Barangsiapa yang mencari agama yang bukan Islam, sekali-kali tidaklah (agama itu) akan diterima

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad , keluarga dan sahabatnya.

Kitab Fadhlul Islam

  • Penulis: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
  • Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Bab Firman Allah Ta’ala, “Barangsiapa yang mencari agama yang bukan Islam, sekali-kali tidaklah (agama itu) akan diterima” (Ali-Imran: 85)

Firman Allah ﷻ:

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ ٱلْإِسْلَـٰمِ دِينًۭا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ

barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya” (Ali-Imran: 85)

Pembahasan 1: Kesesuaian Bab dengan Buku

Sisi pertama, dalam Islam terdapat segala hal yang diperlukan sehingga tidak boleh keluar dari Islam dan tidak diterima selain Islam.

Sisi kedua, setelah diterangkan kewajiban memeluk Islam dan tafsir Islam, maka penulis menegaskan dalam tafsir Islam, wajib masuk didalamnya. Yaitu yang mencari agama selai Islam maka tidak diterima. Begitupun juga siapa yang mencari tuntunan selain Islam maka tidak diterima juga.

Pembahasan 2: Sebagaimana wajib masuk kedalam Islam, juga sebaliknya dilarang keluar dari Islam

Pembahasan 3: Penjelasan bathilnya seluruh agama kecuali Islam

Orang yang mengatakan semua agama itu sama atau benar adalah kekufuran.

Harus bisa membedakan antara keyakinan dan hidup bersama dalam masyarakat. Kita hidup bermasyarakat dengan non Muslim tapi bukan artinya kita membenarkan agama mereka. Bahkan hidup berdampingan diatur dalam Islam. Akan tetapi berkaitan dengan keyakinan ada aturan dalam Islam. Yakni selain Islam kafir dan apabila meninggal dalam kekafiran maka kekal dalam neraka.

Hidup bersama dengan non muslim dalam sebuah negeri selama dilindungi oleh negara tidak dipermasalahkan sepanjang tidak menganggu umat Islam, tidak memusuhi umat Islam. Sebagaimana firman Allah:

لَّا يَنْهَىٰكُمُ ٱللَّهُ عَنِ ٱلَّذِينَ لَمْ يُقَـٰتِلُوكُمْ فِى ٱلدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَـٰرِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوٓا۟ إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُقْسِطِينَ

Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (Al-Mumtahanah: 8)

Sebagaimana Hadits:

Beberapa hak tetangga:

  • Muslim dan kerabat: ada tiga hak: hak muslim, kerabat dan tetangga
  • Muslim bukan kerabat: ada 2 hak: hak muslim dan tetangga
  • Bukan Muslim: ada 1 hak: hak tetangga

Dalam sejarah ketika Nabi di Madinah, hidup bersama 3 suku Yahudi walaupun licik. Sampai mereka melanggar perjanjian dan dibalas sesuai dengan perbuatannya.

Pembahasan 4: Tidak ada keselamatan dan keberuntungan kecuali dengan Islam.

Hadits: Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, beliau berkata: Rasulullah ﷺ bersabda, “Seluruh amalan akan datang pada hari kiamat. Datanglah shalat dan berkata, ‘Wahai Rabb aku adalah shalat’, Allah berfirman, ‘Sesungguhnya engkau berada di atas kebaikan’, Lalu datanglah shadaqah dan berkata, ‘Wahai Rabb, aku adalah shadaqah, ‘Allah berfiman, ‘Sesungguhnya engkau berada di atas kebaikan.’ Kemudian datanglah puasa dan mengatakan, ‘Wahai Rabb, aku adalah puasa.’ Allah berfirman, ‘Sesungguhnya engkau berada di atas kebaikan.’ Selanjutnya datanglah seluruh amalan dalam keadaan seperti itu. dan Allah ﷻ senantiasa berfirman, ‘Sesunguhnya enkau berada di atas kebaikan.’ Sampai Islam datang dan mengatakan , ‘Wahai Rabb sesungguhnya Engkau adalah As-Salam dan aku adalah Islam,’ Allah ﷻ berfirman, ‘Sesungguhnya engkau berada di atas kebaikan. Pada hari ini, denganmu Aku mengadzab (mengambil) dan denganmu aku memberi pahala.’ Allah ﷻ berfirman dalam kitab-Nya. Barangsiapa yang mencari agama selain Islam, sekali-kali tidaklah (agama itu) akan diterima darinya, dan diakhirat dia termasuk orang-orang yang rugi (Ali-Imran: 85)“. Diriwayatkan oleh Ahmad.

Pembahasan 1: Tidak ada diteirma amalan kecuali dengan Islam

Pembahasan 2: Tafsir Ayat Ali-Imran

Pembahasan 3: Yang menjadi ukuran bukan amalan tapi bagaimana merelasasikan Islam

Hadits: Dalam Ash-Shahih dari Aisyah Radhiallahu ‘Anha, (beliau berkata): Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang mengerjakan amalan yang tidak berasal dari agama kita, (amalan) itu tertolak” Diriwayatkan (pula) oleh Ahmad.

Pembahasan 1: Apa yang bukan dari Agama Islam maka tertolak.

Hal ini sama dengan ayat di atas.

Pembahasan 2: Penerimaan dengan mengikuti agama Rasulullah ﷺ

Pembahasan 3: Kesempurnaan Agama

Wallahu Ta’alla ‘Alam

Tafsir Islam Bagian 2

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad , keluarga dan sahabatnya.

Kitab Fadhlul Islam

  • Penulis: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
  • Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Bab Tafsir Islam – Bagian 2

Hadits: Dari Bahz bin Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya, beliau bertanya kepada Rasulullah ﷺ tentang Islam maka (Rasulullah ﷺ) menjawab, “Engkau menundukan hatimu kepada Allah, menghadapkan wajahmu kepada Allah, mengerjakan shalat yang ditetapkan, serta membayar zakat yang diwajibkan,” Diriwayatkan oleh Ahmad.

Pembahasan 1: Keislaman mencakup bathin dan dhahir

Muslim menggabungkan seluruh makna Islam pada dirinya (bathin dan dhahir). Amalan bathin : menundukan hati kepada Allah, dan menghadapkan wajahnya kepada Allah. Amalan dhahir: mengerjakan shalat dan membayar zakat.

Pembahasan 2: Perhatian terhadap hati dan keikhlasan

Hati harus selalu diperhatikan. Ia bagaikan tanaman yang selalu dirawat, disiram, dihidupi, dijaga dan dipelihara sehingga memberikan berbagai manfaat bagi pemiliknya.

Hadits: Dari Abu Qilabah, dari seorang penduduk Syam, dari ayahnya, (beliau berkata bahwa) beliau bertanya kepada Rasulullah ﷺ, “Apa itu Islam?” (Rasulullah ﷺ) menjawab, “Engkau menundukan hatimu kepada Allah ﷻ, dan kaum muslimin selamat terhadap (gangguan) lisan dan tanganmu.” Beliau bertanya lagi, “Apa yang paling utama di dalam Islam? (Rasulullah ﷺ) pun menjawab, “Keimanan.” Beliau kembali bertanya, “Apa keimanan itu?” (Rasulullah ﷺ) menjawab, “Engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, dan kebangkitan setelah kematian.”

Pembahasan 1: Islam mengumpulkan antara hak Allah dan hak orang beriman

Pembahasan 2: Islam ditafsirkan dengan Iman

Iman dan Islam bermakna sama apabila keduanya disebutkan bersendirian. Akan tetapi akan bermakna berbeda apabila disebutkan bersamaan.

Islam adalah amalan dhahir yang disertai amalan bathin yang membenarkan amalan dhahirnya. Iman sebaliknya yaitu amalan bathin yang disertai amalan dhahir yang membenarkan amalan bathinnya.

Apabila ada yang berkata bahwa saya beriman pada Allah, malaikat, kitab-kitab dan para rasul tapi tidak pernah bersujud (shalat), tidak ada yang tahu dia bersyahadat, maka dia belum beriman.

Wallahu Ta’alla ‘Alam

Tafsir Islam Bagian 1

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Fadhlul Islam – Bab Keutamaan Islam oleh Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.

Kitab Fadhlul Islam

Penulis: Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimakumullah.

Bab Tafsir Islam

Pendahuluan

Pembahasan 1: Hubungan Bab dengan Kitab

Setelah diterangkan keutamaan Islam dan kewajiban memeluk Islam, maka disini dijelaskan apa itu Islam, apa penafsirannya, hakikat dan maknanya?

Dari keutamaan Islam, Islam adalah agama yang jelas dan penafsirannya terang. Yang jelas seperti ini adalah hal yang diikuti

Pembahasan 2: Hakikat Islam dan maknanya

Islam terbagi dua:

Pertama: Islam dengan makna umum, yaitu Islam yang dibawa oleh seluruh nabi dan rasul. Definisinya adalah sebagai berikut:

Islam adalah berserah diri kepada Allah ﷻ, terikat ketaatan kepada-Nya dan berlepas diri dari kesyirikan dan pelaku kesyirikan.

Kedua: Islam dengan makna khusus, terdapat dua makna

  1. Makna pertama, agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad ﷺ.
  2. Makna kedua, amalan-amalan yang dhohir, yang disertai amalan hati yang membenarkan dhohirnya. Sebagaimana rukun Islam dalam hadits Jibril: Syahadat, Shalat, Zakat, Puasa, dan, Haji. Akan tetapi semua amalan dhohir ini harus disertai amalan hati yang membenarkannya. Apabilat tidak dengan amalan hati maka sama dengan kaum munafikin.

Ayat mengenai Tafsir Islam

Tafsir Islam dalam Ali ‘Imran ayat 20:

فَإِنْ حَآجُّوكَ فَقُلْ أَسْلَمْتُ وَجْهِىَ لِلَّهِ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِ ۗ وَقُل لِّلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَـٰبَ وَٱلْأُمِّيِّـۧنَ ءَأَسْلَمْتُمْ ۚ فَإِنْ أَسْلَمُوا۟ فَقَدِ ٱهْتَدَوا۟ ۖ وَّإِن تَوَلَّوْا۟ فَإِنَّمَا عَلَيْكَ ٱلْبَلَـٰغُ ۗ وَٱللَّهُ بَصِيرٌۢ بِٱلْعِبَادِ

Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah, “Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku”. Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Alkitab dan kepada orang-orang yang umi1, “Apakah kamu (mau) masuk Islam”. Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.” (Ali ‘Imran: 20).

Ada dua pembahasan

Pembahasan 1: Penafsiran Islam dengan makna: bereserah diri kepada Allah ﷻ dengan men-tauhid-kan-Nya.

Ini adalah makna Islam dengan makna umum. Dalam ayat dikatakan “Aku menyerahkan diriku kepada Allah“.

Pembahasan 2: Orang yang mengikuti Rasulullah masuk Islam sebagaimana Rasulullah masuk Islam.

Sebagaimana dalam ayat “dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku” Yaitu orang yang terikat dengan ke-Islam-an.

Tafsir Islam dalam hadits Umar bin Khatab mengenai rukun Islam

Islam dan Iman bermakna sama apabila disebutkan secara terpisah. Akan tetapi akan bermakna berbeda apabila disebutkan dalam satu tempat.

Sebagimana hadits jibril yang menanyakan mengenai Islam, Iman, dan Ihsan. Islam adalah bersyahadat, tegakan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa Ramdhan dan Haji ke Baitullah apabila mampu. Kemudian ditanyakan mengenai Iman, Nabi ﷺ menjawab dengan rukun Iman.

Pembahasan 1: Tafsir Islam dalam rukun Islam

Penulis menyebutkan tafsir Islam dengan rukun Islam. Ini dalam hadits Umar Bin Khatab adalah Islam khusus dengan makna amala dhohir. Tapi dalam hadits Abdullah bin Umar adalah Islam khusus bermakna agama yang dibawah oleh Nabi ﷺ.

Pembahasan 2: Penjelasan rukun-rukun Islam.

Rukun Islam ada lima:

Pertama: Syahadat: La illaha illallah, Muhammad Rasulullah. Syahadat artinya berucap disertai dengan keyakinan hati yang membenarkan ucapannya. Ini adalah yang pertama diucapkan oleh seorang Muslim. Kebathilan orang filsafat mengatakan untuk masuk islam harus melihat dulu.

La Illaha Ilallah artinya tidak ada sembahan yang hak kecuali Allah ﷻ. Dan sesungguhnya Nabi Muhammad Rasul Allah.

La Illaha Ilallah ada dua rukun penafian dan penetapan. Penafian bahwa tidak ada yang diibadahi. Kemudian ditetapkan bahwa yang diibadahi hanyalah Allah.

Dan Muhammad adalah rasul Allah mengandung beberapa makna:

  1. Taat kepada Nabi ﷺ dengan segala yang diperitanh
  2. Meninggalkan segala yang dilarang oleh Nabi ﷺ
  3. Membenarkan segala berita yang dibawa oleh Nabi ﷺ
  4. Mecintai Allah ﷻ dan Rasul melebihi selain keduanya.
  5. Tidak beribadah kecuali diatas syariat Rasulullah ﷺ

Kedua: Tegakan shalat

Berbeda antara menegakan dan mengerjakan shalat. Mengerjakan artinya boleh shalat tidak khusu, tidak tahu apa yang dibaca. Akan tetapi menegakan shalat yaitu melakukan shalat sesuai dengan syarat shalat, rukun shalat, kewajiban shalat, dan sunah-sunnahnya.

Ketiga: Keluarkan Zakat

Zakat yang dimaksud adalah zakat harta: zakat emas dan perak (dan yang semisal), zakat hasil bumi, zakat hewan ternak (unta, sapi dan kambing / kerbau), dan zakat perniagaan.

Keempat: Berpuasa dibulan Ramadhan (puasa wajib)

Kelima: Melakukan ibadah haji apabila mampu

Tafsir Islam dalam hadits Abu Hurairah mengenai definisi seorang Muslim

Juga dalam (Ash-Shahih), dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu secara marfu’, (beliau) berkata, “Seorang muslim adalah siapapun yang muslimin lain selamat terhadap (kejelekan) lisan dan tangannya“.

Pembahasan 1: Islam itu tidak terbatas pada rukun-rukun Islam saja tapi Islam meliputi selain dari rukun Islam (kewajiban dan sunnah-sunnah).

Disini ditekankan bahwa Islam itu bukan hanya rukun Islam saja. Termasuk orang yang tidak menganggu kamu muslimin dengan lisan dan tangannya disebut Islam juga. Sehingga makna Islam lebih luas. Ini adalah Islam makna khusus yaitu agama yang dibawa oleh Nabi ﷺ mencakup rukun islam, kewajiban-kewajiban, dan sunah-sunah.

Dari sisi amalan Islam sama dengan Iman yaitu banyak cabang-cabang dan bentuknya. Tapi apabila diliaht dari sisi masuk kedalam Islam, Islam itu satu saja.

Pembahasan 2: Dari keislaman menjaga lisan dan tangan dari menganggu manusia.

Apabila punya Islam yang benar maka punya kekhawatiran jangan sampai menganggu orang dengan lisan maupun tangan. Terdapat tuntunan dalam islam dalam menjaga lisan dan tangan termasuk bahaya dan ancamannya.

Dari Mu’adz bin Anas radhiallahu anhu, Rasulullah ﷺ bersabda “Barangsiapa yang menyempitkan tempat orang singgah atau dia memutuskan jalan orang atau menganggu seorang mukmin, maka tidak ada jihad bagi dia”.

Maksudnya apabila ada orang yang berjihad dan melakukan pelanggaran diatas maka tidak dihitung jihad. Apalagi orang tersebut tidak berjihad, tidak ada yang didapat.

Wallahu Ta’alla ‘Alam

Atsar mengenai Kewajiban Memeluk Islam

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Fadhlul Islam – Bab Keutamaan Islam oleh Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.

Kitab Fadhlul Islam

Penulis: Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimakumullah.

Bab Kewajiban Memeluk Islam

Hadits mengenai Kewajiban Memeluk Islam

Atsar 1

Dalam Ash-Shahih, dari Hudzaifah radhiallahu ‘anhu, beliau berkata, “Wahai para Qurra’ ‘pembaca Al-Qur’an’, istiqamahlah kalian karena sesungguhnya kalian telah mendahului dengan (jarak yang) sangat jauh. Apabila menyimpang kekiri atau ke kanan, sungguh kalian telah tersesat sejauh-jauhnya.

Penjelasan:

Wahai para pembaca Al-Qur’an. Al-Qurra adalah istilah yang pada masa ini adalah orang yang pandai membaca Al-Qur’an yang mempunyai sanad sampai ke Nabi. Akan tetapi dimasa sekarang belum tentu seorang syeikh yang berilmu.

Pada masa Nabi, Al-Qurra adalah pembaca Al-Qur’an yang menghafal Al-Quran, hadits Rasulullah, memahami, dan mengamalkannya. Atau dinamakan ulama pada masa dahulu.

Maksudnya diingatkan kepada para ulama agar tidak menyimpang, Karena apabila menyimpang siapa lagi yang akan meluruskannya.

Atsar ini adalah hadits marfu’

Terdapat tiga pembahasan:

Pembahasan 1: Kewajiban Istiqomah diatas Islam.

Setelah membawakan kewajiban masuk Islam, maka disini diingatkan agar istiqamah diatas Islam. Istiqamah adalah menapaki jalan yang lurus, continue diatasnya dan tidak keluar jalan.

Para Al-Qurra diperintah untuk istiqamah diatas Islam.

Pembahasan 2: Mendahului jarak yang jauh dengan cara Istiqamah

Semua orang hakikatnya berjalan menuju ke akhirat kepada Allah. Apakah jalannya benar atau tidak. Apabila sudah benar, apakah jalannya cepat atau lambat. Apabila ingin cepat, maka dengan cara istiqamah.

Pembahasan 3: Kesesatan yang jauh bagi siapa yang berpaling dari Istiqamah

Atsar 2:

Dari Muhammad bin Waddhah, (beliau berkata), “Sesungguhnya beliau (Hudzaifah) memasuki masjid dan berhenti pada halaqah (kumpulan orang), lalu beliau menyebut ucapan tersebut.” Beliau berkata (muhammad bin Wadhdhah): Sufyan bin Uyainah memberitakan kepada kami, dari Mujalid, dari Asy-Sya’by, dari Masruq, beliau berkata: Abdullah, yakni Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu, berkata “Tidaklah ada suatu tahun, kecuali keadaan tahun sesudahnya pasti lebih jelek daripada (tahun sebelum)nya. Saya tidak mengatakan bahwa (keadaan hujan) satu tahun lebih baik daripada tahun lain, tidak pula (ladang) suatu tahun lebih subur daripada tahun (sebelumnya), tidak pula pemimpin lebih baik daripada pemimpin (sebelumnya). Akan tetapi, hilangnya ulama dan orang-orang baik kalian, lalu muncul kaum yang mengukur perkara agama berdasarkan akal mereka sehingga hancurlah Islam dan menjadi pecah”.

Penjelasan:

Kaidah “tidak ada satu tahun kecuali tahun sesudahnya lebih jelek dari tahun sebelumnya”. Tidak dimaksudkan hujan tahun sekarang lebih jelek dari tahun sebelumnya atau ladang satu tahun lebih subur dari tahun sebelumnya atau pemimpin sebelumnya lebih jelek dari sebelumnya. Maksudnya adalah hilangnya ulama kalian dan orang-orang terbaik kalian. Setelah pergi sahabat tidak ada yang lebih baik dari sahabat dimasa itu. Setelah perginya tabi’in tidak ada yang lebih baik dari tabi’in dimasa itu. dan seterusnya hingga masa ini.

Kemudian muncul kaum yang mengukur perkara agama berdasarkan akal mereka sehingga hancurlah Islam dan menjadi pecah

Terdapat tiga pembahasan:

Pembahasan 1: Tidaklah datang suatu tahun kecuali tahun sesudah nya lebih jelek

Maksudnya perginya ulama dan hilangnya orang-orang terbaik.

Pembahasan 2: Musibah itu dengan perginya ulama

Ketika ulama masih ada manusia santai saja akan tetapi ketika ulama diwafatkan Allah, umat baru menyadari pentingnya ulama ditengah manusia. Kita harus mensyukuri nikmat dalam menghadiri majelis ilmu.

Permbahasan 3: Siapa yang berpegang dengan Islam yang benar maka dia menjaga agamanya.

Adapun mengikuti pendapat yang keliru, bid’ah-bid’ah akan menghancurkan Islam.

Hal ini termasuk orang yang mempelajari ilmu bukan pada sumber yang benar. Muncul orang yang berbicara tanpa ilmu yang membahayakan ditengah umat.

Mengambil ilmu dari sumber yang benar.

Wallahu Ta’alla ‘Alam

Hadits mengenai Kewajiban Memeluk Islam

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Fadhlul Islam – Bab Keutamaan Islam oleh Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.

Kitab Fadhlul Islam

Penulis: Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimakumullah.

Bab Kewajiban Memeluk Islam

Hadits mengenai Kewajiban Memeluk Islam

Hadits 1

Dari Aisyah Radhiallahu ‘Anha, Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang mengada-ngadakan perkara baru dalam agama kita, yang tidak berasal dari (agama) tersebut, sesuatu itu tertolak.” Dikeluarkan oleh (Al-Bukhary dan Muslim).

(dalam riwayat yang lain disebutkan). “Barangsiapa yang mengerjakan amalan yang tidak berasal dari agama kita, (amalan) itu tertolak“.

Penjelasan:

Terdapat dua kandungan dalam hadits:

Lafadz Ke-1: Mengenai orang yang memunculkan atau mengadakan perkara bid’ah

Lafadz Ke-2: Mengenai orang yang mengamalkan bid’ah.

Sehingga orang yang membuat perkara bid’ah dan yang mengamalkannya, keduanya tertolak.

Terdapat tiga pembahasan:

Pembahasan 1: Masuk kedalam Islam dengan cara mengikuti Nabi dan meninggalkan Bid’ah

Kewajiban memeluk islam dengan cara mengikuti tuntunan Nabi dan meninggalkan bid’ah. Dalam hadits ini ditekankan untuk mengikuti tuntunan Nabi.

Pembahasan 2: Syarat diterimanya amalan (dhohir).

Amalan diterima atau tidak terkait dengan 2 hadits yang menjadi tolak ukur, yaitu hadits “Amalan tergantung niatnya” yang menjadi tolak ukur bathin dan hadits ini tolak ukur amalan dhohir.

Amalan dhohir diterima apabila mencocoki apa yang dicontohkan Nabi, selain itu tidak diterima. Sehingga ini menjadi syarat amalan diterima selain keikhlasan niat.

Syarat diterimanya amalan ada tiga:

  1. Tauhid, orang yang bertauhid
  2. Ikhlas
  3. Mu’taba, mencontoh Nabi dalam amalan

Apa bedanya ikhlas dan tauhid? Ikhlas adalah bagian dari tauhid. Contoh seorang shalat dengan ikhlas mengharap wajah Allah, kemudian shalat nya sesuai dengan apa yang dicontohkan Nabi. Akan tetapi orang ini menyembah kuburan. Sehingga shalatnya tidak diterima karena tidak bertahuhid.

Pembahasan 3: Bahaya Bid’ah

Salah satu bahaya bid’ah yaitu amalannya tidak diterima.

Bid’ah terbagi dua:

  1. Bid’ah yang mengeluarkan dari Islam. Sehingga seluruh amalannya ditolak.
  2. Bid’ah yang tidak mengeluarkan dari Islam. Sehingga amalan bid’ah nya saja yang ditolak.

Hadits 2

Dalam Al-Bukhariy, dari Abu Hurairah, (beliau berkata): Rasulullah ﷺ bersabda, “Seluruh umatku akan masuk surga, kecuali yang enggan“, Mereka bertanya, “Siapa yang enggan itu?” Beliau menjawab, “Barangsiapa yang menaatiku, dia akan masuk surga, (tetapi) barangsiapa yang bermaksiat kepadaku, sungguh dia telah enggan“.

Terdapat tiga pembahasan:

Pembahasan 1: Jalan surga adalah dengan taat kepada rasul berupa masuk kepada Islam

Siapa yang mau masuk surga maka harus taat kepada Rasulullah. Rasulullah memerintahkan kita untuk masuk Islam. Hal ini menunjukan wajibnya memeluk Islam.

Pembahasan 2: Berpaling dari apa yang dibawa rasulullah dari keislaman, mengharuskan masuk dalam neraka

Hanya ada dua pilihan apabila mengikuti rasulullah maka masuk surga, atau enggan mengikuti rasulullah maka masuk neraka.

Pembahasan 3: Setiap umatku masuk surga

Umat nabi yaitu Muslim walaupun berbuat dosa dan maksiat, pasti masuk surga. Akan tetapi ada yang langsung masuk surga dan ada yang akhirnya masuk surga. Sehingga orang yang berbuat dosa besar, apabila Allah menghendaki maka akan disiksa sesuai dengan kadarnya. Apabila orang itu bertauhid (masih memiliki keislaman), akhirnya akan dimasukan kedalam surga. Ada juga yang harusnya masuk neraka tapi karena ALlah menghendaki dan orang tersebut memiliki amalan yang mengugurkan dosa-dosanya, diberi syafaat, dan sebab lain yang tidak menyebabkan masuk dalam neraka, maka dia akan langsung dimasukan ke surga.

Hadits 3

Dalam Ash-Shahih, dari Ibnu ‘Abbas, (beliau berkata): Nabi ﷺ bersabda, “Orang yang paling dibenci oleh Allah ada tiga: orang yang melakukan ilhad di tanah Haram, orang yang mencari sunnah jahiliyyah di dalam Islam, dan orang yang menuntut darah orang lain tanpa hak untuk bisa mengalirkan darahnya.” Diriwayatkan oleh Al-Bukhary.

Syaikhul Islam Ibu Taimiyyah rahimahullah berkata. “Perkataan beliau, “Sunnah jahiliyyah“, mencakup setiap jahiliyyah secara mutlak atau tertentu, yaitu mencakup orang tertentu, baik Ahlul Kitab, penyembah berhala, mauun selain keduanya, dari semua orang yang menyelisihi (tuntunan) yang dibawa oleh para rasul.”

Terdapat enam pembahasan:

Pembahasan 1: Penetapan sifat benci bagi Allah ﷻ

Kaidah Ahlus sunnah wal jamaah dalam memahami sifat-sifat Allah, mereka tetapkan sifat itu sebagaimana datang dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah Rasulullah. Sesuai dengan kemulaian dan kebesaran Allah dengan meyakini bahwa Allah tidak serupa dengan apapun (makhluk-Nya).

Allah benci kepada siapa yang Allah kehendaki dan juga Allah cinta kepada siapa yang Allah kehendaki.

Pembahasan 2: Dosa itu bertingkat-tingkat

Ada dosa kecil dan besar. Ada dosa yang dibenci Allah dan yang paling dibenci Allah. Hal ini menunjukan tingkatan dari dosa. Sebagaimana penghuni neraka bertingkat-tingkat. Kekafiran pun ada yang kafir dan ada yang sangat kafir.

Abu thalib yang paling ringan siksanya dalam neraka yaitu, Dua terompah yang dipanaskan, belum lagi kaki dimasukan kedalamnya, kepalanya sudah mendidih. Sedangkan kaum munafikin ditempat neraka yang paling bawah.

Pembahasan 3: Dosa berbuat Ilhat di tanah haram.

Ilhat dari kata al-lahat, sebagaimana tempat orang dikubur, artinya miring. Ilhat adalah segala kemiringan, penyelewangan, pembelokan, pada kemaksiatan dan meninggalkan ketaatan. Ada juga yang menafsirkan ilhat dengan kesyirikan atau kekafiran atau membunuh atau dosa besar atau bid’ah.

Berniat untuk berbuat ilhat di tanah haram sudah diancam dalam Al-Qur’an Surat Al-Hajj, ayat 25:

Pembahasan 4: Dosa siapa yang keluar dari Islam dengan menghendaki Sunnah Jahiliyyah

Setelah Nabi diutus hanya ada dua yaitu Islam atau Sunnah Jahiliyyah. Apabila keluar Islam berarti masuk Sunnah Jahiliyyah. Hal ini paling dibenci oleh Allah. Sehingga ini merupakan dalil wajibnya memeluk Islam. Dan juga bahayanya apabila mengikuti jalan jahiliyyah.

Salahs satu maksud besar dalam ajaran Islam adalah menyelisihi sunnah jahiliyyah. Dibanyak hadist disebutkan agar jangan mengikuti orang Yahudi, Nashrani dan selain Islam.

Telah ditunjukan mana jalan yang sesat dan mana jalan yang lurus.

Pembahasan 5: Pengharamkan menumpahkan darah tanpa hak.

Apabila sengaja menumpahkan darah muslim tanpa hak maka dosa besar.

Sebagaimana hadits Rasulullah

Darah yang diharamkan ada 4:

  1. Darah seorang Muslim
  2. Darah Kafir Dzimy
  3. Darah Kafir Mu’ahad
  4. Darah Kafir Musta’mal.

Hukum keempatnya sama yaitu tidak boleh ditumpahkan darahnya tanpa hak.

Hadits Rasulullah:

Kafir yang mempunyai perjanjian tidak boleh dibunuh. Umat Islam didik untuk tidak melanggar janji.

Pembahasan 6: Definisi Sunnah Jahiliyyah

Sunnah Jahiliyyah termasuk yang mutlak atau tertentu.

Jahiliyyah terbagi dua:

  1. Jahhiliyyah mutlak: tidak teringkat oleh tempat, waktu dan orang. Ini adalah sunnah jahiliyyah sebelum Nabi Muhammad diutus sebagai Nabi.
  2. Jahiliyyah tertentu.

Disetiap masa ada orang yang istiqomah diatas kebenaran. Sehingga tidak ada lagi jahiliyyah secara mutlak. Yang ada adalah jahiliyyah tertentu. Misalkan ada tempat maksiat maka tempat tersebut disebut jahiliyyah. Atau orang tertentu yang berbuat dosa.

Makna jahiliyyah adalah segala perkara yang menyelisihi apa yang dibawa oleh rasulullah

Wallahu Ta’alla ‘Alam

Dalil Al-Qur’an mengenai Kewajiban Memeluk Islam

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Fadhlul Islam – Bab Keutamaan Islam oleh Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.

Kitab Fadhlul Islam

Penulis: Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimakumullah.

Bab Kewajiban Memeluk Islam

Dalil Al-Qur’an mengenai Kewajiban Memeluk Islam

Ada dua pembahasan

Pembahasan Pertama: Kesesuaian hubungan antara bab dengan judul buku

Setelah bab sebelumnya mengenai keutamaan Islam, maka pada bab ini dijelaskan bahwa masuk islam adalah kewajiban bukan suatu pilihan.

Apabila telah dipelajari akan diketahui bahwa masuk Islam bukan anjuran atau yang disunnahkan, akan tetapi merupakan kewajiban. Karena tidak ada kebaikan selain Islam

Pembahasan Kedua: Kewajiban masuk kedalam Islam

Sebagaimana hadist pada Riwayat Al-Bukhary dan Muslim, Nabi bersabda:

Dalil Pertama: Surat Ali ‘Imran Ayat 85

Firman Allah ﷻ:

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ ٱلْإِسْلَـٰمِ دِينًۭا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِى ٱلْـَٔاخِرَةِ مِنَ ٱلْخَـٰسِرِينَ

Barangsiapa yang mencari agama selain Islam, sekali-kali (agama itu) tidaklah akan diterima darinya, dan di akhirat dia termasuk sebagai orang-orang yang merugi.” (Ali ‘Imran:85)

Ada tiga pembahasan:

Pembahasan Pertama: Barangsiapa yang mencari agama selain Islam

Terdapat dua makna:

  1. Mencari agama selain Islam (agama lain), maka tidak adan diterima darinya
  2. Siapa yang mencari tuntunan selain tuntunan Islam (bid’ah), maka tidak akan diterima darinya

Pembahasan Kedua: Makna, dia diakhirat menjadi orang yang merugi.

Kerugian ada dua macam:

  1. Kerugian yang besar, artinya diharamkan masuk surga dan dikekalkan dineraka
  2. Kerugian yang kecil, artinya tidak langsung masuk surga, disiksa dulu dineraka karena dosanya.

Kerugian besar yaitu pada orang yang mencari agama selain Islam. Adapaun kerugian kecil yaitu pada orang muslim yang mencari tuntunan selain yang diajarkan Rasulullah ﷺ.

Pembahasan Ketiga: Ancaman terhadap siapa yang tidak masuk kedalam Islam

Ayat ini adalah ancaman tegas pada orang yang tidak masuk kedalam Islam.

Masuk kedalam Islam bukan cuma agama saja, akan tetapi wajib mengikuti tuntunan sesuai Al-Qur’an dan As-Sunnah Rasulullah ﷺ.

Dalil Kedua: Surat Ali ‘Imran Ayat 19

Firman Allah ﷻ:

إِنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلْإِسْلَـٰمُ

Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (Ali “imran: 19)

Ayat ini merupakan penegasan bahwa Agama yang diridhai Allah hanyalah Islam.

Dalam ayat ini adalah mencakup Islam yang umum, yaitu:

Adapun makna khusus adalah Agama yang dibawa oleh Nabi ﷺ dan syariatnya.

Pembahasan: Penjelasan apa agama yang Allah ridhai, makhluk beragama dengannya.

Dalil Ketiga: Surat Ali ‘Imran Ayat 153

Firman Allah ﷻ:

وَأَنَّ هَـٰذَا صِرَٰطِى مُسْتَقِيمًۭا فَٱتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا۟ ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِۦ

dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya.” (Al-A’am: 153)

Mujahid رضي الله عنه  berkata, “Subul ‘jalan-jalan’, adalah bid’ah-bid’ah dan syubhat-syubhat

Ayat ini teramasuk pada ayat 10 wasiat dari 3 ayat di surat Al-An’am.

Ada tiga pembahasan

Pembahasan Pertama: Masuk kedalam Islam hendaknya mengikuti jalan yang lurus.

Dalam ayat ini dijelaskan bagaimana masuk kedalam Islam yang mengiti jalan yang lurus. Hal ini yang kita minta dalam setiap surat di surat Al-Fatihah, yaitu wahai Allah tunjukanlah jalan yang lurus.

Ini adalah kata perintah sehingga wajib untuk diikuti. Dan juga ditegaskan untuk tidak mengikuti jalan-jalan yang lainnya.

Pembahasan Kedua: Masuk kedalam Islam yaitu dengan meninggalkan jalan-jalan yang lain (Bid’ah dan Syubhat).

Meninggalkan jalan yang lain (syub’hat) termasuk agama lain, sekte, aliran, kelompok, dan lainnya.

Juga meninggalkan segala bid’ah. Tuntunan agama jelas, sudah sempurna, sehingga tidak perlu perkara baru dalam agama.

Seorang Muslim apabila sudah mengenal jalan yang lurus, maka tempuhlah dan bertahan diatas jalan itu. Hal ini juga akan memudahkan meninggalkan jalan-jalan yang keliru.

Ada yang tersesat jalannya yaitu pindah-pindah agama, mencari kebenaran. Akan tetapi ketiga masuk kedalam Islam, menjadi bingung memilih kelompok yang mana. Asal kebingungan ini adalah karena belum mengenal jalan Islam.

Adapun orang yang sudah mengenal Islam, maka berdasarkan ayat ada kalimat tunjuk sehingga jalannya jelas. Maka ikutilah jalan tersebut.

Sebagaimana Firman Allah:

Dan juga Rasulullah bersabda

Hidayah ada dua macam:

  1. Hidayah menuju jalan, yaitu yang tidak kenal Islam, menjadi mengenal jalan Islam.
  2. Hidayah diatas jalan, yaitu orang muslim yang selalu diatas jalannya, tidak kekanan dan kekiri.

Sebagaimana hadist dari Ibnu Mas’ud dalam riwayat Ahabu Sunnan, Rasulullah pernah menggari sebuah garis yang lurus, kemudian berkata “ini adalah jalan Allah yang lurus“. Kemudian beliau menggaris di kanan dan kiri garis yang banyak. Kemudian beliau berkata “ini adalah jalan-jalan, tidak ada satu jalan pun darinya kecuali ada syaithon yang mengajak pada jalan ini“. Islam adalah jalan yang lurus dan apabila sudah masuk kedalam Islam jangan ikuti jalan kanan dan kiri seperti: kekafiran, bid’ah, syubhat.

Pembahasan ketiga: Islam itu satu jalan saja bukan jalan-jalan yang berbilang (banyak).

Dalam Al-Qu’ran jalan yang lurus selalu dengan lafadz tunggal (mufrad): Ad-Diin, As-Syirot, As-Sabil, yang semuanya menunjukan jalan yang satu.

Hal ini tidak bertentangan dengan firman Allah dalam surat Al-Ankabut ayat 69:

Disebutkan “jalan-jalan Kami”. Dalam bahasa Arab terkadang yang satu dibahasakan dengan bahasa yang banyak, bukan karena sesuatu itu banyak tapi karena rincian dalam sesuatu itu banyak.

Misalnya, didalam hadits pena yang menulis takdir disebutkan cuman satu. Akan tetapi dalam hadist lain disebutkan “pena-pena telah diangkat”. Dalam hadits ini disebutkan pena dalam bentuk jamak. Hal ini tidak bermakna penanya banyak, akan tetapi yang ditulisnya banyak.

Sehingga yang dimaksud jalan-jalan Kami pada ayat tersebut bermakna Islam jalannya satu akan tetapi ketaatan dalam Islam banyak seperti: shalat, zakat, puasa dan lainnya.

Jalan Islam hanya satu yaitu jalan yang lurus, apabila keluar dari jalan itu, dipastikan akan menyimpang dari ajaran Islam.

Jalan Islam akan memberikan keteguhan bukan kebingungan. Kisah Imam Malik yang diajak berdebat yang apabila menang maka harus diikuti jalan yang menang. Imam Malik berkata “Saya yakin diatas agama saya, adapun kamu agamanya tidak jelas, maka cari dulu agamamu”.

Buku ini merinci bagaimana memahami Islam dengan benar, memberikan metoda dan manhaj Islam yang lurus.

Wallahu Ta’alla ‘Alam

Keutamaan Islam dari Atsar para Sahabat

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Fadhlul Islam – Bab Keutamaan Islam oleh Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.

Kitab Fadhlul Islam

Penulis: Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimakumullah.

Bab Keutamaan Islam

Riwayat dari Ubay bin Ka’ab

Ubay bin Ka’b رضي الله عنه , beliau berkata, “Kalian wajib (berpegang teguh) di atas jalan dan sunnah. Karena, tidaklah seorang hamba berada di atas jalan dan sunnah lalu mengingat Ar-Rahman sehingga mencucurkan air mata karena takut kepada Allah, maka tidak akan disentuh oleh api neraka. Tidaklah seorang hamba berada di atas jalan dan sunnah lalu meningat Ar-Rahman sehingga kulitnya meinding karena takut kepada Allah, kecuali keadannya seperti sebuah pohon yang daun-daunnya telah mengering dalam keadaan demikian, angin pun menimpanya sehingga daun-daunnya berguguran. Maka, dosa-dosa hamba tersebut akan berguguran sebagaimana daun-daun berguguran dari pohon itu. Sesungguhnya, bersikap pertengahan di atas jalan dan sunnah lebih baik daripada bersungguh-sungguh dalam menyelisihi jalan dan sunnah”.

Ini adalah pemahaman Ubay terhadap Islam. Ada 4 pembahasan

Pembahasan Pertama: Islam adalah jalan dan sunnah.

Islam adalah sunnah dan sunnah adalah juga islam. Sunnah adalah ucapan dan amalan dohir dan bathin. Hal ini adalah Islam.

Pembahasan Kedua: Islam membuat seorang hamba di haramkan masuk neraka.

Apabila diatas keislaman yang benar, maka akan membawa rasa takut kepadanya. Yang menjadi sebab diharamkan dari api neraka

Islam menghapuskan dosa-dosa hamba

Pembahasan Ketiga: Keislaman menghapuskan dosa. Sebagaimana orang kafir yang masuk islam, maka keisalamannya menghapuskan yang sebelumnya. Dalam Sahih Muslim, Rasulullah ﷺ bersabda:

Dan juga apabila sudah Islam dan melakukan dosa-dosa. Kemudian ada rasa takut kepada Allah yang menjadi sebab digugurkannya dosa-dosa tersebut.

Pembahasan Keempat: Pertengahan (berhemat) diatas keislaman lebih baik dari pada bersungguh-sungguh tidak diatas Islam

Yang paling utama yaitu orang yang bersungguh-sungguh diatas Islam. Kemudian apabila orang yang biasa saja (hemat, sederhana atau pertengahan) dalam berislam yaitu menjalankan sunnah, maka itu lebih baik daripada orang yang sungguh-sungguh tapi tidak sesuai dengan jalan dan sunnah.

Sesuatu tidak diukur dengan banyaknya amalan akan tetapi kesesuaian diatas jalan dan sunnah.

Orang yang mengobarkan waktu, tenaga dan hartanya akan tetapi menyelisihi sunnah, maka dia tidak dapat apa-apa. Sedangkan orang yang duduk saja atau istirahat (tidur) maka dia lebih bagus dari pada orang yang menyelishi sunnah.

Contohnya ada acara demo, ada orang yang ikut demo dengan mengeluarkan uang, tenaga dan waktu untuk demo. Maka dia tidak dapat apa-apa dan bahkan mendapat dosa. Sedangkan orang yang di ajak demo, dia tidak ikut dan hanya tidur dirumahnya. Maka dia lebih bagus daripada orang yang ikut demo.

Beragama bukan masalah semangat, bukan masalah punya kesungguhan. Tapi beragama itu adalah memastikan yang kita kerjakan sesuai dengan jalan Islam atau tidak.

Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi Hafidzahullah

Riwayat Dari Abu Darda

Dari Abu Darda’ رضي الله عنه , beliau berkata, “Betapa tidur dan bebukanya orang yang cerdik lebih bagus daripada begadang malam dan puasanya orang yang bodoh. Sesungguhnya, kebaikan sebesar dzarrah, disertai dengan ketaqwaan dan keyakinan, adalah lebih besar, lebih utama, dan timbangan (pahalanya) lebih berat daripada ibadah sebesar gunung orang-orang tertipu.

Orang yang cerdik yaitu orang yang mengenal jalan Islam dengan benar. Adapun orang yang bodoh melakukan aktivitas tidak berdasarkan pada ilmu.

Bukan masalah amalan shalat dan puasanya akan tetapi bagaimana cara melakukan shalat dan puasanya. Sebagaimana kaum khawarij mereka shalat dan puasa. Malah shalat dan puasanya lebih banyak. Akan tetapi kaum khawarij dikatakan oleh Nabi:

Sehingga bukan diukur dengan banyaknya ibadah (Shalat, Puasa atau baca Al-Quran) akan tetapi apakah ibadah tersebut dikerjakan diatas Islam atau tidak.

Dharah adalah biji yang terkecil atau telur semut. Melakukan amalan yang paling kecil akan tetapi dilakukan dengan taqwa dan keyakinan, lebih baik daripada melakukan amalan besar tapi dari orang-orang yang tertipu.

Ada 4 Pembahasan:

Pembahasan Pertama: Orang yang berpegang pada Islam yang benar adalah orang yang cerdas

Yang menjadi ukuran bukan banyaknya, bukan semangatnya, bukan pula dia melebihi yang lainnya. Tapi yang menjadi standard dan ukuran adalah diatas Islam yang benar.

Pembahasan Kedua: Amalan yang sedikit tapi disertai Islam yang benar, bersama taqwa dan keyakinian, lebih baik daripada ibadah yang banyak dari orang-orang yang tertipu.

Pembahasan Ketiga: Yang menjadi ukuran bukan banyaknya amalan.

Pembahasan Keempat: Sebab amalan dilipatkgandakan.

Amalan dilipatkangandakan yaitu dengan Islam yang benar.

Sebab Utama yang menjadikan amalan besar adalah pelaku amalan itu sendiri. Yaitu memiliki keikhlasan, kejujuran, ketulusan, kesyukuran dan kesabaran serta amalan-amalan hatinya.

“Abu Bakr tidak mendahului kalian dengan banyaknya puasa, shalat tapi Abu Bakr mendahului kalian dengan sesuatu yang bercokol di dalam hatinya.”

Perkataan sebagian Salaf

Cara hidup (berislam) para sahabat: Bagaimana saya bisa mendapatkan cara berjalan mu yang sangat bagus dan rapi, yaitu Kamu jalannya pelan-pelan tapi tibanya paling awal.”

Perkataan penyair yang dinukil Ibnu Rajab

Wallahu Ta’alla ‘Alam

Keutamaan Islam dalam Hadits Nabi ﷺ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Fadhlul Islam – Bab Keutamaan Islam oleh Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.

Kitab Fadhlul Islam

Penulis: Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimakumullah.

Bab Keutamaan Islam

Perumpamaan umat Islam yang bekerja dibanding Ahli Kitab

Dalam Ash-Shahih dari Ibnu Umar Radhiallahu anhuma, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, “Permisalan antara kalian dan dua Ahlul Kitab adalah seperti seseorang yang mempekerjakan pegawai. Dia berkata, ‘Siapa yang mau bekerja untukku dari pagi sampai tengah hari dengan upah satu qirath?’ Maka bekerja lah orang-orang Yahudi. Dia berkata lagi ‘Siapa yang mau bekerja untuku dari tengah hari sampai (waktu) shalat Ashar dengan upah satu qirath?’. Maka bekerjalah orang-orang Nashara. Dia berkata lagi ‘Siapa yang mau bekerja untukku dari ashar sampai matahari tenggelam dengan upah dua qirath?’. Maka kalianlah (muslimin yang bekerja). Orang-orang Yahudi dan Nashara pun marah dan mengatakan. ‘Bagaimana ini, kami berkeja lebih banyak tetapi upahnya lebih sedikit?’ Orang tersebut menjawab, ‘Apakah saya telah mengurangi hak kalian?’ Mereka menjawab, ‘Tidak’. Orang tersebut berkata, ‘Itulah kebaikanku yang saya berikan kepada siapa saja yang saya kehendaki.’.”

Satu qirath biasanya diibaratkan gunung yang sangat besar. Secara bahasa qirath adalah seperdua dari seperenam dirham atau seperduabelas.

Ditawarkan tiga penawaran pekerjaan:

  1. Bekerja dari pagi sampai tengah hari dengan upah satu qirath. Maka orang Yahudi yang bekerja. Berdasarkan urutan yaitu umat Yahudi, Nashara, dan Islam.
  2. Bekerja dari tengah hari sampai shalat Ashar dengan upah satu qirath.Maka orang Nashara yang bekerja.
  3. Bekerja dari Ashar sampai matahari tenggelam dengan upah 2 qirath. Maka orang Muslim yang bekerja.

Orang yahudi dan nashara marah dan mempertanyakan kenapa kami bekerja lebih banyak tapi upahnya sedikit. Sedangkan Muslim lebih sedikit bekerja tapi upahnya lebih banyak.

Kemudian yang memperkerjakan bertanya, Apakah ada hak kalian yang dikurangi? mereka berkata tidak ada. Sehingga tidak ada yang didholomi karena sudah sesuai dengan akad. Maka itulah kebaikan dari ku. Memberikan kepada siapa yang saya kehendaki.

Ada empat pembahasan:

Pembahasan Pertama: Keutamaan Islam diatas selainnya bahwa pemeluk agama islam pahalanya lebih besar dari pemeluk agama sebelumnya.

Yahudi dan Nashara adalah agama terdahulu. Setelah diutus Nabi Muhammad ﷺ, maka semuanya harus beriman kepada Nabi terakhir.

Keutamaan Islam, ummat yang sedikit amalannya tapi besar pahalanya, seperti:

  • Malam lailatul qadar lebih baik dari seribu bulan
  • 10 hari pertama bulan Dzulhijah, yaitu hari-hari terbaik dari kehidupan di dunia.
  • Amalan hati yang membuat amalan badan menjadi berlipat ganda

Pembahasa Kedua: Disyariatkan untuk membuat perumpamaan-perumpamaan untuk mendekatkan pemahaman.

Perumpamaan dibuat agar kita memahaminya, sebagaimana firman Allah ﷻ:

وَتِلْكَ ٱلْأَمْثَـٰلُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ ۖ وَمَا يَعْقِلُهَآ إِلَّا ٱلْعَـٰلِمُونَ

Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia dan tiada yang memahaminya, kecuali orang-orang yang berilmu.” (Al-Ankabut: 43)

Pembahasan Ketiga: Luasnya keutamaan Allah ﷻ untuk umat ini.

Contohnya ketiga orang duduk saja bertafakur mendapatkan pahala dari amalan hati berupa kesyukuran, ridho, rasa harapan, rasa takut, rasa cinta, dan lainnya.

Pembahasan Keempat: Yang menjadi ukuran bukan banyaknya amalan.

Belum tentu orang yang banyak amalan, akan banyak pahalan atau lebih besar kedudukannya. Yang menjadi ukuran adalah mencocoki keislaman yang benar yaitu ikhlas dan mutaba’ah.

Keutamaan Islam di dunia dan akhirat

Juga dalam (Ash-Shahih) dari Abu Hurairah Radhiallahu Anhu, beliau berkata: Rasulullah ﷺ bersabda, “Allah telah menyesatkan orang-orang sebelum kita perihal (mendapatkan) Jumat. Oleh karena itu, jadilah hari Sabtu untuk orang-orang Yahudi dan hari Ahaad untuk orang-orang Nasahara. Lalu, Allah mendatangkan kita dan memberi petunjuk untuk kita kepada hari Jumat. Demikian pula mereka mengikuti pada hari kiamat. Kita adalah penduduk terakhir, tetapi menjadi umat pertama pada hari kiamat“.

Maksudnya orang-orang sebelum kita disesatkan akan hari Jumat. Dimana Allah menetapkan hari Jumat adalah yang afdhal. Yahudi memilih hari Sabtu sedangkan Nashara memilih hari Ahad. Umat Islam diberi petunjuk untuk memilih hari Jumat. Urutan hari adalah Jumat, Sabtu, dan Ahad. Sehingga Yahudi dan Nashara mengikuti umat Islam didunia. Sebagaimanapula di akhirat, umat islam didahulukan. Sehingga Umat Islam datang terakhir kedunia akan tetapi didahulukan diakhirat (masuk surga).

Ada 5 Pembahasan:

Pembahasan Pertama: Keutamaan Islam bukan di dunia saja tapi di dunia dan akhirat

Pembahasan Kedua: Hidayah untuk ummat ini (Islam)

Umat Islam apabila sepakat akan sesuatu, maka selalu benar. Sebagaimana Nabi bersabda:

Tidak mungkin umat Islam bersepakat pada sesuatu yang keliru.

Kisah Sahabat Yang Sepakat dengan Kebenaran

Kisah Umar bin Khatab. Beliau keluar bersama para sahabat, yang ketika akan memasuki suatu negeri, terdengar berita bahwa negeri tersebut terkena penyakit Towun. Kemudian para sahabat berselisih, ada yang berkata jangan masuk daerah ini karena akan membahayakan. Yang lain berkata hal ini adalah takdir dan ketentuan Allah, sehingga kita masuk saja. Umar memanggil kaum Anshar untuk bermusyawarah akan tetapi mereka juga berselisih. Kemudian bermusyawarah dengan kaum Muhajirin, akan tetapi mereka juga berselisih. Kemudian berdisikusi dengan orang yang paling tua dikalangan Muhajirin, mereka tidak berselisih yaitu sepakat untuk kembali ke Kota Madinah dan tidak memasuki daerah tersebut.

Kemudian Abu Ubaidah bin Jarah berkata kepada Umar, wahai ‘Amirul Mukminin, apakah kita lari dari takdir Allah?, Maka Umar berkata “Andaikata selain kamu yang mengucapkan itu”, kenapa berucap seperti itu. Umar berkata “Kita lari dari takdir Allah, ke takdir Allah yang lainnya.

Setelah di Madinah, Abdurahman bin Auf berkata bahwa Nabi ﷺ bersabda yang maknanya apabila terjadi musibah pada suatu kaum dan kalian di negeri itu, maka jangan kalian keluar, Tapi apabila kalian belum masuk di dalamnya, maka jangan masuk ke negeri itu.

Sehingga keputusan Umar dan para sahabat sudah benar. Sehingga kesepakatannya tidak akan bertentangan dengan hadits.

Pembahasan Ketiga: Keutamaan Hari Jum’at

Hari jum’at adalah sayyidul ayam, hari yang paling utama.

Pembahasan Keempat: Umat-umat terdahulu mengikut kepada umat Islam pada hari Kiamat.

Umat Islam pemimpin dihari kiamat.

Pembahasan Kelima: Umat Islam adalah umat paling terakhir di dunia tapi yang pertama masuk surga.

Sebagaimana hadits diriwayat yang lain:

Islam adalah Agama yang hanfiyyah dan mudah

Juga dalam (Ash-Shahih) secara mua’allaq, dari Nabi ﷺ bahwa beliau bersabda, “Agama yang paling dicintai oleh Allah adalah agama yang hanifiyyah yang samhah.” Selesai (penukilan darinya).

Mu’allaq artinya ketika membawakan tidak disebutkan nama gurunya ke atas. Tapi hadits ini telah disambung dalam Al-Bukary di Kitab Adab Al Mufrad.

Ada tiga pembahasan:

Pembahasan Pertama: Islam disifatkan dengan hanifyyah

Haniyyah dari kata hanaf (condong). Yaitu condong kepada tauhid dan meninggalkan kesyirikan.

Nabi Ibrahim disebut hanifan karena meninggalkan sesuatu karena Allah dan selalu menghadap kepada Allah, sebagaimana firman Allah:

Pembahasan Kedua: Keutamaan Islam dengan Samha (Yang Mudah)

Islam adalah agama yang mudah, gampang, pemurah.

Agama sebelum Islam ditimpa banyak kesusahan, belenggu-belenggu. Sebagaimana firman Allah:

Contohnya dalam Al-Qur’an ketika Bani Israil disuruh bertobat, mereka dikumpulkan disuatu tempat dan disuruh saling membunuh.

Dalam Islam dimudahkan untuk bertobah yaitu dengan beberapa syarat berikut:

  1. Ikhlas dalam taubat
  2. Tinggalkan perbuata dosa itu
  3. Sesali perbuatan dosanya
  4. Berniat dengan sungguh-sungguh tidak mengulangi dosa itu
  5. Waktunya sepanjang nyawa belum sampai tenggorkan dan matahari belum terbit dari arah Barat.
  6. Apabila dosa dengan manusia, maka harus meminta maaf (penghalalan) kepada yang didholimi.

Dapat dilihat dibuku ahli kitab yang ada sekarang, terlihat hal-hal yang menyusahkan.

Pembahasan Ketiga: Keutamaan Islam adalah agama yang paling dicintai oleh Allah.

Islam adalah agama yang paling dicintai Allah juga termasuk syariatnya.

Wallahu Ta’alla ‘Alam

Keutamaan Islam dalam Surat Al Hadid Ayat 28

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Fadhlul Islam – Bab Keutamaan Islam oleh Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.

Kitab Fadhlul Islam

Penulis: Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimakumullah.

Bab Keutamaan Islam

Dalil 3: Surat Al-Hadid 28

Allah berfirman:

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَءَامِنُوا۟ بِرَسُولِهِۦ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِن رَّحْمَتِهِۦ وَيَجْعَل لَّكُمْ نُورًۭا تَمْشُونَ بِهِۦ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۚ وَٱللَّهُ غَفُورٌۭ رَّحِيمٌۭ

Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Hadid: 28)

Ada dua penafsiran untuk ayat ini.

  1. Bahwa yang dipanggil disini adalah orang yang beriman dari Ahlul Kitab.
  2. Bahwa yang dipanggil disini adalah orang yang beriman dari Ummat Islam.

Apabila mengikuti penafsiran pertama bahwa Ahlul Kitab juga diajak untuk mengikuti agama yang dibawa Nabi Muhammad Shallallau ‘Alihi Wa Sallam. Ahlul Kitab yang masuk islam dapat pahala dua kali, sudah beriman kepada Rasulnya dan beriman kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alihi Wa Sallam. Sebagaimana firman Allah Ta’alla:

أُو۟لَـٰٓئِكَ يُؤْتَوْنَ أَجْرَهُم مَّرَّتَيْنِ

Mereka itu diberi pahala dua kali” (Al-Qasas: 54)

Kemudian dari hadits:

Apabila mengikuti penafsiran kedua, lebih jelas lagi bahwa orang yang beriman dari ummat Islam mendapat keutamaan.

Pembahasan Pertama: Yang dimaksud dengan Islam adalah beramal dengan syairat dan terikat dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam

Pembahasan Kedua: Tiga bentuk keutamaan Islam

  1. Mereka diberi dua bagian dari rahmat Allah (dunia dan akhirat).
  2. Mereka dapat cahaya untuk mengambil petunjuk di jalannya. Yaitu: Ilmu, keyakinan, hak dan bathil, petunjuk dan kesesatan, baik dan buruk.
  3. Mereka di ampuni dosa-dosanya. Dikarenakan sebab ketakwaan dan ketaatan kepada Rasul.

Dalam surat Al-Ahzab yang pertama diampuni adalah dengan keislamannya:

إِنَّ ٱلْمُسْلِمِينَ وَٱلْمُسْلِمَـٰتِ وَٱلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَـٰتِ وَٱلْقَـٰنِتِينَ وَٱلْقَـٰنِتَـٰتِ وَٱلصَّـٰدِقِينَ وَٱلصَّـٰدِقَـٰتِ وَٱلصَّـٰبِرِينَ وَٱلصَّـٰبِرَٰتِ وَٱلْخَـٰشِعِينَ وَٱلْخَـٰشِعَـٰتِ وَٱلْمُتَصَدِّقِينَ وَٱلْمُتَصَدِّقَـٰتِ وَٱلصَّـٰٓئِمِينَ وَٱلصَّـٰٓئِمَـٰتِ وَٱلْحَـٰفِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَٱلْحَـٰفِظَـٰتِ وَٱلذَّٰكِرِينَ ٱللَّهَ كَثِيرًۭا وَٱلذَّٰكِرَٰتِ أَعَدَّ ٱللَّهُ لَهُم مَّغْفِرَةًۭ وَأَجْرًا عَظِيمًۭا

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin 1, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”. (Al-Ahzab: 35)

Wallahu Ta’alla ‘Alam

Keutamaan Islam dalam Surat Yunus Ayat 104

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Fadhlul Islam – Bab Keutamaan Islam oleh Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.

Kitab Fadhlul Islam

Penulis: Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimakumullah.

Bab Keutamaan Islam

Dalil 2: Surat Yunus Ayat 104

Allah berfirman:

قُلْ يَـٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِن كُنتُمْ فِى شَكٍّۢ مِّن دِينِى فَلَآ أَعْبُدُ ٱلَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَلَـٰكِنْ أَعْبُدُ ٱللَّهَ ٱلَّذِى يَتَوَفَّىٰكُمْ ۖ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ

Katakanlah, “Hai manusia, jika kamu masih dalam keragu-raguan tentang agamaku, maka (ketahuilah) aku tidak menyembah yang kamu sembah selain Allah, tetapi aku menyembah Allah yang akan mematikan kamu dan aku telah diperintah supaya termasuk orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus: 104)

Empat Pembahasan:

Pertama: Hakikat dari Islam adalah Mentahuidkan Allah

Islam dengan makna tauhid memberi keutamaan. Dakwah seluruh nabi dan rasul adalah tauhid, sebagaimana firman Allah:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍۢ رَّسُولًا أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلطَّـٰغُوتَ ۖ

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah ṭāgūt 1 itu” (An-Nahl: 36

Kedua: Keutamaan Islam dari sisi keumuman Islam untuk seluruh manusia.

Islam adalah untuk seluruh manusia. Al-quran adalah untuk seluruh manusia, sebagaimana firman Allah:

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدْ جَآءَتْكُم مَّوْعِظَةٌۭ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَآءٌۭ لِّمَا فِى ٱلصُّدُورِ

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhan-mu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada. (Yunus :57)

Kemudian firman Allah:

وَمَآ أَرْسَلْنَـٰكَ إِلَّا رَحْمَةًۭ لِّلْعَـٰلَمِينَ

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Al-Anbiya: 107)

Firman Allah:

وَمَآ أَرْسَلْنَـٰكَ إِلَّا كَآفَّةًۭ لِّلنَّاسِ بَشِيرًۭا وَنَذِيرًۭا

Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan (Saba: 28)

Islam untuk semua orang Arab dan orang Ajam, yang dekat dan yang jauh, berkulit putih dan hitam dan lainnya.

Rasulullah Shallalu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:

Ketiga: Selamatnya Ahlul Islam dari Syubhat dan Syahwat.

Syubhat dan syahwat adalah segala kejelekan bagi manusia. Syaithon menyerang manusia dari dua hal ini. Syubhat menyebabkan keraguan dalam beragama sedangkan syahwat adalah dari hawa nafsu manusia.

Akan tetapi orang muslim selamat dari syuhbhat dan syahwat. Apabila ada yang ragu dengan keislamannya, maka orang muslim tidak ragu. Begitupula apabila ada syahwat untuk beribadah kepada selain Allah, orang muslim tetap beribadah hanya kepada Allah semata.

Hal ini apabila muslim yang mempuh jalannya dengan benar akan selamat dari syubhat dan syahwat.

Keempat: Keteguhan siapa yang berpegang dengan Islam.

Siapa yang berpegang Islam dengan benar, maka di akan diberikan keteguhan. Sehingga apabila ada seorang muslim ada keraguan dan kebimbangan, artinya ada kekeliruan dalam mempelajari Islam.

Sifat para sahabat ketika ditanya oleh Hirakel, apakah ada dari sahabat nabi yang telah masuk Islam lalu keluar dari agamanya karen benci pada agamanya?. Maka Muawiyyah bin Abi Soffyan yang memimpin rombongan Quraish mengatakan tidak ada.

Dikisahkan ketika Nabi berteduh didekan dinding Ka’bah para sahabat menghampirnya dan mengeluhkan kaum kafir Quraish. Kemudian Nabi shallalahu ‘alaihi wasallam berkata bahwa telah ada umat sebelum kalian disiksa dengan yang sangat pedih. Kemudian nabi bersabda:

Abu Bakr radhiallahu anhu adalah sahabat yang paling teguh dengan keyakinannya. Dalam kisah Isra dan Mi’raj, Abu Bakar membenarkan Nabi dari kisah tersebut. Dalam perang Badr ketika Nabi berdoa, Abu Bakr berkata Allah akan selalu memenangkan agamamu. Kemudian dalam perjanjian hudaibiyah, ketika Umar ragu, Abu Bakr yang paling teguh. Ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam meninggal, Abu Bakr juga yang mengingatkan sahabat yang lain.

Untuk para penuntut ilmu, apabila menuntut ilmu dengan benar maka akan membuatnya semakin teguh.

Allah berfirman:

وَلَوْ أَنَّهُمْ فَعَلُوا۟ مَا يُوعَظُونَ بِهِۦ لَكَانَ خَيْرًۭا لَّهُمْ وَأَشَدَّ تَثْبِيتًۭا

Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka), (An-Nisa: 66)

Salah seorang dari Ulama tabi’in, Al-Imam Abu Ar-Riyah, beliau berkata Allah memberiku dua nikmat, saya tidak tahu nikmat mana yang paling besar. Nikmat yang pertama adalah keislaman dan yang kedua adalah saya tidak dijadikan oleh Allah sebagai haruriyan (orang yang berpemikiran khawarij).

Wallahu Ta’alla ‘Alam