Kesungguhan untuk menunaikan amalan-amalan wajib, apalagi ditambah dengan amalan sunnah.

Kitab Syarah Riyadhus Shalihin Karya Abu Zakaria An-Nawawi Rahimahullah

Pensyarah: Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah

Bab 11 Mujahadah (Bersungguh-sungguh Menunaikan Amal Shalih)

Hadits 96:Dari Abu Hurairah Radhyiallahu Anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman, “Barang siapa yang memusuhi kekasih-Ku, maka Aku nyatakan perang kepadanya. Tidak ada hamba-Ku yang mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih baik kecuali dengan apa yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku masih tetap mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan sunnah sehingga Aku mencintainya, dan jika Aku mencintainya, maka Aku menjadi pendengarannya yang ia pergunakan untuk mendengar, penglihatannya yang ia pergunakan untuk melihat, tangannya yang ia pergunakan untuk memegang, kakinya yang ia pergunakan untuk melangkah. Jika ia memohon kepada-Ku, pasti Aku akan mengabulkannya, dan jika ia berlindung kepada-Ku, pasti Aku akan melindunginya.” (HR. Al-Bukhari)

Penjelasan

Barangsiapa yang memusuhi kekasih-Ku, maka Aku nyatakan perang kepadanya“, memusuhi artinya menjauhi, lawan kata menolong.

Yang dimaksud Wali Allah adalah dijelaskan dalam firman Allah Ta’ala, “Ingatlah wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan senantiasa bertakwa” (QS. Yunus: 62-63)

Wali Allah adalah orang yang beriman, yaitu hakikat keimanan yang menghujam dalam hati dengan menunaikan konsekuensi keimanan. Dan orang yang bertakwa, yaitu menunaikan amal shalih dengan anggota badan sebaik-baiknya, menjauhi semua larangan-Nya, mereka memiliki keshalihan batin dengan keimanannya dan keshalihan lahir dengan ketakwaannya; mereka itu berhak mendapat predikat Wali Allah.

Wali Allah ini bukan orang yang mengklaim bahwa dirinya wali sebagaimana yang dilakukan para dajjal yang mengklaim di hadapan orang-orang awam, padahal hakikatnya adalah musuh Allah, na’udzubillah.

Barangsiapa yang memusuhi kekasih-Ku, maka Aku nyatakan perang kepadanya“, yaitu terang-terangan Aku umumkan perang kepadanya. Dengan demikian, orang yang memusuhi mereka ini sama halnya dengan memusuhi Allah.

Tidak ada hamba-Ku yang mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih baik kecuali dengan apa yang Aku wajibkan kepadanya“, artinya amalan wajib itu lebih dicintai Allah daripada amalan sunnah.

Hamba-Ku masih tetap mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan sunnah sehingga Aku mencintainya“. Ibadah sunnah itu untuk mendekatkan diri kepada Allah Azza wa Jalla dan penyempurna ibadah wajib. Jika seorang hamba memperbanyak perbuatan ini dengan tetap melakukan ibadah wajibnya dengan baik, maka ia berhak mendapat kecintaan Allah.

Jika Allah mencintainya, maka seperti firman-Nya, “maka Aku menjadi pendengarannya yang ia pergunakan untuk mendengar, penglihatannya yang ia pergunakan untuk melihat, tangannya yang ia pergunakan untuk memegang, kakinya yang ia pergunakan untuk melangkah,” yaitu Allah selalu mengarahkan empat anggota tubuh ini; pendengarannya tidak mendengar sesuatupun kecuali suatu kebaikan, penglihatannya tidak memandang yang diharamkan Allah, tangannya tidak melakukan sesuatu kecuali yang diridhai-Nya, dan kakinya tidak melangkah kecuali pada kebaikan yang diridhai-Nya.

Jika ia memohon kepada-Ku, pasti Aku akan mengabulkannya,” hal ini menjadi dalil bahwa wali Allah yang mendekatkan diri kepada-Nya dengan ibadah wajib dan sunnah, jika ia memohon kepada-Nya, pasti akan dikabulkan.

Dan jika ia berlindung kepada-Ku, pasti Aku akan melindunginya.” Yaitu jika ia berlindung dan menyerahkan urusannya kepada-Ku dari kejahatan orang-orang jahat, pasti Aku akan melindunginya, mengabulkan permohonannya, dan menghindarkannya dari semua yang ia khawatirkan.

Penulis menyebutkannya dalam bab ini karena jiwa manusia itu membutuhkan kesungguhan untuk menunaikan amalan-amalan wajib, apalagi ditambah dengan amalan sunnah.

Kita memohon kepada Allah agar menolong kita untuk selalu berdzikir, bersyukur, dan menunaikan ibadah kepada-Nya dengan baik.

Wallahu Ta’ala A’lam

Pendahuluan – Ayat Al-Quran yang berkaitan dengan Mujahadah

Kitab Syarah Riyadhus Shalihin Karya Abu Zakaria An-Nawawi Rahimahullah

Bab 11 Mujahadah (Bersungguh-sungguh Menunaikan Amal Shalih)

Allah Ta’ala berfirman,

وَٱلَّذِينَ جَـٰهَدُوا۟ فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلْمُحْسِنِينَ ٦٩

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut: 69)

وَٱعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ ٱلْيَقِينُ ٩٩

dan sembahlah Tuhan-mu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” (QS. Al-Hijr: 99)

وَٱذْكُرِ ٱسْمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيلًۭا ٨

Sebutlah nama Tuhan-mu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.” (QS. Al-Muzammil: 8)

Maksudnya menyendiri untuk beribadah kepada-Nya, Allah Ta’ala berfirman,

فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًۭا يَرَهُۥ ٧

Sebutlah nama Tuhan-mu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.” (QS. Al-Zalzalah: 7)

وَمَا تُقَدِّمُوا۟ لِأَنفُسِكُم مِّنْ خَيْرٍۢ تَجِدُوهُ عِندَ ٱللَّهِ هُوَ خَيْرًۭا وَأَعْظَمَ أَجْرًۭا ۚ

Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu, niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya.” (QS. Al-Muzammil: 20)

وَمَا تُنفِقُوا۟ مِنْ خَيْرٍۢ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٌ

Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengatahui.” (QS. Al-Baqarah: 273)

Dan ayat-ayat lain dalam bab ini sudah banyak di ketahui.

Penjelasan

Mujahadah, bersungguh-sungguh menunaikan amal shalih, maksudnya berusaha sekuat tenaga mengekang hawa nafsu diri dan orang lain.

Mengekang hawa nafsu ini dalam dua hal: dalam menunaikan ketaatan dan menjauhi maksiat.

Yang terpenting dalam hal ini adalah mengekang hawa nafsu untuk senantiasa ikhlas karena Allah Ta’ala dalam beribadah. Untuk ikhlas ini sangatlah berat karena sifat dasar manusia adalah ingin tinggi dan dihormati, senang dipuji dan dikatakan “seorang ahli ibadah, gemar menunaikan kebajikan, dan sebagainya.”

Dalam menunaikan ketaatan, memerlukan kesungguhan dalam melawan hawa nafsu seperti puasa dan menunaikan shalat berjamaah.

Begitu juga bersungguh-sungguh untuk meninggalkan perbuatan haram. Kebanyakan perbuatan yang diharamkan Allah sangat berat untuk ditinggalkan bagi sebagian orang.

Adapun berjihad melawan orang lain itu terbagi menjadi dua bagian: sebagian dengan ilmu dan bayaan (penjelasan) dan sebagian dengan senjata dan fisik.

Pertama, berjihad menghadapi orang-orang yang mengaku Muslim tetapi bukan orang Muslim, seperti orang-orang munafik. Kita tidak mungkin melawan mereka dengan senjata, karena mereka menampakkan keislaman bersama-sama kita, tetapi kita melawan mereka dengan menggunakan ilmu dan penjelasan.

Firman Allah Ta’ala: “Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah jahanam. Dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya.” (QS. At-Taubah: 73)

Kedua, berjihad melawan orang-orang kafir itu dengan memanggul senjata untuk melawan musuh yang terang-terangan menampakkan permusuhan terhadap Islam, seperti Yahudi dan Nasrani.

Kita memohon kepada-Nya untuk memuliakan kita dengan agama ini, dan memuliakan agama ini dengan kita, menjadikan kita semua termasuk para penyeru dan penolong kebenaran, menyiapkan pemimpin yang shalih untuk umat Islam ini menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.

Wallahu Ta’ala A’lam

Tafakkur Terhadap Amal Ibadah yang Telah Dilakukan.

Kitab Syarah Riyadhus Shalihin Karya Abu Zakaria An-Nawawi Rahimahullah

Pensyarah: Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah

Bab 9 Memikirkan Kekuasaan Allah, Fananya Dunia, Kesulitan-Kesulitan di Akhirat, Pengendalian dan Pendidikan Jiwa, Serta Membimbingnya untuk Istiqamah.

Ayat Al-Quran yang berkaitan dengan Tafakkur

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّمَآ أَعِظُكُم بِوَٰحِدَةٍ ۖ أَن تَقُومُوا۟ لِلَّهِ مَثْنَىٰ وَفُرَٰدَىٰ ثُمَّ تَتَفَكَّرُوا۟

“Aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri, kemudian kamu pikirkan (tentang Muhammad)” (QS. Saba’: 46)

Penjelasan:

Tafakkur adalah berkonsentrasi untuk berpikir dan merenungkan suatu masalah hingga menghasilkan suatu kesimpulan atau hikmah darinya.

Makna ayat diatas, yakni wahai Muhammad katakanlah kepada semua manusia, “Aku tidak memberikan nasihat kepada kalian kecuali dengan satu hal saja, jika kalian mengerjakannya maka kalian akan mendapatkan apa yang kalian harapkan dan selamat dari yang menakutkan.” Nasihat itu adalah firman Allah, “Yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri, kemudian kamu pikirkan.” (QS. Saba’: 46)

Supaya kamu menghadap Allah,” dengan ikhlas kepada-Nya, lalu kamu melaksanakan ketaatan kepada Allah sesuai dengan apa yang diperintahkan kepada kamu dengan penuh keikhlasan, kemudian renungkanlah.

Pada ayat ini ada isyarat yang menunjukkan bahwa jika seseorang melaksanakan suatu pekerjaan hendaklah ia memikirkan apa yang ia lakukan dengan amal itu; Apakah ia telah melaksanakannya sesuai dengan yang diperintahkan, mengurangi, atau menambah. Apakah amal yang dilakukan itu dapat menyucikan hati dan menbersihkan jiwa atau tidak. Jangan seperti orang yang melakukan kesalehan sebagai rutinitas sehari-hari tanpa pernah merenungkannya. Oleh karena itu renungkanlah ibadah yang telah kamu lakukan, seberapa jauh pengaruhnya terhadap hatimu dan keistiqamahanmu.

Misalnya dalam ibadah shalat, Allah Ta’ala berfirman:

وَٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ وَإِنَّهَا

Dan memohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat” (QS. Al-Baqarah: 45)

Maka, hendaklah kita berfikir, apakah jika kita shalat akan menambah kekuatan dan semangat kita dalam melakukan amal shaleh ataukah tidak.

Firman Allah Ta’ala:

وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ ۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ ۗ

Dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar“(QS. Al-‘Ankabut: 45)

Maka lihatlah shalatmu, apakah kamu jika shalat, kamu mendapatkan jiwamu membenci kemungkaran dan kemaksiatan atau shalat tidak memberikan faedah dalam hal ini.

Contoh lain dalam masalah zakat, yaitu harta yang wajib dikeluarkan zakatnya kepada orang-orang yang telah diperintahkan Allah. Allah Ta’ala berfirman:

خُذْ مِنْ أَمْوَٰلِهِمْ صَدَقَةًۭ تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا

“Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka” (QS. At-Taubah: 103)

Jika kamu telah menunaikan zakat, maka lihatlah zakat telah mensucikan dari akhlak-akhlak yang tercela dan dosa? Apakah hartamu telah bersih?.

Banyak orang yang menunaikan zakat, seakan-akan zakat adalah utang yang harus dilunasi, sehingga hatinya tidak menyukainya, tidak merasa bahwa harta itu dapat membersikahnnya, dan mensucikan jiwanya.

Ini adalah nasihat agung yang jika seseorang ternasehati dengannya maka akan bermanfaat baginya dan akan baik keadannya.

Kami memohon kepada Allah semoga Dia memperbaiki amal-amal dan keadaan kita.

Wallahu Ta’ala A’lam

Pendahuluan – Ayat Al-Quran yang berkaitan dengan Istiqomah

Kitab Syarah Riyadhus Shalihin Karya Abu Zakaria An-Nawawi Rahimahullah

Bab 8 Istiqamah

Allah Ta’ala berfirman,

فَٱسْتَقِمْ كَمَآ أُمِرْتَ

Maka tetaplah engkau (Muhammad) (di jalan yang benar), sebagaimana telah diperintahkan kepadamu” (QS. Hud: 112)

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَـٰمُوا۟ تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ ٱلْمَلَـٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَبْشِرُوا۟ بِٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمْ تُوعَدُونَ ٣٠ نَحْنُ أَوْلِيَآؤُكُمْ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَفِى ٱلْـَٔاخِرَةِ ۖ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِىٓ أَنفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ ٣١ نُزُلًۭا مِّنْ غَفُورٍۢ رَّحِيمٍۢ ٣٢

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), “Janganlah kamu takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Fushshilat: 30-31)

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَـٰمُوا۟ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ ١٣ أُو۟لَـٰٓئِكَ أَصْحَـٰبُ ٱلْجَنَّةِ خَـٰلِدِينَ فِيهَا جَزَآءًۢ بِمَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ ١٤

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istikamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-Ahqad: 13-14)

Penjelasan

Istiqamah yaitu seorang berpegang teguh dengan syariat Allah sebagaimana yang telah diperintahkan dan dilakukan ikhlas karena Allah Ta’ala.

Maka tetaplah engkau (Muhammad) (di jalan yang benar), sebagaimana telah diperintahkan kepadamu“. Perintah untuk istiqomah dalam ayat ini ditujukan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam dan juga berlaku bagi umatnya. Semuanya wajib untuk beristiqamah sebagaimana yang diperintahkan dan tidak boleh menukar agama Allah, menambah atau dan menguranginya.

Tuhan kami Allah” yaitu pencipta kami, raja kami dan pengatur urusan kami, maka kami ikhlas kepda-Nya. “Kemudian mereka beristiqamah” atas ucapan mereka bahwa Tuhan mereka adalah Allah dengan menegakkan syariat-syariat Allah.

Orang-orang inilah yang disifati dengan dua sifat. “Turun kepada mereka para malaikat“. Satu persatu mengatakan “Dan mereka tidak merasa takut dan bersedih“, yakni malaikat akan turun kepada mereka dengan perintah Allah di setiap tempat yang menakutkan apalagi ketika kematian datang, malaikat itu berkata pada mereka, “Janganlah kalian merasa takut dan janganlah kalian merasa bersedih“, yakni jangan takut dengan apa yang kalian hadapi dari perkara-perkara kalian dan jangan sedih dengan apa yang berlalu dari perkara-perkara kalian.

Dan berilah kabar gembira mereka dengan surga yang telah Allah janjikan kepadamu“, tidak diragukan lagi bahwa seseorang akan gembira jika dikatakan akan menjadi penduduk surga.

Di dalam hal ini ada dalil tentang pentingya istiqamah dalam agama Allah supaya manusia bisa kokoh tidak berkurang dan tidak bertambah, tidak merubah dan menggantinya. Adapun orang yang berlebihan dalam agama Allah, atau orang yang keras dari agama atau merubahnya maka dia bukan orang yang istiqamah pada syariat Allah Ta’ala. Istiqmah itu harus dengan keadilan di segala sisi, kemudian orang ini mampu komitmen.

Wallahu Ta’ala A’lam

Doa Keluar Rumah: Aku bertawakal kepada Allah, tidak ada daya dan tidak ada upaya kecuali milik Allah

Kitab Syarah Riyadhus Shalihin Karya Abu Zakaria An-Nawawi Rahimahullah
Penjelasan: Kajian Riyadhush Shalilhin #108 oleh Ustadz Abdul Qodir Abu Fa’izah, Lc Hafizahullah

Bab 7 Yakin dan Tawakal

Doa Keluar Rumah: Aku bertawakal kepada Allah

Hadits Ke 84: Dari Anas Radhiyallahu Anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, “Barangsiapa yang mengucapkan (doa) – yakni ketika keluar dari rumahnya –

بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ

Dengan menyebut nama Allah, aku bertawakal kepada Allah, tidak ada daya dan tidak ada upaya (kekuatan) kecuali milik Allah“.

Maka dikatakan kepadanya, “Engkau telah diberi hidayah, engkau telah dicukupi, engkau telah dijaga, dan setan akan menyingkir darinya“.

(HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasai, dan selain mereka. At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan”). Abu Dawud menambakan, “Maka dia -setan- berkata kepada setan yang lain, “Bagaimana engkau dapat mengajak (menggoda) seseorang yang telah diberi petunjuk, yang telah dilindungi, dan telah dijaga (oleh Allah)?

Penjelasan Hadits:

Doa ini pendek akan tetapi berisi kandungan yang luar biasa. Bismillah, dengan menyebut nama Allah, yakni saya meminta pertolongan dengan nama Allah.

Tawakaltu ‘ala Allah, saya bertawakal kepada Allah. Ketika meninggalkan rumah untuk suatu urusan maka hendaknya menyandarkan urusan-urusannya hanya kepada Allah. Kita semua ini adalah hamba yang lemah, yang hanya punya keinginan atau rencana. Akan tetapi Allah lah yang menentukan. Tidak boleh bersandar kepada kekuatan dan kemampuan kita.

Menghadirkan bahwa kita butuh dan percaya kepada Allah, rendah diri kita dihadapan Allah karena kita bukan siapa-siapa.

Kita tidak mempunyai kekuatan kecuali semua urusan dikembalikan kepada Allah.

Maka apabila kita membaca doa keluar rumah ini, malaikat berkata, “Kamu telah diberikan hidayah, dicukupi dan dilindungi”.

Telah diberikan hidayah“, maksudnya ada malaikat yang berkata, wahai hamba Allah, apabila engkau menyebut nama Allah maka sungguh engkau telah mendapatkan hidayah. Maksudnya telah diberikan rejeki untuk mencocoki kebenaran dan mendapati jalan yang lurus.

Dan kamu telah dicukupi“, maksudnya dicegah darimu kesedihanmu (kegalauanmu) dari apa-apa yang kamu inginkan atau yang kamu rencanakan. Terkadang kita merasa kegalauan ketika ingin melakukan sesuatu, maka dengan doa ini tidak akan terjadi kegalauan lagi dalam menjalankan urusan kita.

Dan kamu telah dijaga“, maksudnya telah dijaga dari musuhmu yaitu syaithon. Sehingga kelanjutan hadits dikatakan, “Dan menyingkir darinya syaithon“.

Faedah Hadits (dari beberapa ulama):

Pertama, dianjurkan (disunahkan) bagi seseorang apabila keluar dari rumahnya untuk membaca doa diatas.

Kedua, sesungguhnya apabila seorang hamba meminta pertolongan dengan menyebut nama Allah, dan dengan Nama Allah yang diberkahi. Maka sungguh Allah akan memberinya hidayah dan membimbingnya, dan menolongnya dalam urusan-urusan agama dan dunianya.

Ketiga, Hadits ini menunjukan kepada kita tentang agungnya dzikir yang diberkahi ini. Dan pentingnya melakukan penjagaan terhadap doa ini, ketika seorang muslim keluar dari rumahnya. Pada setiap kali dia keluar, agar dia meraih sifat-sifat yang diberkahi ini yaitu diberikan hidayah, dicukupi, dan dilindungi. Dan juga buah-buahnya yang agung tersebut dalam hadits ini termasuk syaithon yang menjauh.

Keempat, ada ulama yang membuat bab khusus yaitu Bab Keutamaan La Haula Wala Kuwata ila Billah.

Kelima, ada ulama yang menasukan hadits ini dengan judul bab: adab masuk dan keluar dari rumah.

Keenam, didalam hadits ini terdapat dalil bahwa seorang manusia sepantasnya agar mengucapkan dzikir ini. Dalam doa ini terdapat tawakal seorang hamba kepada Allah, dan berlindungnya dia kepada Allah. Hal ini dikarenakan apabila seorang manusia keluar dari rumahnya, maka dia hakikatnya adalah sasaran untuk terkena musibah yang menimpa dirinya. Atau ada yang menyerangknya berupa hewan (ular, kala jengking) atau orang jahat.

Wallahu Ta’ala A’lam

Doa Keluar Rumah: Aku bertawakal kepada Allah

Kitab Syarah Riyadhus Shalihin Karya Abu Zakaria An-Nawawi Rahimahullah
Pensyarah: Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah

Bab 7 Yakin dan Tawakal

Doa Keluar Rumah: Aku bertawakal kepada Allah

Hadits Ke 84: Dari Ummul Mu’minin Ummu Salamah, nama aslinya adalah Hindun binti Abu Umayyah Hudzaifah Al-Makhzumiyyah Radhiyallahu Anha, bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam jika keluar dari rumahnya, beliau membaca (doa):

بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ، اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ، أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ، أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ، أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عليَّ

Bismillaahi tawakaltu Alallaah, Allahumma inni a’udzu bika an adhilla aw udholla, aw azilla aw uzalla, aw azhlima aw uzhlama, aw ajhala aw yujhala ‘alayya

Dengan menyebut nama Allah, aku bertawakal kepada Allah. Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari sesuatu yang menyesatkan atau disesatkan, dari sesuatu yang menggelincirkan atau tergelincirkan, dari sesuatu yang menganiaya atau dianiaya, dan dari sesuatu yang membodohkan atau dibodohi”

(Hadits Shahih, HR Abu Dawud dan At-Tirmidzi dan selain keduanya dengan sanad yang shahih, dan At-Tirmidzi berkata,”Hadits hasan shahih, dan ini lafaz Abu Dawud)

Penjelasan:

  • Sabda beliau, “Dengan nama Allah, aku bertawakal pada Allah“. Hal ini menunjukan bahwa seseorang seyogianya jika keluar dari rumah untuk mengucapkan dzikir ini yang menunjukkan adanya nilai ketawakalan kepada Allah dan berpegang teguh kepada-Nya.
  • Sabda beliau, “Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari kesesatan”, yakni ketersesatan didalam diriku. “Dan aku disesatkan”, yakni seseorang yang menyesatkanku.
  • Atau disesatkan orang lain atau digelincirkan dari ketergelinciran. Aku tersesat atau disesatkan, yakni seseorang yang mendorongku untuk berbuat keliru.
  • Atau aku menzhalimi“, yakni aku menzhalimi orang lain selainku. “Atau aku dizhalimi“, yakni seseorang menzhalimiku,
  • Aku bersifat bodoh atau aku dibodohi“, yakni membodohiku dan bebuat kejelekan kepadaku.
  • Inilah dzikir yang seharusnya diucapkan seseorang ketika keluar dari rumahnya dimana di dalam doa ini terdapat permintaan perlindungan kepada Allah dan berpegang teguh kepada-Nya.

Wallahu Ta’ala A’lam

Apa yang kamu cemaskan dengan dua orang, sedang Allah yang ketiganya

Kitab Syarah Riyadhus Shalihin Karya Abu Zakaria An-Nawawi Rahimahullah
Pensyarah: Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah

Bab 7 Yakin dan Tawakal

Apa yang kamu cemaskan dengan dua orang, sedang Allah yang ketiganya

Hadits Ke 82: Dari Abu Bakar Ash-Shidiq Radhiyallahu Anhu, Abdullah bin Utsman bin Amir bin Umar bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bun Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib Al-Qurasyi At-Taimi, – dia dan bapaknya serta ibunya adalah shahabat Rasulullahu Alaihi wa Sallam- ia berkata, “Ketika kami berada di gua -Tsur-, aku melihat kaki orang-orang Musyrik berada diatas kepala kami, maka aku berkata, “Wahai Rasulullah, jikalau salah seorang dari mereka melihat ke bawa telapak kakinya maka dia akan melihat kita.” Maka beliau bersabda, “Wahai Abu Bakar, apa yang kamu cemaskan dengan dua orang, sedangkan Allah yang ketiganya.” (Muttafaq Alaih)

Penjelasan

  • Kisah ini terjadi ketiga Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam hijrah dari Mekah menuju Madinah pada tahun ketiga belas kenabiannya. Beliau ditemani oleh Abu Bakar, penunjuk jalan, dan seorang pembantu.
  • Ketika orang-orang musryik ingin menangkap Nabi Shallallahu Alaihi wa Salam, maka beliau dan Abu Bakar bersembunyi di Gua Tsur.
  • Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah, jikalau salah seorang dari mereka melihat ke bawa telapak kakinya maka dia akan melihat kita.” Maka beliau bersabda, “Wahai Abu Bakar, apa yang kamu cemaskan dengan dua orang, sedangkan Allah yang ketiganya.
  • Allah Ta’ala berfirman, “Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita” (QS. At-Taubah: 40).
  • Dalam kisah ini ada dalil yang menunjukan kesempurnaan tawakal Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada Tuhannya, bahwa beliau berpegang teguh kepada-Nya dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada-Nya.
  • Di sini juga ada dalil bahwa kisah laba-laba yang membangun jaringnya di pintu gua tidak benar.

Wallahu Ta’ala A’lam

Dengan Sebenar-benarnya Tawakal Kepada Allah, Maka Dia akan Memberi Rezeki.

Kitab Syarah Riyadhus Shalihin Karya Abu Zakaria An-Nawawi Rahimahullah
Pensyarah: Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah

Bab 7 Yakin dan Tawakal

Dengan sebenar-benarnya Tawakal kepada Allah, maka Dia akan memberi rezeki.

Hadits Ke-80: Dari Umar Radhiyallahu Anhu, aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, “Sekiranya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal [kepada-Nya], maka Dia akan memberi rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberikan rezeki kepada burung, pergi pagi dalam keadaan perut kosong dan pulang sore dalam keadaan perut kenyang.” (HR. At-Tirmidzi dan ia berkata hadits ini hasan)

Penjelasan

Sebenar-benar tawakal” yakni bersandar sepenuhnya kepada Allah dalam meminta rezeki dan hal lainnya.

Burung diberi rezeki oleh Allah karena tidak ada yang memiliki, ia terbang di angkasa dan pulang ke sarangnya untuk mencari rezeki yang diberikan Allah kepadanya.

Burung pergi dengan perut kosong, akan tetapi ia bertawakal sepenuhnya kepada Tuhannya, maka ia kembali dalam keadaan kenyang pada akhir siang.

Faedah hadits:

Pertama, Seyogianya bagi setiap orang untuk bersandar dan bertawakal sepenuhnya kepada Allah.

Kedua, Sesungguhnya tidak ada satu hewan pun yang melata di muka bumi ini kecuali rezekinya telah ditentukan oleh Allah. Sebagaimana Firman Allah Ta’ala:

۞ وَمَا مِن دَآبَّةٍۢ فِى ٱلْأَرْضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّۭ فِى كِتَـٰبٍۢ مُّبِينٍۢ

Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lawḥ Maḥfūẓ). (Hud: 6)

Ketiga, Orang yang bertawakal harus melakukan sebab-sebab dalam mencari rezeki yang dikaruniakan. Hendaklah melakukan sebab-sebab yang disyariatkan Allah kepadamu, yaitu mencari rezeki dengan cara yang halal.

Keempat, Burung dan hewan-hewan lainnya adalah makhluk-makluk Allah yang mengenal Allah. Sebagaimana Firman Allah Ta’ala:

تُسَبِّحُ لَهُ ٱلسَّمَـٰوَٰتُ ٱلسَّبْعُ وَٱلْأَرْضُ وَمَن فِيهِنَّ ۚ وَإِن مِّن شَىْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِۦ

Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun, melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, (Al-Isra: 44)

Wallahu Ta’ala A’lam

Cukuplah Allah menjadi penolong kami, dan Dialah sebaik-baik pelindung

Kitab Syarah Riyadhus Shalihin Karya Abu Zakaria An-Nawawi Rahimahullah
Pensyarah: Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah

Bab 7 Yakin dan Tawakal

Cukuplah Allah menjadi penolong kami, dan Dialah sebaik-baik pelindung

Hadits Ke 77: Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma beliau bersabda, “Hasbiyallah wa ni’mal wakil [Cukuplah Allah menjadi penolong kami, dan Dialah sebaik-baik pelidung], inilah doa yang diucapkan Ibrahim Alaihissalam ketika dilempar ke dalam api. Dan juga -doa- yang diucapkan oleh Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam ketika mereka -orang-orang kafir- berkata, “Sesungguhnya orang-orang telah mengumpulkan (pasukan)- untuk menyerang kalian, maka takutlah kepada mereka. Akan tetapi, ucapan itu justru menambah keimanan mereka, dan mereka berkata, “Cukuplah Allah menjadi penolong kami, dan Dialah sebaik-baik pelindung” (HR. Al-Bukhariy)

Dalam riwayat yang lain Ibnu Abbas ia berkata, “Dan akhir ucapan Ibrahim Alaihisalam ketika dilemparkan ke dalam api, “Cukuplah Allah menjadi penolongku, dan Dialah sebaik-baik pelindung.”

Penjelasan

Nabi Ibrahim Alaihissalam dan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam keduanya adalah khalilullah (kekasih Allah). Allah Ta’ala berfirman yang artinya “Dan Allah telah memilih Ibrahim menjadi kesayangan(Nya)” (An-Nisa: 125). Dan sabda Nabi ﷺ “Sesungguhnya Allah telah menjadikan aku sebagai khalil-Nya, sebagaimana Dia telah menjadikan Ibrahim sebagai Khalil (HR. Shahih Muslim).

Kalimat Hasbunallah wa ni’mal wakil diucapkan Ibrahim ketika dilemparkan ke dalam api. Peristiwa ini terjadi ketika Ibrahim mengajak kaumnya untuk menyembah kepada Allah dan tidak mempersekutukannya. Namun mereka membangkan dan tetap dalam kekufuran dan kesyirikan. Maka, pada suatu hari beliau menghancurkan patung-patung dan menjadikannya berkeping-keping kecuali patung yang paling besar. Mereka berniat membalas dendam kepada Ibrahim Alaihissalam sebagaimana firman Allah Ta’ala yang artinya “Mereka berkata, Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak berbuat” (Al-Anbiya: 68). Kemudian mereka menyalakan api dan melemparkan Ibrahim ke dalamnya. Ketika dilemparkan Ibrahim mengucapkan doa Hasbunallah wa ni’mal wakil. Maka Allah berfirman yang artinya “Wahai api! jadilah kamu dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim.” (Al-Anbiya: 69).

Ketika Nabi ﷺ dan para shahabat kembali dari Uhud. Dikatakan kepada mereka, “Sesungguhnya orang-orang telah berkumpul untuk menghadapi kalian, mereka akan mendatangi Madinah dan menghancurkan kalian”. Maka mereka berkata Hasbunallah wa ni’mal wakil (Ali ‘Imran: 173). Kemudian Allah ta’ala berfirman yang artinya “Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak ditimpa suatu bencana dan mereka mengikuti keridhaan Allah. Allah mempunyai karunia yang besar” (Ali ‘Imran: 174).

Maka seyogiyanya bagi setiap orang jika dia melihat manusia berkumpul untuk memusuhinya, hendaklah ia mengucapkan Hasbunallah wa ni’mal wakil [Cukuplah Allah menjadi penolong kami, dan Dialah sebaik-baik pelidung]. Jika dia mengucapkan ini, maka Allah akan mencukupinya dari keburukan orang-orang sebagaimana Allah mencukupi Ibrahim Alaihissallam dan Muhammad ﷺ, maka jadikanlah kalimat ini selalu ada di hatimu jika kamu melihat orang-orang ingin memusuhimu.

Wallahu Ta’ala A’lam

Keutamaan Bertawakal dalam Al-Qur’an

Kitab Syarah Riyadhus Shalihin Karya Abu Zakaria An-Nawawi Rahimahullah
Pensyarah: Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah

Bab 7 Yakin dan Tawakal

Keutamaan Bertawakal dalam Al-Qur’an

Allah Ta’ala berfirman:

وَلَمَّا رَءَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلْأَحْزَابَ قَالُوا۟ هَـٰذَا مَا وَعَدَنَا ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥ وَصَدَقَ ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥ ۚ وَمَا زَادَهُمْ إِلَّآ إِيمَـٰنًۭا وَتَسْلِيمًۭا

Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata, “Inilah yang dijanjikan Allah dan rasul-Nya  kepada kita”. Dan benarlah Allah dan rasul-Nya. Dan yang demikian itu, tidaklah menambah kepada mereka, kecuali iman dan ketundukan. (Al-Ahzab: 22)

ٱلَّذِينَ قَالَ لَهُمُ ٱلنَّاسُ إِنَّ ٱلنَّاسَ قَدْ جَمَعُوا۟ لَكُمْ فَٱخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَـٰنًۭا وَقَالُوا۟ حَسْبُنَا ٱللَّهُ وَنِعْمَ ٱلْوَكِيلُ ١٧٣فَٱنقَلَبُوا۟ بِنِعْمَةٍۢ مِّنَ ٱللَّهِ وَفَضْلٍۢ لَّمْ يَمْسَسْهُمْ سُوٓءٌۭ وَٱتَّبَعُوا۟ رِضْوَٰنَ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ ١٧٤

(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan, “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung”. Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Ali-‘Imran: 173-174)

وَتَوَكَّلْ عَلَى ٱلْحَىِّ ٱلَّذِى لَا يَمُوتُ

Dan bertawakallah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati (Al-Furqan: 58)

وَعَلَى ٱللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُؤْمِنُونَ

Dan hanya kepada Allah sajalah hendaknya orang-orang mukmin bertawakal. (Ibrahim: 11)

فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ

Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. (Ali ‘Imran 159)

وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُۥ

Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. (Ath-Thalaq: 3)

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَـٰتُهُۥ زَادَتْهُمْ إِيمَـٰنًۭا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhan-lah mereka bertawakal, (Al-Anfal: 2)

Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang menjelaskan tentang keutamaan bertawakal.

Wallahu Ta’ala A’lam