5. Behati-hatilah dari Majalah yang Menyesatkan

Kitab Manzhumah Mimiyyah

Penulis: Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami Rahimahullah

Bab: Pasal Ilmu Faraidh dan Ilmu Alat serta Peringatan terhadap Bahaya Ilmu-Ilmu Ahli Bid’ah.

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Pasal Tentang Ilmu Faraidh dan Ilmu Alat serta Peringatan terhadap Ilmu-Ilmu Ahli Bid’ah , oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. 

Pembahasan: Behati-hatilah dari Majalah yang Menyesatkan

Penulis menjelaskan mengenai sebagian majalah yaitu majalah-majalah yang jelek.

Terdapat 3 Pembahasan:

  1. Pembahasan: Berhati-hati dari majalah yang menyesatkan.
  2. Pembahasan: Sebagian perkara-perkara yang hina disebarkan oleh majalah-majalah yang jelek
  3. Pembahasan: Peringatan akan orang-orang yang melampaui batas dan jalan-jalan mereka yang rusak.

Tiga pembahasan ini ada di 13 Bait syair berikut:

Bait Syair 190

Berhati-hatilah dari majalah-majalah keji yang beredar di tengah-tengah masyarakat ….Yang mengajak secara terang-terangan kepada penyebaran becanra di tengah mereka

Bait Syair 191

Yang menyeru agar membuang petunjuk dan ajarang agama seluruhnya … Juga ilmu, bahkan, seluruh akal yang sempurna dan akal sehat.

Bait Syair 192

Yang menyeru agar condong kepada dunia dan keindahannya … Juga menyeru kepada kehidupan foya-foya sebagaimana binatang ternak yang digembala.

Bait Syair 193

Terang-terangan menyeru kepada degradasi moral dan kecabulan … Mengesampingkan harga diri, akhlak dan tata krama.

Bait Syair 194

Menyeru agar secara mutlak menggantungkan kepada sebab … Tanpa menggantungkan kepada Yang Menciptakan sebab dan Menciptakan ketiadaan

Bait Syair 195

Menyeru kepada kufur terhadap Allah, malaikat, dan para rasul … Juga kufur kepada wahyu, takdir, dan kebangkitan jasad yang telah remuk.

Bait Syair 196

Menyeru agar memeluk keyakinan Thabi’iyyah bahwa alam tidak ada yang mengatur … Bertindak sendiri sesukanya tanpa pernah menzhalimi

Bait Syair 197

Menurut mereka, semua makhluk ini terjadi tanpa ada yang mengurusi dan tanpa ada yang menciptakan … (Mereka mengingkari) bahwa makhluk itu diciptakan untuk tujuan dan hikmah tertentu.

Bait Syair 198

Dengan penuh pujian mereka menamakan kebatilan tersebut sebagai “ilmu baru” … Akan tetapi sejatinya ia adalah “kekafiran lama”, salah satunya adalah pendapat bahwa alam semesta adalah qidam (terdahulu)

Bait Syair 199

Kaum tak beriman dan melampaui batas itu berbagi peran … Sedikit ataupun banyak, maka tak pantas mencapat ucapan selamat untuk pembagian ini.

Bait Syair 200

Setiap kali satu atau beberapa abad melintas … Mereka membawa kekafiran dalam bentuk yang lain, karena kekejian mereka.

Bait Syair 201

Sebagian kekejian itu atas sebagian lainnya akan dikumpulkan oleh Rabbku … Dan Dia akan menempatkanya di dalam Neraka yang menyala-nyala.

Bait Syair 202

Anda pantas heran terhadap serangan kaum yang secara bodoh mencoba … Menggabungkan ilmu tersebut ke dalam Islam dalam satu tempat

Bait Syair 203

(Upaya mereka) laksana menggabungkan api ke dalam air, atau menggabungkan suci dan hadast dalam satu waktu….. atau mempersaudarakan serigala dan kambing

Pembahasan: Berhati-hati dari majalah yang menyesatkan.

Syair 190: Hati-hati dari majalah-majalah jelek yang mengandung kemungkaran, kefasikan, bid’ah yang menyesatkan disebarkan ditengah manusia. Yang terang-terangan mengajak untuk menyebarkan musibah ditengah manusia.

Nasihat penulis kepada para penuntut ilmu yang membaca buku ini bahwa ada hal-hal yang jangan didekati yang akan membahayakannya diantaranya majalah-majalah (dimasa beliau). Dimasa kini lebih mengerikan lagi dan bukan hanya majalah saja, lebih mudah daripada majalah.

Perkara yang menganggu agama adalah musibah yang paling besar. Sebagaimana doa Nabi shalallahu alaihi wasallam ya Allah jangan jadikan musibah dari agama kami.

Musibah yang menimpa dunia gampang ditangani akan tetapi musibah yang menimpa agama berat ditangani.

Pembahasan: Sebagian perkara-perkara yang hina disebarkan oleh majalah-majalah yang jelek

Syair 191: Majalah-majalah ini mengajak untuk membuang petunjuk dan agama. Dan mengajak untuk membuang ilmu bahkan mengajak membuang akal sempurna yang selamat.

Beberapa kerusakan dari majalah-majalah: Membuang petunjuk, bertentangan dengan ilmu. Bukan dibekali dengan agama, malah diberi hal yang membahayakannya.

Syair 192: Kemudian pula majalah membuat selalu condong kepada dunia dan perihasannya dan mengajak untuk puas seperti hewan ternak yang dipelihara (tidak ada aturan dan batasan).

Syair 193: Majalah ini juga mengajak untuk melepaskan dari akhlak, dari kemuliaan, dari hijabnya terang-terangan. Dan mengajak pada buka-bukaan disertai dengan membuang etika-etika bagus dan akhlak yang mulia. Sehingga hilan semuanya.

Sebagian majalah terang-terangan dibawakan kebiasan-kebiasaan orang kuffar, bertentangan dengan akhlak, tidak menutup aurat. Negeri-negeri kaum muslimin dijajah, dimasuki oleh akhlak buruk dari luar dengan perantara apa yang dibaca oleh generasinya.

Dizaman ini lebih berbahaya lagi melalui layar televisi, channel-channel.

Syair 194: Demikian pula besandar kepada sebab-sebab secara mutlaq. Tanpa besandar kepada Allah yang mengadakan, mencipta dari yang tidak ada.

Sering dalam berita-berita apabila ada kejadian seperti gempa. Disebutkan hanya suasana alam terdapat pergeseran lempengan bumi. Tanpa dijelaskan bahwa ada Allah Ta’ala yang menentukannya. Hal ini adalah ke kufuran.

Syair 195: Kekafiran kepada Allah, MalaikatNya, serta para rasul dan wahyu. Juga kekafiran kepada takdir dan kebangkitan tulang-tulang yang telah menjadi tanah.

Hal ini juga kejelekan yang disebarkan majalah tersebut. Terdapat kisah-kisah yang bertentangan dengan keimanan disebutkan ada yang mencipta selain dari pada Allah. Atau bentuk kekufuran pada malaikat yang dikisahkan dengan wujud manusia dan berbuat hal yang jelek. Juga digambarkan rosul dengan akhlak yang jelek. Pengingkaran tentang takdir yang bisa dirubah oleh manusia.

Dizaman ini semakin parah lagi, ada saja yang dimasukan dari kekufuran dalam pemberitaan seperti: ramalan bintang.

Syair 196: Untuk meyakini “At-Thabiat” seakan-akan semua yang terjadi alami, tidak ada yang menciptakannya, terjadi begitu saja”. Tidak ada yang mengatur dan mengadakannya yang apa saja yang dia kehendaki menjadi gelap.

Hal ini adalah kekafiran yang nyata. Kaum Musyrikin di masa Nabi shalallahu alaihi wasallam tidak menyakini seperti itu. Mereka tahu ada yang mencipta, ada yang menghidupkan dan mematikan, ada yang mengatur segala sesuatu. Namun di sebagian majalah mengatakan terjadi secara alami tidak ada sebabnya, tidak ada yang mengatursnya, tidak ada yang mengadakannya.

Syair 197: Bagi mereka semua hal ini terjadi tanpa ada yang maha tegak yang mengadakdannya. Diadakan agar supaya tunduk sempurna untuk keperluan berisi hikmah didalamnya. Tujuan yang penuh hikmah.

Penulis menjelaskan kalo ALlah yang menciptakan dari makhluk ditundukan untuk manusia untuk sebuah tujuan penuh dengan hikmah. Maka mereka menganggap segala perkara terjadi begitu saja. Tidak ada ALlah yang maha menegakkan segala sesuatu, segala perkara tegak karena Allah.

Syair 198: Pemahaman seperti ini bahwa alam terjadi alami, mereka namakan ilmu baru. Padahal hal tersebut adalah kekafiran yang sudah lama.

Diantaranya ucapan orang filsafat bahw bumi ini sudah lama, terjadi begitu saja.

Syair 199: Mereka yang melampaui batas ini membaginya di atas suatu pembagian atau lebih. Katakan tidak ada penerimaan dari pembagian seperti ini.

Orang-orang yang menyimpang (melampaui batas pada agama) membagi-bagi, seperti membagikan warisan. Maka seorang muslim berlepas dari yang seperti ini. Jangan dibuka peluang menerima yang seperti ini.

Syair 200: Setiap kali datang generasi, mereka datangkan lagi dalam bentuk yang lain. Karena buruknya mereka.

Hal ini adalah petaka dari ahlul bathil yang bersumber dari hal yang sama akan tetapi setiap zaman datang dalam bentuk-bentuk baru yang mencocoki dengan shawat dan masa mereka. AKan selalu seperti itu: bid’ah, dosa, maksiat. Dimodifikasi tapi asalnya sama. Zina dengan bahasa pacaran, riba dengan bahasa bunga, khamar dengan bahasa banyak penamannya.

Pembahasan: Peringatan akan orang-orang yang melampaui batas dan jalan-jalan mereka yang rusak.

Syair 201: Ingat sebagian hal yang hina berkumpul dengan yang hina lainnya, maka Allah akan menjadikannya didalam neraka untuk dibakar.

Penulis menjelaskan bahwa ujung dari perbuatan orang-orang ini akan bertumpuk-tumpuk dan akhirnya menyeret mereka kedalam neraka jahanam. Sebagaimana firman Allah:

Syair 202: Maka kagetlah kamu kepada permusuhan suatu kaum yang mengupayakan dengan penuh kebodohan, ingin mengumpulkan hal-hal keji sperti ini dimasukan kedalam Islam.

Syairu 203: Hal ini sesuatu yang tidak mungkin seperti memasukan api didalam air, atau bersuci dalam hadast, atau orang yang ingin mempersaudarakan srigala dengan kambing.

Kisah serigala dan kambing:

Seorang perempuan penggembala kambing dapat anak srigala yang ditinggal pergi sama induknya. Kemudian dipeliara, menyusu dari kambingnya dan kambingnya punya anak baru lahir (seumur dengan srigala). Jadi kambing tersebut punya saudara sesussuan (srigala). Mereka sama-sama tumbuh besar. Begitu besar srigala ini menerkam sudara sesusuannya (Kambing). Padahal srigala ini dididik sebagai anak kambing, minum susu dari ibu nya kambing, begitu besar srigala tetap menjadi srigala.

Perempuan ini mengucapkan tiga bait syair yang indah:

Kamu menerkam anak kambingku dan engkau membuat kaget hatiku

Padahal engkau saudara susuan untuk anak kambingku. Kamu besar dari susu ibunya dan kamu tumbuh bersama.

Lalu siapa yang memberi tahu kamu bahwa ayah kamu adalah seorang srigala.

Apabila tabiat itu tabiat yang jelek maka tidak ada adab yang bermafaat dan tidak ada pula pendidik yang bisa mendidiknya.

Hal ini terjadi dimasa penulis, dizaman sekarang kekafirannya berlipat-lipat. Maka seorang penuntut ilmu jangan dekat kepada hal-hal seperti ini. Hal ini bisa merusak dirinya dan bisa menghalanginya dari jalan ilmu.

Wallahu Ta’alla ‘Alam

4. Peringatan akan Bahaya Perdukunan dan Tukang Ramal Bintang

Kitab Manzhumah Mimiyyah

Penulis: Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami Rahimahullah

Bab: Pasal Ilmu Faraidh dan Ilmu Alat serta Peringatan terhadap Bahaya Ilmu-Ilmu Ahli Bid’ah.

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Pasal Tentang Ilmu Faraidh dan Ilmu Alat serta Peringatan terhadap Ilmu-Ilmu Ahli Bid’ah , oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. 

Peringatan akan Bahaya Perdukunan dan Tukang Ramal Bintang

Bait Syair 179:

Demikian pula ilmu perdukungan dan ramalan berdasarkan bintang … Sesunguhnya kedua ilmu tersebut termasuk kekufuran, keduanya telah ada di tengah manusia sejak dulu.

Bait Syair 180:

Sanadanya berasal dari bala tentara Iblis yang terlaknat… Sedangkan isi matannya adalah riwayat perkataan yang paling dusta.

Bait Syair 181:

Apa hubungan antara (coretan dukun diatas) tanah dan pengetahuan tentang hal-hal yang ghaib… Hingga dia mengetahui perilaku manusia?

Bait Syair 182:

Seandainya golongan jin itu mengetahui hal yang ghaib … Tentu mereka tidak akan terus sepanjang waktu melakukan pekerjaan yang melelahkan.

Bait Syair 183:

Adapun bintang-bintang, ia adalah hiasa di langit … Dan sebagai batu yang dilemparkan ke satan-setan untuk menghalau mereka agar tidak mencuri berita.

Bait Syair 184:

Dengan bintang pula, orang berjalan di waktu malam mendapatkan petunjuk ke arah yang akan mereka tuju … Baik di daratan mapun ketika mereka berjalan di tengah kegelapan.

Bait Syair 185:

Matahari dan bulan beredar menurut penghitungan … Demikianlah ketetapan Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui, lagi Menyempurnakan kenikmatan.

Syair 179: Demikian pula perdukunan yang merasa tahu ilmu ghaib seperti mengabarkan apa yang akan terjadi. Dan orang pintar (peramal), munajim (menentukan kejadian alam dengan bintang-bintang). Karena kedua ilmu ini adalah kekafiran yang telah mempermainkan manusia dari dulu.

Sebagaimana sabda Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam:

Mengenai perbintangan adalah menentukan kejadian di bumi berdasarkan bintang-bintang seperti gempa karena bintang ini, malapetaka karena bintang ini dan lainnya.

Dari Ibnu Abbas radhiallahu anhu riwyat ibnu Majah dan selainnya, Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda:

Kemudian diterangkan bagaiman jeleknya dua ilmu ini

Bantahan untuk perdukunan

Syair 180: Sanad ilmu ini adalah kelompok Iblis yang terlaknat. Dan matannya adalah nukilan paling dusta dari pembicaraan yang pernah ada (isinya kedustaan).

Jin-jin mencuri berita dari langit, dengan cara saling bertumpuk-tumpuk sampai kelangit. Ketika mendengar satu kalimat, maka yang diatas menyampaikan kepada yang dibawahnya. Begitu dilempar bintang. Satu kalimat kadang didengar sudah dicampur dengan 100 kedustaan. Sehingga setelah sampai ketelinga dukunnya sudah bercampur dengan 100 kedustaan. Sehingga dukun apabila memberikan berita kadang ada yang mendekati kebenaran tapi belum benar karena telah bercampur dengan 100 kedustaan.

Syair 181: Ada apa hubungan mereka dengan tanah dan dengan ghaib mereka tidak bisa memahaminya. Ada apa dengan perubahan-perubahan yang terjadi di Alam. Dan mereka juga tidak tahu makhluk itu sebelumnya tidak ada.

Semuanya yang ada dilangit dan dibumi tidak ada yang tahu kecuali Allah, sebagaimana firman Nya:

Mereka para dukun ini tidak tahu apa-apa, dan mereka berucap tanpa ilmu.

Syair 182: Andaikata jin-jin itu tahu yang ghaib maka dia akan tinggal kurun waktu yang lama berbagai bentuk kepedihan.

Ini kisah jin dizaman Nabi Sulaiman bahwa Jin itu ditundukan dan dipekerjakan oleh Nabi Sulaiman. Para jin bekerja siang dan malam, tersiksa dan letih. Jin tidak ada tahu yang ghaib. Nabi Sulaiman berdiri dengan tongkat memperhatikan para Jin bekerja. Ketika Nabi Sulaiman telah meninggal para Jin tidak ada yang tahu. Begitu tongkat Nabi Sulaiman dimakan rayap, maka jatuh lah Nabi Sulaiman. Barulah Jin tahu bahwa Nabi Sulaiman telah meninggal. Andaikata Jin tahu yang ghaib maka mereka tidak akan tersiksa sedemikian lamanya.

Dalam Surah Saba ayat 14:

Bantahan untuk perbintangan

Kemudian penulis meluruskan mengenai bantahan perbintangan

Dalam perbintangan ada yang penggunannya bisa dikategorikan kafir menurut kesepakatan para ulama. Contohnya apabila berkata semua yang terjadi dimuka bumi ini karena pengaruh bintang-bintang. Dan mempercayai bahwa bintang-bintang itu yang melakukannya.

Adapun yang menyatakan bahwa bintang-bintang hanya pendalilan saja. Contohnya bahwa karena bentuk bintang ini, maka terjadi yang begini. Hal ini ada silang pendapat dalam kekafirannya.

Penggunaan lain dari bintang-bintang yaitu yang disebut penulis dalam bait syair berikut.

Fungsi dari bintang salah satunya adalah tanda untuk mengenal dari persinggahan matahari dan bulan, dijadikan dalil untuk arah kiblat, waktu shalat, perubahan musim dan sebagainya. Mengenai hal ini ada dua pendapat dikalangan as-salaf: makruh dan mubah.

Syair 183: Adapun bintang-bintang adalah perhiasan untuk langit, dan untuk melempar syaithon. Mengusir mereka mendengarkan wahyu.

Syair 184: Bintang-bintang itu dijadikan petunjuk bagi yang berjalan dimalam hari untuk mencari arah di darat maupun dilautan.

Fungsi bintang:

  1. Hiasan dilangit
  2. Lemparan untuk para syaithon
  3. Petunjuk untuk perjalanan di malam hari

Dalil fungsi ke-1 dan ke-2:

Dalil fungsi ke-3:

Kemudian diterangkan fungsi matahari:

Syair 185: Dan dua yang terang (matahari dan bulan) itu semuanya pada porosnya masing-masing. Dan itu sudah merupakan ketentuan dari Allah yang mencurahkan berbagai nikmat kepada manusia.

Sebagai mana firman Allah Ta’la:

Syair 186: Siapa yang mentakwil pada bulan dan Matahari selain dari pada yang disebut, maka dia telah berjalan mengambil sesuatu yang dia tidak ketahui (berucap tanpa ilmu). Maka yang seperti ini adalah pendusta.

Didalam Al-Quran suda diterangkan fungsi dari bintang, bulan dan matahari. Maka apabila ada yang berkata fungsi selain itu, maka dia telah berdusta.

Syair 187: Seperti orang-orang yang mengikuti para penyembah haikal-haikal (struktur atau bentuk). Menisbatkan pengaruh bintang-bintang.

Hal ini seperti keadaan penyembah bintang di masa Nabi Ibrahim Alaihi Salam yang menyembah bintang-bintang dan kawakib (bintang yang diam).

Syair 188: Sama dengan orang yang menulis suatu aturan didalam ibadah mereka dalam bentuk akad, perjanjian, waktumya dalam mereka beribadah.

Syair 189: Dia bilang ini bintang menunjukan keberuntungan, yang ini menunukan kesialan. Hitungan mereka yang ini cocok nya begini dan begini. Betapa banyak mereka bikin dengan kedustaan mereka.

Dalam hal ini penulis mengingatkan akan bahaya perdukunan dan perbintangan. Kemudian membantah syubhat-syubhat orang-orang ang melakukan perdukunan dan perbintangan.

Sampai 32:42

Wallahu Ta’alla ‘Alam

3. Peringatan akan Bahaya Ilmu Kalam (Falsafat)

Kitab Manzhumah Mimiyyah

Penulis: Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami Rahimahullah

Bab: Pasal Ilmu Faraidh dan Ilmu Alat serta Peringatan terhadap Bahaya Ilmu-Ilmu Ahli Bid’ah.

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Pasal Tentang Ilmu Faraidh dan Ilmu Alat serta Peringatan terhadap Ilmu-Ilmu Ahli Bid’ah , oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. 

Pembahasan: Peringatan Keras akan bahaya Ilmu Kalam (Fisafat)

Bait Syair 171:

Berhati-hatilah dari kaidah-kaidah yang dibuat oleh para ulama ilmu kalam … Karena di dalamnya tidak terkandung ilmu kecuali keraguan dan prasangka batil.

Bait Syair 172:

`Ilmu kalam adalah kamus filsafat dan kunci kekufuran … Betapa banyak orang yang mendatangi ilmu tersebut akhrinya kembali dengan penyesalan

Bait syair 171: Hati-hati kamu wahai penuntut ilmu dari aturan-aturan tokoh-tokoh ilmu kalam. Kaidah mereka tidak ada dalam ilmu, kecuali ragu dan menunduh sembarangan. Ragu mendatangkan Tuhan. Hal ini yang membuat agamanya dicurigai.

Dalam ilmu kalam ada kaidah-kaidah tersendiri, sebagaimana contoh berikut:

  • Misalnya kaidah siapa yang mencipta.
  • Menurut orang filsafat awal masuk Islam bukan syahadat akan tetapi dia harus pandai dulu untuk melihat dan meneliti, An-Nadhor.
  • Apabila ada yang bertanya siapa yang menciptakan Allah?, kemudian mereka bertanya “Siapa yang mencipta, mencipta Allah?”, Kemudian mereka akan bertanya lagi “Siapa yang mencipta, mencipta, mencipta Allah?. Jawaban mereka adalah silsilah berantai yang tidak ada ujungnya. Hal ini adalah kebathilan.

Dalama hadist Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa syaitan datang kepada kalian kemudian bertanya. Siapa menciptakan langit? kita jawab Allah. Siapa menciptakan Bumi? kita jawab Allah dan seterusnya semua jawabannya Allah. Di ujungnya Syaitan bertanya “Siapa yang menciptakan Allah?”.

Maka Nabi berkata apabila ada yang bertanya sampai disitu, maka:

Hendaknya dia berkata saya:

  1. Beriman kepada Allah,
  2. Berhenti dari tanya-jawab demikian, dan
  3. Hendaknya dia berlindung kepada Allah.

Sebab apabila tidak berhenti dia akan mengikuti syaitan.

Akan tetapi orang-orang filsafat tidak berhenti, mereka punya cara-cara dalam melayani pertanyaan syaiton tersebut.

Sehingga penulis memberi wejangan sederhana: “Hati-hati kamu dari aturan-aturan tokoh ilmu kalam”. Tidak ada ilmu didalamnya kecuali keraguan dalam agama.

Bait syair 172: Kamus filsafat adalah kunci Jindik (kemunafikan), kekafiran yang megeluarkan dari agama. Betapa banyak orang yang mempelajari fisalafat, akhirnya kembali dengan penyesalan.

Kisah Ar-Razy

Ar-Razy rahimakumullah menyesali diakhir hayatnya karena telah mempelajari filsafat. Beliau berkata: Saya telah memperhatikan jalan-jalan ilmu kalam itu, dan manhaj fisafat. Saya tidak pernah melihat ilmu filsafat, dapat mengobati orang yang sakit atau membuat puas orang yang kehausan. Saya lihat jalan yang paling dekat untuk menjadi bagus adalah jalannya Al-Qur’an. Kemudian siapa yang mencoba seperti percobaan saya, dia akan tahu seperti yang apa saya tahu.

Ar-Razy adalah panutan dalam ilmu sifat sampai hari ini banyak orang memakai bukunya beliau. Disebutkan kisah mengenai Ar-Razy yang berjalan bersama murid-muridnya, banyak yang mengikutinya karena beliau sangat terkenal dalam ilmu filsafat. Kemudian melewati rumah perempuan tua sedang berjemur didepan rumahnya. Maka perempuan itu tanya siapa orang yang diikuti ini? Muridnya menjawab dengan bangga bahwa wahai ibu, kamu tidak kenal orang ini?. Perempuan itu tidak tahu, apakah dia seorang raja?, menteri? Bukan, dia ini orang yang memiliki seribu dalil bahwa Allah itu ada. Ujungnya apabila belajar filsafat adalah mencari apa dalil yang menunjukan bahwa Allah itu ada?. Perempuan tua ini menjawab spontan diatas fitrah nya: Betapa celakanya orang ini, Apakah pada Allah ada keraguan? Sampai dicarikan seribu dalil?

Sebagaimana firman Allah:

Seolah-olah ada seseorang disiang panas terik menanyakan dalil apakah matahari sudah terbit?

Ujung dari mengedepankan akal, menjadi semerawut (tali yang tidak bisa diurai lagi). Dan ujung dari upaya manusia yang mengambil ilmu filsafat, adalah kesesatan.

Al-Ghazali pun diakhri umurnya menyesal karena belajar filsafat. DIakhir hidupnya Sahih Bukhari di dada beliau dan berkata wahai andai kata saya ini meninggal

Pembahasan: Kerusakan-kerusakan Ilmu Kalam dan Kesesatan jalan ahlul Kalam.

Bait Syair 173:

Dengan ilmu itu ahli kalam bermaksud menyingkirkan hukum Allah … Mereka memilih untuk menolak kebenaran dan menjalankan hukum-hukum mereka.

Bait Syair 174:

Mereka bermaksud agar Anda menimbang dua wahyu (Al-Quran dan As Sunnah) secara lancang … Menggunakan akal orang-orang Ajam yang penuh kelalaian.

Bait Syair 175:

Mereka ingin agar Anda menerapkan kaidah ilmu kalam dalam setiap perdebatan … Sebab (menurut perasangkaan mereka) dalam wahyu tidak ada hukum bagi orang yang mencari hukum didalamnya.

Bait Syair 176:

(Kata Ahlul Kalam): Adapun AL-Qur’an, maka selewngkan maknanya dari tempat-tempatnya. … Karena penyelewangan Al-Qur’an dari maknanya bukanlah perkara yang sulit bagimu.

Bait Syair 177:

Mereka juga berkata bahwa hadist-hadist itu semuanya ahad sehingga tida ada bukti kebenaran baginya … Serta tidak ada pemutus bagi orang-orang yang bertengkar.

Bait Syair 178:

Allah pasti menolong apa yang mereka sia-siakan … Serta mematahkan pemikiran rusak yang mereka dukung, meskipun mereka tidak suka.

Bait syair 173: Orang-orang ahli kalam memaksudkan dengan ilmu falsafat, untuk menyingkirkan hukum Allah. Dan mereka juga mengusulkan untuk menolak kebenaran. Dan mereka hanya ingin melaksanakan hukum mereka sendiri.

Kerusakan ilmu kalam, ada 7 kerusakan ilmu kalam yang disebutkan penulis:

Kerusakan Ilmu Kalam Pertama: Ahlul kalam membuat kaidah-kaidah dengan maksud untuk menyingkirkan ilmu Allah.

Kerusakan Ilmu Kalam Kedua: Ahlul kalam menolak kebenaran.

Kerusakan Ilmu Kalam Ketiga :Ahlul kalam hanya ingin melaksanakan hukum mereka sendiri

Mereka mempunyai kaidah-kaidah dalam pendahuluannya yaitu berucap atas nama Allah tanpa ilmu. Membuat jalan sendiri dalam beragama. Sehingga apabila ada pendapat mereka yang bertentangan dengan Al-Quran, maka mereka ada dua cara:

  1. Al-Quran dan hadistnya di takwil (dipalingkan maknanya), dicarikan makna yang mencocoki hawa nafsu merekar
  2. Atau Al-Qur’an dan hadistnya ditolak dengan alasan menyelesihi akal mereka (yang tidak sehat). Sampai mereka merubah ayat-ayat, melemahkan hadist-hadist yang disepakati oleh ulama tentang kesahihannya.

Bait Syair 174:Mereka memperlihatkan kepada engkau, berpendapat kepada Al-Q-ur’an dan Hadist dengan penuh kelancangan. Dengan akal-akal orang yang banyak lalai.

Kerusakan Ilmu Kalam Keempat: Ahlul kalam membuat orang yang mengikuti mereka untuk menimbang AL-Qur’an dan Sunnah dengan penuh kelancangan.

Mereka lancang mempertanyakan (menolak) apa yang ada dalam Al-Qur’an dan Hadist dengan hujjah akal-akal mereka (akal yang lalai). Syubhat mereka adalah mencari hikmah (alasan).

Syair 175: Kamu jadikan akal itu sebagai hukum pada setiap perselisihan. Karena diwahyu dalam Al-Quran tidak ada hukum bagi orang yang berhukum

Kerusakan Ilmu Kalam Kelima: Ahlul kalam mengajak untuk mengikuti hukum mereka tidak mengambil dari hukum-hukum Al-Qur’an. Seakan dalam AL-quran tidak ada hukum bagi orang yang bet-tahkik.

Syair 176: Adapun Al-Qur’an menurut ilmu kalam… rubahlah dari tempatnya. Karena kamu itu bukan tidak mampu untuk merubahnya.

Kerusakan Ilmu Kalam Keenam: Ahlul kalam bisa merubah Al-Qur’an atau ganti dari maknanya.

Misalnya dipemabahsan Aqidah bahwa Allah berbiscara pada nabi Musa dengan sebenar-benar pembicaraan. Oleh Ahlul kalam dirubah menjadi Nabi Musa yang berbicara kepada Allah, buan Allah yang berbicara kepada Nabi Musa. Karena Ahlul kalam menolak sifat berbicara bagi Allah.

Akan tetapi di ayat yang lain:

Dalam ayat ini tidak bisa dirubah bahwa Allah berbicara kepada Musa.

Al-Quran cahaya diatas cahaya. Kesempurnaan ayat disatu tempat, terdapat ayat yang mutasabihat (serupa) yang juga sempurna ditempat lain). Kesempurnaan diatas kesempurnaan.

Ahlul kalam kegelapan diatas kegelapan. Merubah ayat pada satu tempat tapi tidak bisa merubah ayat serupa ditempat lain. Ketahuan kesalahannya pada satu tempat, lebih ketahuan lagi kesalahannya di tempat lain.

Syair 177: demikian pulan hadist-hadist ahad bagi mereka. Artinya tidak bisa dijadikan

Bagi Ahlul kalam, hadist-hadist ahad tidak bisa dijadikan hujjah dipembahasan aqidah. Padahal hadist ahad diterima baik dalam pembahasan aqidah maupun selain aqidah.

Kerusakan Ilmu Kalam Ketujuh: Ahlul kalam menolak hadist ahad pada pembahasan aqidah.

Bahaya Ilmu kalam :

  1. Mereka berucap atas nama Allah tanpa ilmu,memberi fatwa kepada manusia dengan ucapannya sendiri
  2. Meninggalkan al-quran dan sunnah membawa pada keraguan dan syubhat.
  3. Tidak pernah dari sahabat, tabiin, tabiut tabiin yang berbicara tentang ilmu kalam.
  4. Membuat orang bingung, gocang dan tidak tetap.
  5. UJungnya pada perdebatan, menolak agama.
  6. Mereka menjadi akalnya sebagai hakim bukan dari al-quran dan as-sunnah
  7. Sebab terjadinya perpecahan dan perselisihan. Tidak ada yang belajar ilmu kalam lalu bersatu. Mereka selalu terpecah, dari setiap kelompok pemikirian lahir kelompok pemikiran lainnya.

Syair 178: Walaupun ahluk kalam sedemikian rupa ingin menjauhkan manusia dari agama … Allah tidak menghendaki untuk agama ini kecuali Allah menolong apa yang digembosi oleh orang filsafat. Walaupun mereka tidak senang dengan kehinaan yang menimpa mereka.

Sebagaimana firman Allah:

Oleh karena itu siapa yang belajar ilmu kalam tidak ada keberuntungannya.

Perkataan As-Salaf mengenai bahaya ilmu kalam

Abu Hanifah berkata: hendaknya kamu berpegang pada atsar dan jalan as salaf. Hati-hati kamu pada setiap yang baru karena itu adalah bid’ah.

Abu Yusuf (kawan Abu Hanifah) berkata punya ilmu tentang kalam (filsafat) adalah kejahilan. Dan jahil tentang ilmu kalam itulah ilmu.

Imam Malik berkata kalam dalam agama, semuanya saya benci. Dan penduduk negeri kami (Mekah) selalu membencinya.

Imam Syafei: Hukumku terhadap orang yang belajar ahlul kalam, dia dipukul dengan pelepah kayu, dengan sendal serta dibawa berkeliling kepasar-pasar. Dan dikatakan ini adalah balasan orang yang meninggalkan al-quran dan sunnah, dan mempelajari ilmu kalam.

Imam Syafei berkata andaikata seorang hamba itu tertimpa semua dosa kecuali kesyirikan maka lebih bagu darinya dari pada tertimpa ilmu kalam.

Imam Ahmad berkata ulama kalam adalah orang jindik, tidak ada seorangpun yang memakai ilmu kalam beruntung.

Wallahu Ta’alla ‘Alam

2. Anjuran mempelajari Ilmu Alat (Nawu, Sharaf, Tajwid dan Bahasa)

Kitab Manzhumah Mimiyyah

Penulis: Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami Rahimahullah

Bab: Pasal Ilmu Faraidh dan Ilmu Alat serta Peringatan terhadap Bahaya Ilmu-Ilmu Ahli Bid’ah.

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Pasal Tentang Ilmu Faraidh dan Ilmu Alat serta Peringatan terhadap Ilmu-Ilmu Ahli Bid’ah, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. 

Pasal tentang ilmu faraidh dan ilmu alat serta peringatan ilmu-ilmu yang bid’ah. Penulisan menjelaskan ilmu tambahan yang diperlukan oleh seorang penuntut ilmu. Setelah seseorang mengenal Al-Qur’an dan Sunnah, maka ada ilmu-ilmu penting yang dipelajari yaitu:

  • Ilmu Al Faraidh, tentang warisan
  • Ilmu Alat, ilmu yang merupakan perantara agar sampai kepada ilmu yang ingin didalami.

Kemudian juga di terangkan mengenai ilmu bid’ah yang jangan didekati oleh penuntut ilmu.

Sehingga ini menjelaskan jalannya seorang penuntut ilmu yaitu bisa membuat target apa yang akan dipelajari dan juga jangan mendekati ilmu yang akan membahayakannya.

Dimasa ini banyak yang belajar tidak benar, karena:

  1. Tidak tahu apa ilmu yang dia pelajari
  2. Ilmu yang dipelajari bercampur dengan ilmu yang dilarang.

Sehingga bisa menjadikan musibah bagi penuntut ilmu.

Pembahasan: Motifasi mempelajari ilmu alat: Nahwu, Saraf, dan Tajwid.

Bait Syair 169:

Bait Syair 169: Jika anda mau, pelajarilah ilmu-ilmu yang membantumu … Yaitu ilmu alat yang dengannya Anda mgupas dan mengurai hal-hal yang masih samar.

Bait Syair 170:

Bait Syair 170: Misalnya ilmu Nahwu, Sharaf, Tajwid dan bahasa … Dengan ilmu-ilmu tersebut akan diketahui perkataan yang belum diketahui maknanya.

Syair 169: Ambilah (kalau kamu mau) apa yang kamu pakai sebagai bantuan dari ilmu-ilmu alat, maka kamu akan dapatkan ilmu alat itu sebagai solusi untuk hal yang tidak jelas. Contoh ilmu alat: nahwu, tasrif, tajwid, dan bahasa.

Syair 170: Dengan ilmu bahasa diketahui penyelesaian bahasan yang samar.

Apabila punya ilmu alat, akan lebih kuat didalam memahami. Semua bidang ilmu ada alatnya, seperti ilmu al-quran: alatnya tajwid, ulumul qur’an. Ilmu memahami al-quran ada di kitab madzmummah al zam-zami.

Ilmu hadistz, ilmu alatnya adalah ilmu mustholah dan ulumul hadist (ilmu hadist) atau usulul hadist atau ilmu riwayat.

Ilmu alat bermacam-macam: ada yang cukup dan ada pula yang sangat banyak. Semakin banyak alatnya maka semakin banyak ilmu yang bisa diambil. Alat adalah diambil untuk tujuan, akan percuma apabila alatnya banyak tapi tidak digunakan. Sehingga jangan terus mempelajari ilmu nahwu saja tapi tidak digunakan untuk mempelajari ilmu yang lain.

Dalam Fiqih yang diambil dari al-quran dan sunnah, tapi ada juga ilmu alatnya. Ada 3 ilmu alat Fiqih:

  1. Usul fiqih, di program ini akan dibahas al usul min ilmil usul karya Ibnu Ustaimin
  2. Al-Qo’id fiqih, kaidah-kaidah fiqih, di program ini akan dibahas Al-Qoid Fiqiah karya Al-Saidi
  3. Ilmu Maqoidus Syariah, ilmu tentang maksud pensyariatan, Dalam program ini akan dibahas Tafsiru Qosid fil ahkamil maqosid.

Nahwu dan Sharaf adalah alat untuk memahami bahasa. Sebab Al-Qur’an dan hadist dari bahasa Arab. Tidak akan bisa memahami Al-Quran dan Hadist kecuali dengan bahasanya.

Nahwu yaitu mengenal hukum-hukmu akhir kalimat. Apabila isim bisa: muhammadan atau muhammadin atau muhammadun. Apabila fi’il mengenal hukum akhirnya juga.

Sharaf membahasa tentang bangunan kalimatnya (susunan kata).

Contoh ilmu tafsir yang memerlukan pemahaman bahasa, Allah subhana wa ta’ala akan dilihat dihari kiamat, seorang mukmin akan melihat Allah dengan mata kepalanya. Dalil dalam Al-Qur’an ada di Al-Qiyamah 22-23, melihat Allah. Dalam Al Ahzab ayat 44, dikatakan salam kepada mereka yang beriman pada hari menemui Allah yaitu dengan salam. Tapi di tafsirkan dilihat dengan mata kepala walaupun tidak ada diterjemahan.

Syair 180: akan diketahui solusi yang luput dari pembicaraan.

Ilmu alat ada juga yang sebagai penyempurna seperti ilmu balagah, untuk mengenal liku-liku pembicaraan. Ilmu syair dibutuhkan ketika membaca syair, yaitu ilmu kawafi al-arut. Hal ini bukan ilmu wajib tapi bagus untuk dipelajari.

Ilmu agama yang dipelajari ada dua jenis:

  1. Ilmu maksudatun, ilmu yang dikmaksudkan secara dzat nya. Ini adalah ilmu yang dicari.
  2. Ulum Alah, ilmu-ilmu alat. Bukan dzat nya dipelajari tapi untuk sampai kepada ilmu lain (Al-Quran, Al Hadist)

Wallahu Ta’alla ‘Alam

1. Anjuran mempelajari Ilmu Faraidh (Warisan)

Kitab Manzhumah Mimiyyah

Penulis: Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami Rahimahullah

Bab: Pasal Ilmu Faraidh dan Ilmu Alat serta Peringatan terhadap Bahaya Ilmu-Ilmu Ahli Bid’ah.

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Pasal Tentang Ilmu Faraidh dan Ilmu Alat serta Peringatan terhadap Ilmu-Ilmu Ahli Bid’ah, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. 

Pasal tentang ilmu faraidh dan ilmu alat serta peringatan ilmu-ilmu yang bid’ah. Penulisan menjelaskan ilmu tambahan yang diperlukan oleh seorang penuntut ilmu. Setelah seseorang mengenal Al-Qur’an dan Sunnah, maka ada ilmu-ilmu penting yang dipelajari yaitu:

  • Ilmu Al Faraidh, tentang warisan
  • Ilmu Alat, ilmu yang merupakan perantara agar sampai kepada ilmu yang ingin didalami.

Kemudian juga di terangkan mengenai ilmu bid’ah yang jangan didekati oleh penuntut ilmu.

Sehingga ini menjelaskan jalannya seorang penuntut ilmu yaitu bisa membuat target apa yang akan dipelajari dan juga jangan mendekati ilmu yang akan membahayakannya.

Dimasa ini banyak yang belajar tidak benar, karena:

  1. Tidak tahu apa ilmu yang dia pelajari
  2. Ilmu yang dipelajari bercampur dengan ilmu yang dilarang.

Sehingga bisa menjadikan musibah bagi penuntut ilmu.

Anjuran mempelajari Ilmu Faraid.

Bait Syair 166:

Bait Syair 166: Dengan mempelajari ilmu fara’idh yang berarti mempelajari setengah ilmu, maka perhatikanlah … Sebagaimana Allah dan sebaik-baiknya rasul mewasiatkannya.

Bait Syair 167:

Bait Syair 167: Di antara keutamaan ilmu ini bahwa Allah mengurus pembagiannya sendiri … Dan Dia tidak mewakilkan kepada orang Arab maupun Ajam.

Bait Syair 168:

Bait Syair 168: Yaitu ayat: “Allah mensyari’atkan bagimu …” (An-Nisa [4]:11) kemudian bersambung ayat setelahnya … Juga ayat lain tentang orang mati yang tidak menginggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak maka pelajarilah dan gunakan kesempatan waktumu

Perhatian kepada Ilmu Warisan (Faraid)

Kadang disebut juga ilmu harta-harta peninggalan. Ilmu tentang fikih dan hisab yang dengannya diketahui hak setiap orang didalam warisan.

Ilmu faraid termasuk cabang ilmu fikih. Dikhususkan karena penting dan rumitnya ilmu ini.

Syair 166: Ilmu faraid adalah seperdua dari ilmu. Hal ini ada dalam hadist tapi hadistnya lemah. Hendaknya kamu perhatikan sebagaimana Allah berwasiat dengannya. Sebagaimana juga diwasiatkan oleh rosul yang paling baik yaitu Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam.

Syair 167: Keutamaan ilmu faraid, adalah Allah yang langsung menangani pembagiannya. Dan tidak diwakilkan pembagian ini kepada orang Arab dan orang Ajam. Maksudnya tidak diwakilkan kepada siapa pun manusia tapi lansung Allah yang membaginya dalam Al-Qur’an.

Syair 167: Ada ayat (Yuu shikummullah) dalam surat An-Nissa ayat 11, bersama dengan ayat setelahnya (ayat 12). Dan ada ayat lain (akhir surah An-Nisa ayat 176).

Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu bagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua orang anak perempuan1; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua2, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separuh harta. Dan untuk dua orang ibu bapak, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar utangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. An-Nisa: 11)

Ayat 11: Pembagian tentang warisan dari pewaris usul mayit dan furu’ nya.

Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istri-istrimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika istri-istrimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) sesudah dibayar utangnya. Para istri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para istri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar utang-utangmu. Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar utangnya dengan tidak memberi mudarat (kepada ahli waris)1. (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syariat yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun. (QS. An-Nisa 12)

Ayat 12: Diterangkan tentang warisan suami istri dan warisan saudara seibu.

Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalālah)1. Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalālah (yaitu), jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sebanyak bagian dua orang saudara perempuan”. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS An-Nisa 176)

Ayat 176:Diterangkan warisan seayah dan seibu dan warisan seayah saja.

Syair 168: mendekatlah kamu dan ambilah gunimah (harta terpendam) yang banyak kebaikan dalam mempelajari ilmu ini.

Wallahu Ta’alla ‘Alam