Kitab Manzhumah Mimiyah – Pendahuluan

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Bab 1 Pendahuluan, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses pada link berikut: Bagian 1, Bagian 2, Bagian 3, dan Bagian 4.

Kitab Manzhumah Mimiyah, Karya Syaikh Hâfizh bin Ahmad Al-Hakamiy rahimahullâh, Memuat seputar wasiat dan adab ilmiah.

Judul dan Isi Buku

Buku ini berjudul Al-Manzhumah Al-Mimiyah. Al-Manzhum artinya syair sedangkan Mimiyah adalah yang berakhiran dengan huruf mim. Syair-syair dalam buku ini termasuk yang luas dan serius.

Isi buku tentang wasiat dan adab-adab dalam menuntu ilmu, sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan Penulis

Bab 2 Keutamaan Ilmu

Bab 3 Intisari Wasiat untuk Penuntut Ilmu

Bab 4 Wasiat agar Berpegang dengan Kitab Allah ‘Azza wa Jalla

Bab 5 Wasiat agar Berpegang dengan Sunnah

Pasal Tentang Ilmu Faraidh dan Ilmu Alat serta Peringatan terhadap Bahaya Ilmu-Ilmu Ahli Bid’ah

Penutup: Seputar Hasil Ilmu yang Bermanfaat dan Memetik Buah-Buahnya yang Dekat Lagi Matang

Penulis Buku

Penulis buku ini nama lengkap nya adalah Syaikh Hâfizh bin Ahmad Al-Hakamiy rahimahullâh. Beliau berada di wilayah selatan Jazan. Lahir pada tanggal 24 Ramadhan 1342H. Beliau baru mulai belajar pada usia muda. Hafal Al-Qur’an di usia muda. Ketika kedua orang tuanya meninggal barulah beliau konsentrasi penuh untuk menuntut ilmu. Guru beliau As-Syaikh Abdulah Al-Qarawi.

Dikenal dengan beberapa akhlak:

  • Zuhud dan wara, lebih mengutamakan kehidupan akhirat dari pada dunia.
  • Ikhlas dalam belajar
  • Semangat dalam mengamalkan ilmu
  • Kuat dalam hafalan dan cepat memahami. DItugasi menjadi imam oleh gurunya Al-Qarawi disuatu mesjid. Dimana sebelumnya beliau belum hafal Al-Quran. Beliau menghafal 1 Juz satu hari dan malamnya menjadi imam pada Juz tersebut. Sehingga dalam waktu satu bulan Ramadhan beliau hafidz Al-Qur’an 30 Juz.

Beliau mengajar di madrasah salafiyah, menjadi mudir madrasaha tsanawiyah, mudir ma’had al-ilmi.

Beliau wafat pada usia 35 tahun dan 3 bulan, tepatnya tanggal 8 Dzulhijah 1377.

Bab 1 Pendahuluan

Bismillahirahmanirahim

Dimulai dengan basmallah. Ini mengikuti Al-Quran yang dimulai dengan bisimillahirahmanirahim, dengan menyebut nama Allah, Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Yang maha merahmati lagi maha mengasihi.

Bait syair 1 – 6

Bait Syair 1: Segala puji hanya untuk Allah, Rab semesta alam, terhadap segala nikmat-nikmatNya, karunia-karunia-Nya dan dialah Allah yang maha berhak, maka memiliki segala pujian dan segala nikmat.
Bait Syair 2: Diterangkan beberapa sifat dan nama Alllah: Yang maha memiliki kekuasaan, maha satu, yang seluruh makhluk kembali (perlu) kepadaNya. Yang maha sempurna dzatnya (tidak beranak dan tidak diperanakan). Yang maha baik, yang maha menyaksikan (mengawasi, maha mengetahui segala perkara). Mubdii kholqi min adami: Yang mengadakan makhluk dari tidak ada.
Bait Syair 3: Man ‘alamanasa ma laya’ lamuna: dia Allah yang menagjarkan manusia, apa yang sebelumnya mereka tidak ketahui. Wabil bayani anthaqohum: dan Allah membuat manusia ini berbicara dengan bayan (bisa menerangkan). Wal khathi bil qalami: dan Allah Subhanahu wa Ta’ala membuat mereka bisa menulis dengan pena.
Bait Syair 4: Tsuma shalata ‘ala mukhtar kaimi: Kemudian shalawat kepada nabi yang terpilih, utusan yang paling mulia. Bi khairi hudan: dan diutus dengan petunjuk yang paling baik. Fii fadholi umami: pada umat yang paling afdol.
Bait Syair 5: Wal ali wasahbi wal anbai’ qathibatan: Demikian pula sholawat ditujukan pula kepada keluarga Nabi dan sahabat-sabahabatnya dan seluruh pengikutnya. Watabi’na bi ihsani linahwanini: dan orang-orang yang mengikuti manhaj mereka dengan baik.
Bait Syair 6: Malaha najum wama syamsa aduha watoa’t: Salawat kepada nabi kelurga sahabat dan pengikutnya. Semoga shalawat itu sepanjang bintang masih bercahaya. Dan sepanjang matahari duha masih terbit. (maksudnya sampai hari kiamat). Demikian shalawat sebanyak bilangan nafas makhluk yang ada di alam ini.

Pembahasan

Ada 8 Pembahasan berkaitan dengan bait syair 1 – 6:

Pembahasan Pertama: Makna Alhamdu Wahlul Hamdi Wani’ami

Dimulai dengan Alhamdulillah, mencontoh Al-Qur’an, dimana surat Al-Fatihah dimulai dengan Alhamdulillahi robbil ‘alamin. Penting untuk seorang penuntut ilmu, selalu memuji Allah. Dikarenakan telah diberikan taufik, diberikan kesempatan untuk belajar, hadir di majelis ilmu. Ini adalah nikmat yang sangat besar.

Sehingga untuk para penuntut ilmu yang pertama diucapkan adalah bersyukur pada Allah, Alhamdulillah. Kemudian yang kedua selalu menganggap bahwa dirinya diberi nikmat oleh Allah (dan seluruh manusia diberi nikmat oleh Allah).

Definisi Alhamd (Ibnu Qoyim) adalah pengabaran tentang kebaikan-kebaikan Allah Ta’alla yang dipuji. Disertai kecintaan, pengangungan, dan pembesaran terhadap-Nya. Kalau hanya dipuji saja tanpa disertain kecintaan dan pengagungan, itu bukan hamd. Seperti Singa pemberani ini adalah madh, pujian. Ketika kita katakan singa pemberani, bukan berarti kita cinta singa. Ada alif lam dalam alhamd artinya seluruh pujian hanya milik Allah dan keberhakan Allah Ta’a’lla. Asmaul husna Al-Hamid: yang maha terpuji.

Alhamd ada dua jenis (dari Ibnu Taimiyah):

  1. Hamd pujian kepada Allah karena kebaikan (nikmat dan karunia) Allah pada hambanya. Ini bagian dari syukur.
  2. Hamd pujian yang merupakan hak Allah Ta’alla untuk diriNya, berupa sifat-sifat kesempurnannya. Ini hanya milik siapa yang berhak memilikinya yaitu Allah Ta’alla.

Dalam bait syair yang pertama disebutkan dua jenis hamd, diawal dan diakhir. Diawal berupa pujian kepada Allah atas nama dan sifatnya, sedangkan di akhir adalah pujian kepada Allah atas nikmat yang diberikan.

Makna Ahlul Hamd artinya dialah yang berhak, yang paling layak memiliki pujian itu.

Pembahasan Kedua: terkait dengan beberapa nama dan sifat yang disebutkan oleh penulis pada bait syair ke-1 dan ke-2.

Alhamdulillahi, segala puji bagi Allah. Ini adalah nama yang terbesar bermakna yang diibadahi (Al-Ma’bud) penuh kecintaan, pangagungan dan pembesaran.

Nama Allah, dalam ayat ini dikatakan semua asma ul husna adalah milik (kembali kepada) Allah. Nama Allah ini selalu berulang dan paling banyak dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak 2360 kali.

Nama Rabil ‘alamin, banyak berulang dalam Al-Qur’an. Orang Arab menggunakan nama Ar-Rab ada tiga penggunaan: memperbaiki sesuatu, maha menguasai (memiliki) dan pemimpin yang ditaati.

Sifat Dji mulki dan Djil malaakut, artinya yang maha memiliki kekuasaan. Sifat Allah memilki kekuasaan. Al-Mulk artinya berkuasa (memiliki). Al-Malakut artinya lebih dari pada itu.

Al-Mulk ada tiga makna:

  1. Penetapan sifat kepemilikan bagi Allah Ta’ala dan kekuasaan yang menunjukan sifat keagungannya, kesempurnannya dan kebesarannya.
  2. Seluruh makhluk adalah milik Allah dan hambanya semuanya fakir kepada Allah Ta’alla.
  3. Allah maha berjalan ketentuannya. Apa yang diatetapkan itulah yang berjalan, apa yang dia inginkan itulah yang berlaku. Dia lah yang memberi dan Dia pulalah yang menahan. Dia yang merendahkan dan dia pulalah yang meninggikan. Dia yang menghamparkan dan Dia pulalah yang menahan. Dia yang menghidupkan dan Dia pulalah yang mematikan.

Dalam Al-Qur’an (pembahasan asma ul husna) ada tiga nama yang mengandung sifat Al-Mulk: Al-Maalik (maalikiau middin), Al-Malik (malikinnas), Al-Maliik. Contohnya dalam Al-Qur’an: Maalikiau middin, Malikinnas, ‘Inda maliikin muqtadir. Maknanya kembali pada Al-Mulk.

Nama Al-Wahid, artinya yang maha satu. Maksudnya Allah subahanahu wa ta’ala yang bersendirian degan sifat kebesaran, keagungan, keelokan dan kekuasaan. Allah maha satu pada dzat-Nya, tidak ada yang semisal dengannya. Maha satu pada sifat-sifatNya, tidak ada yang serupa denganNya. Maha satu didalam perbuatanNya, tidak ada serikat bagiNya. Maha satu didalam uluhiyahNya (ibadah), tidak ada tandingan untukNya. Maha satu didalam segala kesempurnaan, keagungan, dan kebesaran.

Nama As-Shomad, disebutkan dalam Al-Qur’an 1 kali, di surah Al-Ikhlas. Dari sisi penggunaan menurut ahli tafsir dan bahasa, As-Shomad dalam bahasa Arab kadang digunakan dalam bahasa as-sayid ul adzim (tuan yang maha besar). Kadang digunakan suatu yang tidak ada cela padanya. Maha sempurna: tidak minum, tidak makan, tidak beranak, tidak diperankan, dan tidak ada yang keluar dariNya sesuatu apapun. Karena itu sebagian ulama menafsirkan As-Shomad sebagai lam yalid walam yu lad. Sebagian ulama mengartikan as-shomad, bahwa dialah yang dimaksudkan pada segala keperluan, kepadaNya lah seluruh makhluk itu bergantung. Ada pula yang menafsirkan seluruh makhluk kembali padaNya, menyandarkan hajat kepadaNya.

Nama Al-Bari, secara bahasa adalah yang berbuat baik kepada makhluk dan memperbaiki keadaan mereka. Ibnu Jair menngartikan yang lembut kepada hamba-hambaNya. Ibu Qoyim mengatakan kebaikann Allah subhanahu wa ta’la itu artinya sangat banyak kebaikan-kebaikan dan kedermawannya. Al-Bari ada dua jenis: sifat dan perbuatan. Dialah Allah subhanahu wa ta’la yang maha baik, selalu memberikan kebaikan.

Nama Al-Muhaimin, dalam Al-Qur’an disebutkan satu kali di Surat Al-Hasyr. Asal katanya dari Mu’taman yang bermakna terpercaya. Ada juga yang mengatakan artinya yang selalu mengawasi dan menjaga. Ada juga yang mengartikan As-Sahid yang maha menyaksikan. As-Sai’di mengartikan lebih mendalam lagi yaitu yang maha melihat perkara-perkara yang tersembunyi, maha mengetahui sudut-sudut yang tersimpan didalam dada, dan ilmu nya meliputi segala sesuatu.

Nama Mubdi Al-Khalq, dalam Al-Qur’an:

Banyak dalam Al-Qur’an dari keyakinan bahwa Allah yang mengadakan makhluk dari tidak ada menjadi ada.

Pembahasan Ketiga: Ada tiga nikmat disebutkan dalam sifat Allah

Nikmat tesebut adalah:

  • Dialah yang mengajari manusia, apa yang mereka tidak ketahui

Maka nikmat ini selalu kita ingat, tidak ada manusia dilahirkan langsung jadi alim. Tapi tadinya dia tidak tahu kemudian Allah memberikan pengajaran kepadanya:

  • Dialah yang membuat manusia berbicara dengan bayan (bisa menjelaskan)

Sebagaimana manusia bertingkat-tingkat dalam ilmu, demikian pula mereka berjenjang dalam bayan (penjelasan).

  • Dialah yang membuat manusia menulis dengan pena.

Dari surat Al-Alaq hanya disebut satu yaitu mengajarkan dengan pena karena tidak tergambar pengajaran dengan pena, ada yang ditulis sedangkan tidak ada sesuatu yang akan ditulis. Artinya ini sudah mencakup mengajarkan berbicara dengan ilmu, dan menyimpan ilmu itu. Dan kemudian baru bisa ditulis.

Pembahasan Keempat: Makna shalawat kepada Nabi, Sahabat dan yang mengikuti mereka dengan baik

Bait 4: Kemudian shalawat selalu tercurah kepada Al-Mukhtar (Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam) yang merupakan sebaik-baik yang diutus, membawa petunjuk yang paling baik pada umat yang terbaik.

Bait 5: Demikian pula shalawat kepada keluarga beliau (istri-istri Nabi), para sahabat, pengikut sahabat (tabi’in) seluruhnya, demikian pula para tabi’in yang mengikuti manhaj mereka dengan ihsan.

Pengertian mengikuti manhaj dengan ihsan: mengikuti sangat detail dengan sempurna.

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.

Shalawat, shalawat Allah untuk nabi artinya pujian Allah kepada hamba dihadapan para malaikat diatas langit.

Bait 6: Shalawat ini sepanjang bintang masih bersinar dan sepanjang matahari duha masih terbit. Dan shalawat sebanyak nafas makhluk yang berada jagat semesta ini.

Pembahasan Kelima: Beberapa sifat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Disebutkan dua sifat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: Al-Mukhtar (yang terpilih) dan Akramu Mab’usin (utusan yang paling mulia).

Al-Mukhtar memiliki makna yang sama dengan sifat nabi yang lain: Al-Mustafa, Al-Mujtaba, sayyidul ambiya warmusalim, sayidul waladi adam, khatamul ambiya wal mursalin.

Semua orang Arab keturunan Nabi Ismail, dari banyak suku-suku Arab dipilih bani Kinanah. Bani Kinanah ini memiliki banyak kabilah dibawahnya, salah satu nya Quraish. Kemudian orang-orang Quraish dibawahnya ada banyak kabilah, salah satu kabilahnya adalah Bani Hasyim.

Sebagaimana hadist riwayat Imam Muslim dari Washil Ibnu Astqo, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Sesungguhnya Allah telah memilih Kinanah dari anak Ismail, Quraish dipilh dari Kinanah, Bani Hasyim dipilih dari Quraish. Sedangkan Nabi Muhammad shallallahu ‘ailai wasallam terpilih dari Bani Hasyim.

Pembahasan Keenam: sebaik-baiknya petunjuk adalah petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

Petunjuk yang paling baik, sesuai sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadist riwayat Muslim:

Pembahasan Ketujuh: Umat yang paling afdhol

Umat islam adalah umat yang terbaik sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala:

Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, dalam hadist Bahast bin Hakim:

Umat islam adalah umat yang ketujuh puluh dan mereka adalah umat yang paling baik dan mulia.

Dalam riwayat Bukhari dan Muslim Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Pembahasan Kedelapan: Sisi kesesuaian hubungan pendahuluan penulis dengan isi syair

Dalam sastra Arab biasanya seorang penulis, ketika akan bicara, disampaikan pendahuluan berupa kata-kata yang mengesankan dengan apa yang akan dibicarakan. Yang demikian disebut dengan keindahaan pendahuluan.

Sisi hubungan bait syair di pendahuluan dengan pembahasan ilmu:

  1. Pemujian terhadap Allah, karena ilmu adalah anugrah yang harus disyukuri
  2. Disebut nama-nama Allah, karena semua ilmu terkait dengan Allah
  3. Ilmu merupakan bagian dari kekuasaan Allah
  4. Disebut AL-Wahid (maha satu), karena ciri dari penuntut ilmu (ibnu Qoyim) hanya untuk Allah yang maha satu, jadilah kamu it satu saja (dalam semangat, kehendak), untuk hal yang satu yaitu jalan kebenaran dan keimanan.
  5. As-Shomad, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala tempat bergantung pada siapa yang ingin meraih ilmu.
  6. Al-Bar (maha baik), karena ilmu itu bagian dari kebaikan Allah kepada hamba
  7. Al-Muhaimin, diingatkan seorang penuntut ilmu akan ikhlas dalam belajar, semangat karena Allah melihatnya
  8. Mubni Khalaq Bil adami, perlu diingat bahwa tadinya dia tidak ada, kemudian Allah yang mengadakannya, maka dia tidaklah diadakan sia-sia, pasti ada tujuannya.
  9. Diingatkan tentang nikmat Allah, mengajari yang tidak diketahui.
  10. Penjeasan pentingnya bayan, penulisan.
  11. Disebutkan pilihan sifat-sifat Nabi diantaranya: Al-Mukhtar (dipilih), Akrami Mab’ustin. Agar supaya kita tahu bahwa, ketika belajar adalah orang-orang yang dipilih oleh Allah mengenal agamanya.
  12. DIsebutkan beberapa kebaikan dari Umat, petunjuk yang paling baik.
  13. Diingatkan penuntut ilmu harus mengikuti jalan As-Salaf dengan ihsan.

Penulis memilih kata-kata di bait syair pendahuluan ini, dimana semuanya berkaitan dengan pembahasan yang akan dikaji wasiat seputar ilmu dan adab-adab ilmiah.

Wallahu A’lam