Perhatikanlah Apa yang Telah Dilakukan oleh orang-orang Kafir Terdahulu dan Bagaimana Keadaan Mereka

Kitab Syarah Riyadhus Shalihin Karya Abu Zakaria An-Nawawi Rahimahullah

Pensyarah: Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah

Bab 9 Memikirkan Kekuasaan Allah, Fananya Dunia, Kesulitan-Kesulitan di Akhirat, Pengendalian dan Pendidikan Jiwa, Serta Membimbingnya untuk Istiqamah.

Ayat Al-Quran yang berkaitan dengan Tafakkur

Firman Allah Ta’ala,

۞ أَفَلَمْ يَسِيرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ فَيَنظُرُوا۟ كَيْفَ كَانَ عَـٰقِبَةُ ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۚ دَمَّرَ ٱللَّهُ عَلَيْهِمْ ۖ وَلِلْكَـٰفِرِينَ أَمْثَـٰلُهَا

Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu. (QS. Muhammad: 10)

Penjelasan:

Allah Ta’ala memerintahkan untuk melakukan perjalanan dengan telapak kaki dan perjalanan dengan hati.

  1. Perjalanan dengan telapak kaki adalah seseorang berjalanan di muka bumi dengan kedua kakinya atau dengan kendaraan sehingga dia dapat melihat apa yang telah dilakukan oleh orang-orang kafir dan bagaimana keadaan mereka.
  2. Perjalanan dengan hati yaitu merenungi cerita-cerita yang telah dinukil dari berita-berita mereka.

Kitab yang paling shahih yang menceritakan kabar-kabar orang terdahulu adalah kitab Allah Azza wa Jalla, sebagaimana Allah berfirman: “Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal.

Al-Qur’an dipenuhi dengan cerita-cerita orang-orang terdahulu yang mendustakan para rasul dan para pendukung rasul, dan Allah menjelaskan akibat perbuatan masing-masing.

Begitu juga dalam As-Sunnah terdapat cerita-cerita orang-orang yang terdahulu. Terdapat banyak sekali hadist-hadist yang bermanfaat yang jika itu shahih dari Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam maka ia termasuk kabar yang paling benar yang dinukilkan. Adapun yang diceritakan oleh para pakar sejarah, maka perlu hati-hati karena kebiasan kitab-kitab sejarah, ini tidak memiliki dasar dan sanad tetapi hanya berupa cerita-cerita yang beredar di antara manusia.

Wallahu Ta’ala A’lam

Perhatikanlah, bagaimana unta diciptakan, langit ditingikan, gunung ditegakkan dan bumi dihamparkan.

Kitab Syarah Riyadhus Shalihin Karya Abu Zakaria An-Nawawi Rahimahullah

Pensyarah: Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah

Bab 9 Memikirkan Kekuasaan Allah, Fananya Dunia, Kesulitan-Kesulitan di Akhirat, Pengendalian dan Pendidikan Jiwa, Serta Membimbingnya untuk Istiqamah.

Ayat Al-Quran yang berkaitan dengan Tafakkur

Firman Allah Ta’ala,

أَفَلَا يَنظُرُونَ إِلَى ٱلْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ ١٧ وَإِلَى ٱلسَّمَآءِ كَيْفَ رُفِعَتْ ١٨ وَإِلَى ٱلْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ ١٩ وَإِلَى ٱلْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ ٢٠

Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta, bagaimana dia diciptakan, Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung, bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi, bagaimana ia dihamparkan? (Al-Ghasyiyah: 17-20)

Penjelasan:

Apakah mereka tidak memperhatikan”, ini termasuk bab motivasi untuk meneliti pada empat perkara ini, tentang unta coba renungkanlah bagaimana Allah menciptakannya dengan bentuk besar ini sehingga mampu membawa barang yang berat. Unta yang besar dan kuat ini telah Allah tundukan kepada hamba-Nya (An-Nahl: 16).

dan kepada langit bagaimana ia diangkat”, langit yang besar diangkat oleh Allah Ta’ala dengan sangat tinggi tidak ada makhluk yang bisa menjangkaunya. Langit diangkat tanpa penyangga, maka renungkanlah (Ar-ra’ad: 2).

dan lihatlah gunung bagaimana ia ditegakkan,” jikalau seluruh makhluk berkumpul dengan segala kekuatan yang mereka miliki, tentu tidak akan dapat membuat yang semisal dengannya. Diantara hikmah Allah Ta’ala tegakkah gunung yang begitu besar adalah sebagai pasak yang menetapkan bumi dan menjaganya dari goncangan (Luqman: 10).

dan bumi bagaimana ia dihamparkan,” Allah Ta’ala menjadikan bumi terhampar, dan ditundukkan kepada hamba-Nya, dapat diberdayakan oleh makhluk-Nya, tanahnya dapat ditanami sehingga manusia dapat mengambil manfaat.

Wallahu Ta’ala A’lam

Mengingat Allah Dalam Setiap Keadaan.

Kitab Syarah Riyadhus Shalihin Karya Abu Zakaria An-Nawawi Rahimahullah

Pensyarah: Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah

Bab 9 Memikirkan Kekuasaan Allah, Fananya Dunia, Kesulitan-Kesulitan di Akhirat, Pengendalian dan Pendidikan Jiwa, Serta Membimbingnya untuk Istiqamah.

Ayat Al-Quran yang berkaitan dengan Tafakkur

Kemudian Allah berfirman dalam mensifati orang-orang berakal:

ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَـٰمًۭا وَقُعُودًۭا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَـٰذَا بَـٰطِلًۭا سُبْحَـٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Ali-‘Imran 191)

Penjelasan:

  • Orang-orang yang berakal adalah yang mengingat Allah dalam setiap keadaannya.

Dua macam dzikir:

  1. Dzikir mutlak di setiap waktu. Nabi Shallallahu Alaihi Wasalam bersabda, “Hendaklah lisanmu selalu basah dengan dzikir kepada Allah”. Maka dzikir kepada Allah di sini bersifat mutlak tidak dibatasi dengan jumlah, bahkan sesuai dengan kegiatan seseorang.
  2. Dzikir yang dibatasi dengan jumlah atau keadaan tertentu, seperti dzikir-dzikir shalat dalam ruku’, dalam sujud, setelah salam, dzikir masuk rumah dan keluar rumah, dzikir naik kendaraan, dan sebagainya.

Dua cara dzikir:

  1. Dzikir Tamm (sempurna), yaitu dzikir terus menerus dilakukan seseorang dengan hati dan lisannya.
  2. Dzikir Naqis (tidak sempurna), yaitu dzikir yang dilakukan dengan lisan sedangkan hatinya lalai.

Firman-Nya, “Dan mereka berfikir tentang penciptaan langit dan bumi” kemudian mereka berkata, “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini sia-sia“, yakni mereka berfikir tentang penciptaan langit dan bumi, mengapa Allah menciptakannya dan lain sebagainya.

Tidaklah penciptaan langit dan bumi ini sia-sia. Manusia tidak diciptakan hanya untuk makan, minum, dan bersenang-senang, sebagaimana bersenang-senangnya hewan. Allah Ta’ala berfirman, “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku” (Adz-Dzariyat: 56)

Orang-orang yang menyangka penciptaan langit dan bumi ini hanya sia-sia, mereka itulah penduduk neraka. Allah Ta’ala berfirman, “Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka” (Shad: 27)

Maka lindungilah kami dari azab neraka“, yakni mereka bertawasul kepada Allah dengan memuji kepada-Nya dengan sifat-sifat yang sempurna, agar dijauhkan dari neraka.

Wallahu Ta’ala A’lam

Dalam Setiap Apa yang telah diciptakan Allah Terdapat Tanda-Tanda Kekuasan-Nya.

Kitab Syarah Riyadhus Shalihin Karya Abu Zakaria An-Nawawi Rahimahullah

Pensyarah: Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah

Bab 9 Memikirkan Kekuasaan Allah, Fananya Dunia, Kesulitan-Kesulitan di Akhirat, Pengendalian dan Pendidikan Jiwa, Serta Membimbingnya untuk Istiqamah.

Ayat Al-Quran yang berkaitan dengan Tafakkur

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَـٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ لَـَٔايَـٰتٍۢ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَـٰبِ

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (Ali-‘Imran 190)

Penjelasan:

  • Ini adalah ayat pertama dari sepuluh ayat yang Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam selalu membacanya ketika terbangun tidur untuk shalat malam.
  • Dalam setiap apa yang telah diciptakan Allah di langit dan di bumi, seperti bintang-bintang, matahari, bulan, pepohonan, lautan, sungai dan yang lainnya, ada tanda-tanda besar yang menunjukkan kesempurnaan keesaan-Nya, kekuasaan-Nya, kasih sayang-Nya, dan hikmah-Nya.
  • Firman Allah Ta’ala:

ٱللَّهُ ٱلَّذِى خَلَقَ سَبْعَ سَمَـٰوَٰتٍۢ وَمِنَ ٱلْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ

Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi” (At-Talaq: 12)

  • Firman Allah Ta’ala: “Dan silih bergantinya malam dan siang

Perbedaan siang dan malam:

  1. Malam itu gelap dan siang itu terang, sebagaimana firman Allah Ta’ala: “Dan kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran Kami), kemudian Kami hapuskan tanda malam dan kami jadikan tanda siang itu terang benderang” (Al-Isra: 12).
  2. Terkadang malam lebih panjang dan terkadang siang lebih panjang dan terkadang sama. Sebagaimana firman Allah Ta’ala: “Allah (kuasa) memasukan malam ke dalam siang dan memasukan siang ke dalam malam” (Al-Hajj: 61).
  3. Perbedaan keduanya dalam hal panas dan dingin, terkadang dingin dan terkadang panas.
  4. Dari segi subur dan kering terkadang dunia ini kering, panas bertahun-tahun dan terkadang subur bersemi dan luas.
  5. Perbedaan keduanya dalam masa perang dan damai, terkadang dunia ini berkecamuk perang, terkadang pula dalam keadaang damai, terkadang menang menjadi mulia dan terkadang kalah terhina, sebagaimana firman Allah: “Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran” (Ali-‘Imran: 14).
  • Barangsiapa yang merenungi perbedaan siang dan malam maka ia akan menemukan tanda-tanda kebesaran Allah Ta’ala yang tidak akan dapat dijangkau oleh akal-akal.
  • Firman Allah Ta’ala, “Sebagai tanda-tanda bagi orang-orang yang berfikir“, yakni bagi orang yang mempergunakan akalnya.
  • Kecerdasan itu berbeda dengan akal. Terkadang seorang cerdas namun gila dalam tingkah lakunya. Maka akal adalah yang mencegah dari tingkah laku yang jelek walaupun dia bukan seorang yang cerdas.
  • Semua orang kafir walaupun mereka cerdas, namun mereka bukanlah orang yang berakal, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ شَرَّ ٱلدَّوَآبِّ عِندَ ٱللَّهِ ٱلصُّمُّ ٱلْبُكْمُ ٱلَّذِينَ لَا يَعْقِلُونَ

Sesungguhnya makhluk bergerak yang bernyawa yang paling buruk dalam pandangan Allah ialah mereka yang tuli dan bisu (tidak mendengar dan tidak memahami kebenaran) yaitu orang-orang yang tidak mengerti. (Al-Anfal: 22)

  • Ulul Albab adalah orang-orang yang berakal yang berfikir tentang penciptaan langit dan bumi, melihat tanda-tanda kekuasaan Allah dan merenunginya, serta menjadikan bukti yang mengokohkan tanda-tanda kekuasaan Allah. Maka hendaklah kamu terus berusaha memikirkan alam semesta disertai dengan tadabbur.

Wallahu Ta’ala A’lam