8. Kemuliaan Ilmu dan yang Mempelajarinya

Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Keutamaan Ilmu

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Keutamaan Ilmu, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses pada link berikut: Bagian 3.

Kitab Manzhumah Mimiyah, Karya Syaikh Hâfizh bin Ahmad Al-Hakamiy rahimahullâh, Memuat seputar wasiat dan adab ilmiah.

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai keutamaan ilmu, melalui bait syair ke-7 sampai dengan bait syair ke-60 dari Kitab Manzhumah Mimiyah.

Bait Syair 18

Al-Ilmu asyrofu mathlub, ilmu itu hal yang paling dicari yang paling mulia. Wa tholibuhu, dan orang yang menuntut ilmu. Lillahi, bagi allah, Akrom mayamsyi ‘ala qodami, dia adalah orang-orang yang paling baik yang pernah berjalan diatas muka bumi.

Pembahasan Syair 18: Ilmu itu adalah tuntunan yang termulia.

Ketika belajar ilmu, yang pertama dipelajari adalah ilmu agama. Agama adalah milik Allah. Jadi ketika mempelajari sesuatu yang berasal dari Allah, maka ini adalah yang paling mulia. Tugas Nabi dan Rasul adalah untuk menyampaikan ilmu agama. Para Nabi dan Rosul adalah makhluk yang terbaik, sehingga kita perlu mengikuti mereka.

Allah berfirman dalam surat Az-Zumar ayat 9: “Apakah sama orang yang mengetahui dan yang tidak mengetahui?” Jawabannya tentu saja tidak.

(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat pada waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhan-nya? Katakanlah, “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.

Allah berfirman dalam surat Ar-Ra’d ayat 19: Apakah orang yang mengetahui punya ilmu, bahwa yang diturunkan kepada nabi Muhammad benar, apakah sama dengan orang yang buta?.

Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhan-mu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran,

Pembahasan Syair 18: Penuntut ilmu adalah orang yang paling mulia yang berajalan diatas muka bumi.

Allah berfirman dalam surat Al-Mulk ayat 22, apakah orang yang mukanya teseret diatas tanah itu lebih baik dengan orang yang berjalan seimbang diatas jalan yang lurus?. Tentu saja orang yang berjalan seimbang diatas jalan yang lurus lebih baik.

Maka apakah orang yang berjalan terjungkal di atas mukanya itu lebih banyak mendapatkan petunjuk ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus? (Al-Mulk:22)

7. Ketamakan pada Ilmu tidak akan pernah kenyang

Bait Syair 15:

Wamin sifati, dan dari sifat-sifat. Ulil iimaani, orang-orang yang memiliki ilmu. Nahmatuhum, semangatnya (ambisi di dada). Fil ilmi, tentang ilmu. Hata liqo, sampai mati, ‘Abidh bidi nahami, maka iri lah kamu.

Pembahasan: Ketamakan pada ilmu tidak akan pernah kenyang.

Hadist dari Nabi bersabda:

Ada dua ketamakan yang tidak pernah kenyang: penuntut ilmu dan pencari dunia dunia.

Dalam kitab rihdatah sahadah, Ibnu Qoyim membawakan hadist berikut. Yang walaupun hadist nya ada kelemahan pada sanadnya, karena ada salah satu periwayat yang lemah, Namun Ibnu Qoyim bisa berpendapat hadist nya bisa dikuatkan karena ada pendukung dari hadist-hadist lain.

Seorang mukmim tidak pernah kenyang dari kebaikan apa yang dia dengar, sampai akhirnya surga menjadi tempat tinggalnya.

Dua hal yang bertentangan pencari ilmu dan dunia. Pencari ilmu tidak ada kenyangnya seperti kisah-kisah As-Salaf berikut ini:

  • Nabi shalallahu alaihi wasallam diperintah Allah untuk berdoa: Robbi jidni ‘ilman, Ya Allah berikanlah tambahan ilmu untuku.
  • Nabi Musa melakukan perjalanan untuk berjumpa dengan Nabi Khodir supaya bertambah ilmu.
  • Ditanyakan kepada salah seorang dari Imam umat islam, Sampai kapan kamu menuntut ilmu?, beliau menjawab sampai mati.
  • Ditanyakan kepada Abdullah Ibnu Mubarak, sampai kapan kamu mendengar hadist?, beliau menjawab sampai mati.
  • Ditanyakan kepada Imam Ahmad rohimahullah oleh Hasan Al-Jasos, Sampai kapan seseorang menulis hadist?, beliau menjawab sampai mati.
  • Imam Ahmad berkata, saya akan memuntut ilmu sampai saya dimasukan kekuburan.
  • Disebutkan ketikan Imam Ahmad mengunakan (penuh) tinta, muridnya bertanya sampai kapan tinta ini digunakan, beliau menjawab bersama tinta sampai kekuburan.
  • Ditanyakan kepada seorang, sampai kapan seseorang pantas untuk belajar?, beliau menjawab sempanjang dia masih layak untuk hidup.
  • Ditanyakan kepada AL-Hasan AL-Basri mengenai apakah seseorang yang sudah berumur 80 tahun masih pantas untuk belajar?, beliau menjawab kalo dia masih layak untuk hidup, dia belajar.

Sebagaimana ketamakan pada dunia, juga tidak akan habisnya. Rasulullah bersabda dalam hadist riwayat Bukhari dan Muslim:

Andaikata anak adam memiliki dua lembah yang berisi emas, mereka masih menginginkan lembah emas yang ketiga. Ini adalah tabiat manusia, punya ketamakan. TIdak ada yang bisa menghentikan ketamakannya pada dunia kecuali tanah yang menyumbat mulutnya dalam kuburan.

Kisah para penuntut ilmu masa dahulu:

  • Kisah dimasa imam Malik, ada muridnya yang berbuat sesuatu, kemudian dipukul oleh imam Malik, maka setelah itu Imam Malik menyadari, beliau keliru dan minta maaf pada Muridnya. Tapi muridnya tidak memaafkan beliau kecuali Imam Ahmad membacakan hadist untuk beliau sejumlah pukulannya. Imam Malik terkenal dengan jarang menyampaikan hadist dengan lisannya. Biasanya muridnya disuruh baca kitabnya. Maka dalam riwayatnya kebanyakan berkata saya membaca pada Imam Malik, bukan Imam Malik berkata pada saya. Maka Imam Malik menyampaikan hadist sejumlah pukulan beliau, setelah selesai muridnya berkata tambah lagi pukulannya. Ini adalah salah satu semangat penuntut ilmu
  • Ibnu Mas’ud berkata hari ini saya tidak mengetahui ada orang yang lebih banyak pengetahuan tafsir Al-Qur’an dari pada saya. Andaikata ada seseorang yang mengetahui yang tidak saya dan bisa di temui dengan berkendaraan, maka saya akan menemuinya.

Wallahu A’lam

6. Tidak boleh hasad pada dua perkara, salah satunya dalam hal ilmu

Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Keutamaan Ilmu

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab 2 Keutamaan Ilmu, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses pada link berikut: Bagian 1, Bagian 2, Bagian 3.

Kitab Manzhumah Mimiyah, Karya Syaikh Hâfizh bin Ahmad Al-Hakamiy rahimahullâh, Memuat seputar wasiat dan adab ilmiah.

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai keutamaan ilmu, melalui bait syair ke-7 sampai dengan bait syair ke-60 dari Kitab Manzhumah Mimiyah.

Tidak boleh hasad pada dua perkara, salah satunya dalam hal ilmu

Bait syair 14: Walaisa Gibthotu nIlla Fitnataini huma, Tidak boleh iri pada sesuatu apapun kecuali pada dua hal. Ihsani filmali, berbuat baik dengan harta. Wa fil ilmi walhikami, dan seputar ilmu dan hikmah-hikmah.

Pembahasan: Tidak boleh ada hasat kecuali pada dua perkara: salah satunya dalam hal ilmu

Dalam hadist riwayat Bukhari dan Muslim, dari Abdullah bin Mas’ud radhiallah anhuma:

Tidak ada hasat kecuali pada dua perkara:

  1. Seorang lelaki yang Allah berikan harta padanya, lalu dia habiskan harta tersebut dalam kebinasaannya membela kebenaran. Artinya betul-betul habis-habisan dengan hartanya. Harus iri karena: betapa besar pahala orang ini, dia menggunakan nikmat Allah pada hal yang baik, dan betapa baik kondisi hatinya.
  2. Seorang lelaki yang Allah berikan padanya hikmah (ilmu), maka dia memutuskan dengan ilmu dan mengajarkannya. Artinya berhukum dengan ilmu, bertidak dengan ilmu, dan diajarkan ilmunya. Harus iri karena: pahala yg besar dan kebaikan luar biasa.

Kalo hasad ingin seperti sesuatu dan juga sesuatu itu hilang dari seseorang. Tapi kalo gibtoh, iri ingin seperti seseorang tapi cinta pada nikmat itu pada seseorang.

Harta akan bermanfaat apabila digunakan pada ketaatan. Tapi Ilmu tetap mempunyai keutaman ketika mulai mempelajarinya.

Wallahu A’lam

5. Tercela dan Rendahnya kedudukan yang tidak Berilmu

Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Keutamaan Ilmu

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab 2 Keutamaan Ilmu, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses pada link berikut: Bagian 1, Bagian 2, Bagian 3.

Kitab Manzhumah Mimiyah, Karya Syaikh Hâfizh bin Ahmad Al-Hakamiy rahimahullâh, Memuat seputar wasiat dan adab ilmiah.

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai keutamaan ilmu, melalui bait syair ke-7 sampai dengan bait syair ke-60 dari Kitab Manzhumah Mimiyah.

Tercelanya kebodohan dan rendahnya kedudukan kejahilan

Bait syair 13: Wa damma rabbi ta’ala, dan Rabbku Allah ta’ala, Al jahili bihi, orang-orang yang jahil dengan ilmu. Asyadadamin, dengan celaan yang paling keras. Fahum adna minal bahami, maka orang yang jahil ini derajatnya lebih rendah dari hewan-hewan ternak.

Pembahasan: tercelanya kebodohan dan rendahnya kedudukan kejahilan.

Penulis menjelaskan bahwa Allah mencela dengan sangat keras orang-orang yang jahil, sehingga mereka dianggap lebih rendah kedudukannya dari hewan ternak.

Allah mencela orang-orang yang jahil dalam beberapa ayat:

  • Dalam Surat AL-A’raf 179:
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahanam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.

Banyak jin dan manusia dineraka jahanam, dikarenakan mereka mempunyai hati, tapi tidak digunakan, punya mata tidak dipakai untuk melihat, punya telinga tidak dipakai mendengar. Mereka seperti hewan ternak bahkan lebih rendah dari pada itu. Mereka adalah orang-orang yang lalai.

  • Dalam Surat Al-Furqan:44
atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).
  • Dalam Surat Al-Anfal 22:
Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan bisuyang tidak mengerti apa-apa pun. 1

Wallahu A’lam

4. Keutamaan Hewan yang Terlatih

Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Keutamaan Ilmu

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab 2 Keutamaan Ilmu, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses pada link berikut: Bagian 1, Bagian 2, Bagian 3.

Kitab Manzhumah Mimiyah, Karya Syaikh Hâfizh bin Ahmad Al-Hakamiy rahimahullâh, Memuat seputar wasiat dan adab ilmiah.

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai keutamaan ilmu, melalui bait syair ke-7 sampai dengan bait syair ke-60 dari Kitab Manzhumah Mimiyah.

Keutamaan hewan yang terlatih (berilmu) dengan yang lainnya

Bait syair 12: Wamayajallahu hatta fii jawarihi ma minha yu’alama ‘an bagi wamuqtasyimi.

Wamayajallahu, dan Allah membedakan (antara yang belajar dan tidak belajar) , hatta fii jawarihi, sampai pada hewan-hewan yang dipakai diburu, ma minha yu’alama, Allah bedakan pada hewan-hewan yang dipakai diburu. ‘an baa gin wamuqtasyimi, dari hewan yang melampaui batas.

Pembahasan: dalil keutamaan hewan yang terlatih dibanding dengan hewan yang lain.

Hewan terlatih yang dipakai berburu ada hukumnya. seperti anjing, burung,. Punya taring yang dipakai berburu, tapi sudah terlatih. Ada tiga ciri hewan yang terlatih:

  1. Apabilah diperintah berhenti, maka dia berhenti.
  2. Apabilah diperintah bergerak, maka dia bergerak.
  3. Dia tidak memakan hewan untuk dirinya sendiri

Diterangkan dalam Surat Al-Maidah:4

Mereka menanyakan kepadamu, “Apakah yang dihalalkan bagi mereka?” Katakanlah, “Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatih nya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu1, dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepaskannya)2. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat cepat hisab-Nya”.

Mereka menanyakan apa yang dihalalkan untuk mereka, Nabi Muhammad menjawab: hal yang baik-baik, dan juga apa yang kalian ajari dari hewan-hewan terlatih. Kalian ajari mereka apa yang Allah ajari pada kalian. Ini keutamaan ilmu, manusia punya pengetahuan, bisa melatih hewan. Hukumnya makanlah hewan buruan yang ditangkap oleh hewan terlatih itu. Ketika menuyuruh anjing untuk memburu hewan, bacalan Bismillah, setelah hewannya di gigit anjing, maka hewan itu halal. Air liur anjing tidak dipermasalahkan.

Apabila anjing terlatih membunuh hewan, tapi kemudian ada anjing lain disitu. Maka hewan tersebut menjadi tidak halal. Karena tidak tahu anjing mana yang membunuh hewan itu.

Ini adalah keutamaan ilmu, anjing yang terlatih derajatnya lebih tinggi dari pada anjing tidak terlatih.

Wallahu A’lam

3. Ilmu Nikmat yang Utama dan Paling Besar

Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Keutamaan Ilmu

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab 2 Keutamaan Ilmu, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses pada link berikut: Bagian 1, Bagian 2, Bagian 3.

Kitab Manzhumah Mimiyah, Karya Syaikh Hâfizh bin Ahmad Al-Hakamiy rahimahullâh, Memuat seputar wasiat dan adab ilmiah.

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai keutamaan ilmu, melalui bait syair ke-7 sampai dengan bait syair ke-60 dari Kitab Manzhumah Mimiyah.

Ilmu adalah nikmat yang utama dan paling besar

Bait Syair 9 : wamtanna robbi ‘ala kulil ‘ibadi wakulil rusli bil ‘ilmi fadzkur akbaru ni’ami

Wamtanna rabbi, dan rabbku mengingkatkan anugerahnya. ‘ala kuli ‘ibadi, kepada seluruh hamba. wa kuli rusli, dan kepada seluruh rosul. bil ‘ilmi, berupa ilmu. Karena itu, fadzkur akbaro ni’ami, ingatlah nikmat yang paling besar. Ini menjelaskan bahwa ilmu itu nikmat terbesar.

Bait Syair 10: yakfiika fii dzaka uula suuratin najalat ‘ala nabiyika a’ni suurtal qolami

Yakfiika fii dzaka uula suuratin najalat, cukuplah untukmu didalam besarnya nikmat ilmu ini tentang awal surat yang turun, ‘ala nabiyika a’ni suurtal qolami, kepada nabimu yaitu surat Al-Qolam, maksudnya surat Al-Alaq yang disebut juga surah Al-Qolam.

Bait Syair 11: kadaka fii ‘adatihi laala qoddamahu dzikro waqoddamahu fii suurothin ni’ami.

Kadaka fii ‘adatihi laala qoddamahu dzikro, demikian pula didalam menghitung nikmat-nikmat Allah sebutkan nikmat ilmu paling didepan. Maksudnya disuatu surah didalammnya dihitung-hitung nikmat Allah yaitu surah Ar-Rahman. Dalam surah Ar-rahman nikmat yang paling pertama disebut adalah nikmat tentang ilmu., waqoddamahu fii suurothin ni’ami, demikian pula dikedepankan penyebutannya disurah An-Ni’am (An-Nahl). Karena didalam surah ini diuraikan tentang nikmat-nikmat Allah.

Nikmat pertama didalam surat An-Nahl di awal surah (ayat 1-2), Para malaikat membawa ruh artinya membahwa ilmu agama.

Telah pasti datangnya ketetapan Allah maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (datang)nya. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.
Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu, “Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku”.

Pembahasan Syair 9, 10 dan 11

Pembahasan 1: Al-‘Ilm akbaru ni’am: ilmu adalah nikmat yang terbesar

Ilmu adalah nikmat yang terbesar disebutkan oleh para Nabi dan kepada kaum mukminin dalam beberapa Firman Allah:

  • Nabi Muhammad shallallahu ailahi wasallam

  • Nabi Yusuf alaihi sallam:
  • Nabi Musa dan Nabi Isya alaihi sallam:
  • Nabi Daud alaihi sallam:
  • Nabi Khodir alaihi sallam:
  • Begitu juga Nabi Daud dan Nabi Sulaiman alaihi sallam, Nabi Sulaiman mewarisi ayahnya dengan ilmu dibeberapa tempat dalam Al-Qur’an
  • Kepada kaum mukminin, Allah berfirman:
Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Alkitab dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.

Pembahasan 2: Awalin surotun najalat minal qur’an fii fadlil ‘ilmi wata’lim, Awal surah yang diturnkan dalam Al-Qur’an adalah tentang keutamaan ilmu dan pengajaran ilmu. Yaitu Surah Al-Qolam (Al-Alaq).

Iqra, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam diperintah membaca, ini merupakan bagian adab dalam ilmu.

Bismirobbika, dengan menyebut nama Rabb mu, artinya seorang penuntut ilmu tidak besandar kepada dirinya, tetapi bersandar kepada Rabb nya. Memohon pertolongan dengan menyebut asma-ul husna. Penuntut ilmu juga harus ikhlas dalam belajar

Aladzi khalaq, Allah maha pencipta segala sesuatu (umum)

Waladzi khalaqal ingsana, dikhususkan pada penciptaan manusia dari segumpal darah. Ini merupakan pertanda ketika Allah menyebutkan mengkhususkan penciptaan manusia, ini berarti manusia tidak akan ditinggalkan begitu saja. Akan diutus seorang Rasul. Ini peringatan bagi manusia apabila tidak belajar tidak akan menjadi baik. Dan apabila sudah berilmu harus ingat dicipta dari segumpal darah.

Iqra wa rabbukal akram, diperintah lagi untuk bacalah, dengan menyebut Rabb mu maha pemurah. Ini menandakan siapa yang belajar dan berusaha, maka Allah ini maha pemurah, dibukakan untuknya kebaikan. Sepanjang continue belajar, maka jangan khawatir akan dibukakan untuknya berbagai kemudahan. Hari ini diberi satu ilmu, maka nanti akan dimudahkan dapat ilmu yang lain, karena Allah Maha Pemurah. Sehingga penuntut ilmu harus banyak memohon berdo’a kepada Allah agar ditambahkan ilmu.

Aladzi ‘alama bil qolam, dia lah ALlah yang mengajari dengan qolam (pena).

‘Alamal ingsana malam ya’lam, mengajari manusia apa yang tidak diketahui.

Pembahasan 3: Penyebutan keutamaan ilmu dalam surah Ar-Rahman dan An-Nahl.

Di awal surat Ar-Rahman dan surat An-Nahl disebutkan nikmat yang terbesar yaitu nikmat Ilmu. Ini adalah nikmat yang terbesar, lebih besar dari kekuasaan, kedudukan, harta benda, anak dan istri, dan dunia beserta isinya. Apabila tidak belajar ilmu, maka tidak mengenal nikmat yang besar. Semakin memperdalam ilmu, maka akan semakin bersyukur kepada Allah.

2. Motivasi dalam Mempelajari Ilmu

Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Keutamaan Ilmu

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab 2 Keutamaan Ilmu, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses pada link berikut: Bagian 1, Bagian 2, Bagian 3.

Kitab Manzhumah Mimiyah, Karya Syaikh Hâfizh bin Ahmad Al-Hakamiy rahimahullâh, Memuat seputar wasiat dan adab ilmiah.

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai keutamaan ilmu, melalui bait syair ke-7 sampai dengan bait syair ke-60 dari Kitab Manzhumah Mimiyah.

Bait Syair 8: Wa hatsa rabbi wa hadhol mu’minina ‘ala tafaqohu fiddiin ma’ indari qaumihimi.

Wa hatsa rabbi, dan Rabb ku menanganjurkan. Wa hadhol mu’minina, dan memberi semangat kepada kaum mu’minin. ‘ala tafaqohu fiddiin, untuk tafakuh didalam agama. Ma’ indari qaumihimi, bersama mereka memberi peringatan kepada kaum mereka.

Pembahasan Syair 8: Motivasi untuk mempelajari agama

Pembahasan penulis dipetik dari surah At-Tawbah ayat 122:

Tidak sepatutnya bagi orang-orang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.

Dua penafsiran dari ayat ini:

  1. Tidak lah pantas kaum mu’minin semuanya berangkat pergi, untuk tafakuh dan ta’aluh, untuk belajar dalam agama. Ada satu kelompok yang pergi belajar, kemudian mereka kembali untuk memberikan peringatan kepada kelompoknya.
  2. Tidak lah pantas kaum mu’minin semuanya berangkat pergi, untuk jihad. Harus ada satu kelompok yang tinggal tafakuh belajar agama. Sehingga apabila yang pergi jihad ini pulang, maka kelompok yang belajar ini bisa mengajari ilmu agama kepada mereka.

Kedua penafsiran ini menunjukan keutamaan ilmu dan mempelajari ilmu. Tidak boleh dari umat ini, tidak ada yang mempelajari agama. Sebab apabila sedikit atau tidak ada orang yang berilmu, maka akan datang kejelekan yang menimpa umat.

Kaidahnya tidak ada dalam satu kejadian semua kaum mu’minin dikerahkan semuanya. Termasuk ketika jihad, tidak semuanya pergi berjihad. Tetapi ada yang belajar, ada yang menjaga kaum muslimin. Ini juga menunjukan bahwa mempelajari agama lebih afdhol dari pada jihad.

Wallahu A’lam

8. Tinggi dan Manisnya Ilmu

Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Keutamaan Ilmu

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab Keutamaan Ilmu, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses pada link berikut: Bagian 3.

Kitab Manzhumah Mimiyah, Karya Syaikh Hâfizh bin Ahmad Al-Hakamiy rahimahullâh, Memuat seputar wasiat dan adab ilmiah.

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai keutamaan ilmu, melalui bait syair ke-7 sampai dengan bait syair ke-60 dari Kitab Manzhumah Mimiyah.

Bait Syair 16: Al ‘ilmu ‘ala wa ahla ma lahustama’at udzunun, wa’roba ‘anhu naathiqun biqomi

Al ‘ilmu ‘ala wa ahla ma lahustama’at udzunun, Ilmu itu yang paling tinggi dan paling indah, yang pernah didengar oleh telinga. Wa’roba ‘anhu naathiqun biqomi, dari hal yang pernah dijelaskan secara gamblang oleh orang yang berbicara dengan mulut.

Maksudnya siapa saja yang pernah bicara menerangkan tentang ilmu, maka tidak akan ada yang lebih baik yang dia dengan melebihi dari pada ilmu.

Pembahasan Syair 16: Tinggi dan Manisnya Ilmu

Apabila sudah mengenal tinggi dan manisnya ilmu, maka akan dicarinya. Allah berfirman dalam surat Al-Mujadalah ayat 11: Orang-orang beriman dan berilmu diangkat derajatnya.

Hai orang-orang beriman, apabila dikatakan kepadamu, “Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Ibnu Qoyim menjelaskan sisi keutamaan ilmu: Sesungguhnya tidak ada hal yang lebih baik untuk seorang hamba, melebihi kecintaannya kepada Allah yang mengadakannya. Dan tidak ada yang lebih nikmat dari selalu mengingat Allah subhanahu wata’ala berusaha untuk meraih rido-Nya. Dan untuk itu semua tidak ada jalan lain kecuali melalui pintu ilmu.

Apabila pernah merasakan yang tinggi, maka tidak ada yang lebih tinggi dari ilmu. Dan apabila pernah merasakan yang manis, maka tidak ada yang lebih manis dari ilmu.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Akan merasakan lezatnya iman, seorang yang ridha Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagai agamanya, dan Muhammad sebagai rasul“. Semua hal yang disebutkdan dalam hadist tersebut terkait dengan Ilmu.

Bait Syair 17: Al-Ilmu ghoyatul quswa warubatuhul ulya fas’au ilaihi ya ulil himami

Al-Ilmu, ilmu itu. Ghoyatul quswa, tujuannya yang terpuncak. Warubatuhul ulya, dan kedudukannya yang tertinggi, Fas’au ilaihi, karena itu bersegeralah engkau kepadanya. Ya ulil himami, wahai orang-orang yang memiliki semangat.

Semua yang sudah mengenal ilmu, akan menjadikannya tujuan yang paling tinggi. Maka bersegeralah engkau mempelajarinya. Orang yang memiliki semangat dalam berlajar akan bersegera menuntut ilmu, tidak bermalas-malasan. Selagi ada kesempatan dalam menuntut ilmu, jangan ditinggalkan. Segala sesuatu yang berkaitan dengan ilmu akan ringan, karena jiwa nya sudah terbentuk untuk cinta kepada ilmu.

Abu Toyib Al-Mutalabi berkata: “Apabila jiwa-jiwa itu adalah jiwa yang besar, maka jasat itu akan letih untuk melayani jiwa dalam memenuhi keperluannya”.