3. Peringatan akan Bahaya Ilmu Kalam (Falsafat)

Kitab Manzhumah Mimiyyah

Penulis: Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami Rahimahullah

Bab: Pasal Ilmu Faraidh dan Ilmu Alat serta Peringatan terhadap Bahaya Ilmu-Ilmu Ahli Bid’ah.

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Pasal Tentang Ilmu Faraidh dan Ilmu Alat serta Peringatan terhadap Ilmu-Ilmu Ahli Bid’ah , oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. 

Pembahasan: Peringatan Keras akan bahaya Ilmu Kalam (Fisafat)

Bait Syair 171:

Berhati-hatilah dari kaidah-kaidah yang dibuat oleh para ulama ilmu kalam … Karena di dalamnya tidak terkandung ilmu kecuali keraguan dan prasangka batil.

Bait Syair 172:

`Ilmu kalam adalah kamus filsafat dan kunci kekufuran … Betapa banyak orang yang mendatangi ilmu tersebut akhrinya kembali dengan penyesalan

Bait syair 171: Hati-hati kamu wahai penuntut ilmu dari aturan-aturan tokoh-tokoh ilmu kalam. Kaidah mereka tidak ada dalam ilmu, kecuali ragu dan menunduh sembarangan. Ragu mendatangkan Tuhan. Hal ini yang membuat agamanya dicurigai.

Dalam ilmu kalam ada kaidah-kaidah tersendiri, sebagaimana contoh berikut:

  • Misalnya kaidah siapa yang mencipta.
  • Menurut orang filsafat awal masuk Islam bukan syahadat akan tetapi dia harus pandai dulu untuk melihat dan meneliti, An-Nadhor.
  • Apabila ada yang bertanya siapa yang menciptakan Allah?, kemudian mereka bertanya “Siapa yang mencipta, mencipta Allah?”, Kemudian mereka akan bertanya lagi “Siapa yang mencipta, mencipta, mencipta Allah?. Jawaban mereka adalah silsilah berantai yang tidak ada ujungnya. Hal ini adalah kebathilan.

Dalama hadist Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa syaitan datang kepada kalian kemudian bertanya. Siapa menciptakan langit? kita jawab Allah. Siapa menciptakan Bumi? kita jawab Allah dan seterusnya semua jawabannya Allah. Di ujungnya Syaitan bertanya “Siapa yang menciptakan Allah?”.

Maka Nabi berkata apabila ada yang bertanya sampai disitu, maka:

Hendaknya dia berkata saya:

  1. Beriman kepada Allah,
  2. Berhenti dari tanya-jawab demikian, dan
  3. Hendaknya dia berlindung kepada Allah.

Sebab apabila tidak berhenti dia akan mengikuti syaitan.

Akan tetapi orang-orang filsafat tidak berhenti, mereka punya cara-cara dalam melayani pertanyaan syaiton tersebut.

Sehingga penulis memberi wejangan sederhana: “Hati-hati kamu dari aturan-aturan tokoh ilmu kalam”. Tidak ada ilmu didalamnya kecuali keraguan dalam agama.

Bait syair 172: Kamus filsafat adalah kunci Jindik (kemunafikan), kekafiran yang megeluarkan dari agama. Betapa banyak orang yang mempelajari fisalafat, akhirnya kembali dengan penyesalan.

Kisah Ar-Razy

Ar-Razy rahimakumullah menyesali diakhir hayatnya karena telah mempelajari filsafat. Beliau berkata: Saya telah memperhatikan jalan-jalan ilmu kalam itu, dan manhaj fisafat. Saya tidak pernah melihat ilmu filsafat, dapat mengobati orang yang sakit atau membuat puas orang yang kehausan. Saya lihat jalan yang paling dekat untuk menjadi bagus adalah jalannya Al-Qur’an. Kemudian siapa yang mencoba seperti percobaan saya, dia akan tahu seperti yang apa saya tahu.

Ar-Razy adalah panutan dalam ilmu sifat sampai hari ini banyak orang memakai bukunya beliau. Disebutkan kisah mengenai Ar-Razy yang berjalan bersama murid-muridnya, banyak yang mengikutinya karena beliau sangat terkenal dalam ilmu filsafat. Kemudian melewati rumah perempuan tua sedang berjemur didepan rumahnya. Maka perempuan itu tanya siapa orang yang diikuti ini? Muridnya menjawab dengan bangga bahwa wahai ibu, kamu tidak kenal orang ini?. Perempuan itu tidak tahu, apakah dia seorang raja?, menteri? Bukan, dia ini orang yang memiliki seribu dalil bahwa Allah itu ada. Ujungnya apabila belajar filsafat adalah mencari apa dalil yang menunjukan bahwa Allah itu ada?. Perempuan tua ini menjawab spontan diatas fitrah nya: Betapa celakanya orang ini, Apakah pada Allah ada keraguan? Sampai dicarikan seribu dalil?

Sebagaimana firman Allah:

Seolah-olah ada seseorang disiang panas terik menanyakan dalil apakah matahari sudah terbit?

Ujung dari mengedepankan akal, menjadi semerawut (tali yang tidak bisa diurai lagi). Dan ujung dari upaya manusia yang mengambil ilmu filsafat, adalah kesesatan.

Al-Ghazali pun diakhri umurnya menyesal karena belajar filsafat. DIakhir hidupnya Sahih Bukhari di dada beliau dan berkata wahai andai kata saya ini meninggal

Pembahasan: Kerusakan-kerusakan Ilmu Kalam dan Kesesatan jalan ahlul Kalam.

Bait Syair 173:

Dengan ilmu itu ahli kalam bermaksud menyingkirkan hukum Allah … Mereka memilih untuk menolak kebenaran dan menjalankan hukum-hukum mereka.

Bait Syair 174:

Mereka bermaksud agar Anda menimbang dua wahyu (Al-Quran dan As Sunnah) secara lancang … Menggunakan akal orang-orang Ajam yang penuh kelalaian.

Bait Syair 175:

Mereka ingin agar Anda menerapkan kaidah ilmu kalam dalam setiap perdebatan … Sebab (menurut perasangkaan mereka) dalam wahyu tidak ada hukum bagi orang yang mencari hukum didalamnya.

Bait Syair 176:

(Kata Ahlul Kalam): Adapun AL-Qur’an, maka selewngkan maknanya dari tempat-tempatnya. … Karena penyelewangan Al-Qur’an dari maknanya bukanlah perkara yang sulit bagimu.

Bait Syair 177:

Mereka juga berkata bahwa hadist-hadist itu semuanya ahad sehingga tida ada bukti kebenaran baginya … Serta tidak ada pemutus bagi orang-orang yang bertengkar.

Bait Syair 178:

Allah pasti menolong apa yang mereka sia-siakan … Serta mematahkan pemikiran rusak yang mereka dukung, meskipun mereka tidak suka.

Bait syair 173: Orang-orang ahli kalam memaksudkan dengan ilmu falsafat, untuk menyingkirkan hukum Allah. Dan mereka juga mengusulkan untuk menolak kebenaran. Dan mereka hanya ingin melaksanakan hukum mereka sendiri.

Kerusakan ilmu kalam, ada 7 kerusakan ilmu kalam yang disebutkan penulis:

Kerusakan Ilmu Kalam Pertama: Ahlul kalam membuat kaidah-kaidah dengan maksud untuk menyingkirkan ilmu Allah.

Kerusakan Ilmu Kalam Kedua: Ahlul kalam menolak kebenaran.

Kerusakan Ilmu Kalam Ketiga :Ahlul kalam hanya ingin melaksanakan hukum mereka sendiri

Mereka mempunyai kaidah-kaidah dalam pendahuluannya yaitu berucap atas nama Allah tanpa ilmu. Membuat jalan sendiri dalam beragama. Sehingga apabila ada pendapat mereka yang bertentangan dengan Al-Quran, maka mereka ada dua cara:

  1. Al-Quran dan hadistnya di takwil (dipalingkan maknanya), dicarikan makna yang mencocoki hawa nafsu merekar
  2. Atau Al-Qur’an dan hadistnya ditolak dengan alasan menyelesihi akal mereka (yang tidak sehat). Sampai mereka merubah ayat-ayat, melemahkan hadist-hadist yang disepakati oleh ulama tentang kesahihannya.

Bait Syair 174:Mereka memperlihatkan kepada engkau, berpendapat kepada Al-Q-ur’an dan Hadist dengan penuh kelancangan. Dengan akal-akal orang yang banyak lalai.

Kerusakan Ilmu Kalam Keempat: Ahlul kalam membuat orang yang mengikuti mereka untuk menimbang AL-Qur’an dan Sunnah dengan penuh kelancangan.

Mereka lancang mempertanyakan (menolak) apa yang ada dalam Al-Qur’an dan Hadist dengan hujjah akal-akal mereka (akal yang lalai). Syubhat mereka adalah mencari hikmah (alasan).

Syair 175: Kamu jadikan akal itu sebagai hukum pada setiap perselisihan. Karena diwahyu dalam Al-Quran tidak ada hukum bagi orang yang berhukum

Kerusakan Ilmu Kalam Kelima: Ahlul kalam mengajak untuk mengikuti hukum mereka tidak mengambil dari hukum-hukum Al-Qur’an. Seakan dalam AL-quran tidak ada hukum bagi orang yang bet-tahkik.

Syair 176: Adapun Al-Qur’an menurut ilmu kalam… rubahlah dari tempatnya. Karena kamu itu bukan tidak mampu untuk merubahnya.

Kerusakan Ilmu Kalam Keenam: Ahlul kalam bisa merubah Al-Qur’an atau ganti dari maknanya.

Misalnya dipemabahsan Aqidah bahwa Allah berbiscara pada nabi Musa dengan sebenar-benar pembicaraan. Oleh Ahlul kalam dirubah menjadi Nabi Musa yang berbicara kepada Allah, buan Allah yang berbicara kepada Nabi Musa. Karena Ahlul kalam menolak sifat berbicara bagi Allah.

Akan tetapi di ayat yang lain:

Dalam ayat ini tidak bisa dirubah bahwa Allah berbicara kepada Musa.

Al-Quran cahaya diatas cahaya. Kesempurnaan ayat disatu tempat, terdapat ayat yang mutasabihat (serupa) yang juga sempurna ditempat lain). Kesempurnaan diatas kesempurnaan.

Ahlul kalam kegelapan diatas kegelapan. Merubah ayat pada satu tempat tapi tidak bisa merubah ayat serupa ditempat lain. Ketahuan kesalahannya pada satu tempat, lebih ketahuan lagi kesalahannya di tempat lain.

Syair 177: demikian pulan hadist-hadist ahad bagi mereka. Artinya tidak bisa dijadikan

Bagi Ahlul kalam, hadist-hadist ahad tidak bisa dijadikan hujjah dipembahasan aqidah. Padahal hadist ahad diterima baik dalam pembahasan aqidah maupun selain aqidah.

Kerusakan Ilmu Kalam Ketujuh: Ahlul kalam menolak hadist ahad pada pembahasan aqidah.

Bahaya Ilmu kalam :

  1. Mereka berucap atas nama Allah tanpa ilmu,memberi fatwa kepada manusia dengan ucapannya sendiri
  2. Meninggalkan al-quran dan sunnah membawa pada keraguan dan syubhat.
  3. Tidak pernah dari sahabat, tabiin, tabiut tabiin yang berbicara tentang ilmu kalam.
  4. Membuat orang bingung, gocang dan tidak tetap.
  5. UJungnya pada perdebatan, menolak agama.
  6. Mereka menjadi akalnya sebagai hakim bukan dari al-quran dan as-sunnah
  7. Sebab terjadinya perpecahan dan perselisihan. Tidak ada yang belajar ilmu kalam lalu bersatu. Mereka selalu terpecah, dari setiap kelompok pemikirian lahir kelompok pemikiran lainnya.

Syair 178: Walaupun ahluk kalam sedemikian rupa ingin menjauhkan manusia dari agama … Allah tidak menghendaki untuk agama ini kecuali Allah menolong apa yang digembosi oleh orang filsafat. Walaupun mereka tidak senang dengan kehinaan yang menimpa mereka.

Sebagaimana firman Allah:

Oleh karena itu siapa yang belajar ilmu kalam tidak ada keberuntungannya.

Perkataan As-Salaf mengenai bahaya ilmu kalam

Abu Hanifah berkata: hendaknya kamu berpegang pada atsar dan jalan as salaf. Hati-hati kamu pada setiap yang baru karena itu adalah bid’ah.

Abu Yusuf (kawan Abu Hanifah) berkata punya ilmu tentang kalam (filsafat) adalah kejahilan. Dan jahil tentang ilmu kalam itulah ilmu.

Imam Malik berkata kalam dalam agama, semuanya saya benci. Dan penduduk negeri kami (Mekah) selalu membencinya.

Imam Syafei: Hukumku terhadap orang yang belajar ahlul kalam, dia dipukul dengan pelepah kayu, dengan sendal serta dibawa berkeliling kepasar-pasar. Dan dikatakan ini adalah balasan orang yang meninggalkan al-quran dan sunnah, dan mempelajari ilmu kalam.

Imam Syafei berkata andaikata seorang hamba itu tertimpa semua dosa kecuali kesyirikan maka lebih bagu darinya dari pada tertimpa ilmu kalam.

Imam Ahmad berkata ulama kalam adalah orang jindik, tidak ada seorangpun yang memakai ilmu kalam beruntung.

Wallahu Ta’alla ‘Alam

2. Anjuran mempelajari Ilmu Alat (Nawu, Sharaf, Tajwid dan Bahasa)

Kitab Manzhumah Mimiyyah

Penulis: Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami Rahimahullah

Bab: Pasal Ilmu Faraidh dan Ilmu Alat serta Peringatan terhadap Bahaya Ilmu-Ilmu Ahli Bid’ah.

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Pasal Tentang Ilmu Faraidh dan Ilmu Alat serta Peringatan terhadap Ilmu-Ilmu Ahli Bid’ah, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. 

Pasal tentang ilmu faraidh dan ilmu alat serta peringatan ilmu-ilmu yang bid’ah. Penulisan menjelaskan ilmu tambahan yang diperlukan oleh seorang penuntut ilmu. Setelah seseorang mengenal Al-Qur’an dan Sunnah, maka ada ilmu-ilmu penting yang dipelajari yaitu:

  • Ilmu Al Faraidh, tentang warisan
  • Ilmu Alat, ilmu yang merupakan perantara agar sampai kepada ilmu yang ingin didalami.

Kemudian juga di terangkan mengenai ilmu bid’ah yang jangan didekati oleh penuntut ilmu.

Sehingga ini menjelaskan jalannya seorang penuntut ilmu yaitu bisa membuat target apa yang akan dipelajari dan juga jangan mendekati ilmu yang akan membahayakannya.

Dimasa ini banyak yang belajar tidak benar, karena:

  1. Tidak tahu apa ilmu yang dia pelajari
  2. Ilmu yang dipelajari bercampur dengan ilmu yang dilarang.

Sehingga bisa menjadikan musibah bagi penuntut ilmu.

Pembahasan: Motifasi mempelajari ilmu alat: Nahwu, Saraf, dan Tajwid.

Bait Syair 169:

Bait Syair 169: Jika anda mau, pelajarilah ilmu-ilmu yang membantumu … Yaitu ilmu alat yang dengannya Anda mgupas dan mengurai hal-hal yang masih samar.

Bait Syair 170:

Bait Syair 170: Misalnya ilmu Nahwu, Sharaf, Tajwid dan bahasa … Dengan ilmu-ilmu tersebut akan diketahui perkataan yang belum diketahui maknanya.

Syair 169: Ambilah (kalau kamu mau) apa yang kamu pakai sebagai bantuan dari ilmu-ilmu alat, maka kamu akan dapatkan ilmu alat itu sebagai solusi untuk hal yang tidak jelas. Contoh ilmu alat: nahwu, tasrif, tajwid, dan bahasa.

Syair 170: Dengan ilmu bahasa diketahui penyelesaian bahasan yang samar.

Apabila punya ilmu alat, akan lebih kuat didalam memahami. Semua bidang ilmu ada alatnya, seperti ilmu al-quran: alatnya tajwid, ulumul qur’an. Ilmu memahami al-quran ada di kitab madzmummah al zam-zami.

Ilmu hadistz, ilmu alatnya adalah ilmu mustholah dan ulumul hadist (ilmu hadist) atau usulul hadist atau ilmu riwayat.

Ilmu alat bermacam-macam: ada yang cukup dan ada pula yang sangat banyak. Semakin banyak alatnya maka semakin banyak ilmu yang bisa diambil. Alat adalah diambil untuk tujuan, akan percuma apabila alatnya banyak tapi tidak digunakan. Sehingga jangan terus mempelajari ilmu nahwu saja tapi tidak digunakan untuk mempelajari ilmu yang lain.

Dalam Fiqih yang diambil dari al-quran dan sunnah, tapi ada juga ilmu alatnya. Ada 3 ilmu alat Fiqih:

  1. Usul fiqih, di program ini akan dibahas al usul min ilmil usul karya Ibnu Ustaimin
  2. Al-Qo’id fiqih, kaidah-kaidah fiqih, di program ini akan dibahas Al-Qoid Fiqiah karya Al-Saidi
  3. Ilmu Maqoidus Syariah, ilmu tentang maksud pensyariatan, Dalam program ini akan dibahas Tafsiru Qosid fil ahkamil maqosid.

Nahwu dan Sharaf adalah alat untuk memahami bahasa. Sebab Al-Qur’an dan hadist dari bahasa Arab. Tidak akan bisa memahami Al-Quran dan Hadist kecuali dengan bahasanya.

Nahwu yaitu mengenal hukum-hukmu akhir kalimat. Apabila isim bisa: muhammadan atau muhammadin atau muhammadun. Apabila fi’il mengenal hukum akhirnya juga.

Sharaf membahasa tentang bangunan kalimatnya (susunan kata).

Contoh ilmu tafsir yang memerlukan pemahaman bahasa, Allah subhana wa ta’ala akan dilihat dihari kiamat, seorang mukmin akan melihat Allah dengan mata kepalanya. Dalil dalam Al-Qur’an ada di Al-Qiyamah 22-23, melihat Allah. Dalam Al Ahzab ayat 44, dikatakan salam kepada mereka yang beriman pada hari menemui Allah yaitu dengan salam. Tapi di tafsirkan dilihat dengan mata kepala walaupun tidak ada diterjemahan.

Syair 180: akan diketahui solusi yang luput dari pembicaraan.

Ilmu alat ada juga yang sebagai penyempurna seperti ilmu balagah, untuk mengenal liku-liku pembicaraan. Ilmu syair dibutuhkan ketika membaca syair, yaitu ilmu kawafi al-arut. Hal ini bukan ilmu wajib tapi bagus untuk dipelajari.

Ilmu agama yang dipelajari ada dua jenis:

  1. Ilmu maksudatun, ilmu yang dikmaksudkan secara dzat nya. Ini adalah ilmu yang dicari.
  2. Ulum Alah, ilmu-ilmu alat. Bukan dzat nya dipelajari tapi untuk sampai kepada ilmu lain (Al-Quran, Al Hadist)

Wallahu Ta’alla ‘Alam

1. Anjuran mempelajari Ilmu Faraidh (Warisan)

Kitab Manzhumah Mimiyyah

Penulis: Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami Rahimahullah

Bab: Pasal Ilmu Faraidh dan Ilmu Alat serta Peringatan terhadap Bahaya Ilmu-Ilmu Ahli Bid’ah.

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Pasal Tentang Ilmu Faraidh dan Ilmu Alat serta Peringatan terhadap Ilmu-Ilmu Ahli Bid’ah, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. 

Pasal tentang ilmu faraidh dan ilmu alat serta peringatan ilmu-ilmu yang bid’ah. Penulisan menjelaskan ilmu tambahan yang diperlukan oleh seorang penuntut ilmu. Setelah seseorang mengenal Al-Qur’an dan Sunnah, maka ada ilmu-ilmu penting yang dipelajari yaitu:

  • Ilmu Al Faraidh, tentang warisan
  • Ilmu Alat, ilmu yang merupakan perantara agar sampai kepada ilmu yang ingin didalami.

Kemudian juga di terangkan mengenai ilmu bid’ah yang jangan didekati oleh penuntut ilmu.

Sehingga ini menjelaskan jalannya seorang penuntut ilmu yaitu bisa membuat target apa yang akan dipelajari dan juga jangan mendekati ilmu yang akan membahayakannya.

Dimasa ini banyak yang belajar tidak benar, karena:

  1. Tidak tahu apa ilmu yang dia pelajari
  2. Ilmu yang dipelajari bercampur dengan ilmu yang dilarang.

Sehingga bisa menjadikan musibah bagi penuntut ilmu.

Anjuran mempelajari Ilmu Faraid.

Bait Syair 166:

Bait Syair 166: Dengan mempelajari ilmu fara’idh yang berarti mempelajari setengah ilmu, maka perhatikanlah … Sebagaimana Allah dan sebaik-baiknya rasul mewasiatkannya.

Bait Syair 167:

Bait Syair 167: Di antara keutamaan ilmu ini bahwa Allah mengurus pembagiannya sendiri … Dan Dia tidak mewakilkan kepada orang Arab maupun Ajam.

Bait Syair 168:

Bait Syair 168: Yaitu ayat: “Allah mensyari’atkan bagimu …” (An-Nisa [4]:11) kemudian bersambung ayat setelahnya … Juga ayat lain tentang orang mati yang tidak menginggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak maka pelajarilah dan gunakan kesempatan waktumu

Perhatian kepada Ilmu Warisan (Faraid)

Kadang disebut juga ilmu harta-harta peninggalan. Ilmu tentang fikih dan hisab yang dengannya diketahui hak setiap orang didalam warisan.

Ilmu faraid termasuk cabang ilmu fikih. Dikhususkan karena penting dan rumitnya ilmu ini.

Syair 166: Ilmu faraid adalah seperdua dari ilmu. Hal ini ada dalam hadist tapi hadistnya lemah. Hendaknya kamu perhatikan sebagaimana Allah berwasiat dengannya. Sebagaimana juga diwasiatkan oleh rosul yang paling baik yaitu Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam.

Syair 167: Keutamaan ilmu faraid, adalah Allah yang langsung menangani pembagiannya. Dan tidak diwakilkan pembagian ini kepada orang Arab dan orang Ajam. Maksudnya tidak diwakilkan kepada siapa pun manusia tapi lansung Allah yang membaginya dalam Al-Qur’an.

Syair 167: Ada ayat (Yuu shikummullah) dalam surat An-Nissa ayat 11, bersama dengan ayat setelahnya (ayat 12). Dan ada ayat lain (akhir surah An-Nisa ayat 176).

Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu bagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua orang anak perempuan1; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua2, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separuh harta. Dan untuk dua orang ibu bapak, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar utangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. An-Nisa: 11)

Ayat 11: Pembagian tentang warisan dari pewaris usul mayit dan furu’ nya.

Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istri-istrimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika istri-istrimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) sesudah dibayar utangnya. Para istri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para istri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar utang-utangmu. Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar utangnya dengan tidak memberi mudarat (kepada ahli waris)1. (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syariat yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun. (QS. An-Nisa 12)

Ayat 12: Diterangkan tentang warisan suami istri dan warisan saudara seibu.

Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalālah)1. Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalālah (yaitu), jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sebanyak bagian dua orang saudara perempuan”. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS An-Nisa 176)

Ayat 176:Diterangkan warisan seayah dan seibu dan warisan seayah saja.

Syair 168: mendekatlah kamu dan ambilah gunimah (harta terpendam) yang banyak kebaikan dalam mempelajari ilmu ini.

Wallahu Ta’alla ‘Alam

9. Wasiat berpegang teguh dengan sunnah dan jauhi bid’ah

Kitab Manzhumah Mimiyyah

Penulis: Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami Rahimahullah

Bab: Wasiat agar berpegang dengan Sunnah

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Wasiat agar berpegang dengan Sunnah, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. 

Wasiat berpegang teguh dengan sunnah dan jauhi bid’ah

Bait Syair 163:

Pegang teguhlah sunnah dan jauhilah setiap bid’ah … Katakan “tidak” kepada pelaku bid’ah yang mengajakmu

Bait Syair 164:

Bagi orang yang memilki keragu-raguan dan di dalam hatinya ada keberatan … Terhadap apa yang beliau tetapkan, maka dia tidak memilki bagian keimanan sama sekali

Bait Syair 165:

Ayat: “Sekali-kali, demi Rabbmu …” (An-Nisa [4]: 65) merupakan larangan yang paling keras dari perbuatan itu bagi orang-orang yang mau berpikir … Sedangkan orang-orang yang ingkar dan kafir maka telinga mereka tuli

Syair 163: Gigit sunnah itu dengan gigi geraham mu dan tinggalkan setiap bid’ah. Dan katakan orang yang mengajak kamu pada Bid’ah nya, “Tidak ada iya untuk kamu”. Maksudnya saya tidak akan memenuhi ajakanmu.

Hal ini berdasarkan beberapa hadist yang semakna dengan ini, diantaranya hadist Irbat bin Syariah radhiallahu anhu:

Suatu hari Rasulullah menasihati kami dengan nasihat yang sangat mendalam, hati-hati bergetar dan air mata berlinang, mendengar nasihat beliau. Maka para sahabat berkata “Wahai Rasulullah seakan-akan ini adalah nasihat perpisahan, maka bernasihatlah kepada kami”.

Saya wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah mendengar dan taat kepada pemimpin walaupun yang menjadi pemimpin kalian seorang budak Habasy.

Maksudnya budak ini tidak memenuhi syarat kepemimpinan. Tapi apabila dia sudah menjadi pemimpin maka nabi perintah untuk mendengar dan taat.

Sesungguhnya siapa yang hidup diantara kalian setelah ku maka dia akan melihat perselisihan pendapat yang banyak. Maka hendaknya kalian berpegang dengan sunnah ku, dan sunnah para Kulafa (4 khalifah: Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali) Ar-Rasyidin, yang mereka ini diatas ilmu dan mengamalkan dengan ilmunya.

Manusia dibagi menjadi tiga:

  1. Rasyid: Punya ilmu dan beramal dengan ilmunya
  2. Gowin: Sampai kepadanya ilmu tapi tidak diamalkan
  3. Dholun: Beramal tanpa ilmu

AL-Mahdiyin, yang mendapat hidayah. Penganglah sunnah itu dan gigit lah dengan gigi geraham (gigi yang paling kuat) mu.

Dalam hadist lain:

Berpegang dengan sunnah seperti mengenggam bara api. Maksudnya akan ada resiko berpegang dengan sunnah di akhir zaman. Tapi harus bersabar atas hal tersebut.

Syair 164: Tinggalkan setiap bid’ah, karena setiap perkara yang baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.

Kelanjutan hadist:

Penyebutan bid’ah adalah dari Nabi Shalallahu alaihi wasallam. Ini adalah istilah syar’i. Memang keliru orang yang menghukumi sesuatu yang sunnah dianggap bid’ah. Tapi orang yang mencela sesuatu yang bid’ah mengritik dan menolaknya juga keliru. Seorang mukmin adalah pertengahan sehingga apa yang dinamakan agama adalah sunnah nabi adapun yang menyelesihi sunnah adalah bid’ah.

Katakan kepada orang yang mengajak bid’ah, “saya tidak terima dari kamu”. Seorang muslim tidak ikut-ikutan di bid’ah tersebut. Dalam kehidupan kadang ada yang harus di bedakan mana yang murni bid’ah dan mana yang bid’ah terkait pada sifat, bentuk dan kondisinya. Misalnya: seorang shalat dibelakang Imam yang qunut subuh, maka ini bukan murni perkara yang bid’ah dan tidak dikatakan dia tidak boleh ikut qunut. Karena sebagian ulama ada yang membolehkannya berdasarkan hadist yang lemah dan ada yang berpegang dengan kaidah umum. Walaupun yang benarnya tidak disyariatkan. Hanya menjaga yang lebih dijaga dalam agama yaitu kebersamaan.

Contoh lainnya, Ka’bah yang sekarang dibangun diatas posisi yang keliru, awalnya pada Nabi Ibrahim membangun ka’bah dengan dua pintu (masuk dan keluar). Namun sekarang hanya satu pintu. Akan tetapi Nabi tidak merubah posisi ka’bah karena khawatir terjadi sesuatu kerusakan lebih besar. Sebagaimana Nabi berkata pada Aisyah dalam Hadist riwayat Bukhari dan Muslim:

Sejarahnya Ka’bah awalnya dua pintu akan tetapi terjadi banjir yang meruntuhkan Ka’bah. Orang Quraish membangun kembali ka’bah akan tetapi degan satu pintu dikarenakan kekurangan biaya. Sehingga apabila Nabi robohkan dan bangun lagi sesuai dengan asalnya, dikhawatirkan orang quraish menjadi murtad lagi. Menjadikan kerusakan yang lebih besar.

Kaidah Sunnah: “Tidak boleh mengubah kemungkaran, yang akan melahirkan kemungkaran yang lebih besar”.

Pembahasan: Ketundukan sempurna kepada sunnah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.

Syair 164: Tidak ada pada orang yang ragu itu pada dirinya, suatu penolakan dari apa yang diputuskan oleh Nabi shalallahu alaihi wasallam. Tentang keimanannya denganya. Maksudnya penolakan atau keraguan tidak ada bagiannya sama sekali bagi diri seorang mukmim pada apa yang diputuskan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.

Sebagaimana firman Allah:

Syair 165: Dalil akan hal ini:

Adapun orang yang menyimpang dan munafik, mereka selalu tuli dari mendengar kebenaran dari mengikutinya.

Wallahu Ta’alla ‘Alam

5. Wasiat agar mendapat keutamaan seperti ahli hadist.

Kitab Manzhumah Mimiyyah

Penulis: Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami Rahimahullah

Bab: Wasiat agar berpegang dengan Sunnah

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Wasiat agar berpegang dengan Sunnah, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. 

Wasiat agar mendapat keutamaan seperti ahli hadist.

Bait Syair 153:

Jika ingin kenaikan derajat seperti derajat mereka … Dan anda menginginkan kemuliaan seperti kemuliaan mereka

Bait Syair 154:

Maka tapakilah tangga ketakwaan yang mereka dirikan … Lalu naiklah dengan kemauan yang kuat dan kesungguhan seperti kesungguhan mereka.

Bait Syair 155:

Tetapilah sunnah yang utama sebagaimana mereka menetapi … Dengan menghafalnya disertai dengan menyingkap penjelasannya, lalu terus lakukan itu.

Setelah dikenal keutamaan ahli hadist ini, maka jiwa ini ingin mendapat keutamaan ini, penulis berwasiat:

Bait Syair 153: Kalo kamu ingin meningkat, tinggi seperti tingkatan mereka. Dan kamu menghendaki kemuliaan yang tinggi seperti kemuliaan mereka.

Bait Syair 154: Maka caranya: Kamu menuju pada tangga ketaqwaan yang mereka pasang. Jalan yang kedua: Naik lah kamu dengan penuh semangat, tekad kuat, dengan kesungguhan seperti kesungguhan mereka.

Ikuti jalannya para ulama ahli hadist, tapaki jalannya mereka. Sehingga kita perlu mengenal siapa ulama ahli hadist, apa buku-buku mereka, apa yang mereka ajarkan, bagaimana ilmu mereka. Bagaimana mereka mengambil ilmu dan beramal dengan ilmu. Semua ini ada dari siroh para as-salaf dari mulai sahabat, tabi’in, tabiut tabiin sampai ulama-ulama yang mengikuti mereka.

Cara kedua yaitu harus semangat seperti mereka. Kata Imam Syafei “Kemuliaan itu dengan kesungguhan. Orang yang diharamkan dapat sesuatu dikarenakan kemalasannya. Selalu berdiri tegak berupaya, kamu akan dapatkan cita-cita mu dalam waktu dekat.”

Bait Syair 155: Kemudian yang ketiga: Kosentrasi penuh terhadap sunnah dengan menghafal dan memahami penjelasannya. I’tikaf lah kamu diatas sunnah. Dengan menghafal dan mempelajari tafsir dari sunnah. Dan hendaknya engkau selalu kontinu.

Seperti Itikaf di mesjid yaitu tidak keluar mesjid (kecuali ada keperluan mendesak).

Wallahu Ta’alla ‘Alam

4. Keutamaan Ahli Hadist.

Kitab Manzhumah Mimiyyah

Penulis: Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami Rahimahullah

Bab: Wasiat agar berpegang dengan Sunnah

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Wasiat agar berpegang dengan Sunnah, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. 

Bait Syair 144:

Cukuplah mereka sebagai orang mulia karena mereka menggantikan … Penghulu orang-orang hanif (Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam) dalam agamanya yang lurus.

Bait Syair 145:

Mereka menghidupkan sunnah beliau speninggal beliau … Maka mereka pantas menjadi orang terdekat kepada beliau daripada seluruh manusia.

Bait Syair 146:

Mereka meriwayatkan hadist-hadist tentang syariat dari beliau … Tidak henti-hentinya mereka menghafal dengan hati dan dada

Bait Syair 147:

Mereka menyingkirkan darinya pemalsuan orang-orang yang batil … Juga penyimpangan orang-orang yang melampaui batas, dan takwil orang yang sesat lagi hina.

Bait Syair 148:

Mereka menunaikan sabda beliau sebagai penyampai nasihat kepada umat beliau … Mereka melindungi riwayatnya dari setiap orang yang tertuduh dusta

Bait Syair 149:

Mereka tidak sama sekali tidak dipalingkan oleh harta, pelayan … tidak pula jual beli, ladang, maupun binatang ternak

Bait Syair 150:

Inilah kemulian yang sebenarnya, karena kemuliaan itu bukan kerjaan maupun nasab … Sekali-kali tidak, bukan pula mengumpulkan harta dan pelayan.

Bait Syair 151:

Setiap kemuliaan itu rendah dibanding kemulian mereka … Setiap kerajaan adalah pelayan bagi kerjaan mereka

Bait Syair 152:

Keamanan, cahaya, dan kemenangan yang besar menjadi milik mereka … Pada Hari Kiamat, dan juga kabar gembira bagi golongan mereka.

Ahli Hadist adalah Pewaris Nabi

Dalam Bait Syair 144, Cukuplah kemuliaan ahli hadist, mereka menjadi para pewaris (para pengganti) untuk pemimpin orang-orang yang bertauhid (Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam), dalam agama yang lurus.

Ahli Hadist orang yang terdekat dengan Nabi

Dalam Bait Syair 145, Mereka menghidupkan sunnah Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam setelah Nabi. Maka mereka ini yang paling berhak terhadap Nabi dari seluruh makhluk.

Ahli hadist yang paling dekat dengan nabi karena mereka yang menghidupkan Sunnah Nabi.

Umat yang paling dekat kepada Nabi Ibrahim adalah umat Islam, bukan Yahudi ataupun Nashara. Sebagaimana Allah berfirman:

Ahli Hadist meriwayatkan dan menghafal hadist Nabi dengan hati dan pena

Dalam Bait Syair 146, Mereka ini meriwayatkan dari Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam, hadist-hadist syariat yang mereka riwayatkan. Mereka ini tidak menyimpan sebuah upaya kecuali dihabiskan didalam menghafal hadist Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam.

Penjagaan oleh ahli hadist yaitu dengan dada dan pena. Yaitu menjaga ilmu di dadanya dengan cara menghafalkannya, sehingga mampu menghadirkan hadist itu kapan dia kehendaki. Hafalan itu tidak akan bisa kecuali dengan Itqan (mutqin). Dan tidak ada itqan kecuali selalu di muroja’ah.

Yang kedua dijaga dengan pena, yaitu hadistnya ditulis. Apabila tidak hafal, diambil dari guru kemudian ditulis. Tapi tidak sekedar ditulis, dibenarkan tulisannya. Dengan cara apabila selesai menulis dari perkataan guru, kemudian dicocokan dengan bukunya guru. Sehingga catatannya sudah benar. Atau mencocokan tulisannya dengan tulisan murid lain yang sudah dicocokan dari guru. Sehingga yakin bahwa tulisannya sudah benar.

Rawi jaman dahulu ada yang punya hafalan saja, tidak pernah menulis, seperti As-Sya’bi. Beliau berkata saya tidak menulis hitam di atas putih. Tapi ada kelamahannya karena sifat manusia ada lupanya. Dan As-Sya’bi berkata ada hadist yang saya lupa dan apabila dihafal orang seseorang maka dia akan menjadi Alim. Hal ini dikarenakan saking banyaknya hafalan hadist As-Sya’bi. Ketika puluhan sahabat masih hidup, As-Sya’bi sudah diminta fatwanya.

Sebagian ulama tidak punya hafalan tapi dikatakan shahihul kitab. Seperti kitabnya Jarir bin Abdul Hamid Ad-Dhobi, ada riwayat beliau dalam Bukhari dan Muslim dikarenakan kitabnya shahih.

Kebanyakan Ahli hadist menggabungkan dua metoda yaitu menghafal dan menulis. Seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Ahmad. Ada beberapa metoda dalam menulis dan menghafal: penulisan ujungnya saja dan menghafal sisanya.

Ahli Hadist menafikan jalannya Ahlul Bathil, Orang yang menyimpan dan takwil sesat

Bait Syair 147: Mereka menafikan dari agama ini, jalannya ahlul bathil. Ta’rifnya orang-orang yang ekstrim. Dan Ta’wilnya orang-orang yang tersesat dan tercela.

Tiga sifat yang menjadi sumber permasalahan menyimpang dalam ilmu

  1. Ekstrim (berlebihan)
  2. Menempuh jalan yang bathil (jalan sendiri)
  3. Ta’wil orang-orang yang jahil.

Ketiga kelompok ini akan ada disetiap zama, akan tetapi Alhamdulillah ada yang menjaga agama ini (ahli hadist).

Dikatakan kepada Ibnu Mubarak Rahimahullah, “Tidakkah engkau khawatir akan bahaya yang menimpa ilmu dimana ahlu bid’ah datang dan ditambah hadist yang bukan darinya?”. Ibnu Mubarak berkata “Saya tidak mengkhawatirkan itu karena para jihbit yang pandai mengeritik hadist akan selalu hidup”. Hingga hari ini orang yang menguasai hadist masih ada. Sehingga tidak akan ada yang bisa menambahkan hadist.

Ahli Hadist menyampaikan sabda Nabi sebagai nasihat bagi umat dan menjaga riwayat hadist

Bait Syair 147: Mereka ini menyampaikan sabda Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam sebagai nasihat bagi umat. Mereka menjaga riwayat hadist nabi dari setiap orang-orang yang tertuduh didalam agamanya.

Ini adalah pekerjaan ahli hadist, apabila ada hadist disampaikan. Sebagai nasihat untuk umat. Kemudian mereka jaga riwayat hadist itu dari setiap orang yang berbahaya.

Sehingga mengambil ilmu tidak sembarangan. ada etikanya. Ibnu Sirin Rahimaullah berkata “Sesungguhnya hadist ini adalah agama, lihatlah darimana kalian mengambil agama kalian”. Lafadh lain “Sesunguhnya ilmu itu adalah agama, lihatlah darimana kalian mengambil agama kalian”.

Apabila ingin menuntut ilmu, maka dilihat dulu gurunya. Guru tersebut belajar dari siapa. Dilihat gurunya bagus atau tidak. Zaman dulu apabila ingin memilih guru ditanyakan kepada ulama yang menjelaskan mana guru yang hadistnya shahih, bagus manhajnya.

Ibnu Sirin berkata “Mereka tidak tanya tidak sanad. Tapi ketika terjadi fitnah (terbunuhnya Ustman bin Affan Radhiallahu Anhu), baru kelihatan ada orang-orang yang menyimpang.”. Sebelumnya tidak ada yang tanya mengenai sanad, karena mengambil ilmu dari sahabat tidak usah ditanya. Akan tetapi setelah terjadinya fitnah, ternyata ada yang menyimpang. Sehingga mulai ditanyakan, dari mana kamu mengambil ilmu ini dan dari mana meriwayatkannya. Apabila dari ahli sunnah hadistnya diambil tapi apabila dari ahli bid’ah ditinggalkan.

Zaman sekarang ini begitu mudah membuka internet, sembarang dilihat. Ada orang yang tidak dikenal, didengarkan ucapannya. Kadang masuk dalam hatinya bercokol dalam dadanya dari ucapan orang tersebut, tidak bisa dia keluarkan. Masuk bid’ah dan subhat tidak diketahuinya.

Di masa ini, Ahmad Al-Hazimi, penduduk mekah yang sekarang di penjara. Orang ini mengajarkan buku-buku dari sheikh Muhammad bin Abdul Wahab. Sekarang menjadi rujukannnya orang-orang teroris (ISIS). Pemahaman takfiri. Sehingga jangan sembarang mendengarkan dari Internet.

Sehingga kita perlu menempuh jalannya ahli hadist yaitu jalan yang lurus, pertengahan dan kelihatan. Sehingga mengambil ilmu harus tahu dari mana dia mengambilnya.

Ahli Hadist tidak dilalaikan Harta, Pelayan, dan Perniagaan

Bait Syair 149: Mereka tidak dilalaikan (dipalingkan) oleh dunia (harta), tidak pula oleh haul (budak-budak atau pelayanan), tidak pula dilalaikan oleh perniagaan (jual beli), tidak pernah dilalaikan oleh perkebunan dan tidak pula dilalaikan oleh kenikmatan-kenikmatan.

Akhirat bagi ahli hadist sangat terang benderang. Akan tetapi tidak pula meninggalkan dunia seluruhnya, ada yang berdagang. Seperti Ibnul Mubarak dikenal sebagai pedagang tapi sangat zuhud. Dikenal dengan orang yang mengumpulkan kebaikan, seakan segala jenis ibadah sudah dia kerjakan.

Mereka tidak dilalaikan oleh dunia, diambil sekadar dari dunia, pada hal yang tidak menyibukannya dan punya waktu tetap terkait dengan ilmu.

Ahli hadist memiliki kekuasaan sebenarnya

Bait Syair 150: Inilah kekuasaan yang sebenarnya, bukan kerajaan bukan pula nasab dan bukan pula mengumpulkan harta dan pembantu.

Kekuasaan yang sebenarnya apabila perhatian dengan ilmu, perhatian dengan Agama Allah, perhatian dengan sunnah Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam.

Ahli hadist memiliki kemuliaan dan kekuasaan

Bait syair 151: Setiap kemuliaan itu rendah disisi kemuliaan ahli hadist. Dan setiap kekuasaan adalah membantu kekuasaan mereka, pelayan terhadap kekuasaannya ahli hadist.

Apabila ada suatu yang mulia, dibandingkan dengan kemulian ahli hadist maka sesuatu itu menjadi rendah.

Dalam kisah Harus Al-Rasyid, istrinya ketika melihat kondisi Ibnul Mubarak (seorang alim dari negeri Horosan). Ketika masuk ke Rakah disambut oleh penduduk negeri. Istri Harun Al-Rasyid dari istana dilihat dari kejauhan ada orang diikuti oleh banyak manusia sampai debu mengepul keatas. Mereka punya sendal copot dibiarkan saja, jangan sampai luput dengan orang didepan ini. Ketika ditanya siapakah orang ini, maka dijawab ini adalah Abdullah Ibnul Mubarak, Alim dari negeri Khorosan datang berkunjung ke Rakah disambut oleh manusia. Kemudian istrinya berkata inilah kekuasaan, bukan kekusaannya Harun Al-Rasyid yang berkuasa dengan tentara dan pelayan. Adapun Ibnul Mubarak menguasai hati manusia. Karena manusia perlu pada ilmunya.

Diatanya pada Hajat bin Yusuf, siapakah yang berkuasa di Basrah, orang-orang menjawab Al-Hasan Al-Basri. Dengan apa mereka memimpin kalian?. Dengan ilmunya. Orang perlu ilmu Hasan Al-Basri, sedangn dia tidak perlu dengan mereka.

Ahli hadist diperlukan oleh manusia. Apabila tinggal diuatu negeri, maka negeri itu perlu padanya. Akan tetapi dia tidak perlu pada manusia dan negeri.

Bait Syair 152: Rasa aman cahaya, keberuntungan dan kabar gembira untuk ahli hadist pada hari kiamat.

Wallahu Ta’alla ‘Alam

8. Sunnah sebagai hukum, Ridho dan Yakin kepadanya.

Kitab Manzhumah Mimiyyah

Penulis: Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami Rahimahullah

Bab: Wasiat agar berpegang dengan Sunnah

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Wasiat agar berpegang dengan Sunnah, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. 

Seorang menjadikan sunnah sebagai hukum, kemudian ridho dan yakin kepadanya.

Bait Syair 162:

Bait Syair 162: Jadikan nabi mu sebagai pemutus perkara, patuhilah, dan terimalah sunnah beliau … dengan penuh keyakinan dan jangan sampai diliputi keraguan.

Sayir 162: Jadikanlah Nabimu sebagai tahkik dan tunduklah kamu, ridhai sunnah beliau.

Menjadikan sunnah nabi sebagai hukum, tidak ada penolakan.

Sebab turunnya ayat: Nabi menghadiri dua orang sahabat yang bertikai tentang aliran air, kemana air ini dialirkan. Maka di putuskan dialirkan kepada salah seorang sahabat yang ada hubungan keluarga dengan Rasulullah. Maka sahabat yang satunya marah dan berkata “Apakah karena dia ada hubungan keluarga denganmu?”. Maka turun ayat ini.

Dikisahkan ada perempuan sahabiah diberi anjuran oleh Nabi shalallahu alaihi wa sallam, yaitu untuk menikah dengan sahabat Julaibib. Padahal beliau adalah seorang yang miskin dan tidak memiliki harta. Tapi tampak kesholihan sahabat ini sehingga sahabiah ini merasa bangga dengan hal tersebut. Ini adalah suatu ketundukan para sahabat atas sunnah, menerima keputusan Nabi shalallahu alaihi wa sallam. Hal ini selalu membawa keberkahan.

Syair 162: Disertai dengan keyakinan dan diskitar keraguan jangan dekat-dekat.

Disekitar keraguan jangan dekat dekat. Sunnah itu meyakinkan, tinggalkan keraguan dan berpegang kepada sunnah. Kita hanya cukup yakin akan sunnah itu. Ini adalah sifat orang yang beriman:

Keyakinan terhadap sunnah terkadang lemah pada sebagian kaum muslim dan muslimah. Padahal apabila sabar terhadap sunnah, akan banyak sekali kebaikan-kebaikan yang didapat.

Berpegang dengan sunnah itu An-Naja, keselamatan. Sebagian as-salaf berkata “berpegang dengan sunnah itu seperti perahu Nabi Nuh”. Yaitu siapa saja yang naik perahu, maka akan selamat. Yang tidak ikut naik pasti akan tenggelam.

Ibnu Mas’ud pernah menemani Nabi shalallahu alaihi wa sallam pada suatu malam. Nabi menggaris sebuah garis. Kemudian Nabi berkata “Jangan sampai kamu melewati garis ini apa saja yang terjadi. Ini adalah garis Sunnah. Maka pergilah rasulullah dan disekitar nya Ibnu Mas’ud melihat hal-hal yang aneh yang membahayakan. Tapi karena ingat sabda nabi agar tidak melewati garis, maka ibnu Mas’ud selamat.

Dalam hadist riwayat Bukhari dan Muslim, Nabi shalallahu alaihi wa sallam pernah berpesan kepada sahabatnya “akan berhembus dimalam ini angin yang sangat keras. Siapa yang punya kendaraan hendaknya diikat. Dan jangan ada yang keluar”. Maka disaat ini ada dua orang yang menyelisihi perintah Nabi shalallahu alaihi wasallam, dia keluar. Maka dia terbawa oleh angin sampai terdampar di dua gunung Toy (di luar Mekkah, jauh sekali).

Sehingga berpegang dengan Sunnah itu keselamatan, seorang mukmin yakin apa yang diperintah dalam sunnah nabi pasti ada kebaikannya.

Wallahu Ta’alla ‘Alam

7. Sifat-Sifat As-Sunnah.

Kitab Manzhumah Mimiyyah

Penulis: Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami Rahimahullah

Bab: Wasiat agar berpegang dengan Sunnah

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Wasiat agar berpegang dengan Sunnah, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. 

Sifat-Sifat Sunnah

Bait Syair 158:

Bait Syair 158: Sunnah itu adalah jalan terang yang lurus maka tempuhlah ia tanpa melenceng … Ia adalah agama yang lurus lagi toleran maka pegang eratlah

Bait Syair 159:

Bait Syair 159: Sunnah itu adalah wahyu dari Allah sebagaimana Al-Qur’an … Dalilnya ada dalam surat An-Najm, maka hafalkanlah dan jangan keliru.

Bait Syair 160:

Bait Syair 160: Sunnah adalah sebaik-baik perkataaan yang berasal dari manusia terbaik … Yang muncul dari hati terbaik, yang diucapkan dari mulut terbaik.

Bait Syair 161:

Bait Syair 161: Sunnah adalah penjelesan bagi hal-hal yang masih tersembunyi dalam Al-Kitab … Maka jangan sampai Anda berpaling dari hukum sunnah.

Sifat-Sifat sunnah:

  1. Al Mahajah: Jalan yang Lurus (Syair 158)
  2. Al-Hanifiyah dan As-Samhah: tauhid dan meninggalkan kesyirikan; mudah dan tidak menyulitkan (Syair 158).
  3. Wahyun minallahi: Wahyu dari Allah (syair 159)
  4. Khairul kalam: sebaik-baik pembicaraan (Syair 160)
  5. Al-Bayan: Penjelas (syair 161)

Syair 158: Sunnah itu adalah hujjah yang sangat jelas, maka ikutilah jalan tersebut tanpa menyimpang. Dan Sunnah juga adalah al-hanifiah, agama yang condong kepada tauhid dan meninggalkan kesyirikan. Dan dia juga As-Samha, mudah dan tidak menyulitkan. Hendaknya engkau berpegang dengannya.

Syair 159: Sunnah itu adalah wahyu dari Allah (sama dengan Al-Qur’an). dalilnya ada di surat An-Najm. Hafalah dalil itu dan jangan keliru

Syair 160: Sunnah adalah sebaik-baik pembicaraan, berasal dari manusia yang paling baik, dan berasal dari manusia yang paling bagus hatinya. Yang diucapkan oleh sebaik-baik mulut (mulut Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam)

Empat sisi sunnah: sebaik-baik pembicaraan dari manusia terbaik yang paling baik hatinya dan diucapkan oleh mulut yang paling baik.

Sebaik-baik pembicaraan berdasarkan hadist:

Manusia yang paling baik, telah sah dari beberapa hadist yang menunjukan hal tersebut.

Dari hati yang paling baik, Dalam musnad Imam Ahmad dari Abdullah bin Masud Radhiallahu Ta’ala Anhu, bahwa ketika Allah melihat kehati manusia, didapati hati nabi Muhammad yang paling baik, maka dipilihlah beliau sebagai rasullullah. Kemudian dilihat lagi kehati manusia dan didapati hati para sahabat yang paling baik, maka dipilihlah mereka sebagai orang-orang yang menemani Rasulullah.

Sebagaimana diucapkan oleh mulut yang paling baik, sebab tidak ada yang diucapkan oleh mulut rasulullah kecuali hal yang baik pula.

Syair 161: Sunnah adalah Al-Bayan (penjelasan), menjelaskan rahasia-rahasia AL-Qur’an, karena itulah berpaling dari hukum sunnah, jangan sampai kamu bersifat seperti itu.

Sebagaimana firman Allah:

Contohnya Shalat tidak dirinci dalam AL-Quran, tapi dijelaskan dalam Sunnah.

Fungsi Sunnah:

  1. Menjelaskan Al-Qur’an
  2. Mempertegas kandungan Al-Qur’an
  3. Membawa hukum tersendiri yang tidak ada dalam Al-Qur’an

Wallahu Ta’alla ‘Alam

6. Membaca mushtalah hadist dan memahami kaidahnya.

Kitab Manzhumah Mimiyyah

Penulis: Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami Rahimahullah

Bab: Wasiat agar berpegang dengan Sunnah

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Wasiat agar berpegang dengan Sunnah, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. 

Membaca buku-buku mushthalahhadist dan memantapkan kaidah-kaidahnya.

Bair Syair 156:

Bait Syair 156: Bacalah buku tentang mushthalah hadist … Maka Anda akan tahu hadist yang shahih dan mana yang cacat

Bait Syair 157:

Bait Syair 157: Perhatikanlah kaidah-kaidahnya dan kumpulkan faidah-faidahnya … Maka anda akan memperoleh manfaat-manfaatnya seperti mutiara yang tersusun.

Untuk mengenal jalan ulama para ahli hadist yaitu dengan membaca buku-buku seputar hal tersebut.

Syair 156: bacalah sebuah kitab mustolah (istilah seputar hadist). Dengan engkau membaca kitab ini, engkau akan mengetahui, mana hadist yang shahih dan hadist yang disifatkan dengan penyakit (dhoif).

Pembagian hadist masa dahulu yaitu hadist shahih dan dhoif. Yang shahih termasuk juga hadist yang hasan. Dalam hadist dhoif termasuk didalamnya hadist tertolak.

Syair 157: Permantaf kaidah-kaidahnya, kaidah-kaidahnya hendaknya kamu ambil, maka engkau akan mendapatkan hasil yang bermanfaat seperti mutiara-mutiara yang kamu pasang.

Kalau engkau ingin meraih kedudukan yang tinggi, ikuti jalan mereka, kemudian baca buku tentang istilah yang dikenal ahli hadist. sehingga kamu mampu membedakan antara hadist yang shahih dan dhaif. Didalamnya terdapat kaidah-kaidahnya dan hasilnya akan kamu peroleh.

Keshahihan hadist dilihat dari sanad dan matannya. Sanad nya dilihat rawi (periwayat hadist) yang kuat hafalannya, keadilan. kejujuran, istiqomah, dan lainya. Rawi dilihat apakah menerima langsung dari guru, dengan perantara, mendengar atau membaca atau ijazah atau mukatabah. Kemudian rawi tesebut apakah pakai nama aslinya, kunyah atau namannya disandarkan kepada kakek atau ayahnya. Termasuk rawi tersebut berasal dari mana, kapan lahir dan wafatnya.

Dalam program Mafitahul Ilm ada satu buah buku yang membahas mengenai mustolah hadist yaitu Mamdzumah Baequinyah.

Wallahu Ta’alla ‘Alam

2. Ahli Hadist adalah orang yang Adil dan Penjaga Hadist

Kitab Manzhumah Mimiyyah

Penulis: Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami Rahimahullah

Bab: Wasiat agar berpegang dengan Sunnah

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Wasiat agar berpegang dengan Sunnah, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.

Setelah menguraikan tentang keutamaan ilmu dan sejumlah pembahasan terkait dengannya. Juga telah dijelaskan mengenai keagungan Al-Quran, bagaimana kedudukannya, beberapa ketentuan terkait dengan Al-Qur’an: mengenal hukumnya, beramal, dan mengimani.

Kemudian penulis melanjutkan pembahasan dasar yang kedua ditengah umat Islam, dasar bagi para penuntut ilmu untuk mempelajarinya yaitu: Wasiat-wasiat seputar Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Akan dijelaskan kedudukan Sunnah nabi, kedudukan orang yang menyandang sunnah, bagaimana pentingya perhatian terhadap sunnah, menghafalnya, memahaminya, menyebarkannya, dan mengajarkannya.

Bait Syair 135:

Bait Syair 135: Tempuhlah petunjuk jalan mereka dan tetapilah syiar petunjuk mereka … Berhentilah (tetapilah belajar) jika kamu singgah di rumah-rumah mereka.

Kamu hendaknya menempuh menarah (tanda/rambu) mereka, dan hendaknya kamu komitment dengan syiar mereka. Hendaknya kamu tambakan dari kendaran-kendaraan mu, letakan (ikatan) mereka, apabila kamu turun ditempat mereka.

Syiar (Simbol) secara bahasa artinya pakaian diatas pakaian dalam. Yaitu pokok-pokok yang dimiliki ahli hadist. Khususnya keyakinan dan aqidah para ahli hadist.

Apabila seseorang sudah mendatangi tempat ahli hadist, kendaraannya simpan disitu. Kemudian dia masuk ke majelis ahli hadist, duduk lama untuk mengambil ilmu.

Bait Syair 136:

Bait Syair 136: Mereka adalah orang-orang yang adil untuk membawa ilmu … Mengapa demikian, karena mereka adalah orang-orang yang berakhlak dan berperilaku mulia.

Ahli hadist adalah mereka orang-orang yang adil didalam menyandang ilmu. Bagaimana tidak, sementara mereka itu orang-orang yang memiliki kemulian, akhlak dan budi pekerti yang sangat baik.

Pembahasan: Ahli hadist adalah orang-orang yang adil

Hal ini diambil dari sebuah hadist yang mahsyur, Rasulullah Shallalaahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:

“Sesungguhnya ilmu ini disandang pada setiap generasi oleh orang-orang yang adil”. Ini penegasan bahwa ilmu agama tidak akan pernah surut, pasti akan ada yang menyandangnya, yaitu orang-orang yang adil (ahli hadist). Yaitu “mereka yang menafikan dari hadist perubahan yang dilakukan oleh orang-orang yang ekstrem, dan jalannya orang-orang ahlul bathil dan taqwil nya orang-orang jahil.”

Disebutkan 3 kelompok orang yang bermasalah: orang ekstrem, ahlul bathil dan orang jahil. Orang yang ekstrem adalah berlebihan melakukan perubahan. Ahlul bathil membuat jalan sendiri. Orang Jahil sembarang mentaqwil dan menafsirkan memaknai karena kejahilannya.

Ahlul hadist adalah orang yang menjaga dari orang-orang yang bermasalah tersebut. Ini adalah tugasnya para ulama (yang berilmu).

Perkataan Imam Ahmad sebagai bantahan terhadap kelompok jahmiyah, “Segala puji hanya untuk Allah yang menjadikan pada setiap zaman ada sebuah fatroh dari zaman itu dari para rasul, ada yang tersisa dari para ulama. Mereka menyeru orang-orang yang tersesat kepada petunjuk. Dan mereka bersabar terhadap gangguan. Mereka menghidupkan orang-orang yang mati dengan kitab Allah. Dan mereka dengan kitab Allah membuat orang yang buta menjadi melihat. Betapa banyak yang terbunuh oleh iblis, mereka hidupkan. Betapa banyak dari orang yang terlantar/tersesat, mereka beri petunjuk. Betapa baiknya pengaruh ahli hadist ditengah manusia. Tapi sebaliknya betapa burukunya balasan manusia terhadap mereka.”

Ibnu Abdil Bar memberikan ketentuan tentang ahli hadist, “Setiap penyandang ilmu dikenal perhatiannya dengan ilmu, maka ia adalah orang yang adil. Asal perkaranya dia diatas keadilan. Sampai kelihatan ada celaan dikeadannya.”

Bait Syair 137:

Bait Syair 137: Mereka adalah orang-orang mulia yang telah mengumpulkan kebaikan … Mereka adalah perintis, melalui perantaraan mereka agama ini terjaga

Mereka ini adalah Al-Afadhil (yang memiliki keutamaan). Mereka mendapatkan sebaik-baik gelar (kedudukan). Mereka yang menjaga agama yang lurus ini.

Pembahasan: Ahli Hadist Penjaga Hadist

Para ahli hadist menjaga hadist dari kekeliruan, penyimpangan dan membantah dari kekeliruan dan penyimpangan tersebut. Meruntuhkan kebathilannya dan menjelaskan yang benarnya.

Bait Syair 138:

Bait Syair 138: Mereka adalah orang-orang yang ahli dalam kebaikan … Anda bisa mengenali mereka di tengah-tengah manusia melalui tanda-tanda mereka.

Mereka adalah Al-Jahabii, jamak dari Jihbiid artinya orang yang pandai terhadap kedalaman sebuah perkara, membedakan antara yang baik dan yang tidak baik. Ahli hadist mengerti betul akan hadist, pandai membedakan antara hadist yang shahih dan tidak shahih.

Mereka adalah Al-Alam, terkenal dengan tingkatan yang tinggi. Kamu kenal mereka diantara manusia dengan tanda dan sifat mereka.

Ahli hadist kelihatan apa yang di baca, apa yang diajarkan, metode mengajarkannya. Akan tetapi dikalangan orang awam, terkadang tidak bisa ditangkap. Seperti halnya para ahli hadist yang menerangkan jalur periwayatan hadist, diterangkan rawi-rawinya, akan susah di tangkap orang awam. Sehingga metodenya diberikan dengan sekadar apa yang orang awam pahami.

Bait Syair 139:

Bait Syair 139: Mereka adalah orang-orang yang menolong agama dan menjaga wilayahnya … Dari serangan musuh, dengan pasukan yang tidak terkalahkan.

Mereka adalah yang menolong dan menjaga agama dari benteng (hal pokok yang dipelihara. Dijaga dari musuh, dengan bala tentara yang tidak terkalahkan.

Pekerjaan yang paling bagus adalah pekerjaan ahli hadist karena orang yang paling dekat kepada Nabi, paling tinggi derajatnya dalam agama, dan dia mengikuti jalannya para Nabi, orang yang menjaga agama.

Hujjah dengan ilmu bagaikan bala tentara yang tidak terkalahkan. Seorang alim berperang sendiri, tapi dia punya hujah-hujah ilmu. Sebagaimana Ibnu Abbas di debat oleh kaum khawarij. Kaum khawarij rujuk 2 ribu orang, tadinya jumlahnya 6 ribu.

Bait Syair 140:

Bait Syair 140: Mereka laksana bulan purnama yang tidak tenggelam … Bahkan mereka laksana matahari yang cahaya mereka lebih terang (daripada cahaya matahari)

Sifat berikutnya mereka adalah bulan-bulan purnama. Bahkan mereka adalah matahari-matahari yang menonjol dengan cahaya mereka.

Perbedaan bulan purnama ahli hadist, bulannya tidak pernah tenggelam, selalu bulan purnama.

Bait Syair 141:

Bait Syair 141: Ketika mentari tenggelam, sinarnya akan hilang … Adapun cahaya mereka tetap muncul setelah dikubur.

Akan tetapi bedanya matahari apabila sudah tenggelam, tidak ada lagi cahayanya. Matahari ahli hadist setelah mereka meninggal (dikuburpun) matahari nya masih bersinar.

Hingga hari ini kita baca kitab-kitab Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, padahal mereka sudah meninggal ratusan tahun. Tapi ilmu mereka tetap menjadi cahaya ditengah manusia.

Wallahu Ta’alla ‘Alam