Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Keutamaan Ilmu, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.
Bait Syair 54: Kematian suatu kaum dan banyak orang, lebih ringan dampaknya … Daripada meninggalnya seorang alim, karena bencana yang diakibatkan akan meluas.Bait Syair 56: Demi Allah, seandainya setan-setan itu mengerti sedikit saja niscaya mereka tidak akan bergembira … Karena kematian ulama termasuk tanda-tanda kiamat mereka
Pembahasan Pertama: Meninggalnya seorang yang berilmu adalah musibah terhadap alam
Dan matinya satu kaum (banyak jumlahnya), itu lebih ringan dari meninggalnya seorang alim. Karena meninggalnya seorang alim adalah musibah yang sangat luas kepedihannya.
Terkadang ada banyak orang yang meninggal tidak menimbulkan kesedihan. Akan tetapi ada satu orang alim meninggal, menimbulkan musibah (kesedihan) dimana-mana. Tidak ada yang mengetahui kadar ilmu seorang ulama, kecuali ketika ulama tersebut pergi.
Keberadaan alim ditengah manusia adalah nikmat sebagaimana meninggalnya seorang alim adalah musibah.
Ada sebuah kejadian Imam Bukhari duduk dimajelisnya, dimana sampai berita kepada beliau gurunya Imam Ad-Darimi meninggal dunia. Maka Al-Bukhari menunduk lama kemudian beliau mengangkat kepalanya dalam keadaan matanya berlinang air mata. Beliau berkata “Kalo kalian semua dikondisi kaget seluruh keluarga kalian meninggal, maka meninggalnya engkau Ad-Darimi bagi saya lebih mengagetkan lagi”.
Dalam sebuah riwayat “Meninggalnya seorang alim adalah musibah yang tidak bisa ditambal, kedukaan yang tidak bisa ditutupi, bintang yang hilang. Meninggalnya satu kobilah itu lebih ringan daripada meninggalnya seorang alim”.
Pembahasan Kedua: Syaiton dikalangan jin bergembira dengan kematian seorang yang berilmu
Adapun para syaithon, mereka bergembira akan kematian para alim terutama ahlu syahwat dan ahlu subhat. DIkrenakan mereka gembira dalam menyebarkan syahwatnya dan bid’ah nya. Kalau ada alim yang hidup, pasti akan meningatkan manusia.
Syaithon ada dua jenis: kalangan jin dan kalangan manusia. Firman Allah:
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia) Jikalau Tuhan-mu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. (QS Al-An’am: 112)
Syaithon manusia di sebutkan dahulu. Mereka kelihatan fisiknya manusia tapi mereka adalah syaithon.
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Keutamaan Ilmu, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.
Bait Syair 50: Bersama persaksian-Nya (akan keesaan-Nya datanglah persaksian ahlul ilmi … Di mana mereka menjawab (seruan Allah dan Rasul-Nya) … Adapun orang-orang yang bodoh, mereka berada dalam ketulian.Bait Syair 51: Orang-orang yang berilmu akan menjadi saksi atas orang-orang yang bodoh … Pada hari ketika mereka berkumpul di hadapan Allah.
Dua pembahasan:
Pembahasan Pertama: Allah menjadikan persaksian ahlul ilm sebagai saksi.
Firman Allah:
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan; Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu(juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Imran: 18)
Malaikat dan orang-orang yang berilmu mempersaksikan bahwasannya tiadak ada tuhan yang berhak disembah melainkan Allah.
Ibnul Qoyim, menyebutkan 10 keutamaan orang yang berilmu berdasarkan Surat Al-Imran Ayat 18. Tiga diantaranya yaitu:
Dari seluruh makhluk tidak ada persaksiannya yang dipakai oleh Allah, kecuali persaksikan orang yang berilmu.
Persaksian orang yang berilmu digandengkan dengan persaksiaan Allah.
Persaksian orang yang berilmu digandengkan dengan persaksiaan para Malaikat.
Pembahasan Kedua: Persaksian orang-orang yang berlimu terhadap orang-orang yang bodoh disisi Allah.
Firman Allah:
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihanagar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia. (QS. Al-Baqarah: 143)
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Keutamaan Ilmu, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.
Bait Syair 52: Kelebihan para ahli ilmu atas para ahli ibadah … Adalah seperti kelebihan bulan purnama atas planet (bintang), maka manfaatkan hidupmu.Bait Syair 53: Seorang Alim yang bertakwa lebih berat bagi setan … Daripada seribu ahli ibadah semuanya.
Perumpamaan para ahlil ilmu dibandingkan ahli ibadah, bagaikan bulan purnama dibandingkan dengan bintang yang bersinar. Maka ambilah keburuntungan ini.
Pembahasan Pertama: Keutamaan orang yang berilmu diatas ahli ibadah
Dari Abu Darda radhiallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
Sesunguhnya keutamaan orang yang berilmu dibandingkan dengan ahli ibadah, seperti keutamaan bulan purnama atas seluruh bintang-bintang
Satu faidah yang disebutkan oleh Ibnu Rajab, perbedaan antara bintang yang berjalan (nujum) dan bintang tetap (kawaqib).
Bintang terang tapi hanya ditempatnya saja, tidak menjadi petunjuk bagi manusia (kawaqib). Akan tetapi rembulan menjadi cahaya yang sangat terang. Ketika purnama, walaupun bintang kelihatan cahanyanya, bulan purnama menutupi semua bintang-bintang itu.
Keberadaan para ahlul ilmi, adalah nikmat bagi manusia. Apabila alim meninggal, maka seakan-akan dunia menjadi gelap.
Bintang bercahaya untuk dirinya saja. Sebagaimana ahli ibadah, bermanfaat untuk dirinya saja.
Akan tetapi Alim punya ilmu bermanfaat bagi orang lain. Kadang satu ilmu bisa menyelamatkan banyak manusia. Seperti dikejadian kisah AL-Hasan bin Ali Bin Abi Thalib bersama Muawiyah. DImana terjadi fitnah ditengah kaum muslim, Al-HAsan sebagai pewaris Ali dan Muawiyah memimpin sebagai gubernur di Syam. Maka ada perselisihan diantara dua kubu besar. Hampir terjadi peperangan. Maka datang ABu Bakrah radhiallahu anhu kepada AL-Hasan dan berkata bahwa beliau mendengar Rasulullah bersabda sebuah hadist tentang kamu, ketika kamu masih kecil diatas pangkuan nabi shalallahu alaihi wasallam.
Sesungguhnya anaku ini (yaitu cucu Beliau) adalah seorang sayyid (pemimpin). Dia akan mendamaikan dua kelompok besar dari kaum mukminin (yang bertikai).
Maka mendengar hadist ini Al-Hasan faham maksudnya. Beliaupun mengalah dan menyerahkan seluruh kekuasaan kepada Muawiyyah. Yang selanjunya Muawiyyah menjadi khalifah. Masa ini dikenal sebagai masa persatuan sapai lebih 30 tahun Muawiyyah memimpim tidak ada perselisihan.
Ini adalah pengaruh satu hadist yang dihafal oleh Abu Bakrah yang menghidupkan dan menerangi banyak orang yang menjadi sebab terhindarnya pertumpahan darah. Dikarenakan sebuah hadist.
Oleh karena itu ilmu sangat besar manfaatnya, mungkin hari ini atau mungkin lain waktu.
Firman Allah:
Oleh karena itu, Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Isrā`īl, bahwa barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya1. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu2 sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi. (QS. Al-Maidah: 32)
Siapa yang menghidupkan satu jiwa, seakan-akan menghidupkan seluruh manusia. Ilmu dapat menghidupkan jiwa manusia. Sehingga banyak pahala yang didapatkan oleh orang yang mempelajari ilmu.
Pembahasan kedua: Seorang alim lebih berat dari syaiton dari pada seribu ahli ibadah
Dari hadist riwayat At-Tirmizi, dari Ibnu Abbas:
Seorang ahli fiqih (paham ilmu agama) lebih berat (digoda) bagi setan daripada seribu ahli ibadah.
Ibnu Qoyim menyebutkan ada kelemahan hadist ini tapi maknanya benar. Kalo syaiton ingin menghidupkan bid’ah dan ingin mematikan sunnah, maka ada orang yang berilmu yang menghalanginya. Tapi syaithon bisa mempengaruhi ahli ibadah untuk berbuat bid’ah, karena tidak paham akan ilmu. Sibuk dengan ibadah tidak tahu mana yang lebih utama.
Syaiton lebih benci pada orang yang berilmu. Suatu hari Ibnu Abbas berkata mungkin diatas bumi ini tidak ada orang yang lebih disukai syaithon supaya meninggal melebihi saya. DIkarenakan apabila datang kepada saya bid’ah dari arah timur dan barat, maka akan saya patahkan dengan sunnah.
Sesungguhnya syaithon itu sudah berputus asa di tanah arab
Syaithon masuk kepada penuntut ilmu melalui beberapa pintu:
Keliru dalam belajar
Dibisikan kehendak dunia
Syaikhul Islam berkata bahwa manusia terbagi empat:
Ada yang tidak menghendaki ketinggian dan kerusakan. Ini yang paling tinggi derajatnya
Ada yang menghendaki ketinggian (pemimpin). Ini banyak menimpa orang yang belajar ilmu
Tidak menghendaki ketinggian tapi kerusakan seprti para perampok
Berbuat kerusakan dan ambisi untuk ketinggian (menjadi pemimpin)
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Keutamaan Ilmu, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.
Bait Syair 47. Cukuplah para ahli ilmu itu mulia karena mereka menjadi bejana bagi wahyu (ilmu) … Dan sebagian ayat dari wahyu itu melekat dalam dada-dada mereka.
Keutamaan dari orang-orang yang mempeleajari ilmu, yaitu hati dari penuntut ilmu adalah wadah-wadah yang menyimpan wahyu.
Ali bin Abi thalib berkata “Hati-hati itu adalah bejana-bejana”
Hati sebagai bejana digambarkan dari beberapa tempat: Al-Qur’an dan Hadist.
Ayat-ayat berada didada orang yang berilmu, Allah berfirman:
Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang batil. Adapun buih itu akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan (Ar=Ra’ad: 17)
Ada dua perumpamaan tentang ilmu:
Seperti Air yang diturnkan dari langit, yang memberi manfaat bagi kehidupan. Hati itu seperti lembah-lembah yang menampung air, ada yang besar bisa menampung banyak air, dan ada yang kecil hanya menampung sedikit air. Maka air mengalir sesuai dengan kadarnya, ada yang banyak ada yang sedikit tergantung lemahnya (hati). Maka arus dari air itu membawa buih yang mengambang. Apabila keindahan ilmu sudah menyentuh hati, maka ilmu akan mengeluarkan subhat-subhat hal-hal yang bathil dari hatinya. Seperti air mengalir kelembah, apabila ada kotoran jadi buih mengambang dan hilang.
Seperti logam (emas, perak) yang dibakar dalam bara api, pasti ada kotoran-kotoran (karat) yang keluar. Yang tesisa adalah logam yang murni.
Ini perumpamaan bagaimana ilmu dengan air, juga diberi perumpamaan dengan api. Air sifatnya menyejukan, memberi manfaat. Perumpamaan dengan api, menunjukan terangnya (bersinar) ilmu itu. Bagaimana ilmu itu membakar dari kebathilan dan subhat-subhat dalam hati. Ini untuk membedakan mana yang hak dan mana yang bathil.
Hadist riwayat Bukhari-Muslim dari Abu Musa Al-Ashari radhiallahu anhu, Rasulullah shallallhu alaihi wasallam bersabda:
Hujan turun kebumi, yang menampungnya adalah tanah. Ada tanah yang baik bisa menyerap air. Maka tanah ini menumbuhkan rerumputan dan tanaman yang banyak. Ada tanah yang keras diamana air tidak masuk kedalam, tapi menahan air itu. Sehinga air itu bisa memberi manfaat untuk manusia (minum).
Tanah jenis ketiga yaitu tidak menampung dan tidak pula menahannya. Maka hanya mengalir saja melewatinya. Ini adalah perumpamaan orang yang memahami agama Allah, bermanfaat bagunta ajaran yang Allah mengutusku untuk membawanya. Dia mengetahui ajaran Allah dan dia mengajarkan kepada orang lain. Dan demikianlah yang tidak mengangkat kepalanya terhadap wahyu, dia tidak mau menerima petunjuk yang Allah mengutusku untuk membawanya.
Ilmu seperti hujan yang turun, kondisi tanah yang menerimanya seperti hati, Ibnu Qoyim berkata:
Hati ada bisa yang menyerap. Ibnu Qoyim berkata ini adalah orang yang menghafal dan memahami. Ini yang paling utama. Para ahli fiqih, orang yang memiliki riwayat dan pemahamannya.
Hati ada yang bisa menahan saja. Ibnu Qoyim ini adalah orang yang menghafal saja tapi tidak diberi reziki untuk memahami.
Hati ada yang tidak bisa menyerap dan tidak bisa menahan. Ibnu Qoyim berkata ini tidak ada bagiannya sama sekali: tidak ada hafalan dan tidak memahaminya sama sekali.
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Keutamaan Ilmu, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.
Bait Syair 46. Al-Musthafa Shallallahu Alaihi Wasallam mendahulukan ahlul ilmi lantaran ilmu mereka … Maka lantaran ilmu, dahulukanlah orang-orang yang mempunyai keutamaan ilmu.
Pembahasan: Pengedepanan Penyandang Ilmu Diatas Lainnya
Orang yang menyandang ilmu dikedepankan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam sejumlah perkara:
Dalam shahih Muslim dari Abu Basaud Al Badri radhiallahu anhu, Rasulullah shallallahi alaihi wasallam bersabda:
Yang menjadi imam adalah orang yang paling bagus membaca Al-Qur’an (Qori). Jika dalam bacaan Al-Qur’an sama, maka yang didahulukan yang paling berilmu diantara mereka tentang sunnah. Jika ilmu mereka dalam sunnah sama, maka yang didahulukan adalah yang paling dahulu masuk islam (paling tua umurnya).
Dalam penguburan Jenazah, apabila beberapa jenazah disatukan dalam liang lahat, maka yang didahulukan dimasukan kedalam liang lahat adalah orang yang paling berilmu. Pada perang Uhud ketika Nabi ﷺ, mengumpulkan orang yang meninggal di kafani dalam satu kain, dua orang. Nabi berkata “Siapakah yang paling banyak yang mengambil Al-Qur’an diantara dua orang ini?. Apabila diketahui salah seorang dari keduanya lebih banyak mengambil Al-Qur’an maka Nabi mendahulukan orang tersebut di liang lahat nya.
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Keutamaan Ilmu, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.
Bait Syair 42. Kelebihan bapak kita (Adam alaihi salam) atas para malaikat dahulu … Adalah dengan ilmu yang diajarkan oleh Rabb mereka (QS. Al-Baqarah:31)Bait Syair 43. Demikin pula, tidaklah keutamaan Yusuf alaihi salam terlihat oleh seluruh alam semesta … Melainkan dengan ilmu dan hikmahBait Syair 44. Tidaklah Kalimullah (Musa alaihi salam) mengikuti Kahdir yang terkenal itu … Kecuali karena ilmu yang masih samar bagi Musa.Bait Syair 45. Meskipun Musa memiliki keutamaan berupa risalah dari Tuhannya … Dan janji serta mendegnarkan langsung Kalam Allah.
Pembahasan Pertama: Keutamaan seseorang diatas yang lainnya, diketahui dengan ilmu.
Bait Syair 42. Kelebihan bapak kita (Adam alaihi salam) atas para malaikat dahulu … Adalah dengan ilmu yang diajarkan oleh Rabb mereka (QS. Al-Baqarah:31)
Ketika Allah ﷻ menciptakan Nabi Adam, Maikat berkata “Apakah engkau akan menjadikan orang yang merusak diatas muka bumi menumpahkan darah, padahal kami selalu bertasbih dan mensucikan Mu. Maka Allah berfirman “Sesungghunya aku maha mengetahui apa yang kalian tidak ketahui”. Maka dari situ ditampilkan keutamaan Nabi Adam diatas malaikat. Nabi Adam diajari seluruh nama, ketika ditanyakan kepada para Malaikat maka mereka berkata “maha suci engkau ya Allah, tidak ada ilmu bagi kami kecuali yang engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya hanya engkaulah yang maha mengetahui dan maha bijaksana”.
Pembahasan Kedua: Keutamaan Adam diatas seluruh malaikat
Dari hal tersebut, Allah tampakan keutamaan nabi Adam, Wahai Adam beritakan kepada para malaikat nama-nama tadi. Maka Nabi Adam mengabarkannya. Maka Nabi Adam di tinggikan diatas malaikat karena Ilmu.
Kaidahnya, siapa yang ingin dilebihkan diatas yang lainnya, jangan cari dengan dunia dan harta. Sebagian As-Salaf berakata apabila ada yang mendahului kamu dalam dunia, maka hendaknya kamu dahului dia dalam akhirat.
Pembahasan Ketiga: Keutamaan Yusuf terhadap penduduk pada zamannya.
Bait Syair 43. Demikin pula, tidaklah keutamaan Yusuf alaihi salam terlihat oleh seluruh alam semesta … Melainkan dengan ilmu dan hikmah
Ketika Allah ingin menunjukan keutamaan Nabi Yusuf alaihi salam, maka Nabi Yusuf diajari oleh Allah hukum dan ilmu, sebagaimana Allah berfirman:
Dan tatkala dia cukup dewasa , Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu. Demikianlah, Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS Yusuf:22)
Hal tersebut dikarenakan balasan Allah kepada Nabi Yusuf yang telah berbuat baik (Ihsan). Ihsan kadang bermakna selalu berpegang teguh dengan Al-Quran dan Sunnah atau berbuat baik kepada manusia.
Maka ketika Nabi Yusuf diberikan kemampuan untuk menta’wil mimpi. Raja waktu itu bermimpi seluruh menteri dan manusia, tidak mampu menta’wil mimpinya. Akan tetapi Nabi Yusuf mampu menta’wil mimpi raja tersebut. Dan memang mimpinya terjadi seperti apa yang dikatakan Nabi Yusuf. Disini ditampakan keutamaan Nabi Yusuf terhadap seluruh penduduk pada masa itu, yaitu dengan ilmu.
Pembahasan Keempat: Keutamaan Musa diatas Nabi Khadir dan bagaimana Nabi Musa mengikuti Nabi Khadir karena Ilmu.
Bait Syair 44. Tidaklah Kalimullah (Musa alaihi salam) mengikuti Kahdir yang terkenal itu … Kecuali karena ilmu yang masih samar bagi Musa.
Bait Syair 45. Meskipun Musa memiliki keutamaan berupa risalah dari Tuhannya … Dan janji serta mendegnarkan langsung Kalam Allah.
Nabi Musa mengikuti Nabi Khadir untuk mendapatkan Ilmu, walaupun Nabi Musa lebih utama dibandingkan Nabi Khadir. Beberapa keutamaan Nabi Musa: diutamakan dengan risalah, diberi janji oleh Allah, mendengar langsung ucapan Allah, berbicara langsung dengan Allah.
Musa berkata kepada Khiḍr, “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?” (QS. Al-Kahfi:66)
Seseorang yang mempunyai kedudukan apapun, ketika ingin belajar, harus berendah hati.
Nabi Musa mengikuti Nabi Khadir dikarenakan ingin mendapatkan Ilmu. Ini menunjukan bahwa keutamaan seseorang didasarkan atas ilmunya.
Ini juga menunjukan bahwa, sebagaimana orang yang sudah mempunyai ilmu banyak, akan ada orang lain yang mempunyai ilmu tertentu yang tidak dia miliki. Ilmu tidak dikumpulkan oleh satu orang saja.
Nabi Ibrahim juga diangkat diatas kaumnya karena Ilmu. Dari kisah Nabi Ibrahim, sebagaimana Allah berfirman:
Dan itulah hujah Kami yang Kami berikan kepada Ibrāhīm untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhan-mu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-An’am:83)
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Keutamaan Ilmu, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.
Kitab Manzhumah Mimiyah, Karya Syaikh Hâfizh bin Ahmad Al-Hakamiy rahimahullâh, Memuat seputar wasiat dan adab ilmiah.
Bait syair 41: Dan cukup lah untuk engkau tentang keutamaan orang-orang yang berilmu, mereka diangkat beberapa deraja karena ilmunya melebihi yang lainnya.
Allah mengangkat derajat orang-orang yang berilmu. Karena ilmu yang dipelajari diangkat beberapa derajat.
Dalam surat Al-Mujadalah ayat 11:
Terdapat penjelasan pengangkatan deraja untuk orang yang beriman dan berilmu.
Pembahasan: Pengangkatan derajat orang-orang yang berilmu.
Ibnu Qoyim menjelaskan tentang pengangkatan derajat disebutkan di 5 tempat.
surat Al-Mujadalah ayat 11
surat Al-Anfal ayat 2-4
surat Taha ayat 75
surat An-Nisa ayat 95-96
surat Al-An’am ayat 83 (tentang kisah Nabi Ibrahim)
Di empat tempat tersebut, pengangkatan derajat dengan ilmu yang bermanfaat dan amalan shalih. Sedangkan di satu tempat (Surat An-Nisa 95-96), pengangkatan derajat dengan jihad.
Ibnu Qoyim memberikan kaidah “Seluruh pengangkatan derajat dalam Al-Qur’an kembali pada dua, yaitu: Ilmu dan Jihad. Keduanya adalah sebab tegaknya agama”.
Pengangkatan derajat dengan ilmu lebih utama karena disebutkan di 4 tempat dalam Al-Qur’an.
Pengangkatan derajat disini termasuk kedudukan, kehidupan, wibawa dan lainnya ditengah manusia. Derajatnya tidak hanya satu, lebih dari dua. Pengangkatan derajatnya baik di dunia maupun diakhirat.
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Keutamaan Ilmu, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.
Kitab Manzhumah Mimiyah, Karya Syaikh Hâfizh bin Ahmad Al-Hakamiy rahimahullâh, Memuat seputar wasiat dan adab ilmiah.
Bait Syair 39:Wasaami’ul ‘ilma, dan orang yang mendengarkan ilmu, Wal waa’ii, dan orang yang memahaminya, liyahfadhohu, supaya dia menghafalkannya, muwaddiyan, untuk dia sampaikan, naasyiron, menyebarkannya, iyyahu, ilmu itu, fii umami, ditengah umat-umat.
Bait Syair 40: Betapa indahnya wajah seseoran, apabila bersifat dengan 4 sifat tersebut, karena dia mendapatkan doa dari sebaik-baik makhluk seluruhnya (Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam)
Dalam hadist mutawatir, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam bersabda:
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam mendoakan orang yang mempunyai 4 sifat berikut, supaya diberikan keindahan pada wajah seseorang yang belajar ilmu baik didunia maupun diakhirat.
Mendengarkan ilmu
Memahami ilmu (dengan hatinya)
Menghafalkan ilmu, setelah mendengarkan dan memahami, lalu menghafalkannya. Sehingga bisa dipakai ketika dia inginkan.
Menyampaikan ilmu (disebarkan)
Penuntut ilmu akan berusaha untuk melengkapi semua 4 sifat tersebut. Akan tetapi ada penuntut ilmu yang tidak memiliki seluruh 4 sifat tersebut.
Ilmu itu bukan dengan banyaknya riwayat, tapi bagaimana ilmu itu dipahami.
Seorang yang berilmu diperlukan oleh banyak orang, akan tetapi yang berilmu tersebut tidak memerlukan banyak orang. Ketika penduduk Basrah ditanya, siapakah pemimpin mereka? Mereka menjawab Hasan Al-Basri. Mereka perlu Al-Hasan akan ilmunya, akan tetapi Al-Hasan tidak perlu pada mereka.
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Keutamaan Ilmu, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.
Kitab Manzhumah Mimiyah, Karya Syaikh Hâfizh bin Ahmad Al-Hakamiy rahimahullâh, Memuat seputar wasiat dan adab ilmiah.
Wassaalikuuna thoriqol ‘ilmi, dan orang-orang yang berjalan, diatas jalan menuntut ilmu, yaslukuhum, maka mereka akan diperjalankan, Ilal jinaani thoriqon, kesebuah jalan yang mengantarnya ke surga, baariul nasami, Allah yang menciptakan makhluk.
Orang yang menempuh jalan mencari ilmu, akan diperjalankan menuju surga oleh Allah.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dalam riwayat Iman Muslim, dan juga dari Abu Dardaradhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.
Ibnu Rajab rahimahullah, menjelaskan faedah hadist ini, sebagai berikut:
Siapa yang menempuh jalan, mempunyai dua makna: jalan hakiki (dengan kakinya menuju kepada majelis ilmu) dan jalan maknawi (lebih umum), termasuk menghafal, mempelajari dan mengulangi ilmu.
Allah akan mudahkan untuknya, jalan menuju ke surga. Ada beberapa makna:
Allah mudahkan untuk penuntut ilmu, mengamalkan ilmunya.
Allah mudahkan untuk penuntut ilmu, untuk ilmu yang dia cari dan jalan yang ditempuhnya.
Allah mudahkan untuk penuntut ilmu, dengan ilmu yang sudah diamalkan, dimudahkan memperoleh ilmu-ilmu yang lainnya.
Allah mudahkan untuk penuntut ilmu, mengambil manfaat dengan ilmu tersebut di akhirat.
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Keutamaan Ilmu, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.
Kitab Manzhumah Mimiyah, Karya Syaikh Hâfizh bin Ahmad Al-Hakamiy rahimahullâh, Memuat seputar wasiat dan adab ilmiah.
Wainna ajnihatal amlak kitabsuthuha, dan sesungguhnya sayap-sayap para malaikat dihamparkan, litholibihi, untuk siapa yang mencari ilmu, ridhon minhum bishun’ihimi, karena mereka (malaikat) ridho terhadap para penuntut ilmu.
Dari Abu Darda radhiallahu ‘anhu, riwayat Abu Daud dan At-Tirmdzi, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
Sesungguhnya para Malaikat membentangkan sayapnya, karena ridha untuk para penuntut ilmu.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, riwayat Imam Muslim, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Tidaklah suatu kaum berkumpul disalah satu rumah Allah. mereka membaca kitab Allah, dan mempelajarinya di antara mereka, kecuali ketenangan turun kepada mereka, rahmat menaungi mereka, malaikat mengelilingi mereka dan Allah menyebut-nyebut mereka kepada para malaikat di sisiNya”
Ketika para malaikat menghamparkan sayap-sayapnya untuk para penuntut ilmu, menunjukan mereka merendah, menghormati, dan memuliakan kepada penuntut ilmu. Dikarenakan para penuntut ilmu ini, membawa dan mencari warisan para Nabi. Maka kecintaan para malaikat terhadap para penuntut ilmu, bermakna pentingnya mencintai dan mengagungkan Ilmu.