taring beliau patah. Beliau pun bersabda, “Bagaimana akan beruntung, suatu kaum yang melukai Nabi mereka?’ Maka turunlah (ayat),

لَيْسَ لَكَ مِنَ ٱلْأَمْرِ شَىْءٌ

Tiada hak sedikitpun bagimu (untuk campur tangan) dalam urusan mereka” (Ali ‘Imran: 128)

Makna Hadits SecaraGlobal

Anas Radhiyallahu Anhu mengabarkan apa yang terjadi pada diri Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam dalam peperangan Uhud berupa berbagai gangguan dan cobaan dari tangan musuh-musuhnya berupa luka-luka di dua tempat di tubuh beliau yang mulia. Maka seakan-akan beliau Shallallahu Alaihi Wasallam merasa putus asa bahwa orang-orang kafir Quraisy akan mendapatkan keburuntungan. Maka dengan sebab itualh dikatakan kepada beliau, “Tiada hak sedikitpun bagimu (untuk campur tangan) dalam urusan mereka” (Ali ‘Imran: 128).

Artinya akibat akhir dari suatu perkara dan hukum terhadap seseorang adalah di tangan Allah, maka berjalanlah kamu dengan keadaanmu dan teruslah berdakwah.

Hubungan antara Hadits dan Bab

Pada hadits ini terdapat dalil akan batilnya kesyirikan kepada wali dan orang shalih, sebab apabila Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tidak mampu menolak musibah yang menimpanya, dan beliau juga tidak mampunyai hak sedikitpun untuk turut campur dalam menentukan suatu perkara, maka lebih-lebih selain Beliau Shallallahu Alaihi Wasallam.

Faedah Hadits

  1. Menunjukkan batilnya kesyirikan kepada para wali dan orang shalih, karena apabila Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam saja tidak mampu menolak bahaya dari diri beliau sendiri dan tidak berkuasa terhadap suatu perkara apapun, terlebih lagi selain beliau.
  2. Terjadinya sakit dan ujian pada diri nabi ‘alaihimus shalatuwas salam.
  3. Kewaijiban ikhlas dalam beribadah kepada Allah, karena hanya Dia semata yang menguasai segala urusan.
  4. Disyrariatkan untuk bersabar dan menanggung gangguan dan kesulitan di jalan dakwah kepada Allah
  5. Dilarang berputus asa dari rahmat Allah, meskipun manusia berbuat berbagai macam kemaksiatan selain kesyirikan.

Catatan Kajian

Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah: Bab 14 Firman Allah Ta’ala – Al-A’raf: 191-192

Pada pertempuran Uhud, Nabi mengalami luka di kulit kepala tanpa menyentuh tulangnya. Beberapa gigi taringnya patah akibat serangan Ukbah bin Abi Wakos. Nabi pernah mendoakan agar Ukbah meninggal dalam tidak lebih dari setahun, dan doa tersebut dikabulkan. Ukbah meninggal dalam keadaan kafir sebelum setahun berlalu.

Maka Nabi mengatakan bahwa bagaimana mungkin suatu kaum bisa meraih kebahagiaan dengan melakukan kekerasan terhadap nabi mereka. Mereka melukai kepala nabinya dan mematahkan giginya.

Maka turunlah ayat “Tiada hak sedikitpun bagimu (untuk campur tangan) dalam urusan mereka“. Ini berarti bahwa Nabi Muhammad tidak memiliki hak untuk campur tangan dalam hukum para hamba Allah. Semuanya ditangan Allah Subhanahu Wata’ala.

Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam adalah makhluk yang paling mulia di sisi Allah. Apabila beliau meminta apapun, Allah akan memberikannya. Akan tetapi, ayat ini adalah penegasan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam tidak memiliki kekuasaan apapun dalam hal seperti ini. Beliau hanyalah hamba dan rasul Allah Subhanahu Wata’ala. Yang menentukan hukuman terhadap makhluk hanyalah Allah Subahanahu Wata’ala.

Wallahu Ta’ala A’lam

Referensi:

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.

Patutkah Menyembah pada yang tidak Mempunyai Kuasa, Tidak Mendengar, dan Tidak mampu Memperkenankan Permintaanmu?

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid

  • Penulis: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
  • Pensyarah: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafizahullah

Bab 14: Firman Allah Ta’ala, “Patutkan mereka berbuat syirik (dengan menyembah selain Allah) yang tidak dapat menciptakan apa-apa, bahkan mereka itu diciptakan? Padahal, (sembahan-sembahan selain Allah) itu tidak mampu menolong (orang-orang musyrik) juga tidak sanggup menolong diri sendiri” (Al-A’raf: 191-192)

Dalil Pertama

Firman Allah Ta’ala:

وَٱلَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِهِۦ مَا يَمْلِكُونَ مِن قِطْمِيرٍ ١٣ إِن تَدْعُوهُمْ لَا يَسْمَعُوا۟ دُعَآءَكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا۟ مَا ٱسْتَجَابُوا۟ لَكُمْ ۖ وَيَوْمَ ٱلْقِيَـٰمَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ ۚ وَلَا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍۢ ١٤

Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan pada hari kiamat, mereka akan mengingkari kemusyirikanmu dan tidak ada yang dapat memberi keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui. (Fathir: 13-14)

Makna Ayat Secara Global

Allah Ta’ala mengabarkan tentang keadaan mereka yang diseru dari selain Allah, seperti kalangan malaikat, para nabi, patung-patung, dan yang lainnya, yang menunjukkan kelemahan dan ketidakmampuan mereka.

Juga, tidak ada pada mereka syarat-syarat yang harus ada pada yang diseru/diibadahi, yaitu: memiliki apa-apa yang diminta darinya, mendengar doa, dan mampu menjawab (mengabulkan) doa tersebut. Jika satu syarat saja tidak ada, maka batallah untuk dijadikan sebagai yang diseru/disembah, maka bagaimana pula kalau keseluruhan syaratnya tidak ada.

Hubungan antara Ayat dan Bab

Dalam ayat di atas terdapat keterangan yang pasti dan kukuh tentang batilnya kesyirikan, dan terdapat bantahan terhadap kaum musyrikin

Faedah Ayat

  1. Menunjukkan batilnya kesyirikan dngan dalil yang kuat dan keterangan yang sangat jelas.
  2. Penjelasan tentang syarat-syarat yang wajib dipenuhi pada yang diseru yang dimintai pertolongan yaitu:
    • Memiliki apa-apa yang diminta darinya.
    • Mendengan doa orang yang berdoa kepadanya.
    • Mampu menjawab doa.
  3. Bahwa perkara aqidah dibangun di atas bukti keterangan-keterangan dan keyakinan, bukan dibangun di atas prasangka dan dugaan serta taqlid buta.
  4. Penetapan ilmu Allah tentang akibat-akibat dari semua perkara.

Wallahu Ta’ala A’lam

Referensi:

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.

Firman Allah Ta’ala, “Patutkan mereka berbuat syirik (dengan menyembah selain Allah) yang tidak dapat menciptakan apa-apa, bahkan mereka itu diciptakan?”

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid

  • Penulis: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
  • Pensyarah: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafizahullah

Bab 14: Firman Allah Ta’ala, “Patutkan mereka berbuat syirik (dengan menyembah selain Allah) yang tidak dapat menciptakan apa-apa, bahkan mereka itu diciptakan? Padahal, (sembahan-sembahan selain Allah) itu tidak mampu menolong (orang-orang musyrik) juga tidak sanggup menolong diri sendiri” (Al-A’raf: 191-192)

Firman Allah Ta’ala:

أَيُشْرِكُونَ مَا لَا يَخْلُقُ شَيْـًۭٔا وَهُمْ يُخْلَقُونَ ١٩١ وَلَا يَسْتَطِيعُونَ لَهُمْ نَصْرًۭا وَلَآ أَنفُسَهُمْ يَنصُرُونَ ١٩٢

Patutkan mereka berbuat syirik (dengan menyembah selain Allah) yang tidak dapat menciptakan apa-apa, bahkan mereka itu diciptakan? Padahal, (sembahan-sembahan selain Allah) itu tidak mampu menolong (orang-orang musyrik) juga tidak sanggup menolong diri sendiri” (Al-A’raf: 191-192)

Hubungan antara Bab dan Kitab Tauhid

Di dalam bab ini, Penulis menjelaskan dalil-dalil tentang kebatilan kesyirikan dan menjelaskan keadaan mereka yang diseru selain Allah. Dalam hal ini, ada penetapan tauhid dengan keterangan-keterangan yang kuat dan kukuh.

Makna Ayat Secara Global

Allah mencela kaum musyrikin karena mereka menyembah bersama Allah sembahan-sembahan yang tidak bisa menciptakan sesuatu dan tidak memiliki hak untuk disembah, serta tidak mampu melindungi orang-orang yang menyembahnya dari bahaya, bahkan tidak mampu melindungi dirinya sendiri dari bahaya. Kalau keadaannya seperti ini maka batillah penyeruan/penyembahan kepada mereka. Karena makhluk tidak mungkin bisa menjadi sekutu bagi khaliq/pencipta, sedang yang lemah tidak akan menjadi sekutu bagi Yang Maha Kuat yang tidak ada sesuatu yang bisa melemahkan-Nya.

Faedah Ayat

  1. Menunjukkan batilnya kesyirikan dari dasarnya, karena bergantung kepada makhluk yang lemah.
  2. Bahwa sang penciptalah yang berhak untuk diibadahi.
  3. Pendalilan dengan tauhid rububiyyah untuk menetapkan tauhid uluhiyyah.
  4. Disyariatkan untuk membantah kaum musyrikin dalam rangka membela al-haq dan menghancurkan kebatilan.

Catatan Kajian

Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah: Bab 14 Firman Allah Ta’ala – Al-A’raf: 191-192

Bab ini dibawahkan sebagai bantahan terhadap kaum musyrikin, siapapun dia, dan penjelasan bagaimana keadaan orang-orang yang dimintai doa. Bahwa mereka yang didoai tidak bisa memberi manfaat dan tidak bisa menolak bahaya.

Bab ini menegaskan tauhid dengan hujjah dan argumen. Bantahan kaum musyrikin sekaligus menjelaskan keadaan orang-orang yang didoakan.

Bagaimana mungkin bisa menjadi tandaingan bagi Allah yang menciptakannya.

Ini adalah celaan terhadap kaum musyrikin. Mereka beribadah kepada selain Allah yang tidak berhak diibadahi karena empat hal, sebagai berikut

  1. Tidak menciptakan sesuatu apapun
  2. Yang diibadahi adalah makhluk ciptaan Allah
  3. Mereka tidak mempu menolong kaum musyrikin yang menyembah mereka
  4. Mereka sendiri tidak mampu menolong diri-diri mereka.

Syirik adalah bergantung kepada makhluk yang tidak mampu.

Faedah Ayat

  1. Kebatilan kesyirikan dari dasarnya karena adalah ketergantungan kepada makhluk yang lemah
  2. Yang mencipta dialah satu-satunya yang berhak diibadahi
  3. Terdapat pernyataan dengan tauhid rubuiyyah akan penetapan tauhid uluhiyyah. Sebab kaum musyrikin mengakui bahwa yang mencipta hanyalah Allah. Kaum musyrikin mengakui bahwa Allah satu-satunya yang mencipta, seharusnya mengakui bahwa Allah adalah satu-satunya yang diibadahi.
  4. Syariat untuk mematahkan hujjah kaum musyrikin

Wallahu Ta’ala A’lam

Referensi:

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.