12. Al-Qur’an bukan makhluk, tapi Firman Allah Ta’alla.

Kitab Manzhumah Mimiyyah

Penulis: Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami Rahimahullah

Bab: Wasiat agar Berpegang dengan Kitab Allah

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Wasiat agar Berpegang dengan Kitab Allah ‘Azza wa Jalla, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.

Setelah menguraikan tentang keutamaan ilmu dan sejumlah pembahasan terkait dengannya. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai keagungan Al-Quran, bagaimana kedudukannya, beberapa ketentuan terkait dengan Al-Qur’an: mengenal hukumnya, beramal, dan mengimani. Juga diterangkan mengenai sejumlah keutamaan dari Al-Quran: keutamaan membaca dan tadabur.

Bait Syair 130:

Bait Syair 130: Al-Qur’an bukanlah makhluk dan bukan pula ucapan yang keluar dari hati nabi kita … Bukan, pula ungkapan makhluk yang bernyawa.

Bait Syair 131:

Bait Syair 131: Akan tetapi ia adalah firman Rabb kita, dan diturunkan sebagai wahyu … Ke dalam hati Muhammad shallallahu alaihi wasallam yang selalu berjaga dan sempurna pemahamannya.

Bait Syair 132:

Bait Syair 133: Allah dan para malaikat menyaksikan … Juga para rasul dan orang-orang beriman, baik Arab maupun Ajam.

Pembahasan: Al-Qur’an bukan makhluk tapi Firman Allah

Dalam bait syair 130, Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan ke hati Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, bukan makhluk. Bukan juga sebuah makna yang digambarkan oleh Nabi kita. Dan bukan pula tabir (bahasa) seorang makhluk pun.

Ini bantahan terhadap kelompok ja’miyah dan mu’tajilah yang mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk. Banyak dalil yang membantah bahwa Al-Qur’an adalah makhluk. Ini adalah kesesatan dan kekafiran yang sangat nyata.

Ini membantah 3 kelompok: bantah terhadap jahmiyah, bantahan terhadap kelompok filsafat, bantahan terhadap Asya’iroh dan tulabiyah.

Kaidah ulama adalah mendudukan Al-Qur’an pada tempatnya, dan apabila ada yang menyimpang disebutkan penyimpangannya supaya tidak ada yang tertipu. Terkadang orang soleh ada lalainya, yaitu saking baiknya dia, menjadi gampang tertipu. Kecuali orang soleh yang punya pengetahuan.

Dalam syair 131, Bahkan Al-Qur’an adalah Allah yang berfirman dalam bentuk ucapan dan Allah yang menurunkannya sebagai wahyu ke hati Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yang selalu terjaga dan paham.

Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam selalu terjaga, walaupun sedang tidur hati beliau tetap terjaga. Sebagaimana dalam Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim:

Dalam bait Syair 132, Allah yang mempersaksikan hal tersebut demikian pula seluruh Malaikat mempersaksikan demikian pula para rasul berserta orang yang beriman dari kalangan Arab maupun Ajam.

Wallahu Ta’alla ‘Alam

11. Tidak ada yang bisa mendatangkan yang semisal dengan Al-Qur’an.

Kitab Manzhumah Mimiyyah

Penulis: Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami Rahimahullah

Bab: Wasiat agar Berpegang dengan Kitab Allah

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Wasiat agar Berpegang dengan Kitab Allah ‘Azza wa Jalla, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.

Setelah menguraikan tentang keutamaan ilmu dan sejumlah pembahasan terkait dengannya. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai keagungan Al-Quran, bagaimana kedudukannya, beberapa ketentuan terkait dengan Al-Qur’an: mengenal hukumnya, beramal, dan mengimani. Juga diterangkan mengenai sejumlah keutamaan dari Al-Quran: keutamaan membaca dan tadabur.

Bait Syair 126:

Bait Syair 126: Betapa sejak dulu Al-Qur’an telah menantang orang-orang Quraisy … Padahal mereka adalah para ahli balaghah di antara seluruh manusia.

Bait Syair 127:

Bait Syair 127: Agar mereka mendatangkan yang semisal dengan Al-Qur’an, sepuluh surat, atau satu surat saja … Akan tetapi mereka tidak mampu melakukan hal ini karena memang tidak akan ada yang mampu.

Bait Syair 128:

Bait Syari 128: Jin dan manusia tidak akan bisa mendatangkan yang semisal dengannya meskipun mereka berkumpul semua … Meskipun mereka bergabun kepada sebagian mereka.

Bait Syair 129:

Bait Syair 129: Sungguh jauh sekali, bagaimana mungkin padahal Al-Qur’an itu difirmankan oleh Rabb Arsy … Mahasuci lagi Mahatinggi dari memiliki keserupaan dan kesamaan dengan selain-Nya.

Ada dua Pembahasan:

Pembahasan Pertama: Tantangan Al-Qur’an terhadap ahli sastra

Pembahasan Kedua: Jin dan Manusia tidak mampu mendatangkan yang semisal dengan Al-Qur’an walaupun mereka bersekutu.

Dalam bait syair 126, dikatakan betapa banyak dalam Al-Qur’an menantang orang-orang Quraysh untuk mendatangkan yang semisal dengan Al-Qur’an. Padahal orang-orang Quraysh itu adalah ahli balagah diantara seluruh kabilah Arab waktu itu.

Dalam bait syair 127, dikatakan untuk mendatangkan yang semisal dengannya sebagaimana dalam Surah Al-Isra ayat 88:

Kemudian ditantang untuk mendatangkan 10 surah yang semisal dengan Al-Qur’an. Sebagaimana dalam Surah Hud Ayat 13:

Kemudian ditantang untuk mendatangkan 1 surah saja, sebagaimana dalam surah Al-Baqarah ayat 23:

Dalam bait syair 128, mereka tidak akan mampu untuk hal tersebut, karena perkara yang seperti ini tidak bisa dituju. Jin dan Manusia tidak akan mampu mendatangkan yang semisal dengan Al-Qur’an, walaupun mereka bersatu padu. Sebagaimana dalam surah Al-Isra ayah 88:

Dalam bait syair 129, bagaimana mungkin dan bagaimana bisa, mereka seperti itu. Padahal Allah rabbul Arsy yang mengucapkannya. Maksudnya Allah telah mengucapkan hal itu, sehingga tidak mungkin akan yang bisa membantahnya. Maha suci Allah dan maha tinggi, tidak ada yang bisa sepadan dengannya. Sebagaimana Firman Allah dalam Surah Asy-Syura ayat 11:

Wallahu Ta’alla ‘Alam

10. Penentang Al-Qur’an akan berujung kehancuran.

Kitab Manzhumah Mimiyyah

Penulis: Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami Rahimahullah

Bab: Wasiat agar Berpegang dengan Kitab Allah

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Wasiat agar Berpegang dengan Kitab Allah ‘Azza wa Jalla, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.

Setelah menguraikan tentang keutamaan ilmu dan sejumlah pembahasan terkait dengannya. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai keagungan Al-Quran, bagaimana kedudukannya, beberapa ketentuan terkait dengan Al-Qur’an: mengenal hukumnya, beramal, dan mengimani. Juga diterangkan mengenai sejumlah keutamaan dari Al-Quran: keutamaan membaca dan tadabur.

Pembahasan: Orang yang berpaling dari Al-Qur’an akan kembali dengan kerendahan, kejauhan, kerugian dan tersesat.

Bait Syair 123:

Bait Syair 123: Betapa banyak orang kafir ingin menandingi Al-QUr’an … Tetapi akhirnya kembali dengan membawa kehinaan, kerugian dan kekalahan

Dalam syair 123, dikatakan betapa banyak orang yang mulhit. Asal katanya ilhat artinya orang yang menyimpang. Mereka menginginkan untuk menampilkan penentangan terhadap Al-Qur’an. Akan tetapi apa yang terjadi?. Mereka kembali dengan kehinaan, kerugian dan kerendahan.

Bait Syair 124:

Bait Syair 124: Sungguh jauh apa yang mereka inginkan, mereka kehendaki … dan mereka angankan, sungguh mereka kembali dengan membawa kehinaan mereka.

Dalam Syair 124, Kalau ada yang menginginkan untuk menentang Al-Qur’an, maka betapa jauhnya dia dan sungguh jauh mendapatkan apa yang dia kehendaki dan diinginkan. Dan apa yang mereka angan-angankan. Dan mereka pasti akan kembali dengan kehinaan.

Bait Syair 125:

Bait Syair 125: Harapan mereka gagal, semoga Allah memburukkan wajah mereka … Hati mereka meyimpan dari petunjuk Al-Qur’an.

Dalam Syair 125, Telah merugi angan-angan mereka, telah hina wajah-wajah mereka, telah menyimpang hati-hati mereka dari petunjuk Allah yang lurus.

Ini merupakan penegasan kepada siapa yang menentang Al-Qur’an akan berujung kehancuran. Tidak pernah ada yang datang ingin menentang Al-Qur’an kemudian membawa kebaikan, pasti akan hancur keberadaan mereka.

Ketika Nabi Shallallhu ‘Alaihi Wasallam melempar kaum musyrikin di perang Hunain dengan kerikil, beliau berkata “Akan hina wajah-wajah itu”. Maka dikalahkanlah kaum musyrikin di perang tersebut.

Allah telah memberikan kaidah yang tetap dalam Al-Qur’an bahwa siapa yang menentang atau mencela mu (Nabi Muhammad) maka perkaranya akan terputus, hancur dan binasa.

Sehingga tidak ada ceritanya ada orang yang menentang Al-Qur’an lalu dia tidak kembali dengan kerugian, kehinaan, dan kerendahan di dunia dan di akhirat.

Wallahu Ta’alla ‘Alam

9. Al-Qur’an sebagai Mukjizat

Kitab Manzhumah Mimiyyah

Penulis: Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami Rahimahullah

Bab: Wasiat agar Berpegang dengan Kitab Allah

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Wasiat agar Berpegang dengan Kitab Allah ‘Azza wa Jalla, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.

Setelah menguraikan tentang keutamaan ilmu dan sejumlah pembahasan terkait dengannya. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai keagungan Al-Quran, bagaimana kedudukannya, beberapa ketentuan terkait dengan Al-Qur’an: mengenal hukumnya, beramal, dan mengimani. Juga diterangkan mengenai sejumlah keutamaan dari Al-Quran: keutamaan membaca dan tadabur.

Al-Qur’an sebagai Mukjizat

Bait Syair 111:

Bait Syair 111: Cukuplah bagimu bahwa Al-Qur’an itu sebagai mukjizat … Yang terus-menerus ada di sisi kita tanpa terputus

Telah sempurna dan cukup bagi engkau dengan Al-Qur’an sebagai mukjizat. Yang mukjizat ini kekal didunia yang tidak akan pernah sirna. Maksudnya Al-Qur’an ini adalah mukjizat tidak terputus, terus belanjut hingga hari kiamat. Mukjizat artinya sesuatu yang tidak dikalahkan dan tidak pula ada yang bisa mendatangkannya. Namun dalam bahasa Al-Qur’an tidak disebut mukjizat melainkan ayat, bayinat (kejelasan), Al-Huda (petunjuk-petunjuk). Namun maksud penulis adalah sama dalam pengertiannya, agar bisa dipahami orang-orang belakangan.

Bait Syair 112:

Bait Syair 112: Tidak akan mengalami perubahan maupun penggantian … Meskipun kita sering mengulang-ulang tetapi tetap saja kita jauh dari rasa bosan.

Dua mukjizat Al-Qur’an dalam bait syair 112:

Mukjizat Pertama: Al-Qur’an tidak pernah melekat padanya pergantian dan perubahan. Tidak ada yang bisa mengganti dan merubah Al-Qur’an walaupun satu huruf. Bahkan sepotong kalimat saja tidak ada yang bisa merubahnya. Ada kesalahan panjang-pendeknya saja, akan ketahuan.

Sebagaimana ayat:

Penjagaan Al-Qur’an tidak hanya berkurang huruf atau katanya saja, tapi maknanya pun dipelihara oleh Allah Ta’ala.

Mukjizat Kedua: Al-Qur’an tidak bosan dengan banyak mengulang. Tidak seperti buku biasa yang akan membosankan apabila dibaca berulang-ulang, Al-Qur’an semakin dibaca maka semakin cinta membacanya. Ustman bin Affan radhiallahu anhu berkata “Andaikata hati-hati itu suci, maka dia tidak akan pernah kenyang membaca firman Allah Ta’alla”. Di dunia, apabila memiliki nikmat apa saja, yang paling bagus, cantik dan indah, tapi apabila terlalu sering dia lihat dan bersamanya, pasti ada suatu waktu akan bosan. Tapi Al-Qur’an tidak ada seperti itu (bosan). Apabila hatinya suci, maka Al-Qur’an semakin dibaca semakin mencintainya.

Bait Syair 113:

Bait Syair 113: Sebagai hakim bagi kitab sebelumnya, dalam bahasa Arab, dan tidak ada kebengkokan … Yang membenarkan kitab yang diturunkan sebelumnya.

Tiga mukjizat selanjutnya dalam bait syair 113:

Mukjizat Ketiga: Al-Qur’an itu muhaiminan. Bermakna yang terpercaya (Amiin). Apa saja yang sesuai dengan Al-Qur’an adalah benar dan apa saja yang menyelisihan Al-Qur’an adalah salah.

Muhaiminan adanya yang menafsirkan sebagai saksi, sebagai hakim yang memutuskan. Sebagaimana dalam ayat berikut:

Mukjizat Keempat: Al-Qur’an itu dalam bahasa Arab yang tidak ada bengkoknya. Sebagaimana firman berikut:

Siapa yang ingin belajar bahasa yang paling fasih, tata bahasa yang paling tinggi, makna yang paling hebat didalam Al-Qur’an.

Al-Qur’an dalam bahasa Arab sulit untuk diterjemahkan dengan bahasa lain. Yang ada adalah menerjemahkan maknanya bukan dari bahasanya. Sehingga istilanya bukan terjemahan ayat akan tetapi terjemahan makna ayat. Karena ayat-ayatnya adalah mukjizat tidak bisa diterjemahkan ke bahasa lain.

Mukjizat Kelima: Al-Qur’an membenarkan kitab sebelumnya. Maknanya semua kita sebelum Al-Qur’an semua kandungannya ada dalam Al-Qur’an. Sehingga umat sebelum nabi Muhammad, begitu datan nabi Muhammad maka wajib mengikuti nabi Muhammad.

Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

Bait Syair 114:

Bait Syair 114: Di dalamnya terdapat penjelasan bagi hukum-hukum … Juga berita tentang perkara yang akan datang dan perkara umat-umat terdahulu

Mukjizat Keenam: Didalam Al-Qur’an terdapat rincian-rincian semua hukum. Sebagaimana firman Allah:

Mukjizat Ketujuh: Didalam Al-Qur’an terdapat didalamnya berita-berita umat-umat yang akan datang dan perkara umat-umat yang telah berlalu.

Hal ini diambil dari sebua hadist, walaupun ada kelemahan dari sisi riwayat tapi maknanya benar.

Mukjizat Kedelapan: Didalam Al-Qur’an terdapat penjelasan dan kengerian dan siksa terhadap umat-umat yang menentang.

Bait Syair 115:

Bait Syair 115: Renungkan peristiwa bencana yang tedapat dalam ayat-ayat tentang akhirat … Perhatikan pula di dalamnya cerita-cerita tentang kaum Ad dan Iram.

Mukjizat Kesembilan: Al-Qur’an menjelaskan hari kiamat.

Perhatikan dalam Al-Qur’an kalau dibaca mengenai ayat-ayat yang menjelaskan hari kimat, itu luar biasa dahsyatnya. Salah satunya di surat Al-Qor’ah yaitu suatu yang menggetarkan.

Kemudian diterangkan mengenai kaum Aad dan Iraam.

Didalam Al-Qur’an dikisahkan mengenai kebinasaan umat-umat, agar kita bisa mengambil pelajaran jangan sampai mengikuti jejak mereka.

Bait Syair 116:

Bait Syair 116: Renungkan pula di dalamnya penjelasan tentang hukum-hukum syariat … Apakah anda melihat di dalam syariat itu ada perkara yang tidak jelas dan sulit di pahami?

Mukjizat Kesepuluh: Mudahnya memahami hukum-hukum dalam Al-Qur’an.

Perhatikan didalam Al-Qur’an, penjelasan hukum-hukum syariat, Apakah kamu melihat ada sesuatu yang berat? yang tidak bisa diselesaikan?. Penjelasan hukum-hukum syarait dalam Al-Qur’an sangat mendalam, tepat dan tegas.

Bait Syair 117:

Bait Syair 117: Atau ada sebua kebaikan tetapi Al-Qur’an tidak menunjuki makhluk (jin dan manusia) kepadanya? … Ataukah ada sebuah pintu kehancuran tetapi Al-Qur’an tidak mencela dan mengecamnya?

Mukjizat Kesebelas: Al-Qur’an mencakup seluruh pintu kebaikan dan hidayah serta peringatan terhadap pintu-pintu kebinasaan.

Semua pintu kebaikan dan kebinasaan ada dalam Al-Qur’an. Apakah ada pintu-pintu kebaikan dan kebinasaan lain, dimana Al-Qur’an tidak memberikan petunjuk kepada manusia?. Tentu saja jawabannya tidak ada. Karena semua telah dicantumkan dalam Al-Qur’an.

Sebagaimana dalam Al-Qur’an:

Maksudnya dua jalan telah ditunjukan: jalan kebaikan dan jalan kesesatan. Dimana jalan kebaikan supaya diikuti dan jalan kesesatan supaya dihindari.

Syair 118:

Bait Syair 118: Ataukah seluruh sistem yang dibuat oleh penduduk bumi … Mampu mencukupi sedikit saja dari petunjuk Al-Qur’an?

Mukjizat Ketigabelas: Syair penduduk bumi tidak akan menandingi Al-Qur’an.

Apakah ada yang menyaingi Al-Qur’an dari syair-syair seluruh penduduk bumi?.

Tiga pembahasan lain, terkait dengan mukjizat Al-Qur’an:

Bait Syair 119:

Bait Syair 119: Berita-berita yng ada di dalam Al-Qur’an merupakan nasihat, perumpamaan-perumpamaannya merupakan pelajaran … Dan semua yang ada di dalamnya menakjubkan, tetapi jauh dari orang yang tuli pendengarannya.

Mukjizat Keempat belas: Keajaiban Al-Qur’an dan kecondongan hati kepadanya.

Dalam syair 119, berita-berita Al-Qur’an itu nasihat yang benar. Banyak kisah-kisah yang berulang. Seperti kisah nabi Musa ada di beberapa tempat dalam Al-Qur’an, namun selalu ada nasihat-nasihat yang berbeda pada tempat yang lainnya.

Perumpamaan yang dibuah, hendaklah menjadi ibrah (pelajaran, renungan yang sangat mendalam).

Semuanya adalah keajabain, betapa jauhnya orang yang tuli. Keajaiban-keajiaban dalam Al-Qur’an itu adalah untuk siapa yang beriman, yang dipasang telinganya, hati hidup, tidak lalai dan ingin mempelajari. Sehingga apabila dibacakan Al-Qur’an dan Al-Qur’an belum besar di hatinya atau belum paham maknanya, maka harus adakan perbaikan pada dirinya, ilmu yang kurang. Karena harusnya dia memahami maknanya, takjub dengan Al-Qur’an, condong hatinya kepada Al-Qur’an, maka ini menunjukan kebaikan yang telah dibukakan untuknya.

Bait Syair 120:

Bait Syair 120: Ketika sekelompok jin mendengarkan bacaan Al-Qur’an dengan seksama … Seketika mereka bersegera memberi peringatan kepada kaum mereka.

Semua Al-Qur’an adalah keajaiban. Sebagaimana Jin yang mendengarkan Al-Qur’an berkata:

Jin setelah mendengar Al-Qur’an, mereka segera memberi peringatakan kepada kaumnya. Maknanya ketika Jin mendengar Al-Qur’an, mereka langsung beriman. Kemudian kembali menjadi peringatan pada kaumnya, sebagaimana diterangkan dalam surah Al-Ahqaf 29-31

Bait Syair 121:

Bait Syair 121: Allah Mahabesar, terlah terkumpul pelajaran … Juga penjelasan, mukjizat, dan hikmah.

Allahu Akbar (ketakjuban dan bangga), betapa besarnya Allah, bagaimana Al-Qur’an telah melingkup berbagai ibrah, penjelasan, mukjizat, dan hikmah-hikmah.

Bait Syair 122:

Bait Syair 122: Allah Mahabesar, keindahan balaghahnya … dan susunannya membuat orang Arab maupun Ajam tidak kuasa menandinginya.

Allahu Akbar, bagaimana bahasa Al-Qur’an ini membuat orang Arab dan orang Ajam tidak mampu mendatangkan yang semisal dengannya.

Mengenai tantangan kepada orang Arab, orang Ajam dan seluruh manusia, terdapat banyak didalam Al-Qur’an, dengan tantangan untuk mendatangkan yang semisal dengan Al-Qur’an.

Wallahu Ta’alla ‘Alam

8. Keutamaan Al-Qur’an

Kitab Manzhumah Mimiyyah

Penulis: Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami Rahimahullah

Bab: Wasiat agar Berpegang dengan Kitab Allah

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Wasiat agar Berpegang dengan Kitab Allah ‘Azza wa Jalla, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.

Setelah menguraikan tentang keutamaan ilmu dan sejumlah pembahasan terkait dengannya. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai keagungan Al-Quran, bagaimana kedudukannya, beberapa ketentuan terkait dengan Al-Qur’an: mengenal hukumnya, beramal, dan mengimani. Juga diterangkan mengenai sejumlah keutamaan dari Al-Quran: keutamaan membaca dan tadabur.

Berikutnya penulis membahas tentang etika terhadap Al-Qur’an.

Penulis menyebutkan 5 keutamaan dari Al-Qur’an pada bait syair berikut:

Bait Syair 105:

Bait Syair 105: Terdapat nash tentang surat Al-Baqarah dan Ali ‘Imran ….. Bahwa keduanya akan menjadi naungan saat kondisi sulit (Kiamat) – Sahih Muslim 1873 dan 1386.

Bait Syair 106:

Bait Syair 106: Sesungguhya Al-Qur’an kelak akan datang kepada pembacanya … Memberi kabar gembira dan membelanya, jika dia menegakkannya (dengan ilmu dan amal) – Sahih Muslim 1873

Bait Syair 107:

Bait Syair 107: Allah Yang Mahabenar lagi Maha Pemurah akan memberikan kepadanya kerajaan dan kekealan … Serta memakaikan mahkota kemuliaan.

Bait Syair 108:

Bait Syair 108: Dikatakan kepadanya, “Bacalah, bacalah dengan tartil, dan naiklah ke dalam kamar-kamar surga …. Sampai berhenti pada keudukanmu di Surga – Sunan Dawud no 1464, Sunan At-Tmirmidzi no 2915

Bait Syair 109:

Bait Syair 109: Dua pakaian dari Surga Firdaus akan dipakaikan …. Kepada kedua orang tuanya, yang tak ternilai – Mustadrak Al-Hakim, 1/770 no 2138 dan 239

Bait Syair 110:

Bait Syair 110: Keduanya berkata “Mengapa dipakaikan kepada kami pakaian ini?” … Dijawab “Karena kalian telah mengajarkan kepada anak kalian, maka berterimakasihlah kepada Dzat yang memikili kenikmatan”

Pembahasan: Penjelasan bahwa Surah Al-Baqarah dan Ali Imran adalah dua naungan bagi yang membaca kedua surah ini.

Dalam bait syair 105 dikatakan telah datang hadist tentang dua surah yang panjang (surah Al-Baqarah dan Ali-Imran) bahwa dua surah ini adalah peneduh atau penaung bagi yang membacanya diwaktu ketika terjadi perkara yang dahsat bagi manusia di hari kiamat.

Keutamaan khusus bagi membaca 2 surat tersebut yang diterangkan dalam beberapa hadist:

Dalam riwayat Sahih Muslim dari An-Nawas Ibn Siman radhiallahu anhu:

Akan didatangkan Al-Qur’an pada hari kiamat dan ahli Al-Qur’an (yang mengamalkan Al-Qur’an). Ini dua surah pertama didalam Al-Qur’an setelah Al-Fatihah. Yang bisa memahami kandungan dua surah ini akan teguh diatas agama, mampu membedakan antara yang hak dan bathil, kekafiran dan keimanan. Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam memberikan 3 permisalan tentang dua surah ini yang tidak dilupakan oleh An-Nawas:

  1. Surah Al-Baqarah dan Ali Imran ini bagaikan Gumamatan (Kabut yang menutupi)
  2. Surah Al-Baqarah dan Ali Imran ini bagaikan teduhan yang hitam dan antara keduanya ada cahaya. Bermakna teduh tetapi tidak gelap karena masih ada cahaya.
  3. Surah Al-Baqarah dan Ali Imran ini bagaikan dua kelompok dari burung-burung yang sayapnya dihamparkan. Menjadi keteduhan yang dibawahnya.

Surah ini akan membela orang yang menghafalnya serta mempelajarinya.

Anas bin Malik mengatakan apabila ada yang telah belajar surat Al-Baqarah dia menjadi yang menonjol diantara kami.

Ibnu Umar mempelajari Surat Al-Baqarah 7 tahun.

Ada kadar kewajiban dalam mempelajari dan menghafal surat-surat dalam Al-Quran. Terutama surat Al-Fatihah dan Surat-surat pendek yang dipakai dalam sholat. Surat-surat ini harus dipelajari tafsirnya. Kemudian meningkat mempelajari tafsir Al-Mufasol yaitu dari surat Qaf sampai An Annas. Setelah itu tafsir ayat-ayat hukum. Kemudian bisa baca Al-Quran dari awal sampai akhir.

Pembahasan: Al-Quran memberi kabar gembira dan membela pemiliknya.

Dalam Bait Syair 106 dikatakan sesungguhnya Al-Qur’an itu akan datang dihari kiamat untuk pemilik Al-Qur’an, sebagai pemberi kabar gembira dan pembela pemiliknya sepanjang dia menegakan Al-Qur’an. Kemudian diberi kerajaan, kekuasaan, dan kekekalan serta dipakaikan dikepalanya mahkota keagungan. Yang dipakaikan oleh Allah Ta’ala.

Tiga metoda menghafal Al-Quran

  1. Hafal sedikit-sedikit, jangan terlalu banyak. Hafal sampai mutqin jangan mengejar banyaknya ayatnya. Targetnya menguasai bukan menghafal agar lebih gampang.
  2. Diulangi berkali-kali.
  3. Banyak Murja’ah
  4. Memiliki tempat yang hafalannya disimak oleh guru atau kawan.

Pembahasan: Kerajaan dan kekuasaan pemilik Al-Qur’an bersama dengan mahkota dikepalanya.

Pembahasan: Akhir kedudukan disurga sesuai bacaan dan taritlnya.

Dalam Bait Syair 108 dikatakan baca dan tartil serta naiklah ke kamar-kamar surga, supaya kamu berhenti ditempat yang penuh dengan kenikmatan.

Orang yang biasa membaca Al-Qur’an ketika sudah masuk surga, disuruh baca hafalan Al-Qur’annya dan di suruh naik sampai tingkatan yang biasa dia tartil kan Al-Quran. Bacanya dengan tartil (lambat) tidak dibaca cepat. Sampai akhir hafalan Al-Qur’an yang dibaca maka disitulah tempatnya (derajat) di surga.

Pembahasan: Dua pakaian Indah bagi orang tua pemilik Al-Quran

Dalam Bait Syair 109 dikatakan ada dua pakaian luar (yang biasa dipakai berhias) dari surga firdaus, dipakaikan untuk kedua orang tua yang menghafal Al-Qur’an. Yang mana penduduk dunia tidak ada yang bisa memberi pakaian yang seperti itu. Maka kedua orang tuanya bertanya, mengapa kami diberi pakaian seperti ini?

Dalam Bait Syair 110, maka dikatakan karena kalian telah membacakan Al-Qur’an anak kalian berdua, maka syukurilah Allah yang memberi nikmat.

Ini adalah anjuran kepada orang tua untuk semangat mendidik anak-anaknya supaya menjadi para penghafal Al-Qur’an. Atau bisa juga dicarikan guru agar anaknya bisa membaca Al-Qur’an dengan benar.

4 Keutamaan terakhir Al-Qur’an ini dipetik dari sebuah hadist riwayat Imam Ahmad, dari Buraida, yang dikuatkan oleh Syeikh Albani rahimakumullahu ta’ala.

Pelajarilah surat Al-Baqarah, karena mengambil surat Al-Baqarah adalah keberkahan. Jadi apabila ingin diberkahi maka pelajari surat Al-Baqarah. Dan meninggalkan surat Al-Baqarah adalah kerugian. Serta dengan mempelajari Surat Al-Baqarah, maka tukang sihir tidak akan mampu menganggunya. Sehingga seseorang yang menghafal surat Al-Baqarah, perbuatan jelek (sihir) dari dukun tidak akan mampu mengenainya.

Kemudian Nabi berhenti sesaat dan bersabda: “Pelajarilah Surah Al-Baqarah dan Ali Imran, karena kedua surat ini adalah dua teduhan yang meneduhi pemiliknya pada hari kiamat, seperti kabut atau awan atau dua kelompok yang menghamparkan sayapnya.

Selanjutnya Nabi bersabda:

Sesungguhnya Al-Qur’am akan menjumpai pemiliknya pada hari kiamat ketika dibangkitkan dari kuburnya. Kemudian Al-Qur’an bertanya kepadanya apakah kamu kenal saya?. Pemilik Al-Qur’an berkata “Saya tidak mengenal mu”. Maka Al-Qur’an berkata “Saya adalah kawan kamu, Al-Qur’an yang membuat tenggorkanmu kering ketika sedang kehausan dan membuatmu begadang di malam hari”.

Selanjutnya:

Dan untuk setiap pedagang, akan mendapatkan perdagannya dibelakang perniagaannya. Setiap yang bertransaksi maka pasti ada hasil transaksinya. Dan kamu sekarang di hari kiamat adalah dibelakang perniagaanmu. Maka diberi kekuasaan (kerajaan) dengan tangan kanannya. Dan diambil kekekalan dengan tangan kirinya. Dan diletakan mahkota keagungan diatas kepalanya. Dan kedua orang tuanya dipakaikan dua baju luar yang penduduk dunia tidak mampu mendatangkan hal yang semisal dengan itu.

Selanjutnya,

Maka kedua orang tuan bertanya, Kenapa kami diberi pakaian ini?. Karena anak kalian berdua mengambil Al-Qur’an. Dalam bait syair penulis menyebutkan seakan-akan orang tuanya yang harus mengajarkan. Dalam lafadz hadist lebih luas, maknanya walaupun orang tuanya hanya menyuruh orang lain (guru) yang mengajarkan anaknya, maka orang tuanya dapat keutamaan ini. Demikian pula apabila menghafal Al-Qur’an adalah inisiatif anaknya sendiri tanpa disuruh orang tua, maka orang tua juga dapat keutamaannya. Sehingga apabila mau menjadi anak yang shaleh, diperbaiki dirinya, sebab kebaikan untuk orang tua bukan hanya kebaikan yang dirasakan didunia. Yang paling pokok kebaikan untuk orang tua adalah apa yang dirasakan oleh mereka di akhirat.

Kelanjutan hadist,

Dikatakan kepadanya, bacalah dan naik ke derajat surga dan kamar-kamarnya. Dia terus akan naik selama membaca Al-Qur’an. Terlepan membaca cepat atau tartil (perlahan).

Kemudian penulis pada syair selanjutnya, akan menjelaskan berbagai keutamaan atau mukjizat dari Al-Qur’an.

Wallahu Ta’alla A’lam

7. Sifat Al-Qur’an

Kitab Manzhumah Mimiyyah

Penulis: Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami Rahimahullah

Bab: Wasiat agar Berpegang dengan Kitab Allah

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Wasiat agar Berpegang dengan Kitab Allah ‘Azza wa Jalla, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.

Setelah menguraikan tentang keutamaan ilmu dan sejumlah pembahasan terkait dengannya. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai keagungan Al-Quran, bagaimana kedudukannya, beberapa ketentuan terkait dengan Al-Qur’an: mengenal hukumnya, beramal, dan mengimani. Juga diterangkan mengenai sejumlah keutamaan dari Al-Quran: keutamaan membaca dan tadabur.

Berikutnya penulis membahas tentang etika terhadap Al-Qur’an.

Pembahasan: Sifat dan Keutamaan Al-Qur’an

Kemudian penulis menjelaskan beberapa sifat Al-Qur’an, melalui 6 bait syair.

Bait Syair 97:

Bait Syair 97: Ia adalah jalan (yang lurus), tali yang kokoh ….. Ia adalah pegangan dan buhul tali yang kuat bagi orang yang berpegang teguh.

Bait Syair 98:

Bait Syair 98: Ia adalah penerangan, peringatan yang penuh hikmah …. Ia adalah penjelasan, maka tunduklah kepadanya dalam setiap hal-hal yang masih samar

Bait Syair 99:

Bait Syair 99: Ia adalah bukti-bukti yang terang dan pelajaran bagi orang-orang yang mau mengambil pelajaran ….. Ia adalah nasihat-nasihat dan kabar gembira bagi orang yang tidak buta.

Bait Syair 100:

Bait Syair 100: Ia adalah kitab yang diturunkan sebagai cahaya yang terang dan petunjuk ….. Ia adalah obat bagi penyakit yang ada di dalam hati

Bait Syair 101:

Bait Syair 101: Akan tetapi obat itu adalah bagi orang yang memiliki imam jika mereka mengamalkannya ….. Apa yang terkandung di dalamnya baik berupa ilmu maupun hikmah,

Bait Syair 102:

Bait Syair 102: Adapaun orang yang berpaling darinya maka ia diliputi kegelapan ….. Karena tidak melihat petunjuknya yang terang.

Tiga pembahasan:

Pertama: Sifat-Sifat dan Fadilah AL-Quran

Ada 16 sifat Al-Qur’an yang disebutkan penulis, dijelaskan sifat Al-Qur’an, keagungan dan kandungan Al-Qur’an.

Bait Syair 97: Al-Qur’an itu adalah As-Siroth (Jalan yang lurus), Wa Hablul Matin (tali yang sangat kuat), Wal Mizan (timbangan), Wal Urwatul Wustqa (tali yang sangat kuat), bagi siapa yang berpegang dengannya

Empat sifat pertama:

Sifat Pertama: As-Siroth, jalan yang lurus, dalam surat Al-Fatihah, “Tunjukanlah kami jalan yang lurus”.

Allah berfirman dalam surat Al-An’am 153:

Sifat Kedua: Wal Hablul Matiin, tali yang sangat kuat.

Dalam Al-Qur’an:

Dari Abu Bakar Radhiallahu Anhu dalam riwayat Imam Muslim, Abu Bakar pernah mimpi beliau melihat tali yang sangat kuat dari langit, yang di tafsirkan sebagai Al-Qur’an.

Sifat Ketiga: Wal Mizan, Al-Qur’an adalah timbangan.

Apabila manusia berselisih maka timbangannya adalah Al-Qur’an.

Sifat Keempat: Al Urwatul Wustqa, Al-Qur’an adalah tali yang sangat kuat.

Orang yang berpegang dengan Al-Qur’an maka dia berpegang dengan tali yang sangat kuat.

Dalam Bait Syair 98, disebutkan 3 sifat Al-Qur’an berikutnya: Al-Bayan, Ad-Dzikrul Hakim, dan Tafsil.

Sifat Kelima: Al-Qur’an adalah bayan, penerang

Sifat Keenam: Al-Quran adalah Dzikrul Hakim, Dzikir yang bijaksana

Apabila ingin dzikir yang hikmah maka bacalah Al-Qur’an. Sebagaimana sebagian As-Salaf berkata: “Siapa yang berpegang dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, maka dia akan berucap dengan hikmah”. Jadi apabilah seorang penuntut ilmu selalu membaca dan mengkaji Al-Qur’an, maka dia akan berucap dengan hikmah.

Sifat Ketujuh: Al-Qur’an adalah Tafsil, merupakan perinci segara perkara.

Al-Quran merinici segala sesuatu

Kelanjutan Syair maka kamu akan merasa cukup kepada setiap perkara yang tidak jelas. Jadi apabila ada perkara yang tidak jelas dan perlu dirinici, cukup dengan Al-Qur’an

Kemudian pada Bait Syair 99, disebutkan 4 sifat Al-Qur’an beriktnya: Al-Basir, Ad-Dzikra lil Mudzakarin, Al-Mawaid dan Al-Busroh.

Sifat kedelapan: Al-Qur’an adalah Al Basir, pedoman

Sifat Kesembilan: AL-Qur’an adalah Ad-Dzikra lil Mudzakirin, dia adalah peringatan bagi siapa yang ingin mengingat.

Sehingga apabila kita lupa atau keliru, membaca Al-Quran ada yang mengingatkannya dan menegurnya.

Sifat Kesepuluh: Al-Qur’an adalah mawaid, jamak dari mauidoh. yaitu naishat yang mendalam.

Sifat Kesebelas: Al-Quran adalah Al Busrah, kabar gembira bagi siapa yang tidak buta

Orang yang membaca Al-Quran selalu bergembira. Membaca Al-Quran tidak akan pernah bosan. Al-Quran semakin di taburi dan dibaca, maka semakin banyak membacanya.

Sifat Kedua belas: AL-Qur’an adalah Al-Munazal, diturunkan

Al-Qur’an datangnya dari Allah, diturunkan. Banyak ayat yang bermakna diturunkannya Al-Qur’an

Sifat Ketiga belas: AL-Qur’an adalah An-Nur, cahaya.

Sifat Keempat belas: Al-bayina: hujah, penjelas.

Sifat Kelima belas: Wal Hudan, petunjuk, dalam Al-Qur’an terdapat segala petunjuk yang diperlukan manusia

Sifat Keenam belas: As-Sifa, penyembuh. terhadap segala penyakit yang ada dalam hati

Penulis menyebutkan penyembuh hati, ini merupakan salah satu yang disembuhkan oleh Al-Qur’an. Yaitu menghidupkan hati yang mati,

Sekaligus Al-Qur’an juga penyembuh untuk penyakit badan. Dalam Hadist Abu Said Radhiallahu Anhu dari riwayat Bukhari dan Muslim tentang kisah kepala desa yang disengat kalajengking. Para sahabat merukiyahnya dengan surat AL-Fatihah, dan bisa sembuh.

16 Sifat yang disebutkan penulis bukan pembatasan, tapi percontohan. Dalam kitab Ulumul Qur’an diterangkan sifat Al-Quran lebih dari 100 sifat.

Bait Syair 101:

Bait Syair 101: Akan tetapi obat itu adalah bagi orang yang memilki iman jika mereka mengamalkan ….. Apa yang terkandung di dalamnya, baik berupa ilmu maupun hikmah

Keutamaan semua sifat-sifat Al-Qur’an yang telah disebutkan pada bait syair sebelumnya adalah untuk orang yang memiliki iman dan mengamalkannya. Mereka mengamalkan yang ada dalam Al-Qur’an berupa ilmu dan hikmah.

Pembahasan: Al-Qur’an adalah untuk orang-orang yang beriman dan mengamalkan kandungannya.

Pembahasan: Kebutaan terhadap siapa yang berpaling dari Al-Qur’an

Al-Quran dengan banyak keutamaan dan keaguannya. Tapi siapa yang berpaling darinya akan merugi yang sangat besar. Salah satunya adalah kebutaan.

Bait Syair 102:

Bait Syair 102: Adapun orang yang berpaling darinya maka ia diliputi kegelapan ….. Karena tidak melihat petunjuk yang terang.

Yang berpaling dari Al-Quran akan mendapatkan kebutaan karena dia telah berpaling dari petunjuk yang sangat terang.

Dalam Surat Al-Fushilat ayat 44 disebutkan orang yang tidak beriman pada Al-Quran, ditelinga mereka itu ada yang menyumbatnya. Yang menjadi kebutaan terhadap mereka.

Dalam Surat Thaha Ayat 124: Siapa yang berpaling dari Al-Qur’an, maka untuknya kehidupan yang sempit. Sebagian ulama mengatakan maknanya hidup nya sempit betul. Ulama yang lain mengatakan maknanya kesempitan di alam kubur. Dalam hadist Rasulullah bersabda: Manusia didalam kubur, ada yang dipersempit kuburnya, menghimpitnya sampai mencerai-beraikan tulang belulangnya.

Bait Syair 103:

Bait Syair 103: Siapa saja yang menegakkan Al-Qur’an, maka di akhirat kelak ….. Al-Qur’an akan menjadi imam terbaik baginya menuju surga Firdaus dan tempat penuh kenikmatan.

Siapa yang menegakan Al-Quran, maka pada hari kiamat Al-Quran akan menjadi baginya sebaik-baik pemimpin yang mengantarnya ke surga dan nikmat-nikmatnya.

Bait Syair 104:

Bait Syair 104: Sebaliknya, ia akan menggiring orang-orang yang berpaling darinya ….. Menuju tempat yang penuh cambuk (gada) besi, belenggu, dan siksa yang menyakitkan.

Sebaliknya orang-orang yang berpaling dari Al-Qur’an akan dibawa pada neraka.

Pembahasan: Menegakan AL-Quran mengantarnya ke surga, sebagaimana berpaling dari Al-Quran mengantarnya ke neraka.

Hal ini diambil dari hadist Jabir bin Abdillah dalam riwayat Ibnu Hiban, Rasulullah bersabda:

Al-Quran adalah pemberi syafa’at, siapa menjadikan Al-Quran didepannya, maka Al-Qur’an akan membawanya ke surga. Dan siapa yang menjadikan Al-Qur’an dibelakangnya, maka Al-Qur’an akan membawanya ke neraka. Hal ini sesuai dengan kaidah balasan sesuai dengan jenis amalan. Apabila di dunia menjadikan Al-Quran sebagai petunjuknya, maka diakhirat juga akan mengarahkannya mengantarnya ke surga. Tapi apabila dijadikan Al-Qur’an di belakangnya, maka Al-Quran akan membawanya ke neraka. Dalam Al-Quran diterangkan siapa yang dibawa ke surga, dan siapa yang dibawa ke neraka.

Wallahu Ta’alla A’lam

6. Membaca Al-Qur’an seakan-akan berbicara kepada Allah Ta’ala

Kitab Manzhumah Mimiyyah

Penulis: Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami Rahimahullah

Bab: Wasiat agar Berpegang dengan Kitab Allah

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Wasiat agar Berpegang dengan Kitab Allah ‘Azza wa Jalla, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.

Setelah menguraikan tentang keutamaan ilmu dan sejumlah pembahasan terkait dengannya. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai keagungan Al-Quran, bagaimana kedudukannya, beberapa ketentuan terkait dengan Al-Qur’an: mengenal hukumnya, beramal, dan mengimani. Juga diterangkan mengenai sejumlah keutamaan dari Al-Quran: keutamaan membaca dan tadabur.

Berikutnya penulis membahas tentang etika terhadap Al-Qur’an.

Bait Syair 96:

Bait Syair 96: Ini adalah kitab Al-Qur’an, siapa saja yang membacanya ….. Seakan-akan dia sedang berbicara dengan Allah Yang Maha Pengasih

Al-Qur’an dia adalah kitab, siapa yang memabacanya seakan-akan dia berbicara kepada Ar-Rahman, menyampaikan ucapannya.

Pembahasan: Seorang yang membaca Al-Quran seakan-akan berbicara kepada Allah

Ini adalah kaidah bagi setiap penuntut ilmu apabila sedang membaca Al-Qur’an, maka dia sesungguhnya berbicara kepada Allah karena Al-Qur;an adalah firman Allah.

Allah mendengarkan apa yang dibaca dalam Al-Quran. Sebagaimana dalam Sahih Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam bersabda:

Yang dimaksud disini adalah surat Al-Fatihah. Surat Al-Fatihah disebut juga As-Sholah. Dikarenakan tidak ada shalat bagi siapa yang tidak membaca Al-Fatihah. Sebagaimana hadist Bukhari dan Muslim:

Kemudian kelanjutan hadist:

Jika hamba membaca “Alhamdulullahi rabbil ‘alamain“, Allah berfirman: “Hambaku telah memujiku. Kemudian hamba membaca “Arrahmannir rahim“, maka Allah berfirman: “Hambaku telah menyanjungku”.

Jika hamba membaca “Maliki yaumiddin“, maka Allah berfirman “Hamba-Ku telah membesarkan-Ku”. Jika hamba mengucapkan “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in“, maka Allah berfirman “Ini antara aku dan hambaku, dan untuk hambaku apa yang dia minta”.

Jadi setiap kita membaca ayat dalam surat Al-Fatihah, Allah memberikan balasannya. Sehingga ketika membaca Al-Qur’an seolah-olah kita berbicara kepada Allah. Karena itu kita harus perhatikan dan fokus ketika membaca Al-Qur’an.

Wallahu Ta’alla A’lam

5. Waspadai penyimpangan Ahlul Bid’ah

Kitab Manzhumah Mimiyyah

Penulis: Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami Rahimahullah

Bab: Wasiat agar Berpegang dengan Kitab Allah

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Wasiat agar Berpegang dengan Kitab Allah ‘Azza wa Jalla, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.

Setelah menguraikan tentang keutamaan ilmu dan sejumlah pembahasan terkait dengannya. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai keagungan Al-Quran, bagaimana kedudukannya, beberapa ketentuan terkait dengan Al-Qur’an: mengenal hukumnya, beramal, dan mengimani. Juga diterangkan mengenai sejumlah keutamaan dari Al-Quran: keutamaan membaca dan tadabur.

Berikutnya penulis membahas tentang etika terhadap Al-Qur’an.

Waspada penyimpangan Ahlul Bid’ah

Kemudian menjelaskan peringatan mengenai jalan ahlul bida’ah dalam penafsiran.

Bait syair 94: Jangan kamu taati ucapan orang yang memiliki penyimpangan, yang dia ini mengihasi ucapannya (membungkus dengan retorika yang memukau).

Siapakah dia?

Bait syair 95 yaitu ahli bidah yang dicurigai agamanya, orang yang kebingungan, tersesat dari jalan yang lurus dan terang, tidak pernah lurus

Kaidah penuntut ilmu, kalau sudah jelas jalan, maka jangan ikuti orang yang menyimpang. Sebagaimana Allah Ta’alla berfirman dalam Surat Al-Kahf ayat 28: “dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”

Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhan-nya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (Al-Kahf: 28)

Hadist Aisyah dalam Bukahri dan Muslim, setelah membaca ayat Al-Imran mengenai mutasabih, Rasulullah bersabda:

Apabila engkau melihat orang-orang yang mengikuti mutsyabih, mereka inilah yang disebut dalam Al-Qur’an, maka berhati-hatilah dari mereka.

Seorang penuntut ilmu apabila sudah belajar, pandai membedakan antara yang manis dan pahit. Dia bukan orang yang lugu, apabila telah jatuh sekali ditempat yang sama, tidak akan terjatuh lagi. Dan ini adalah sifat seorang mukmin, sebagaiama dalam hadist Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda:

Sebagaimana juga dalam Surat Al-A’raf ayat 201: orang yang bertaqwa apabila sudah pernah disentuh oleh gangguan syaiton, maka mereka akang mengingat yang menyebabkan pandangannya lebih tajam.

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya. (Al-A’raf: 201)

Sehingga Nabi membuat panduan apabila ada orang yang disebut dalam ayat ini yaiut yang mengikuti mutasabih, maka berhati-hatilah kamu dari nya. Orang yang menyimpan ada ciri-ciri penyimpangannya. Wajar apabila kita berhati-hati terhadap orang yang menyimpang. Orang yang menyimpang belum tentu juga kafir atau ahlul bid’ah. Sehingga tahdir terhadap da’i-da’i yang menyimpang diperlukan untuk mengingatkan umat.

Terkait masalah tahdir, manusia terbagi menjadi tiga:

  1. Berlebihan dalam men-tahdir, ini orang-orang yang melampaui batas (ekstrim) dikarenakan kejahilannya. Semangat tapi tanpa didasari ilmu. Pemahamannya tidak seperti yang semestinya. Atau kadang juga mengikuti hawa nafsu.
  2. Menyepelekan terhadap tahdir, sampai ada yang membuat istilah jama’ah tahdir. Terkadang orang yang melarang tahdir, mereka itu sebenarnya jamaah tahdir. Dikarenakan mereka tidak mau di tahdir, tetapi mereka tahdir yang lainnya.
  3. Menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Umat ini perlu diingatkan pada sesuatu yang jelek supaya mereka tidak mengikutinya. Ini adalah keadaan setiap nabi dan rosul. Dari Abdullah bin Amr bin Ash dalam riwayat Muslim, Rasulullah bersabda:

Tidak adaseorang nabi pun sebelumku, kecuali wajib atas nabi ini menjelaskan kepada umatnya segala kebaikan yang diketahui untuk mereka. Dan wajib menjelaskan segala kejelekan yang bisa membahayakan umatnya.

Dan dalam hadist dari Hudaifal ibnul yaman dalam riwayat Muslim, Rasulullah bersabda: “Ada dai-dai yang mengajak kepada neraka jahanam”.

Jalan penuntut ilmu adalah menuntunt ilmu dengan benar, jangan peduli ucapan orang yang tidak benar. Seperti jaman dahulu, ahli hadist dikatakan khawarij oleh golongan murjiah, sedangkan orang-orang khawarij mengatakan ahli hadist sebagai murjiah. Semua hal harus ditimbang dengan ilmu, jangan dengan kejahilan dan hawa nafsu.

Orang yang menyimpang biasanya pandai mengamas penyimpangannya. Sehingga orang yang mendengarkannya menyangka yang bathil menjadi yang haq. Sebagaimana Fir’aun ketika para tukang sihirnya beriman. Maka Fir’aun beretorika agar kaumnya tidak ikut beriman dengan mengucapkan (dalam Thoha:71) “Rupanya Nabi Musa ini pembesar kalian yang selama ini mengajari kalian sihir.

Berkata Firʻawn , “Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku memberi izin kepadamu sekalian. Sesungguhnya ia adalah pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian. Maka sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki kamu sekalian dengan bersilang secara bertimbal balik1; dan sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma; dan sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya”. (QS. Toha: 71)

Ilmu tidak diukur dengan pandai bicara. Orang kafir juga banyak yang pandai dalam berbicara. Tapi yang menjadi ukuran adalah Al-Quran, As-Sunnah, dan Atsar para As-Salaf. Kita yang belajar jangan melihat pada retorika, tapi melihat apa yang disampaikan. Sehinga tidak tertipu.

Kemjudian kelanjutnya syair: “Dari setiap Ahlul bid’ah yang dicurigai agamanya”. Sebab ahlul bid’ah itu apabila disampaikan ayat, maka dia berkata kenapa begitu. Demikian juga apabila disampaikan hadist, dia mempertanyakan. Membuat tuntunan tidak ada dasarnya, sehingga harus dicurigai.

Imam Malik berkata Kalo ada yang mengatakan ada Bid’ah yang bagus dalam agama ini, maka artinya telah menuduh nabi Muhammad berdusta dalam menyampaikan risalah. Padahal dalam Al-Quran Surat Al-Maidah ayat 3 sudah disampaikan “Pada hari ini telah aku sempurnakan agama kalian untuk kalian , dan telah kucukupkan nikmat ku atas kalian serta ku ridhoi Islam sebagai agama kalian.

Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah1, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya2, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah3, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini4, orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini, telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa5 karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Maidah: 3)

Kemudian sifat lainnya dari ahlul bid’ah adalah bingung, tersesat dari jalan yang lurus. Ahlul bid’ah sekali menyimpang maka akan bertambah lagi penyimpangannya. Sebagaiaman dalam ayat berikut:

  • QS As-Shaf Ayat 5:
Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Hai kaumku, mengapa kamu menyakitiku, sedangkan kamu mengetahui bahwa sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu?” Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka1; dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang fasik. (QS. As-Saf: 5)
  • Al-Baqarah Ayat 10:
Dalam hati mereka ada penyakit1, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih disebabkan mereka berdusta. (QS. Al-Baqarah: 10)
  • Maryam Ayat 75
Katakanlah, “Barang siapa yang berada di dalam kesesatan, maka biarlah Tuhan yang Maha Pemurah memperpanjang tempo baginya 1 sehingga apabila mereka telah melihat apa yang diancamkan kepadanya, baik siksa maupun kiamat, maka mereka akan mengetahui siapa yang lebih jelek kedudukannya dan lebih lemah penolong-penolongnya”. (QS. Maryam: 75)

Karena itu hati-hati jalan ahlul bid’ah selalu tidak lurus. Berbeda dengan Ahlu Sunnah, dikarenakan mengikuti al-Quran dan as-sunnah tampak sekali berada dijalan yang lurus. Sehingga pentingnya arti ilmu itu yang membuat jalnnya menjadi lurus.

Wallahu Ta’alla A’lam

4. Jauhi larangan dan laksanakan perintah dalam Al-Qur’an serta mengembalikan ayat mutasabih kepada Allah

Kitab Manzhumah Mimiyyah

Penulis: Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami Rahimahullah

Bab: Wasiat agar Berpegang dengan Kitab Allah

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Wasiat agar Berpegang dengan Kitab Allah ‘Azza wa Jalla, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.

Setelah menguraikan tentang keutamaan ilmu dan sejumlah pembahasan terkait dengannya. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai keagungan Al-Quran, bagaimana kedudukannya, beberapa ketentuan terkait dengan Al-Qur’an: mengenal hukumnya, beramal, dan mengimani. Juga diterangkan mengenai sejumlah keutamaan dari Al-Quran: keutamaan membaca dan tadabur.

Berikutnya penulis membahas tentang etika terhadap Al-Qur’an.

Bait Syair 92:

Bait Syair 92: Menjauhlah dari larangan-larangannya, wahai teman … Sedangkan perintah yang ada didalamnya maka tetapilah tanpa ragu.

Dan terhadap larangan-larangan yang ada didalam Al-Qur’an, jadilah engkau wahai kawanku berhenti darinya. Dan perintah dari Al-Qur’an itu tanpa keraguan dia berpegang (Dilaksanakan)

Terhadap yang dilarang, dia berhenti dari larangan. Larangan memberi pengaruh kepadanya, dan reaksinya adalah berhenti darinya.

Ini adalah sifat seorang mukmin apabila larangan maka berhenti dan apabila perintah yang jelas maka dilaksanakan.

Dua hal:

  1. Berhenti dari larangan
  2. Dan melaksanakan perintah

Kemudian mengenai ayat-ayat mutasyabih (samar)

Bait Syair 93:

Bait Syair 93: Ayat yang mutasyabihat maka serahkan kepada Allah … dan jang kamu masuk terlalu dalam bisa menyebabkan siksa.

Pembahasan: Mengembalikan kata yang samar kepada Allah

Kata mutasyabih diartikan dalam bahasa arab adalah kemiripan (semisal) antara yang satu dengan yang lain. Dalam pengertian mutasyabih adalah kemiripan, seluruh Al-Quran adalah mutasyabih sebagaimana firman Allah:

Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur`ān yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhan-nya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka pada waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pemberi petunjuk baginya. (QS. Az-Zumar: 23)

Allah yang menurunkan sebaik-bak pembicaraan sebuah kitab yang mutsyabih (sebagian mirip dengan yang lainnya). Misalnya: disatu surat ada ayat tentang surga, disurat yang lainnya juga ada ayat tentang surga, kemudian di satu surat ada ayat tentang neraka disurat lain juga ada tentang neraka yang semisal. Ini adalah mutasyabih, yang secara maknanya terang.

Akan tetapi mutasyabih yang dibahas penulis adalah sebagaimana dalam surat Al Imran ayat 7:

Dia-lah yang menurunkan Alkitab (Al-Qur`ān) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamat itulah pokok-pokok isi Al-Qur`ān dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat1. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata, “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami”. Dan tidak dapat mengambil pelajaran (darinya) melainkan orang-orang yang berakal. (QS. Al-Imran: 7)

Dialah Allah yang menurunkan kepada nabi Muhammad Al-Qur’an, dalam kitab ini ada ayat-ayat yang muhkam (pokok isi induk al-quran) dan selainnya adalah mutasyabih.

Makna mutasyabih disini adalah ayat yang samar maknanya untuk sebagian orang. Atau ayat yang maknanya apabila dibawakan dengan ayat yang muhkam, keliatannya samar.

Kaidahnya adalah apabila ada yang mutasabih, disandarkan kepada Allah dan maknanya diarahkan kepada yang muhkam. Misalnya ayat yang terkait dengan sifat Allah, sifat berbicara dimana dalam bahasa arab jelas makna berbicara. Penetapan sifat berbicara itu adalah muhkam sudah tetap. Tapi bagaimana Allah berbicara ini adalah mutasabih, sehingga dikembalikan kepada Allah Ta’ala. Sebagaimana kelanjutan ayat, orang yang dihatinya ada penyakit, dia mencari yang mutasabih karena mencari fitnah dan menghindari takwilnya. Padahal tidak ada yang tahu takwilnya kecuali Allah dan orang yang paham ilmu.

Makna Takwil:

Takwil dalam Al-quran dan hadist ada dua makna:

  1. Takwil bermakna hakikat yang sesuatu kembali kepadanya. Misalnya Tentang hari kiamat, mereka tidak menduga hari kiamat kecuali takwilnya hari kiamat (Al-Araf 53). Maksudnya orang kafir tidak percaya pada hari kiamat kecuali hari kiamat telah benar-benar terjadi. Ini dinamakan takqiel yaitu kembali pada hakikatnya.
  2. Takwil bermakna tafsir.

Adapun takwil dengan makna lainnya biasanya dipakai orang-orang yang menyimpang yaitu dari makna yang jelas diarahkan kepada makna yang tidak jelas. Misalkan Allah memiliki wajah, Allah diibaratkan sebagai ridha Allah. ALlah memiliki tangan, tangan diartikan kekuasaan. Dalam bahasa arab wajah dan tangan jelas maknanya. Harusnya mudah saja kita tetapkan wajah dan tangan allah sebagaimana Allah tetapkan untuk dirinya. Wajah dan tangan semua orang paham secara bahasa. Adapun hakikat wajah dan tangan Allah tidak ada yang tau kecuali Allah. Sebagaimana dalam As Syura 11. Allah tidak serupa dengan sesuatu apapun. Jadi kita yakini kita tidak tahu bagaimana wajah dan tangan allah, tapi kita yakini wajah dan tangan Allah tidak serupa dengan apapun. ALlah maha mendengan dan maha melihat.

Kaidah mutasabih, Apabila yang mutasabh dalam tafsir nya, maka dikembalikan kepada yang muhkam. Akan tetapi yang mutasabih terkait dengan hakikatnya, maka yang mutasanih ini dikembalikan kepada ALlah.

Penulis berkata: apa yang mutasabih darinya, maka serahkan kepada ALlah. Jangan kamu tenggelam dalam membicarakannya. Karena larutnya kamu didalamnya dapat kemurkaan Allah.

Ibnu abas berkata tafsir ada 4:

  1. Tafsir yang tidak semua orang pun diberi udzur memahaminya. Semua orang paham tafsirnya.
  2. Tafsir yang semua orang arab paham makna tafsir itu dari bahasa mereka
  3. Tafsir yang diketahui orang-orang yang kuat dalam ilmu
  4. Tafsir yang tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah

Wallahu Ta’alla A’lam

3. Tafsirkan Al-Quran dengan penukilan yang jelas dan larangan mendebat Al-Quran

Kitab Manzhumah Mimiyyah

Penulis: Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami Rahimahullah

Bab: Wasiat agar Berpegang dengan Kitab Allah

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Wasiat agar Berpegang dengan Kitab Allah ‘Azza wa Jalla, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.

Setelah menguraikan tentang keutamaan ilmu dan sejumlah pembahasan terkait dengannya. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai keagungan Al-Quran, bagaimana kedudukannya, beberapa ketentuan terkait dengan Al-Qur’an: mengenal hukumnya, beramal, dan mengimani. Juga diterangkan mengenai sejumlah keutamaan dari Al-Quran: keutamaan membaca dan tadabur.

Bait Syair 89:

Bait Syair 89: Carilah makna-maknanya dengan dalil naqli yang jelas … Jangan masuk menggunakan pendapatmu, dan waspadailah siksa Allah

Bait Syair 90:

Bait Syair 90: Maka jika kamu mengetahui melalui dalil naqli yang jelas maka katakanlah … Dan serahkan kepada Allah makna setiap ayat yang masih samar (mutsyabihat).

Bait Syair 91:

Bait Syair 91: Kemudian perdebatan tentang Al-Qur’an (yang menjurus kepada keragu-raguan dan pendustaan) merupakan kekufuran, maka berhati-hatilah darinya … Jangan sampai suatu kaum menggodamu dengan kesesatan mereka.

Pembahasan 1: Menafsirkan Al-Quran dengan penukilan yang jelas atau tegas.

Bait Syair 89: Carilah makna-maknanya dengan penukilan yang jelas, dan jangan kamu menyelam dengan pendapatmu (dengan akalmu). Dan hati-hati dari balasan Allah yang maha membalas (peringatan).

Setelah dibahas mengenai pentingnya tadabur dan bagaimana mengamalkannya dan berhukum dengannya, maka syair berikutnya yaitu mengenai bagaimana mengambil penjelasan (tafsir) dari Al-Quran.

Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran. (QS. Shad: 29)

Hasan Al-Basri mengatakan tafsir Surat Shad, ayat 29: Tidak ada tadabur ayat-ayat itu kecuali dengan mengikuti Al-Quran dengan cara mengamalkannya. Demi Allah bukan lah yang diinginakn sekadar menghafalkan huruf-hurunya tanpa mengamalkannya. Ada yang menghafal seluruh huruf Al-Quran, maka Al Hasan mengatakan dia belumlah mengenal Al-Quran apabila tidak mengamalkannya. Ada juga yang mengatakan saya bisa membaca satu surat dalam satu nafas, maka Al Hasan mengatakan mereka bukan yang membaca Al-Quran, bukan ulama, bukan pula ahli hikmah, dan bukan orang yang waro. Al Hasan mengatakan semoga tidak ada yang seperti ini lagi.

Al-Quran bukan untuk dilagukan tetapi untuk ditadaburi ayat-ayatnya. Lagu-lagu Al-Quran bukan ilmu.

Cari makna ayat dengan penukilan yang tegas.

4 metode dalam menfasikan Al-Quran

  1. Al-Quran ditafsirkan dengan Al-Quran juga (ayat ditafsirkan dengan ayat lain)
  2. Al-Quran ditafsirkan dengan hadist
  3. Al-Quran ditafsirkan dengan penafsiran para sahabat dan tabi’in
  4. Al-Quran ditafsirkan dari sisi bahasa arab.

Pembahasan 2: Tidak menafsirkan Al-Quran dengan pemikiran belaka.

Jangan kamu tenggelam menyelam dengan pendapatmu. Tidak boleh berpendapat/berbicara mengenai ayat atas pendapat pribadi. Menafsirkan Al-Quran dengan pendapat sendiri adalah dosa besar.

Berucap atas nama Allah tanpa ilmu adalah dosa yang terbesar, lebih besar dari kesyrikan. Karena syirik adalah bagian berucap atas nama Allah tanpa ilmu. Sebagaimana Allah berfirman:

Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat suatu kedustaan terhadap Allah, atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang yang aniaya itu tidak mendapat keberuntungan. (QS. Al-An’am 21)

Berdakwah harus punya ilmu nya, jangan cuman modal semangat karena hal ini berdosa. Sebagaimana Allah berfirman, berdakwah diatas basiroh (Ilmu):

Katakanlah, “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (QS. Yusuf: 108)

Kemudian Allah berfirman dalam QS Al-Isra ayat 36, jangan kalian berhenti diatas sesuatu yang kalian tidak punya ilmu atasnya.

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya. (QS. Al-Isra: 36)

Bait Syair 90. Apa yang kamu tahu (punya ilmu tentangnya), maka ucapkan. Adapun makna yang tidak terang hendaknya kamu sandarkan kepada Allah.

Etika terkait dengan Al-Quran. Cara berbicara, apabila tahu maknanya yang jelas maka ucapkan, apabila tidak jelas maka sandarkan kepada Allah.

Pembahasan 3: Pelarangan berdebat dalam Al-Quran

Bait Syiar 91: Kemudian berdebat dengan Al-Quran adalah kekafiran. Artinya mengingkari atau menolak ayat-ayat dalam Al-Quran. Maka hati-hati jangan sampai ada sekolompok kaum membuat kamu tersesat.

Ada orang berkata kepada Imam Malik, saya inging mendebat mu. Malik berkata kalau kalah apa yang saya lakukan, maka orang itu berkata maka kamu ikuti saya. Kemudian Malik bertanya lagi apabila ada orang lain yang menang berdebat apa yang kita lakukan, maka orang itu berkata kita ikuti dia. Kalo begitu kamu pergi saja, kamu cari agamamu, karena agamamu belum kamu dapat, adapun saya, sudah yakin dengan agama saya.

Penuntut ilmu jangan masuk ke perdebatan. perdebatan diserahkan pada ahlinya.

Wallahu Ta’alla A’lam