Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Makna La Illaha Illallah – Perbandingan antara Musyrikin masa dahulu dan masa sekarang, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.
Kitab Makna La Ilaha Illallah, Penulis: Muhammad bin Abdul Wahab At-Tamimiy Rahimahullah
Perbandingan antara Musyrikin masa dahulu dan Masa Sekarang
Kaum musyrikin masa dahulu paham makna la ilaha illallah. Tidak perlu ditafsirkan, mereka mengerti bahwa makna la ilaha illallah adalah tiada tuhan yang layak disembah yang hak kecuali Allah. Karena itu mereka sepontan menjawab apakah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajak untuk menyembah hanya satu saja? Mereka bilang ini suatu hal yang menakjubkan.
Berbeda dengan kaum musyrikin masa sekarang, sudah berbuat kesyirikan, mereka juga salah memahami makna la ilaha illallah.
Kami menutup perkataan dengan menyebutkan suatu ayat yang Allah firman dalam kitab-Nya yang menjelaskan bahwa kekafiran kaum musyrikin dari penduduk zama kita lebih besar daripada kekafiran oran-orang yang Rasulullah perangi.
Allah Ta’alla berfirman dalam Surat Al-Isra Ayat 67:
Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru, kecuali Dia. Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia adalah selalu tidak berterima kasih.
Apabila mereka ditimpa oleh bahaya dilautan, maka hilang lah segala yang mereka sembah, kecuali Allah. Begitu diselamatkan kedaratan kalian berpaling lagi. Arti lautan adalah penggambaran di kondisi susah. Sedangkan daratan digambarakan ketikan kondisi lapang.
Dizaman sekarang orang yang berilmu ketika ditimpa musibah, mereka memohon perlindungan kepada selain Allah, seperti: Ma’ruf dan Abdul Qadir Al-Jailany dan kadang kepada yang lebih dari itu seperti Zaid bin Al-Khattab dan Zubair, malah lebih lagi dari pada itu yaitu Rasulullah.
Zaid bin Al-khattab adalah saudaranya Umar bin Al-Khattab radhiallahu ‘anhu, dimasa penulis ada kuburannya yang diagung-agungkan oleh sekolompok orang dimasa itu. Sampai-sampai mereka menyembahnya ya Zaid… ya Zaid. Ketika kesyrikian terjadi, penulis tidak langsung berkata Kafir kepada mereka. Penulis hanya berucap Allah lebih bagus tempat berdoa dari pada Zaid.
Pembahasan:
Pertama: Kekafiran kaum musryikin masa belakangan lebih dahsyat dari masa dahulu
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Makna La Illaha Illallah – Perkara yang Memperjelas Makna La Ilaha Illallah, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.
Kitab Makna La Ilaha Illallah, Penulis: Muhammad bin Abdul Wahab At-Tamimiy Rahimahullah
Syubhat klasik kaum musyirikin masa kini
Apabila seorang musyirikin berkata, “Kami mengetahui Allah-lah Yang Mencipta, Maha Memberi Rezeki dan Maha Mengatur Segala Urusan. Namun, orang-orang shalih itu adalah orang-orang yang didekatkan (kepada Allah) maka kami berdoa kepada mereka, bernadzar untuk mereka, masuk kepada mereka dan meminta perlidungan kepada mereka. Yang kami inginkan dengan hal tersebut adalah kedudukan dan syafa’at, sedang kami memahami bahwa Allah-lah Yang Maha Mengatur Segala Urusan”. Jawablah kepadanya, Bahwa ucapan engkau adalah agama Abu Jahal dan semisalnya.
Syubhat klasik kaum Musyrikin ini sering kita dapati baik dari orang awam maupun dari ulamanya. Kalo dikatakan kenapa berdoa kekuburuan? mereka menjawab jangan samakan kami dengan kaum musyirikin, kami ini mengakui Allah yang mencipta dan memberi rizki. Hanya saja saya ini banyak dosa, ini kiyai yang dikubur ini adalah seorang hamba yang dekat kepada Allah. Ini sama dengan ucapakan kaum musyrikin jaman dahulu.
Kepada yang berkata demikian maka kita jawab: itulah agama Abu Jahal dan semisalnya. Yaitu agamanya kaum musyrikin, tidak ada bedanya.
Merekalah yang berdoa kepada Isa, Uzair, para malaikat, dan wali-wali seraya berkata (dalam Al-Qur’an Surat Az-Zumar Ayat 3):
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata), “Kami tidak menyembah mereka, melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.
“Tidaklah kami menyembah mereka, kecuali supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.”
Dan Allah berfirman (tentang mereka) Dalam Al-Qur’an surat Yunus Ayat 18:
Dan mereka menyembah selain dari Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudaratan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan dan mereka berkata, “Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah”. Katakanlah, “Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya, baik di langit maupun tidak (pula) di bumi?” Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dan apa yang mereka mempersekutukan (itu).
Dan mereka menyembah sesuatu, selain Allah, yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka tidak pula kemanfaatan, dan mereka berkata “Mereka adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah”.
Kesempurnaan (pemahaman) ini adalah engkau mengetahui bahwa kaum musyirikin, yang Rasulullah perangi, selalu beribadah kepada orang-orang shalih, seperti malaikat, (Nabi) Isa, ibu beliau (yakni Maryam), ‘Uzair, dan para wali yang lain. Mereka dianggap telah kafir lantaran hal ini, padahal mereka menetapkan bahwa Allah Subhanahu Yang Maha Mencipta, Maha Memberi Rezeki, dan Maha Mengatur segala perkara.
Apabila telah mengetahui hal ini, engkau telah mengerti makna La Ilaha Illallah, juga mengerti bahwa siapapun yang meminta pertolongan kepada nabi atau malaikat, memanggil atau meminta perlindungan kepadanya, sungguh dia telah keluar dari Islam. Itulah kekafiran yang Rasululullah perangi.
Keterangan tentang Tauhid Yang Benar
Apabila merenungi hal ini dengan baik, engkau pasti mengetahui bahwa orang-orang kafir juga mempersaksikan tauhid rububiyyah Allah, yaitu menegaskan Allah penciptaan, pemberian rezeki dan pengaturan.
Jadi mereka meminta pertolongan kepada (Nabi) Isa, para malaikat dan wali-wali dengan maksud mendekatkan diri mereka kepada Allah, dengan sedekat-dekatnya dan agar mereka diberi syafaat di sisi Allah. Engka (juga) pasti mengetahui bahwa, di antara orang-orang kafir -khususnya orang-orang Nashara- ada yang menyembah malam dan siang serta zuhud dalam keduniaan, bersedekah dari penghasilan dunia mereka dalam keadaan menyepi ditempat ibadah mereka.
Alasan kaum musyrikin berbuat kesyirikian:
Mencari kedekatan
Mencari Syafa’at
Selanjutnya kita ketahui bahwa orang-orang kafir khususnya nashara ada yang beribadah malam dan siang, zuhud di dunia, bersedekah dengan penghasilan mereka dalam keaadaan menyepi ditempat ibadahnya. Walaupun demikian mereka ini Kafir, musuh Allah dan akan kekal dalam mereka. Dikarenakan keyakin mereka tentang nabi Isya dan para wali yang lainnya. DImana mereka berdoa kepada wali tersebut, menyembelih untuk wali tersebut dan bernadzar kepada nya. Untuk itu jelaslah bagimu, bahwa banyak manusia jauh dari tuntutan islam yang benar. Jelaslah sabda rosulullah “Islam dimulai dalam keadaan asing, dan akan kembali asing sebagaimana permulannya”.
Point Pembahasan
Argumentasi kaum musyirikin terhadap kesyirikan mereka dalam mencari kedekatan dan syafaat
Kejelasan makna la ilaha illallah bagi siapa yang memperhatikan keadaan kaum musyrikin dimasa Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam
Keterasingan islam di akhir zaman.
Kenapa Islam terasing?
Dengan begitu amat jelas makna kalima tauhid ini dari Al-Quran, Hadist Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam dan kondisi kaum musryikin pada masa dahulu. Tetapi banyak yang menganggap aneh dengan makna yang benar dari la ilaha illallah. Bahkan ada yang memusuhi.
Hadist shahih Muslim dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu
Awal kalian datang islam dianggap asing oleh kaum musyrikin, ketika Nabi shallallhu ‘alaihi wa sallam menyampaikan la ilaha illallah. Dibilang aneh oleh kaum musyrikin. Ternyata di akhir zaman juga seperti itu. Yaitu dimasa penulis, ketika diterangkan makna la ilaha illallah yang sebenarnya beliau dianggap aneh juga. Dianggap beliau ini datang dengan agama baru, dianggap menghinakan orang-orang yang membawa pemahaman menyimpang. Inilah keterasingan islam di akhir zaman.
Nasihat Agar Berpegang dengan Pokok Agama
Dua pembahasan
Pertama : Wasiat untuk berpegang teguh dengan pokok agama
Ingatlah kepada Allah, wahai saudara-saudara ku. Berpeganglah dengan pokok agama kalian. Ini anjuran untuk berpegang teguh pada agama dikarenakan memang kita diperintah untuk perpegang teguh sebagaimana firman Allah “Berpegang teguhlah kalian semua dengan tali Allah dan jangan kalian bercerai-berai”.
Pokok agama itu adalah syahadat la ilaha illallah, yang merupakan awal dan akhir agama, pondasi dan dasarnya. Harus dipegang selalu dijaga dan dipelihara. Tanpa syahadat ini tidak ada kebeuntungan untuk seorang hamba.
Kedua: Anjuran untuk mempelajarai konsekuensi dari syahadat la ilaha illallah
Konsekuesi dari syahadat la ilaha illallah:
Kenalilah makna la ilaha illallah, selalu mendalami semakin memperkuat. Makna jelas, syaratnya terang hanya saja memang dalam mengamalkannya adalah tugas dalam kehidupan. Ini bukan hanya sesuatu dipahami diawalnya saja dan bukan suatu perkara yang dalam kadar tertentu kemudian dalam kadar tertentu itu terus menerus seperti itu hingga akhir. Melainkan ini ada kadar tertentu memahaminya, mengerti la ilaha illallah, semakin kuat berpegang dengannya akan semakin jelas kandungan dari kalimat ini, semakin dia yakini dan semakin dia buktikan kejujurannya berpegang dengan la ilaha illallah.
Cintai orang yang mengucapkan dan mengamalkan la ilaha illallah
Jadikanlah mereka saudara-saudara kalian, walaupun mereka jauh, bukan kerabat, bukan tetangga, bukan sekampung bahkan bukan senegeri, dimanapun mereka berada.
Kafirlah kalian kepada thogut, musuhi mereka, dan benci kepada siapa yang mencintai mereka. Walaupun mereka adalah saudara-saudaranya dan anak-anaknya. Harus ada benci kepada orang kafir, berlepas diri dari mereka, dan meyakin mereka adalah penduduk neraka kalo mati dalam kekafiran. Adapun masalah hidup dalam sebuah negeri, dijaga negeri itu, tidak mendholomi, walaupun berbeda agama. Itu ada aturan dalam agama kita. bukan hal yang dilarang, ada tuntutnan dan syariatnya tapi bukan berearti kita cinta kepada mereka, kita membenarkan agama mereka. Ini harus dibedakan.
Kesalahan dalam memahami ayat dalam Al-Qur’an surat Al-Mumtahanah ayat 8
“Sesungghunya Allah tidak melarang kalian untuk berbuat baik, terhadap orang yang tidak memerangi kalian dan tidak mengusir kalian dari negeri-negeri kalian”
Orang kafir yang tidak memerangi kita, tidak mengusir kita dari negeri-negeri kita, maka Allah tidak melarang kita untuk berbuat baik kepada mereka dan berlaku adil kepada mereka. Karena Allah cinta kepada orang yang berlaku adil. Padahal dalam Surah Al-Mumtahanah ini, dari awalnya menegaskan bara’ kepada kaum musyirikin. Akan tetapi bukan berarti kita mencintai dan membenarkan agamanya mereka. Allah hanya menyuruh kita sebatas berbuat baik. Misalnya mereka perlu bantuan tetangga yang non muslim, diberi dari sisi dunia, ini akhlak yang baik daalam islam dan berlaku adil.
Karena itu tidak ada sejarahnya umat ini orang yang berpegang dengan agamanya, kemudian menjadi masalah bagi penganut agama lain. Bahkan ketika Umar bin Khatab radhiallahu ‘anhu meninggal, para ahlul kitab bersedih dikarenakan keadilan yang merata dimasa beliau, tidak ada yang didhalimi.
Memohon agar tidak berbuat syrik
Manfaat berpegang pada pokok agama akan membuat seseorang itu selalu bermohon kepada Allah supaya menghadap kepada Allah tidak berbuat kesyirikan.
Pesan Nabi Yakub ‘alaihi sallam kepada anak-anaknya:
Nabi Yusuf ‘alaihi sallam berdoa kepada Allah
Nabi Ibrahami ‘alaihi sallam memohon hal yang sama dalam doa’nya:
Maka seorang berusaha menjaga bagaimana dalam kehidupannya selalu diatas makna ini, la ilaha illallah. Inilah kalo tampak dalam kehidupannya keseriusan dan kesungguhan kepada Allah akan dimuliakan dia dengan kalimat la ilaha illallah diakhir khayatnya akan dimudaknan mengucap la ilaha illallah saat sakaratul maut menjemputnya, akan dimudahkan dialam kuburnya, dan mudah dalam menjawab pertanyaan kubur, sebab ini kalimat yang dia jaga dan dia pelihara.
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Makna La Illaha Illallah – Perkara yang Memperjelas Makna La Ilaha Illallah, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafidzahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.
Kitab Makna La Ilaha Illallah, Penulis: Muhammad bin Abdul Wahab At-Tamimiy Rahimahullah
Makna-makna yang meperjelas kalimat la ilaha illallah.
Apabila engkau ingin mengetahui hal ini secara sempurna, hal tersebut dengan dua perkara:
Pertama: Yang di perangi Nabi adalah orang yang menetapkan tauhid rububiyyah bagi Allah.
Engkau mengetahui bahwa orang-orang kafir yang diperangi oleh Nabi, yang dibunuhi, hartanya dirampas, darahnya dihalalkan, dan kaum perempuannya ditawan adalah orang-orang yang menetapkan tauhid rububiyyah bagi Allah. Apa itu Tauhid rububiyyah yaitu tiada yang mencipta kecuali Allah, tiada yang memberi rezeki, menghidupkan, mematikan, juga tiada yang mengatur segala perkara kecuali Allah.
Sebagaimana dalam firman Allah dalam Al-Quran Surat Yunus 31:
Katakanlah, “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab, “Allah”. Maka katakanlah, “Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?”
Jadi ini mempertegas makna la ilaha illallah, bagaimana bentuk penegasannya? diketerangan penulis sebagai berikut:
Ini adalah masalah yang sangat besar lagi sangat penting, yaitu engkau mengetahui bahwa orang-orang kafir mempersaksikan dan menetapkan seluruh hal ini. Namun, bersamaan dengan itu (persaksian tersebut) tidak memasukan mereka ke dalam Islam serta tidak mengharamkan darah dan harta mereka, padahal mereka juga bersedekah, berhaji, berumrah, beribadah dan meninggalkan sejumlah hal yang diharamkan karena takut kepada Allah.
Penegasannya adalah bahwa kalimat la ilaha illallah, makna yang ditegaskan dalamnya tauhid uluhiyyah bukan tauhid rububiyyah. Memang makna la ilaha illalah adalah tidak ada yang diibadahi dengan benar kecuali Allah. Makna ini ke uluhiyyah. Kalo ada yang mengartikan bahwa la ilaha illallah sebagai tauhid rububiyyah, ini keliru. Karena kaum musyrikin dulu juga seperti itu.
Kedua: Yang dikafirkan adalah mereka yang tidak mempersaksikan tauhid uluhiyyah untuk Allah
Perkara kedua inilah yang mengafirkan mereka serta menghalalkan darah dan harta mereka, (yaitu) mereka tidak mempersaksikan tauhid uluhiyyah untuk Allah. Tauhid uluhiyyah adalah bahwa tiada yang doa ditujukan (kepadanya) kecuali Allah, tidak mengharap, kecuali kepada Allah saja, tiada serikat bagi-Nya, tidak bermohon dan meminta pertolongan kepada selain-Nya, tidak menyembelih untuk selain-Nya, serta tidak bernadzar untuk selain Allah, tidak kepada malaikat yang didekatkan tidak pula kepada nabi yang diutus.
Jadi, barangsiapa yang memohon pertolongan kepada selain Allah, sungguh dia telah kafir. Barang siapa yang menyembelih untuk selain allah, sungguh dia telah kafir. (Juga) makna-makna yang semisal dengan ini.
Dari hal ini seruan Nabi kepada kaum kufar untuk mengucap la ilaha illallah adalah terkait tauhid uluhiyyah bukan tauhid rububiyyah, sebab tauhid rububiyyah diakui oleh kaum kufar. Walaupun kandungan dalam tauhid uluhiyyah terkandung didalamnya makna tauhid rububiyyah. Tauhid rububiiyah adalah bagian dari tauhid, tapi memaknai dengan tauhid rububiyyah saja tidak cukup untuk memasukan dalam islam. Harus ada pengakuan terhadap tauhid uluhiyyah.
Kesempurnaan (pemahaman) ini adalah engkau mengetahui bahwa kaum musyirikin, yang Rasulullah perangi, selalu beribadah kepada orang-orang shalih, seperti para malaikat, (Nabi) Isya, ibu beliau (yakni Maryam), ‘Uzair, dan para wali lainnya. Mereka dianggap telah kafir lantaran hal ini, padahal mereka menetapkan Allah Subhanahu Yang Maha Mencipta, Maha Memberi rezeki, dan Maha Mengatur segala perkara.
Jadi kesempurnaan memahami bahwa mereka ini kaum musyrikin yang diperangi oleh Nabi, mereka beribadah kepada malaikat, Nabi Isya dan selainnya. Orang-orang yang dimaklumi mereka ini makhluk Allah yang baik, bersama dengan itu mereka di kafirkan. Padahal mereka mengakui Allah yang mencipta, menghidupkan, mematikan. DIantara kaum musyrikin beribadah kepada yang baik saja para malaikat, para nabi, wali2. Tapi bersamaan dengan itu hukumnya sama, semuanya kafir.
Sehingga hal ini mempertegas makna la ilaha illallah, bahwa dalam la ilaha illallah tidak menerima perantara sama sekali, harus langsung beribadah kepada Allah.
Ada Enam Pembahasan:
Pertama: Pengakuan kaum musyirikin terhadap tauhid rububiyyah
Kedua: Kaum musyrikin juga punya beberapa bentuk ibadah dan mereka meninggalkan sejumlah hal yang diharamkan.
Ketiga: Seluruh hal tersebut tidak memasukan mereka ke dalam Islam.
Keempat: Kekafiran kaum musyirikin karena mereka tidak mempersaksikan tauhid uluhiyyah bagi Allah
Kelima: Rosulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam memerangi kaum musyrikin, padahal mereka ini beribadah kepada malaikat, para nabi dan orang-orang sholeh.
Keenam: Makna-makna lain yang memperjelas makna la ilaha illallah.
Makna-makna lain yang memperkuat makna la ilaha illallah:
Al-Wala’ dan Al-Bara’: loyalitas terhadap kaum muslimin dan pelepasan diri dari orang kafir
Al-Hubu dan Al-Bughdu fillah: cinta dan benci karena Allah
Mukhalafatu Al-Kufar: menyelisihi kaum kafir
Sturuktur dalam menjelaskan makna la ilaha illallah
Penulis cara menjelaskan makna la ilaha illallah sangat jelas sekali
Diterangkan makna la ilaha illallah: tidak ada yang diibadahi yang hak kecuali Allah.
Dijelaskan rukun la ilaha illallah: an-nafyu dan al-isbat
Diterangkan 8 syarat la ilaha illallah: ilmu, yakin, syidik, ikhas, mahabah, terikat, menerima, kufur terhadap segalah yang diibadahi kecuali Allah. Ini adalah konsekuensi la ilaha illallah
Diterangkan dua hal yang memperkuat makna la ilaha illallah: Nabi memerangi mereka yang menetapkan tauhid rububiyyah saja bagi Allah dan yang tidak mempersaksikan tauhid uluhiyah bagi Allah.
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Makna La Illaha Illallah – Makna Uluhiyyah di Kalangan Kaum Musyirikin Masa Belakangan, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafidzahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.
Kitab Makna La Ilaha Illallah, Penulis: Muhammad bin Abdul Wahab At-Tamimiy Rahimahullah
Makna Uluhiyah di kalangan kaum musyrikin masa belakangan
Makna Uluhiyah di kalangan kaum musyirikin masa belakangan. Penulis ingin menjelaskan kesalahan makna uluhiyah pada masa beliau.
Apabila engkau telah mengerti hal ini, ketahuilah bahwa uluhiyah inilah yang disebut oleh orang-orang umum pada masa kita dengan nama As-Sirr (rahasia) dan Al-Walayah (kewalian). Bagi orang awan dimasa penulis kalau dikatan Al-Walayah itu artinya wali yang ada rahasia padanya. Dan inilah yang mereka nama kan Al-Faqir dan Asy-Syaikh, sedangkan orang awam mereka menyebutnya dengan nama As-Sayid atau semisalnya. Ini adalah istilah2 atau pangggilan2 dahulu untuk orang2 yang diagungkan atau dibesarkan. Dimasa sekarang masih banyak lagi istilah2 tambahan.
Hal tersebut karena mereka menyangka bahwa Allah telah memberikan kedudukan (khusus) di sisi Allah untuk dikalangan khusus diantara makhluk. Jadi mereka menyangka ada orang2 yang diberikan kedudukan khusus ditengah Allah. ini sangkaan orang2 awam ini, yang mana mereka menyangka bahw Allah ridho, manusia berlindung pada mereka mengharap dan memohon pertolongan kepada mereka, serta menjadikan mereka sebagai peranta diantara dia dan Allah.
Inilah yang ingin ditekankan penulis mengenai kesyirikan pada jaman beliau yaitu dikarenakan kekeliruan memahami uluhiyah. Pada masa itu ada yang meyakini bahwa Allah itu sudah memilih dari hamba2nya. Ada orang diagungkan ini namanya Al-Fakir, Asy-Syeikh, As-Sayid, dan sebagainya. Mereka katakan bahwa semuanyy ini mempunyai kedudukan khusus disisi Allah. Wali-wali ini diberi rahasia oleh Allah yang menyebabkan mereka mempunyai kedudukan khusus disisi Allah. Mereka juga menyangka bahwa Allah ridho akan wali-wali tersebut untuk dijadikan tempat berlindung, seorang berharap kepadanya, memohon pertolongan dijadikan sebagai perantara. Ini adalah sangkaan kaum Musyirikin.
Jadi, demikian sangkaan para kesyirikan pada zaman kita bahwa mereka itulah perantara2 mereka yang dinamakan oleh orang-orang musyrik terdahulu dengan nama Illah. Perantara itu mereka namai Illah. Kaum musyrikin pada masa itu tegas, mereka tolak bahwa hanya Allah yang diibadahi. Mereka juga membangkang bahwa yang diibadahi itu banyak bukan cuma satu. Karena itu ketika Nabi shallalhu ‘alaihi wa sallam mengajak kepada kalimat la ilaha illallah dalam musnad Imam Ahmad. Yang kemudian mereka jawab sebagaimana tercantum dalam Al-Quran Surat Shad ayat 5.
Pada masa dahulu mereka bilang ada perantara, mereka tidak menyebutkan bahasa yang mengelabui, bahasanya tegas, dengan mengatakan bawa itu sembahan kami. Akan tetapi dimasa sekarang tidak secara langsung mengatakan sembahan kami, mereka katakan itu adalah syaikh, wali, sayid, al faqir dan sebagainya. Beda halnya dengan kaum musyirikin pada jalam dahulu mereka tegas mengatakan ini adalah berehala-berhala kami, ini sesembahan kami, dan ini illah kami.
Sehingga kita harus tahu apa hakikatnya, jangan tertipu dengan penamaan. Karena itulah orang yang belajar tauhid, setelah mengerti, mereka memahami hakikat dari tauhid. siapapun yang datang mengelabui dengan nama yang lain, akan tidak bermanfaat.
Penulis menyimpulkan mengenai ucapan seseorang yang berkata la ilaha illallah itu artinya adalah pembatilan terhadap semua bentuk perantara (As-Saikh, Al-Fakir, As-Sayid dan lain sebagainya).
Hal Ini sesuai dengan kaidah yang kedua dalam kitab Al-Qawa’id Al-Arba’ah yaitu supaya tampak agama sebenarnya kaum musyirikin. Diserukan la ilaha illallah tidak masuk pada mereka, sebab keyakinan mereka boleh menjadikan sesembahan selain dari pada Allah walaupun alasannya sebagai perantara atau mencari syafaat.
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Makna La Illaha Illallah – dua kandungan pokok, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafidzahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.
Dua Rukun (pokok kandungan) la ilaha illallah, dua :
An-Nafyu: penafian
Al-Isbat: penetapan
Ini adalah fiqih yang harus diketahui tentang la ilaha illallah, dalam kalimat yang agung ini terkandung didalamnya dua rukun pokok tersebut.
Ketahuilah bawah kalimat ini, mengandung penafian dan pengisbatan. An-Nafyu dalam la ilaha dan Al-Isbat dalam illallah.
Pertama dinafikan dulu segala yang diibadahi kecuali Allah. Nafyu adalah menafikan segala yang diibadahi selain Allah. Hal ini wajib menafikan segala benda mati, hewan, tumbuhan, makhluk, dan lainnya. Berlepas diri dari semua itu.
Kedua diisbatkan, ditetapkan, ibadah itu hanya untuk Allah dan tidak ada serikat baginya.
Tauhid mencakup dua hal penafikan dan penetapan, dua rukun tersebut harus dikumpulkan. Kalo hanya menafikan saja untuk tidak beribadah selain kepada Allah tapi tidak menetapkan, itu belum bertauhid. Atau sebaliknya jika hanya menetapkan Allah saja tapi tidak mengingkari yang lain kecuali Allah, maka ini juga belum bertahuid. Inilah agama islam, agama para nabi dan para rosul.
Ada yang beranggapan semua agama sama?
Sebagaian manusia ada yang merubah dari pokok2 agama, kalimat la ilaha illallah, akhirnya masuk dalam ucapan agama semua benar, ini adalah kekafiran yang nyata. bertentangan dengan makna la ilaha illallah.
Ada yang beranggapan agama islam tidak toleransi?
Mereka menganggap kalo kita menetapkan yang diibadahi hanya Allah dan umat islam ini dari keyakinannya adalah kafir terhadap ibadah selain Allah dan memerangi kesyrikan. Mereka ini menganggap tidak ada toleransi dalam islam. Ini adalah sebuah kesalahan, sebab agama Islam sudah berjaya dari masa nabi, ketika berkuasa di Madinah, ada orang yahudi di Madinah, tapi mereka tidak di dzhalimi, tapi keyakinan nabi tidak berubah. Harus dibedakan antara ibadah (keyakinan) dan interaksi dengan manusia, jangan dicampurkan. Toleransi kaitannya dengan masalah dunia, masalah muamalah. Adapun agama ini lah keyakinan kalimat tauhid.
Dalil-dalil mengenai perintah beribadah hanya kepada Allah dalam Al-Quran
Al-Quran surat Al Isra ayat 23, perintah agar tidak menyembeah selain Allah
Al-Quran surat An-Nisa ayat 36, perintah untuk menyembah Allah dan jangan mempersekutukannya.
Awal perintah dalam Al-Quran adalah beribadah kepada Allah (Al-Baqarah 21), dan awal larangan adalah larangan berbuat kesyrikan (Al-Baqarah 22).
Al-Quran surat Al-bayinah 5, perintah hanya menyembah Allah
Al-Quran surat An-Nahl ayat 5, misi rosul untuk menyerukan menyembah Allah dan jauhi thogut.
Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 256
Al-Quran surat Az-Zukhruf ayat 26-27
Penulis membagi pembahasan menjadi 3 bagian
Bagian Pertama: Penafian dan Penetapan
Bagian Kedua: Makna Uluhiyah
Makna penafian adalah menafikan segala uluhiyah, penyembahan/peribadatan segala sesuatu selain Allah dari seluruh makhluk. Termasuk menafikan Muhammad shallaluhu alaihi wa sallam, para malaikat, malaikat Jibril (pemuka para malaikat). Apalagi wali2 dan orang soleh lainnya. Kemudian kalo engkau telah memahami tersebut maka perhatikan pembahasan uluhiyah ini.
Bagian Ketiga: Makna Uluhiyah untuk Allah semata
Makna penetapan uluhiyah untuk Allah semata. Itu perintah beribadah untuk Allah saja tidak ada serikat.
Dua hal rukun ini harus bersambung, tidak seperti kekeliruan orang sufi: mereka kalo berdzikir tidak lengkap kalimat la ilaha illallah, tinggal sisa sepotong saja: awalnya dzikir la ilaha illallah….kemudian menjadi dzikir illaha….kemudian menjadi dizikir allah…. dan terakhir menjadi dzikir huhu ……. Ini adalah bentuk mempermainkan agama dikarenakan mereka tidak paham denan makna kalimat tauhid ini. Andai kata mereka belajar mengenai maknanya, tidak mungkin hal tersebut terjadi sebab dua rukun ini tidak mungking terpisah.
Kekeliruan dalam memahami makna la ilaha illallah
Pertama: kelompok wahdatul wujud, tidak ada pembagian antara makhluk dan pencipta. Bagi mereka segalah yang ada adalah Allah. Mereka mengartikan dengan tidak ada illah yang ada kecuali Allah.
Kedua: penafsiran Ahlul Kalam, mereka memaknai kalimat tauhid: tidak ada yang mampu mengadakan, mencipta, mengatur, kecuali Allah. Ini adalah pemahaman kaum Musyrikin dahulu, tapi pemahaman seperti ini tidaklah cukup menjadikan mereka Muslim.
Ketiga: penafsiran kelompok jahmiyah, mu’tajilah termasuk ikhwanul muslimin yang mentafirkan kalimat tauhid dengan nama dan sifat Allah. Contohnya tidak ada hakim kecuali Allah. Pemahaman seperti ini menyebabkan mengkafirkan semua orang yang tidak berhukum dengan hukum Allah.
Makna yang benar adalah tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah.
Dalam Al-Quran Surat Al-Hajj ayat 62
Dalam Al-Quran Surat Luqman Ayat 22
Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Makna La Illaha Illallah – beberapa konsekuensi dan bukan sekedar pengucapan lisan, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafidzahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.
Kalimat la ilaha illallah ada konskuensinya dan bukan dimaksudkan untuk diucapkan dengan lisan saja, tapi harus mengerti tentang makna nya. Karena kaum munafikin pada zaman Rasulullah shallaluhu alaihi wa sallam mengucapkan kalimat ini. Padahal kita tahu kedudukan kaum munafikin lebih rendah dari kaum kafir yaitu dilapisan terbawah dari neraka.
Neraka bertingkat-tingkat sebagaiman kekafiran juga ada tingkatnnya. Surga juga bertingkat-tingkat sebagaimana tingkat amalan ahli surga. Lapisan yang paling bawah adalah kaum munafikin, sebagaimana tercantum dalam surat An-Nisa ayat 145:
Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.
Meski kaum munafikin mengerjakan shalat, puasa serta bersedekah, tidak akan berguna apabilah hanya diucapkan dengan lisan saja.
Sebagaimana beberapa sabda Rasulullah shallaluhu alaihi wa sallam, yang bermakna barangsiapa yang berucap la illaha illallah dengan jujur dan ikhlas, dan kafir terhadap segala sesuatu yang diibadahi selain Allah, atau hadist lainnya yang semakna. Maka maksud dari pengucapan kalimat la ilaha illallah harus disertai dengan hal berikut:
Mengetahuinya dengan hati.
Mencintai kalimat ini dan mencintai orang-orang yang mengucapkannya.
Membenci kepada siapa yang menyelishi kalimat la ilaha illallah.
Ada tiga point pembahasan:
Pembahasan 1: Memahami keadaan kaum Munafikin
Kaum Munafikin adalah musuh dalam selimut. Mereka dhohirnya isalm tetapi bathinnya bukan islam. Mereka berucap la ilaha illallah, kadang shalat walaupun malas, bersedekah walaupun kikir, dan mempunyai sifat riya. Hal ini memperjelas bahwa la ilaha illallah bukan sekedar dengan lisan.
Dikisahkan ada yang sekelompok orang yang berkata kepada Hasan Al-Basri rohimahullah, apabila seseorang berkata la ilaha illallah, maka akan masuk surga. Kemudian Al Hasan berucap, siapa yang berucap la ilaha illallah, kemudian dia tunaikan hak dan kewajiban dari la ilaha illallah, maka dia akan masuk surga. Ini adalah fiqih seseorang yang mempunyai ilmu.
Pembahasan 2: Syarat la ilaha illallah
Ada 7 (ada yang menyebutnya 8) syarat la ilaha illallah:
Ilmu, mengilmui dan tidak boleh jahil terhadapnya
Yaqin, meyakini terhadap kandungannya dan tidak boleh ragu atau samar
Ikhlas, ikhlas terhadapnya dan tidak boleh syrik, riya, atau keterpaksaan
Sidiq, jujur terhadapnya dan tidak boleh dusta
Mahabah: mencintainya dan tidak boleh ada kebencian
Terikat, terikat dengannya dan tida boleh bebas
Menerima, menerimanya dan tidak menolaknya
Engkau kafir terhadap egala yang diibadahi selain kepada Allah (sama dengan ikhlas)
Syarat Pertama: Ilmu
Artinya seseorang itu wajib untuk mengilmui tentang makna la ilaha illallah. Apa arti kalimat tersebut dan maknanya. Yaitu tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah.
Secara umum syarat ilmu adalah syarat yang peting dari kalimat la ilaha illallah, sebagaimana dalam Al-Quran Surat Muhammad ayat 9:
Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.
Kemudian mengenai perintah untuk mengetahui ilmu tentangnya, hatinya mengetahui apa yang diucapkan oleh lisan, mengetahui maknanya dalam Al-Quran Surat Az-Zukhruf ayat 86:
Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memberi syafaat, akan tetapi (orang yang dapat memberi syafaat ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini(nya)
Dari Ustman bin Affan di hadist riwayat Muslim: “Barang siapa yang meninggal dalam keadaan mengilmui (mengetahui) akan la ilaha illallah, maka dia akan masuk surga”.
Syarat kalimat la ilaha illallah bermanfaat apabila dia mengetahuinya, mengenal dengan hati, menetapkan dan meyakininya.
Syarat Kedua: Yakin
Harus meyakini kalimat ini tanpa ada keraguan atau kebimbangan sedikitpun.
Dalam Al-Quran Surat Al-Hujurat ayat 15: sesunggunya kaum mukmin beriman kepada Allah dan Rasulnya dan tidak boleh ada keraguan.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang beriman kepada Allah dan rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.
Bertolak belakang dengan sifat kaum munafikin dalam Al-Quran Surat At-Taubah ayat 45, mereka dalam keraguan. Adapun kaum mukmin yakin terhadap Allah.
Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya.
Hadist riwayat Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu. Di isyaratkan agar tidak ada keraguan, harus yakin.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu diriwayat yang lain.
Hadist ini dikishakan ketika itu dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu ada di dalam kebun, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, siapa yang dibelakang tembok kebun ini hatinya yakin maka beri kabar gembira dengan surga. Untuk sampai kepada derajat yakin, maka perlumempelajari, menjaganya, mengkajinya, membahasnya. Manusia dalam ilmu keyakinan bernjenjang
Syarat Ketiga: Ikhlas
Harus punya keikhlasan dalam mengucapakan ini dan tidak ada sedikitpun kesyrikan atau riya.
Dalam Al-Quran Surat Az-Zumar Ayat 3
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata), “Kami tidak menyembah mereka, melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.
Dalam Al-Quran Surat Al-Bayinah Ayat 5
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.
Hadist riwayat Bukhari, Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu
Syarat Keempat: Syidik
Makna As-Syidik adalah jujur terkaitan dengan lisan, tulus dalam hatinya, dan bersungguh-sungguh dalam perbuatannya. Semuanya masuk dalam makna as-syidik, jadi bukan di lisan saja. Lawannya adalah kedustaan. Orang yang kalo jujur bersih dari kemunafikan.
Dalam Al-Qur’an Surat Al-Ankabut ayat 1-3: Allah mengetahui siapa yang jujur dan siapa yang dusta diantara mereka.
Alif Lām Mīm, Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?, Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
Dalam hadist riwayat Bukhari Muslim dari Mu’ad bin Jabal:
Syarat Kelima: Kecintaan
Al-Mahabah adalah kecintaan lawannya adalah kebencian atau ketidaksukaan. Artinya cinta terhada kalimat, kandungannya, cinta kepada yang mengucapakannya, cinta kepada yang membelanya.
Dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah Ayat 165: orang yg beriman kecintaan yang terbesar dalah cinta kepada Allah
Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalimitu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat) bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).
Dari Anas bin Malik dalam hadist riwayat Bukhari dan Muslim
Dari Do’a Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Syarat Keenam: Terikat
Yang berucap la ilaha illallah didunia tidak ada yg bebas, semua terikat. Kalo tidak terikat kepada Allah dia terikat kepada syaiton atau dirinya sendiri. Dunia ini adalah penghambaahn kepada Allah. Terikat dengan kandungannya, dengan konsekuensinya, sehingga bisa mewarnai kehidupan dengan baik.
Dalam Al-Quran Surat Luqman Ayat 22: barang siapa yang berserah diri dan seorang yang baik maka dia telah berpegang teguh pada taili yg kuat
Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.
Dalam Al-Quran Surat Az-Zumar ayat 54:
Dan kembalilah kamu kepada Tuhan-mu dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).
Dalam Al-Quran Surat An-Nisa ayat 65:
Maka demi Tuhan-mu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.
Syarat Ketujuh: Menerima
Menerima kalimat la ilaha illallah tanpa ada penolakan sama sekali dan tidak bersombong
Kaum musyrikin dicela dalam Al-Quran Surat As-Saffat ayat 35-36:
Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka, “Lāilāha illallāh” (Tiada Tuhan yang berhak disembah, melainkan Allah) mereka menyombongkan diri. dan mereka berkata, “Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?”
Dari Abu Musa Al Asyari dalam hadist riwayat Bukhari dan Muslim
Syarat Kedelapan : kafir terhadap segala yang diibadahi selain dari pada Allah
Dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah Ayat 256:
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu, barang siapa yang ingkar kepada ṭāgūt dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Dari Tariq bin Asyam dalam Shahih Muslim:
Ringkasan syarat:
Sehingga kalimat la ilaha illallah bukan sekadar ucapan saja ada kunsekuensi dibelakannya. Delapan syarat ini terkandung didalam konsekuensinya, apa keharusan seseorang terhadap kalimat yang agung ini. Harus dipahami bahwa seseorang yang berucap la ilaha illallah itu bukan sekedar ucapan saja, ada konsekuensi dibelakangnya, ada kewajiban kewajiban yang berjalan padanya. Karena itulah siapa yang telah mengucapakan kalimat yang agung ini dan dia telah mengtahui dari 8 syarat ini, maka artinya dia telah mengetahui konsekuensinya. Untuk selanjutnya tinggal dia bagaimana mengamalkannya.
Pembahasan 3: Kejahilahan banyak manusia terhadap sahadat
Banyak umat muslim saat ini yang jahil atau tidak mengetahui atau mengerti kalimat la ilaha illallah ini. Jangan seperti kaum Musyrikin mereka paham bahasa arab, paham konsukensi dari bahasa. walupun tidak diterangkan mereka sudah mengerti. Tetapi mereka bersombong tidak mau mematuhinya.
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Makna La Illaha Illallah , oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafidzahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.
Kitab ini ditulis oleh Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab, yang berisi tentang penjelasan makna Laa illaha illallah
Buku ini berasal dari sebuah pertanyaan ditanyakan kepada penulis. Apa makna la illaha illallah?
Beliau menjawab dengan jawaban yang menjadi judul kitab ini.
keutamaan La Ilaha Illallah
Syeikh ditanaya tentang makna la illaha illallah?, maka syeikh menjawab, ketahuilah semoga Allah merahmati mu, bahwa kalimat ini adalah pembeda antara kekufuran dan keislam dan dia adalah kalimat taqwa. Dia juga adalah tali yang amat kuat. Dalam Al-Quran Surat Az-Zukhruf Ayat 28:
Dan (lbrahim) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu
Ada 7 pokok pembahasan:
1. Anjuran mempelajari ilmu
Selalu mengingatkan seseorang mempelajari mendalami, mengulangi ilmu. Pengulangan terhadap ilmu akan memperkuat ilmu tersebut.
Nabi Ibrahim masih memohon (berdoa) “dan jauhkanlah saya berserta anak cucuku daripada menyembah berhala2”, dalam Al-Quran Surat Ibrahim ayat 35:
Dan (ingatlah) ketika Ibrāhīm berkata, “Ya Tuhan-ku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.
Nabi khawatir akan umat tergelincir pada kesyrikan l:
“Sesungguhnya yang paling kutakutkan atas kalian ialah syirik kecil”. Mereka bertanya, “Apakah syirik kecil tersebut wahai Rasulullah?” Jawab Beliau, “Riya’ ”. (H.R. Ahmad dengan sanad yang shahih)
Ciri yang mengenal tauhid: selalu mempelajarinya, mengulanginya, mengikuti pelajarannya.
Kisah dari syeikh bahwa murid beliau mengingkan belajar ilmu lain, karena mereka telah diajarkan tauhid berulang. Keesekan harinya syeikh memberi kabar bahwa ada seseorang menyembelih hewan untuk membangun rumahnya. Muridnya tidak bereaksi apa-apa. Kemudian keesokan harinya, syeikh berkata bahwa ada anak berjinah dengan ibu kandungnya. Kemudian muridnya bilang naudubillah, yang menunjukan pengingkaran. Kemudian syeikh berkata inilah mengapa kita haurs tiap hari mempelajari tauhid. Dikarenakan kalian mendengar kabar kesyirikan tapi diam sedangkan ketikan diberitakan mengenai maksiat kalian mengingkari. Padahal dosa kesyirikan lebih besar dari maksiat.
2. Doa rahmat dari penulis
Beliau mendoakan kepada pembaca yang membaca tulisan ini, semoga allah merahmatimu. Ini merupakan keseriusan guru dan rahmatnya mengambil ilmu darinya. Didalam belajar selalu dijaga oleh para guru supaya murid2 mengenal dari rahmat. Karena rahmat dari Allah sangat diperlukan, yang menyebabkan dicurahkan ilmu, dimudahkan ilmu masuk dalam hatinya, dan ilmu berpengaruh pada dirinya yang mempengaruhi hidupnya.
3. La illaha illallah adalah pembeda antara kekufuran dan keislaman
Ini adalah pembeda jalan Nabi shollahu ‘alaihi wa sallam dan jalannya kaum musyrikin. Karena ketika kaum musyirkin, di ajak untuk berucap kalimat tauhid, mereka bersombong dan tidak menerimanya. Dalam surat As-Saffat Ayat 35-36:
Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka, “Lāilāha illallāh” (Tiada Tuhan yang berhak disembah, melainkan Allah) mereka menyombongkan diri.dan mereka berkata, “Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?”
Terdapat 5 ayat dalam Al-Quran yang semakna dengan La Ilaha Illallah:
Pertama: Al-Quran Surat An-Nahl ayat 36
Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah ṭāgūt itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya 1. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
Kedua: Al-Quran Surat An-Nahl ayat 1-2
Telah pasti datangnya ketetapan Allah maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (datang)nya. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu, “Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku”.
Ketiga: Al-Quran Surat Al-Anbya ayat 25
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”.
Keempat: Al-Quran Surat Al-Ahqaf ayat 25
yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhan-nya, maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa.
Kelima: Al-Quran Surat Az-Zukhruf ayat 45
Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu, “Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah Yang Maha Pemurah?”
4. La Ilaha Illallah adalah kalimat taqwa
Dari penamaannya kalimat la ilaha illallah adalah kalimat taqwa. Dalam Al-Quran Surat Al-Fath ayat 26:
Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan, (yaitu) kesombongan jahiliah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Kalimat taqwa disini adalah kalimat la ilaha illallah.
Allah mewajibkan kepada kaum mukminin kalimat taqwa. Mereka yang berhak dan yang memilikinya.
Pokok dari ketaqwaan adalah tauhid.
5. La Ilaha Illallah adalah tali yang amat kuat
Yang ingkar dalam thogut dan beriman teguh kepada Allah, maka sesunggunya mereka berpegang pada tali yang amat kuat, dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 256:
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu, barang siapa yang ingkar kepada ṭāgūt dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Yang berserah diri (ikhlas) dan berbuat baik, maka ia telah telah berpegang pada tali yang amat kuat, dalam Al-Quran Surat Luqman ayat 22
Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.
6. La ilaha illallah adalah kalimat yang kekal
Kalimat kekal adalah kalimat la ilaha illallah, dalam Al-Quran Surat Az-Zukhruf ayat 28:
Dan (lbrahim) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu
7. Keutamaan lain dari kalimat la ilaha illallah
Ayat2 yang menjelaskan tentang la illaha illallah
La ilaha illallah adalah kalimat yang al-husna, dalam Al-Quran Surat Al-Layl ayat 1-7
dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga),
La ilaha illallah adalah kalimat yang al-ahad, perjanjian, dalam Al-Quran Surat Maryam ayat 87
Mereka tidak berhak mendapat syafaat kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah
La ilaha illallah adalah kalimat yang as-sowaf, puncak kebenaran, dalam Al-Quran Surat An-Naba ayat 38
Pada hari, ketika rohdan para malaikat berdiri bersaf-saf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar.
La ilaha illallah adalah kalimat penyelamat dunia dan akhirat, d Nabi Yunus ‘alaihi salam diselamatkan dalam perut ikan karena kalimat la ilaha illallah, dalam Al-Quran Surat Al-Anbya ayat 87
Doa yang paling istimewa: diiringi tauhid, disertai dengan pensucian Allah, dan pengakuan terhadap dosa.
Orang yang terdesak apabila berdoa dengan iklhas walaupun kaum musyrikin, akan Allah kabulkan. Karena kuncinya adalah keikhlasan tauhid.
Dan (ingatlah kisah) Żān Nūn (Yūnus) ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap “Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau; sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.”
La ilaha illallah adalah isi seluruh kitab suci yang diturunkan Allah dalam Al-Quran Surat Hud ayat 1-2
Alif Lām Rā, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu,agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan dan pembawa kabar gembira kepadamu dari-Nya,
La ilaha illallah adalah ucapan yang teguh atau kukuh. Allah meneguhkan orang2 yang beriman (bertauhid) dengan ucapan yang kukuh dalam kehidupan dunia dan akhirat, dalam Al-Quran Surat Ibrahim ayat 27
At Tsabit adalah kalimat la ilaha illallah.
Untuk itu orang yang bagus dalam agama, diatas petunjuk Nya, tidak akan berubah2 dikarenakan tauhid nya yang kokoh.
Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.
La ilaha illallah adalah kalimat yang dibaca dari akhir Adzan, maka jaminan seorang hamba dimasukan kedalam surga
La ilaha illallah dalah kalimat yang menyebabkan diampuni dosa
Dalam Al-Quran Surat Muhammad ayat 19 dan dalam hadist
Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.
La ilaha illallah adalah kalimat yang akan menjamin dimasukan kedalam surga
Dana apabila masuk neraka, kalimat ini akan menariknya ke surga