Kitab Manzhumah Mimiyyah
Penulis: Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami Rahimahullah
Bab: Pasal Ilmu Faraidh dan Ilmu Alat serta Peringatan terhadap Bahaya Ilmu-Ilmu Ahli Bid’ah.
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Pasal Tentang Ilmu Faraidh dan Ilmu Alat serta Peringatan terhadap Ilmu-Ilmu Ahli Bid’ah , oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala.
Pembahasan: Peringatan Keras akan bahaya Ilmu Kalam (Fisafat)
Bait Syair 171:

Bait Syair 172:

Bait syair 171: Hati-hati kamu wahai penuntut ilmu dari aturan-aturan tokoh-tokoh ilmu kalam. Kaidah mereka tidak ada dalam ilmu, kecuali ragu dan menunduh sembarangan. Ragu mendatangkan Tuhan. Hal ini yang membuat agamanya dicurigai.
Dalam ilmu kalam ada kaidah-kaidah tersendiri, sebagaimana contoh berikut:
- Misalnya kaidah siapa yang mencipta.
- Menurut orang filsafat awal masuk Islam bukan syahadat akan tetapi dia harus pandai dulu untuk melihat dan meneliti, An-Nadhor.
- Apabila ada yang bertanya siapa yang menciptakan Allah?, kemudian mereka bertanya “Siapa yang mencipta, mencipta Allah?”, Kemudian mereka akan bertanya lagi “Siapa yang mencipta, mencipta, mencipta Allah?. Jawaban mereka adalah silsilah berantai yang tidak ada ujungnya. Hal ini adalah kebathilan.
Dalama hadist Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa syaitan datang kepada kalian kemudian bertanya. Siapa menciptakan langit? kita jawab Allah. Siapa menciptakan Bumi? kita jawab Allah dan seterusnya semua jawabannya Allah. Di ujungnya Syaitan bertanya “Siapa yang menciptakan Allah?”.
Maka Nabi berkata apabila ada yang bertanya sampai disitu, maka:

Hendaknya dia berkata saya:
- Beriman kepada Allah,
- Berhenti dari tanya-jawab demikian, dan
- Hendaknya dia berlindung kepada Allah.
Sebab apabila tidak berhenti dia akan mengikuti syaitan.
Akan tetapi orang-orang filsafat tidak berhenti, mereka punya cara-cara dalam melayani pertanyaan syaiton tersebut.
Sehingga penulis memberi wejangan sederhana: “Hati-hati kamu dari aturan-aturan tokoh ilmu kalam”. Tidak ada ilmu didalamnya kecuali keraguan dalam agama.
Bait syair 172: Kamus filsafat adalah kunci Jindik (kemunafikan), kekafiran yang megeluarkan dari agama. Betapa banyak orang yang mempelajari fisalafat, akhirnya kembali dengan penyesalan.
Kisah Ar-Razy
Ar-Razy rahimakumullah menyesali diakhir hayatnya karena telah mempelajari filsafat. Beliau berkata: Saya telah memperhatikan jalan-jalan ilmu kalam itu, dan manhaj fisafat. Saya tidak pernah melihat ilmu filsafat, dapat mengobati orang yang sakit atau membuat puas orang yang kehausan. Saya lihat jalan yang paling dekat untuk menjadi bagus adalah jalannya Al-Qur’an. Kemudian siapa yang mencoba seperti percobaan saya, dia akan tahu seperti yang apa saya tahu.
Ar-Razy adalah panutan dalam ilmu sifat sampai hari ini banyak orang memakai bukunya beliau. Disebutkan kisah mengenai Ar-Razy yang berjalan bersama murid-muridnya, banyak yang mengikutinya karena beliau sangat terkenal dalam ilmu filsafat. Kemudian melewati rumah perempuan tua sedang berjemur didepan rumahnya. Maka perempuan itu tanya siapa orang yang diikuti ini? Muridnya menjawab dengan bangga bahwa wahai ibu, kamu tidak kenal orang ini?. Perempuan itu tidak tahu, apakah dia seorang raja?, menteri? Bukan, dia ini orang yang memiliki seribu dalil bahwa Allah itu ada. Ujungnya apabila belajar filsafat adalah mencari apa dalil yang menunjukan bahwa Allah itu ada?. Perempuan tua ini menjawab spontan diatas fitrah nya: Betapa celakanya orang ini, Apakah pada Allah ada keraguan? Sampai dicarikan seribu dalil?
Sebagaimana firman Allah:

Seolah-olah ada seseorang disiang panas terik menanyakan dalil apakah matahari sudah terbit?
Ujung dari mengedepankan akal, menjadi semerawut (tali yang tidak bisa diurai lagi). Dan ujung dari upaya manusia yang mengambil ilmu filsafat, adalah kesesatan.
Al-Ghazali pun diakhri umurnya menyesal karena belajar filsafat. DIakhir hidupnya Sahih Bukhari di dada beliau dan berkata wahai andai kata saya ini meninggal
Pembahasan: Kerusakan-kerusakan Ilmu Kalam dan Kesesatan jalan ahlul Kalam.
Bait Syair 173:

Bait Syair 174:

Bait Syair 175:

Bait Syair 176:

Bait Syair 177:

Bait Syair 178:

Bait syair 173: Orang-orang ahli kalam memaksudkan dengan ilmu falsafat, untuk menyingkirkan hukum Allah. Dan mereka juga mengusulkan untuk menolak kebenaran. Dan mereka hanya ingin melaksanakan hukum mereka sendiri.
Kerusakan ilmu kalam, ada 7 kerusakan ilmu kalam yang disebutkan penulis:
Kerusakan Ilmu Kalam Pertama: Ahlul kalam membuat kaidah-kaidah dengan maksud untuk menyingkirkan ilmu Allah.
Kerusakan Ilmu Kalam Kedua: Ahlul kalam menolak kebenaran.
Kerusakan Ilmu Kalam Ketiga :Ahlul kalam hanya ingin melaksanakan hukum mereka sendiri
Mereka mempunyai kaidah-kaidah dalam pendahuluannya yaitu berucap atas nama Allah tanpa ilmu. Membuat jalan sendiri dalam beragama. Sehingga apabila ada pendapat mereka yang bertentangan dengan Al-Quran, maka mereka ada dua cara:
- Al-Quran dan hadistnya di takwil (dipalingkan maknanya), dicarikan makna yang mencocoki hawa nafsu merekar
- Atau Al-Qur’an dan hadistnya ditolak dengan alasan menyelesihi akal mereka (yang tidak sehat). Sampai mereka merubah ayat-ayat, melemahkan hadist-hadist yang disepakati oleh ulama tentang kesahihannya.
Bait Syair 174:Mereka memperlihatkan kepada engkau, berpendapat kepada Al-Q-ur’an dan Hadist dengan penuh kelancangan. Dengan akal-akal orang yang banyak lalai.
Kerusakan Ilmu Kalam Keempat: Ahlul kalam membuat orang yang mengikuti mereka untuk menimbang AL-Qur’an dan Sunnah dengan penuh kelancangan.
Mereka lancang mempertanyakan (menolak) apa yang ada dalam Al-Qur’an dan Hadist dengan hujjah akal-akal mereka (akal yang lalai). Syubhat mereka adalah mencari hikmah (alasan).
Syair 175: Kamu jadikan akal itu sebagai hukum pada setiap perselisihan. Karena diwahyu dalam Al-Quran tidak ada hukum bagi orang yang berhukum
Kerusakan Ilmu Kalam Kelima: Ahlul kalam mengajak untuk mengikuti hukum mereka tidak mengambil dari hukum-hukum Al-Qur’an. Seakan dalam AL-quran tidak ada hukum bagi orang yang bet-tahkik.
Syair 176: Adapun Al-Qur’an menurut ilmu kalam… rubahlah dari tempatnya. Karena kamu itu bukan tidak mampu untuk merubahnya.
Kerusakan Ilmu Kalam Keenam: Ahlul kalam bisa merubah Al-Qur’an atau ganti dari maknanya.
Misalnya dipemabahsan Aqidah bahwa Allah berbiscara pada nabi Musa dengan sebenar-benar pembicaraan. Oleh Ahlul kalam dirubah menjadi Nabi Musa yang berbicara kepada Allah, buan Allah yang berbicara kepada Nabi Musa. Karena Ahlul kalam menolak sifat berbicara bagi Allah.
Akan tetapi di ayat yang lain:

Dalam ayat ini tidak bisa dirubah bahwa Allah berbicara kepada Musa.
Al-Quran cahaya diatas cahaya. Kesempurnaan ayat disatu tempat, terdapat ayat yang mutasabihat (serupa) yang juga sempurna ditempat lain). Kesempurnaan diatas kesempurnaan.
Ahlul kalam kegelapan diatas kegelapan. Merubah ayat pada satu tempat tapi tidak bisa merubah ayat serupa ditempat lain. Ketahuan kesalahannya pada satu tempat, lebih ketahuan lagi kesalahannya di tempat lain.
Syair 177: demikian pulan hadist-hadist ahad bagi mereka. Artinya tidak bisa dijadikan
Bagi Ahlul kalam, hadist-hadist ahad tidak bisa dijadikan hujjah dipembahasan aqidah. Padahal hadist ahad diterima baik dalam pembahasan aqidah maupun selain aqidah.
Kerusakan Ilmu Kalam Ketujuh: Ahlul kalam menolak hadist ahad pada pembahasan aqidah.
Bahaya Ilmu kalam :
- Mereka berucap atas nama Allah tanpa ilmu,memberi fatwa kepada manusia dengan ucapannya sendiri
- Meninggalkan al-quran dan sunnah membawa pada keraguan dan syubhat.
- Tidak pernah dari sahabat, tabiin, tabiut tabiin yang berbicara tentang ilmu kalam.
- Membuat orang bingung, gocang dan tidak tetap.
- UJungnya pada perdebatan, menolak agama.
- Mereka menjadi akalnya sebagai hakim bukan dari al-quran dan as-sunnah
- Sebab terjadinya perpecahan dan perselisihan. Tidak ada yang belajar ilmu kalam lalu bersatu. Mereka selalu terpecah, dari setiap kelompok pemikirian lahir kelompok pemikiran lainnya.
Syair 178: Walaupun ahluk kalam sedemikian rupa ingin menjauhkan manusia dari agama … Allah tidak menghendaki untuk agama ini kecuali Allah menolong apa yang digembosi oleh orang filsafat. Walaupun mereka tidak senang dengan kehinaan yang menimpa mereka.
Sebagaimana firman Allah:

Oleh karena itu siapa yang belajar ilmu kalam tidak ada keberuntungannya.
Perkataan As-Salaf mengenai bahaya ilmu kalam
Abu Hanifah berkata: hendaknya kamu berpegang pada atsar dan jalan as salaf. Hati-hati kamu pada setiap yang baru karena itu adalah bid’ah.
Abu Yusuf (kawan Abu Hanifah) berkata punya ilmu tentang kalam (filsafat) adalah kejahilan. Dan jahil tentang ilmu kalam itulah ilmu.
Imam Malik berkata kalam dalam agama, semuanya saya benci. Dan penduduk negeri kami (Mekah) selalu membencinya.
Imam Syafei: Hukumku terhadap orang yang belajar ahlul kalam, dia dipukul dengan pelepah kayu, dengan sendal serta dibawa berkeliling kepasar-pasar. Dan dikatakan ini adalah balasan orang yang meninggalkan al-quran dan sunnah, dan mempelajari ilmu kalam.
Imam Syafei berkata andaikata seorang hamba itu tertimpa semua dosa kecuali kesyirikan maka lebih bagu darinya dari pada tertimpa ilmu kalam.
Imam Ahmad berkata ulama kalam adalah orang jindik, tidak ada seorangpun yang memakai ilmu kalam beruntung.
Wallahu Ta’alla ‘Alam































































