Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Makna La Illaha Illallah – Makna Uluhiyyah di Kalangan Kaum Musyirikin Masa Belakangan, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafidzahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.
Kitab Makna La Ilaha Illallah, Penulis: Muhammad bin Abdul Wahab At-Tamimiy Rahimahullah
Makna Uluhiyah di kalangan kaum musyrikin masa belakangan
Makna Uluhiyah di kalangan kaum musyirikin masa belakangan. Penulis ingin menjelaskan kesalahan makna uluhiyah pada masa beliau.
Apabila engkau telah mengerti hal ini, ketahuilah bahwa uluhiyah inilah yang disebut oleh orang-orang umum pada masa kita dengan nama As-Sirr (rahasia) dan Al-Walayah (kewalian). Bagi orang awan dimasa penulis kalau dikatan Al-Walayah itu artinya wali yang ada rahasia padanya. Dan inilah yang mereka nama kan Al-Faqir dan Asy-Syaikh, sedangkan orang awam mereka menyebutnya dengan nama As-Sayid atau semisalnya. Ini adalah istilah2 atau pangggilan2 dahulu untuk orang2 yang diagungkan atau dibesarkan. Dimasa sekarang masih banyak lagi istilah2 tambahan.
Hal tersebut karena mereka menyangka bahwa Allah telah memberikan kedudukan (khusus) di sisi Allah untuk dikalangan khusus diantara makhluk. Jadi mereka menyangka ada orang2 yang diberikan kedudukan khusus ditengah Allah. ini sangkaan orang2 awam ini, yang mana mereka menyangka bahw Allah ridho, manusia berlindung pada mereka mengharap dan memohon pertolongan kepada mereka, serta menjadikan mereka sebagai peranta diantara dia dan Allah.
Inilah yang ingin ditekankan penulis mengenai kesyirikan pada jaman beliau yaitu dikarenakan kekeliruan memahami uluhiyah. Pada masa itu ada yang meyakini bahwa Allah itu sudah memilih dari hamba2nya. Ada orang diagungkan ini namanya Al-Fakir, Asy-Syeikh, As-Sayid, dan sebagainya. Mereka katakan bahwa semuanyy ini mempunyai kedudukan khusus disisi Allah. Wali-wali ini diberi rahasia oleh Allah yang menyebabkan mereka mempunyai kedudukan khusus disisi Allah. Mereka juga menyangka bahwa Allah ridho akan wali-wali tersebut untuk dijadikan tempat berlindung, seorang berharap kepadanya, memohon pertolongan dijadikan sebagai perantara. Ini adalah sangkaan kaum Musyirikin.
Jadi, demikian sangkaan para kesyirikan pada zaman kita bahwa mereka itulah perantara2 mereka yang dinamakan oleh orang-orang musyrik terdahulu dengan nama Illah. Perantara itu mereka namai Illah. Kaum musyrikin pada masa itu tegas, mereka tolak bahwa hanya Allah yang diibadahi. Mereka juga membangkang bahwa yang diibadahi itu banyak bukan cuma satu. Karena itu ketika Nabi shallalhu ‘alaihi wa sallam mengajak kepada kalimat la ilaha illallah dalam musnad Imam Ahmad. Yang kemudian mereka jawab sebagaimana tercantum dalam Al-Quran Surat Shad ayat 5.
Pada masa dahulu mereka bilang ada perantara, mereka tidak menyebutkan bahasa yang mengelabui, bahasanya tegas, dengan mengatakan bawa itu sembahan kami. Akan tetapi dimasa sekarang tidak secara langsung mengatakan sembahan kami, mereka katakan itu adalah syaikh, wali, sayid, al faqir dan sebagainya. Beda halnya dengan kaum musyirikin pada jalam dahulu mereka tegas mengatakan ini adalah berehala-berhala kami, ini sesembahan kami, dan ini illah kami.
Sehingga kita harus tahu apa hakikatnya, jangan tertipu dengan penamaan. Karena itulah orang yang belajar tauhid, setelah mengerti, mereka memahami hakikat dari tauhid. siapapun yang datang mengelabui dengan nama yang lain, akan tidak bermanfaat.
Penulis menyimpulkan mengenai ucapan seseorang yang berkata la ilaha illallah itu artinya adalah pembatilan terhadap semua bentuk perantara (As-Saikh, Al-Fakir, As-Sayid dan lain sebagainya).
Hal Ini sesuai dengan kaidah yang kedua dalam kitab Al-Qawa’id Al-Arba’ah yaitu supaya tampak agama sebenarnya kaum musyirikin. Diserukan la ilaha illallah tidak masuk pada mereka, sebab keyakinan mereka boleh menjadikan sesembahan selain dari pada Allah walaupun alasannya sebagai perantara atau mencari syafaat.
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Makna La Illaha Illallah – dua kandungan pokok, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafidzahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.
Dua Rukun (pokok kandungan) la ilaha illallah, dua :
An-Nafyu: penafian
Al-Isbat: penetapan
Ini adalah fiqih yang harus diketahui tentang la ilaha illallah, dalam kalimat yang agung ini terkandung didalamnya dua rukun pokok tersebut.
Ketahuilah bawah kalimat ini, mengandung penafian dan pengisbatan. An-Nafyu dalam la ilaha dan Al-Isbat dalam illallah.
Pertama dinafikan dulu segala yang diibadahi kecuali Allah. Nafyu adalah menafikan segala yang diibadahi selain Allah. Hal ini wajib menafikan segala benda mati, hewan, tumbuhan, makhluk, dan lainnya. Berlepas diri dari semua itu.
Kedua diisbatkan, ditetapkan, ibadah itu hanya untuk Allah dan tidak ada serikat baginya.
Tauhid mencakup dua hal penafikan dan penetapan, dua rukun tersebut harus dikumpulkan. Kalo hanya menafikan saja untuk tidak beribadah selain kepada Allah tapi tidak menetapkan, itu belum bertauhid. Atau sebaliknya jika hanya menetapkan Allah saja tapi tidak mengingkari yang lain kecuali Allah, maka ini juga belum bertahuid. Inilah agama islam, agama para nabi dan para rosul.
Ada yang beranggapan semua agama sama?
Sebagaian manusia ada yang merubah dari pokok2 agama, kalimat la ilaha illallah, akhirnya masuk dalam ucapan agama semua benar, ini adalah kekafiran yang nyata. bertentangan dengan makna la ilaha illallah.
Ada yang beranggapan agama islam tidak toleransi?
Mereka menganggap kalo kita menetapkan yang diibadahi hanya Allah dan umat islam ini dari keyakinannya adalah kafir terhadap ibadah selain Allah dan memerangi kesyrikan. Mereka ini menganggap tidak ada toleransi dalam islam. Ini adalah sebuah kesalahan, sebab agama Islam sudah berjaya dari masa nabi, ketika berkuasa di Madinah, ada orang yahudi di Madinah, tapi mereka tidak di dzhalimi, tapi keyakinan nabi tidak berubah. Harus dibedakan antara ibadah (keyakinan) dan interaksi dengan manusia, jangan dicampurkan. Toleransi kaitannya dengan masalah dunia, masalah muamalah. Adapun agama ini lah keyakinan kalimat tauhid.
Dalil-dalil mengenai perintah beribadah hanya kepada Allah dalam Al-Quran
Al-Quran surat Al Isra ayat 23, perintah agar tidak menyembeah selain Allah
Al-Quran surat An-Nisa ayat 36, perintah untuk menyembah Allah dan jangan mempersekutukannya.
Awal perintah dalam Al-Quran adalah beribadah kepada Allah (Al-Baqarah 21), dan awal larangan adalah larangan berbuat kesyrikan (Al-Baqarah 22).
Al-Quran surat Al-bayinah 5, perintah hanya menyembah Allah
Al-Quran surat An-Nahl ayat 5, misi rosul untuk menyerukan menyembah Allah dan jauhi thogut.
Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 256
Al-Quran surat Az-Zukhruf ayat 26-27
Penulis membagi pembahasan menjadi 3 bagian
Bagian Pertama: Penafian dan Penetapan
Bagian Kedua: Makna Uluhiyah
Makna penafian adalah menafikan segala uluhiyah, penyembahan/peribadatan segala sesuatu selain Allah dari seluruh makhluk. Termasuk menafikan Muhammad shallaluhu alaihi wa sallam, para malaikat, malaikat Jibril (pemuka para malaikat). Apalagi wali2 dan orang soleh lainnya. Kemudian kalo engkau telah memahami tersebut maka perhatikan pembahasan uluhiyah ini.
Bagian Ketiga: Makna Uluhiyah untuk Allah semata
Makna penetapan uluhiyah untuk Allah semata. Itu perintah beribadah untuk Allah saja tidak ada serikat.
Dua hal rukun ini harus bersambung, tidak seperti kekeliruan orang sufi: mereka kalo berdzikir tidak lengkap kalimat la ilaha illallah, tinggal sisa sepotong saja: awalnya dzikir la ilaha illallah….kemudian menjadi dzikir illaha….kemudian menjadi dizikir allah…. dan terakhir menjadi dzikir huhu ……. Ini adalah bentuk mempermainkan agama dikarenakan mereka tidak paham denan makna kalimat tauhid ini. Andai kata mereka belajar mengenai maknanya, tidak mungkin hal tersebut terjadi sebab dua rukun ini tidak mungking terpisah.
Kekeliruan dalam memahami makna la ilaha illallah
Pertama: kelompok wahdatul wujud, tidak ada pembagian antara makhluk dan pencipta. Bagi mereka segalah yang ada adalah Allah. Mereka mengartikan dengan tidak ada illah yang ada kecuali Allah.
Kedua: penafsiran Ahlul Kalam, mereka memaknai kalimat tauhid: tidak ada yang mampu mengadakan, mencipta, mengatur, kecuali Allah. Ini adalah pemahaman kaum Musyrikin dahulu, tapi pemahaman seperti ini tidaklah cukup menjadikan mereka Muslim.
Ketiga: penafsiran kelompok jahmiyah, mu’tajilah termasuk ikhwanul muslimin yang mentafirkan kalimat tauhid dengan nama dan sifat Allah. Contohnya tidak ada hakim kecuali Allah. Pemahaman seperti ini menyebabkan mengkafirkan semua orang yang tidak berhukum dengan hukum Allah.
Makna yang benar adalah tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah.
Dalam Al-Quran Surat Al-Hajj ayat 62
Dalam Al-Quran Surat Luqman Ayat 22
Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Makna La Illaha Illallah – beberapa konsekuensi dan bukan sekedar pengucapan lisan, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafidzahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.
Kalimat la ilaha illallah ada konskuensinya dan bukan dimaksudkan untuk diucapkan dengan lisan saja, tapi harus mengerti tentang makna nya. Karena kaum munafikin pada zaman Rasulullah shallaluhu alaihi wa sallam mengucapkan kalimat ini. Padahal kita tahu kedudukan kaum munafikin lebih rendah dari kaum kafir yaitu dilapisan terbawah dari neraka.
Neraka bertingkat-tingkat sebagaiman kekafiran juga ada tingkatnnya. Surga juga bertingkat-tingkat sebagaimana tingkat amalan ahli surga. Lapisan yang paling bawah adalah kaum munafikin, sebagaimana tercantum dalam surat An-Nisa ayat 145:
Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.
Meski kaum munafikin mengerjakan shalat, puasa serta bersedekah, tidak akan berguna apabilah hanya diucapkan dengan lisan saja.
Sebagaimana beberapa sabda Rasulullah shallaluhu alaihi wa sallam, yang bermakna barangsiapa yang berucap la illaha illallah dengan jujur dan ikhlas, dan kafir terhadap segala sesuatu yang diibadahi selain Allah, atau hadist lainnya yang semakna. Maka maksud dari pengucapan kalimat la ilaha illallah harus disertai dengan hal berikut:
Mengetahuinya dengan hati.
Mencintai kalimat ini dan mencintai orang-orang yang mengucapkannya.
Membenci kepada siapa yang menyelishi kalimat la ilaha illallah.
Ada tiga point pembahasan:
Pembahasan 1: Memahami keadaan kaum Munafikin
Kaum Munafikin adalah musuh dalam selimut. Mereka dhohirnya isalm tetapi bathinnya bukan islam. Mereka berucap la ilaha illallah, kadang shalat walaupun malas, bersedekah walaupun kikir, dan mempunyai sifat riya. Hal ini memperjelas bahwa la ilaha illallah bukan sekedar dengan lisan.
Dikisahkan ada yang sekelompok orang yang berkata kepada Hasan Al-Basri rohimahullah, apabila seseorang berkata la ilaha illallah, maka akan masuk surga. Kemudian Al Hasan berucap, siapa yang berucap la ilaha illallah, kemudian dia tunaikan hak dan kewajiban dari la ilaha illallah, maka dia akan masuk surga. Ini adalah fiqih seseorang yang mempunyai ilmu.
Pembahasan 2: Syarat la ilaha illallah
Ada 7 (ada yang menyebutnya 8) syarat la ilaha illallah:
Ilmu, mengilmui dan tidak boleh jahil terhadapnya
Yaqin, meyakini terhadap kandungannya dan tidak boleh ragu atau samar
Ikhlas, ikhlas terhadapnya dan tidak boleh syrik, riya, atau keterpaksaan
Sidiq, jujur terhadapnya dan tidak boleh dusta
Mahabah: mencintainya dan tidak boleh ada kebencian
Terikat, terikat dengannya dan tida boleh bebas
Menerima, menerimanya dan tidak menolaknya
Engkau kafir terhadap egala yang diibadahi selain kepada Allah (sama dengan ikhlas)
Syarat Pertama: Ilmu
Artinya seseorang itu wajib untuk mengilmui tentang makna la ilaha illallah. Apa arti kalimat tersebut dan maknanya. Yaitu tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah.
Secara umum syarat ilmu adalah syarat yang peting dari kalimat la ilaha illallah, sebagaimana dalam Al-Quran Surat Muhammad ayat 9:
Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.
Kemudian mengenai perintah untuk mengetahui ilmu tentangnya, hatinya mengetahui apa yang diucapkan oleh lisan, mengetahui maknanya dalam Al-Quran Surat Az-Zukhruf ayat 86:
Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memberi syafaat, akan tetapi (orang yang dapat memberi syafaat ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini(nya)
Dari Ustman bin Affan di hadist riwayat Muslim: “Barang siapa yang meninggal dalam keadaan mengilmui (mengetahui) akan la ilaha illallah, maka dia akan masuk surga”.
Syarat kalimat la ilaha illallah bermanfaat apabila dia mengetahuinya, mengenal dengan hati, menetapkan dan meyakininya.
Syarat Kedua: Yakin
Harus meyakini kalimat ini tanpa ada keraguan atau kebimbangan sedikitpun.
Dalam Al-Quran Surat Al-Hujurat ayat 15: sesunggunya kaum mukmin beriman kepada Allah dan Rasulnya dan tidak boleh ada keraguan.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang beriman kepada Allah dan rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.
Bertolak belakang dengan sifat kaum munafikin dalam Al-Quran Surat At-Taubah ayat 45, mereka dalam keraguan. Adapun kaum mukmin yakin terhadap Allah.
Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya.
Hadist riwayat Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu. Di isyaratkan agar tidak ada keraguan, harus yakin.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu diriwayat yang lain.
Hadist ini dikishakan ketika itu dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu ada di dalam kebun, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, siapa yang dibelakang tembok kebun ini hatinya yakin maka beri kabar gembira dengan surga. Untuk sampai kepada derajat yakin, maka perlumempelajari, menjaganya, mengkajinya, membahasnya. Manusia dalam ilmu keyakinan bernjenjang
Syarat Ketiga: Ikhlas
Harus punya keikhlasan dalam mengucapakan ini dan tidak ada sedikitpun kesyrikan atau riya.
Dalam Al-Quran Surat Az-Zumar Ayat 3
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata), “Kami tidak menyembah mereka, melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.
Dalam Al-Quran Surat Al-Bayinah Ayat 5
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.
Hadist riwayat Bukhari, Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu
Syarat Keempat: Syidik
Makna As-Syidik adalah jujur terkaitan dengan lisan, tulus dalam hatinya, dan bersungguh-sungguh dalam perbuatannya. Semuanya masuk dalam makna as-syidik, jadi bukan di lisan saja. Lawannya adalah kedustaan. Orang yang kalo jujur bersih dari kemunafikan.
Dalam Al-Qur’an Surat Al-Ankabut ayat 1-3: Allah mengetahui siapa yang jujur dan siapa yang dusta diantara mereka.
Alif Lām Mīm, Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?, Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
Dalam hadist riwayat Bukhari Muslim dari Mu’ad bin Jabal:
Syarat Kelima: Kecintaan
Al-Mahabah adalah kecintaan lawannya adalah kebencian atau ketidaksukaan. Artinya cinta terhada kalimat, kandungannya, cinta kepada yang mengucapakannya, cinta kepada yang membelanya.
Dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah Ayat 165: orang yg beriman kecintaan yang terbesar dalah cinta kepada Allah
Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalimitu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat) bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).
Dari Anas bin Malik dalam hadist riwayat Bukhari dan Muslim
Dari Do’a Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Syarat Keenam: Terikat
Yang berucap la ilaha illallah didunia tidak ada yg bebas, semua terikat. Kalo tidak terikat kepada Allah dia terikat kepada syaiton atau dirinya sendiri. Dunia ini adalah penghambaahn kepada Allah. Terikat dengan kandungannya, dengan konsekuensinya, sehingga bisa mewarnai kehidupan dengan baik.
Dalam Al-Quran Surat Luqman Ayat 22: barang siapa yang berserah diri dan seorang yang baik maka dia telah berpegang teguh pada taili yg kuat
Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.
Dalam Al-Quran Surat Az-Zumar ayat 54:
Dan kembalilah kamu kepada Tuhan-mu dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).
Dalam Al-Quran Surat An-Nisa ayat 65:
Maka demi Tuhan-mu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.
Syarat Ketujuh: Menerima
Menerima kalimat la ilaha illallah tanpa ada penolakan sama sekali dan tidak bersombong
Kaum musyrikin dicela dalam Al-Quran Surat As-Saffat ayat 35-36:
Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka, “Lāilāha illallāh” (Tiada Tuhan yang berhak disembah, melainkan Allah) mereka menyombongkan diri. dan mereka berkata, “Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?”
Dari Abu Musa Al Asyari dalam hadist riwayat Bukhari dan Muslim
Syarat Kedelapan : kafir terhadap segala yang diibadahi selain dari pada Allah
Dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah Ayat 256:
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu, barang siapa yang ingkar kepada ṭāgūt dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Dari Tariq bin Asyam dalam Shahih Muslim:
Ringkasan syarat:
Sehingga kalimat la ilaha illallah bukan sekadar ucapan saja ada kunsekuensi dibelakannya. Delapan syarat ini terkandung didalam konsekuensinya, apa keharusan seseorang terhadap kalimat yang agung ini. Harus dipahami bahwa seseorang yang berucap la ilaha illallah itu bukan sekedar ucapan saja, ada konsekuensi dibelakangnya, ada kewajiban kewajiban yang berjalan padanya. Karena itulah siapa yang telah mengucapakan kalimat yang agung ini dan dia telah mengtahui dari 8 syarat ini, maka artinya dia telah mengetahui konsekuensinya. Untuk selanjutnya tinggal dia bagaimana mengamalkannya.
Pembahasan 3: Kejahilahan banyak manusia terhadap sahadat
Banyak umat muslim saat ini yang jahil atau tidak mengetahui atau mengerti kalimat la ilaha illallah ini. Jangan seperti kaum Musyrikin mereka paham bahasa arab, paham konsukensi dari bahasa. walupun tidak diterangkan mereka sudah mengerti. Tetapi mereka bersombong tidak mau mematuhinya.
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Makna La Illaha Illallah , oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafidzahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.
Kitab ini ditulis oleh Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab, yang berisi tentang penjelasan makna Laa illaha illallah
Buku ini berasal dari sebuah pertanyaan ditanyakan kepada penulis. Apa makna la illaha illallah?
Beliau menjawab dengan jawaban yang menjadi judul kitab ini.
keutamaan La Ilaha Illallah
Syeikh ditanaya tentang makna la illaha illallah?, maka syeikh menjawab, ketahuilah semoga Allah merahmati mu, bahwa kalimat ini adalah pembeda antara kekufuran dan keislam dan dia adalah kalimat taqwa. Dia juga adalah tali yang amat kuat. Dalam Al-Quran Surat Az-Zukhruf Ayat 28:
Dan (lbrahim) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu
Ada 7 pokok pembahasan:
1. Anjuran mempelajari ilmu
Selalu mengingatkan seseorang mempelajari mendalami, mengulangi ilmu. Pengulangan terhadap ilmu akan memperkuat ilmu tersebut.
Nabi Ibrahim masih memohon (berdoa) “dan jauhkanlah saya berserta anak cucuku daripada menyembah berhala2”, dalam Al-Quran Surat Ibrahim ayat 35:
Dan (ingatlah) ketika Ibrāhīm berkata, “Ya Tuhan-ku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.
Nabi khawatir akan umat tergelincir pada kesyrikan l:
“Sesungguhnya yang paling kutakutkan atas kalian ialah syirik kecil”. Mereka bertanya, “Apakah syirik kecil tersebut wahai Rasulullah?” Jawab Beliau, “Riya’ ”. (H.R. Ahmad dengan sanad yang shahih)
Ciri yang mengenal tauhid: selalu mempelajarinya, mengulanginya, mengikuti pelajarannya.
Kisah dari syeikh bahwa murid beliau mengingkan belajar ilmu lain, karena mereka telah diajarkan tauhid berulang. Keesekan harinya syeikh memberi kabar bahwa ada seseorang menyembelih hewan untuk membangun rumahnya. Muridnya tidak bereaksi apa-apa. Kemudian keesokan harinya, syeikh berkata bahwa ada anak berjinah dengan ibu kandungnya. Kemudian muridnya bilang naudubillah, yang menunjukan pengingkaran. Kemudian syeikh berkata inilah mengapa kita haurs tiap hari mempelajari tauhid. Dikarenakan kalian mendengar kabar kesyirikan tapi diam sedangkan ketikan diberitakan mengenai maksiat kalian mengingkari. Padahal dosa kesyirikan lebih besar dari maksiat.
2. Doa rahmat dari penulis
Beliau mendoakan kepada pembaca yang membaca tulisan ini, semoga allah merahmatimu. Ini merupakan keseriusan guru dan rahmatnya mengambil ilmu darinya. Didalam belajar selalu dijaga oleh para guru supaya murid2 mengenal dari rahmat. Karena rahmat dari Allah sangat diperlukan, yang menyebabkan dicurahkan ilmu, dimudahkan ilmu masuk dalam hatinya, dan ilmu berpengaruh pada dirinya yang mempengaruhi hidupnya.
3. La illaha illallah adalah pembeda antara kekufuran dan keislaman
Ini adalah pembeda jalan Nabi shollahu ‘alaihi wa sallam dan jalannya kaum musyrikin. Karena ketika kaum musyirkin, di ajak untuk berucap kalimat tauhid, mereka bersombong dan tidak menerimanya. Dalam surat As-Saffat Ayat 35-36:
Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka, “Lāilāha illallāh” (Tiada Tuhan yang berhak disembah, melainkan Allah) mereka menyombongkan diri.dan mereka berkata, “Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?”
Terdapat 5 ayat dalam Al-Quran yang semakna dengan La Ilaha Illallah:
Pertama: Al-Quran Surat An-Nahl ayat 36
Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah ṭāgūt itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya 1. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
Kedua: Al-Quran Surat An-Nahl ayat 1-2
Telah pasti datangnya ketetapan Allah maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (datang)nya. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu, “Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku”.
Ketiga: Al-Quran Surat Al-Anbya ayat 25
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”.
Keempat: Al-Quran Surat Al-Ahqaf ayat 25
yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhan-nya, maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa.
Kelima: Al-Quran Surat Az-Zukhruf ayat 45
Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu, “Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah Yang Maha Pemurah?”
4. La Ilaha Illallah adalah kalimat taqwa
Dari penamaannya kalimat la ilaha illallah adalah kalimat taqwa. Dalam Al-Quran Surat Al-Fath ayat 26:
Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan, (yaitu) kesombongan jahiliah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Kalimat taqwa disini adalah kalimat la ilaha illallah.
Allah mewajibkan kepada kaum mukminin kalimat taqwa. Mereka yang berhak dan yang memilikinya.
Pokok dari ketaqwaan adalah tauhid.
5. La Ilaha Illallah adalah tali yang amat kuat
Yang ingkar dalam thogut dan beriman teguh kepada Allah, maka sesunggunya mereka berpegang pada tali yang amat kuat, dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 256:
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu, barang siapa yang ingkar kepada ṭāgūt dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Yang berserah diri (ikhlas) dan berbuat baik, maka ia telah telah berpegang pada tali yang amat kuat, dalam Al-Quran Surat Luqman ayat 22
Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.
6. La ilaha illallah adalah kalimat yang kekal
Kalimat kekal adalah kalimat la ilaha illallah, dalam Al-Quran Surat Az-Zukhruf ayat 28:
Dan (lbrahim) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu
7. Keutamaan lain dari kalimat la ilaha illallah
Ayat2 yang menjelaskan tentang la illaha illallah
La ilaha illallah adalah kalimat yang al-husna, dalam Al-Quran Surat Al-Layl ayat 1-7
dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga),
La ilaha illallah adalah kalimat yang al-ahad, perjanjian, dalam Al-Quran Surat Maryam ayat 87
Mereka tidak berhak mendapat syafaat kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah
La ilaha illallah adalah kalimat yang as-sowaf, puncak kebenaran, dalam Al-Quran Surat An-Naba ayat 38
Pada hari, ketika rohdan para malaikat berdiri bersaf-saf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar.
La ilaha illallah adalah kalimat penyelamat dunia dan akhirat, d Nabi Yunus ‘alaihi salam diselamatkan dalam perut ikan karena kalimat la ilaha illallah, dalam Al-Quran Surat Al-Anbya ayat 87
Doa yang paling istimewa: diiringi tauhid, disertai dengan pensucian Allah, dan pengakuan terhadap dosa.
Orang yang terdesak apabila berdoa dengan iklhas walaupun kaum musyrikin, akan Allah kabulkan. Karena kuncinya adalah keikhlasan tauhid.
Dan (ingatlah kisah) Żān Nūn (Yūnus) ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap “Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau; sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.”
La ilaha illallah adalah isi seluruh kitab suci yang diturunkan Allah dalam Al-Quran Surat Hud ayat 1-2
Alif Lām Rā, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu,agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan dan pembawa kabar gembira kepadamu dari-Nya,
La ilaha illallah adalah ucapan yang teguh atau kukuh. Allah meneguhkan orang2 yang beriman (bertauhid) dengan ucapan yang kukuh dalam kehidupan dunia dan akhirat, dalam Al-Quran Surat Ibrahim ayat 27
At Tsabit adalah kalimat la ilaha illallah.
Untuk itu orang yang bagus dalam agama, diatas petunjuk Nya, tidak akan berubah2 dikarenakan tauhid nya yang kokoh.
Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.
La ilaha illallah adalah kalimat yang dibaca dari akhir Adzan, maka jaminan seorang hamba dimasukan kedalam surga
La ilaha illallah dalah kalimat yang menyebabkan diampuni dosa
Dalam Al-Quran Surat Muhammad ayat 19 dan dalam hadist
Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.
La ilaha illallah adalah kalimat yang akan menjamin dimasukan kedalam surga
Dana apabila masuk neraka, kalimat ini akan menariknya ke surga
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema Penghalang-Penghalang Hidayah, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafidzahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.
Pendahuluan
Allah Ta’ala memberi hidayah. Dari Asmaul Husna: Al-Hadi, pemberi hidayah, disebutkan di dua ayat dalam Al-Qur’an:
1. Quran Surat Al Hajj Ayat 54: Sesungguhnya Allah memberikan hidayah kepada orang yang beriman pada jalan yang lurus
dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al-Qur`ān itulah yang hak dari Tuhan-mu, lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.
2. Quran Surat Al-Furqan Ayat 31: Cukuplah Allah sebagai pemberi hidayah, yang memberi petunjuk dan penolong.
Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa. Dan cukuplah Tuhan-mu menjadi pemberi petunjuk dan penolong.
Allah mencintai dan memberi hidayah dengan sifat-sifatNya dibeberapa tempat dalam Al-Quran. Bagian keimanan kepada Allah, apalagi Allah memerintah kita untuk berdoa dalam Al-Fatihah. Ya Allah pemberi hidayah berikan lah kami jalan yang lurus (QS Al Fatihah:6). Yaitu jalan yang engkau beri nikmat kepada mereka (QS Al Fatihah:7). Yaitu nabi-nabi, para ṣhiddīqīn orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh (QS An Nisa 69):
Dan barang siapa yang menaati Allah dan rasul-(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu nabi-nabi, para ṣhiddīqīn orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. 1
Dan juga berdo’a untuk berlindung dari penghalang hidayah (QS Al Fatihah:7) :
Bukan jalan dimurkai atas mereka (kaum Yahudi), yaitu golongan yang punya ilmu tapi tidak beramal.
Dan bukan jalan yang disesatkan (kaum Nashrani), yaitu golongan yang beramal tapi tanpa ilmu.
Kemudian kita berdoa’ agar jangan palingkan hati-hati kami setelah engkau memberi hidayah (QS. Al-Imran:8):
(Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)”.
Selanjutnya kita masuk surga juga karena hidayah dari Allah, dalam QS Al-A’raf, ayat 43:
Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka; mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran”. Dan diserukan kepada mereka, “ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan”.
DefinisiHidayah
Hidayah adalah mengenal kebenaran dan beramal dengannya (Ibnu Qoyim).
Hidayah adalah petunjuk dengan kelembutan dengan berbagai hikmah yang menyambungnya dengan apa yang dia cari.
Hidayah adalah menempuh jalan yang mengantarnya kepada apa yang dia cari.
Pembagian Hidayah
Pembagian pertama:
Hidayah menuju kepada jalan
Hidayah diatas jalan
Ketika sudah kenal Islam, dari non muslim masuk Islam. Ini adalah hidayah menuju kepada jalan. Atau ketika diatas kesesatan, pada saat sudah mengenal jalan maka, ini adalah hidayah diatas jalan.
Bagi yg sudah muslim agar dapat hidayah diatas jalan. Permohonannya ada dua macam:
Belum ada. kemudian dia minta untuk dapat hidayah
Sudah ada, agar hidayah itu dijaga ditetapkan diatasnya.
Pembagian kedua:
Hidayah petunjuk dan pengarahan (Al-Irsyad)
Hidayah diberi taufiq dan diberi anugrah untuk beriman, mengambil dari hidayah itu.
Nabi memberi hidayah kepada kaumnya yaitu Al-Irsyad. Sedangkan hidayah taufiq, tidak ada wewenang Nabi disitu hanya kekhususan Allah.
Kesempurnaan Hidayah
Kesempurnaan hidayah ada 10 perkara (Ibnu Qoyim):
Hidayah ilmu dan penjelasan. Ilmu adalah pintu masuk untuk mendapatkan hidayah selanjutnya.
Hidayah mampu untuk melakukannya.
Hidayah ingin kepada hal tersebut. Ada yang orang tau illmu tapi tidak ada keinginan untuk melakukannya
Hidayah menjadikan dia bisa mengerjakan, sebagai pelaku.
Hiadayah agar diteguhkan diatasnya, continue.
Hidayah dipalingkan dari pengehalang-penghalang hidayah, yang bisa menghadangnya dari mendapatkan hidayah.
Hidayah diberikan diatas jalan dengan hidayah khusus dan terperinci. Mengerti dengan detail apa sunah nabi, apa syariat nya yang harus di kerjalan, apa itu iklhas, rido, sabar sukur, rindu, harapan ,tawakal, dsb.
Hidayah diperlihatkan tentang maksud dari perjalanannya. Rahasia2 keindahan syariat tidak ada tirai yg menghalangi.
Hidayah selalu merasakan dirinya fakir kepada Allah dan sangat perlu kepada Allah. Diatas segala yg dilakukan dikehidupan. Contoh dalam belajar menununtut ilmu, jika ini adalah sampingan maka bukan pada jenjang ini. Ada orang yang menganggap ini adalah ruh nya seperti makan/minuman yang diperlukan setiap saat.
Hidayah diperlihatkan dua jalan yang menyimpang. Kenal jalan yg lurus dia kenal pula jalan yang menyimpang.
Golongan Manusia dalam mendapatkan Hidayah
Golongan Rosyidun, yang dapat petunjuk, mengenal ilmu dan beramal dengannya (definisi hidayah), berindung dari dua jalan: gowun dan dolun
Golongan Gowun, orang yang menyimpang, sampai ilmu tapi diat tidak amalkan, bahkan berpaling darinya.Sudah sampai ilmu tapi berpaling darinya. kemudian di iikuti syaiton dan masuk golongan gowin.
Golongan Dolun, orang yang tersesat. Orang yang belum kenal petunjuk, belum sampai kepadanya ilmu.
Hidayah perlu ilmu, tidak ikut-ikutan, bukan banyak pujian, bukan ikut perbuatan kebanyakan manusia.
Ustadz Dzulqarnain M Sunusi (Agustus 2021)
Penghalang-penghalang Hidayah
10 Penghalang-penghalang hidayah berserta sebab untuk mendapatkan hidayah (Ibnu Qoyim):
Lemahnya Pengetahuan, lemah ilmu syariat. Kalo tidak kenal ilmu tidak akan mendatanginya, bahkan memusuhinya.
Untuk menanggulangi harus punya perhatian dengan ilmu, punya kegiatan terkait ilmu agama, akan kuat pengetuahuannya, akan banyak hidayah, tahu kedetailan diatas jalan.
Tidak layak dia mendapatkan hidayah, hatinya tidak layak mendapatkan hidayah, ilmu tidak masuk bila hatinya kotor. Allah pilih diantara hambanya untuk mendapat hidayah. Hal ini bisa diatasi dengan sebab untuk mendapatkan hidayah berikut (dalam QS Az-Zumar, 17-18):
Tahuid, Supaya layak mendapatkan hidayah,ada kewajiban2 sebab2 mendapat hidayah, hal yang paling pokok, dia bersihkan hatinya dari kesyrikan, supaya layak dapat hidayah. (QS Al-Mudatsir, 1-4). Agar dapat hidayah perbaiki tauhidnya hindarkan dari segala kesyirikan.
Sebab menjalankan perintah Allah dan Rosulnya. ini kehidupan yg sebenarnya
Selalu bertaubat, kembali pada Allah. Ada titik hitam yang menodainya. (Ar Ra’ad, 27)
Hasad dan bersombong. ini yang menyebabkan iblis jadi kafir, anak adam tidak diterima qurban karena membunuh, dikarenakan hassad.
Untuk menanggulanginya di cari sebab mendapatkan hidayah yaitu keihklasan, mencari kebenaran, segala perkara (QS Sad, 83). Apabila ikhlas setan tidak dapat menggoda. (kisah Salman RA dapat hidayah, yg disebabkan keikhlasannya dalam mencari hidayah). Ikhlas menyebabkan seseorang mudah tunduk, tidak memendam hasad dan sombong.
Cinta kepemimpinan dan kekuasaan. Yang gemar di tokohkan, kedudukan. Cinta kepemimpinan adalah akhir penyakit orang sholeh, karena sulit menghindarinya. Firaun dan tentaranya tidak menerima hidayah. Hal ini dapat ditanggulangi dengan sebab mendapat hidayah:
Keikhlasan
Banyak mengingat negeri akhirat, akhirat lebih baik dari dunia dan seisinya
Syahwat dan harta. seperti qorun, qorun tadinya kaum nabi musa. Sudah tau kebeneran tapi karena syahwat dan hartanya.
Cinta kepada keluarga dan kerabat, dan sukunya. Lebih cinta pada hal demikian dari pada menerima kebenaran. Sebagaimana Abu Tholib malu dicela oleh kaumnya yang dianggap mengina kakeknya, apabila menerima ajakan Nabi Muhammad untuk mengucapkan kalimat Tauhid.
Untuk menanggulanginya dapat dicari penyebab mendapat hidayah yaitu perbaiki kecintaan kepada Allah dan mengikuti jalan Rasulullah
Cinta kepada rumah atau negeri yang dia tinggal. Ketika nabi hijrah, ada sebagian yang tidak ikut karena kecintannyan pada kampung halaman Mekah. Ketika ada yg masuk islam di negeri kafir, ada kewajiban untuk berhijrah ke negeri islam. Tapi mereka lebih cinta tempat di bermukim, lahir, kepala jatuh, maka ini menghalangi seseorang dari hidayah.
Menganggap bahwa kalo masuk islam atau ikut jalan rosul, maka itu adalah celaan bagi dia, bapak nya, kakeknya. Ini diatas bid’ah, dirinya salah dan tidak bisa bantah, tapi karena tidak mau rujuk karena banyaknya pengikut.
Mengikuti orang yang memusuhinya dari manusia yang mendahulinya masuk dalam agama. Karena bersaing, dekat dengannya tapi tidak bisa lepas lagi
Kebiasannya, adat istiadat, tempat dia dibersarkan. TIngal di sebuah negeri yang sudah bisa dengan maksiat, sehingga sulit di tinggalkan. Misalnya dinegeri yang udah terbiasa dengan musik.
Penghalang-penghalang hidayah tambahan:
Karena tidak mengikuti jalan As-Salaf. Alquran dan sunnah adalah hidayah, jalannya nabi dan para sahabat juga hidayah. QS An-Nisa ayat 115:
Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itudan Kami masukkan ia ke dalam Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali.
Banyak mengikuti hawa nafsu. Pegang Al-Quran dan Sunnah dan mengedepankan perintah Allah dan Rasul, dan mujahadah. QS Al-Ankabut Ayat 69:
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.
Duduk dengan orang yang rusak akhlaknya. Yg tidak boleh kita dekat kepadanya (QS Al-Furqan ayat 72). Jangan condong kepada orang yang dolim (QS Hud ayat 13)
Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. (Al-Furan:72)Bahkan, mereka mengatakan, ” Muhammad telah membuat-buat Al-Qur`ān itu” ; Katakanlah, “(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surah-surah yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah jika kamu memang orang-orang yang benar”.
Penutup
Ingatkan pentingnya diatas hidayah, mencari sebab-sebab untuk mendapatkan hidayah dan menjadi orang yang mengajak hidayah kepada petunjuk. Doa juga merupakan salah satu sebab untuk mendapatkan hidayah seperti dalam Hadist Amar bin Yasir, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berdoa:
Hidayah kadang perlu membelinya dengan pengorbanan, doa, mujahadah, dan dengan harta.