Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Fadhlul Islam – Bab Keutamaan Islam oleh Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.
Kitab Fadhlul Islam
Penulis: Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimakumullah.
Bab Kewajiban Memeluk Islam
Hadits mengenai Kewajiban Memeluk Islam
Atsar 1
Dalam Ash-Shahih, dari Hudzaifah radhiallahu ‘anhu, beliau berkata, “Wahai para Qurra’ ‘pembaca Al-Qur’an’, istiqamahlah kalian karena sesungguhnya kalian telah mendahului dengan (jarak yang) sangat jauh. Apabila menyimpang kekiri atau ke kanan, sungguh kalian telah tersesat sejauh-jauhnya.
Penjelasan:
Wahai para pembaca Al-Qur’an. Al-Qurra adalah istilah yang pada masa ini adalah orang yang pandai membaca Al-Qur’an yang mempunyai sanad sampai ke Nabi. Akan tetapi dimasa sekarang belum tentu seorang syeikh yang berilmu.
Pada masa Nabi, Al-Qurra adalah pembaca Al-Qur’an yang menghafal Al-Quran, hadits Rasulullah, memahami, dan mengamalkannya. Atau dinamakan ulama pada masa dahulu.
Maksudnya diingatkan kepada para ulama agar tidak menyimpang, Karena apabila menyimpang siapa lagi yang akan meluruskannya.
Atsar ini adalah hadits marfu’
Terdapat tiga pembahasan:
Pembahasan 1: Kewajiban Istiqomah diatas Islam.
Setelah membawakan kewajiban masuk Islam, maka disini diingatkan agar istiqamah diatas Islam. Istiqamah adalah menapaki jalan yang lurus, continue diatasnya dan tidak keluar jalan.
Para Al-Qurra diperintah untuk istiqamah diatas Islam.
Pembahasan 2: Mendahului jarak yang jauh dengan cara Istiqamah
Semua orang hakikatnya berjalan menuju ke akhirat kepada Allah. Apakah jalannya benar atau tidak. Apabila sudah benar, apakah jalannya cepat atau lambat. Apabila ingin cepat, maka dengan cara istiqamah.
Pembahasan 3: Kesesatan yang jauh bagi siapa yang berpaling dari Istiqamah
Atsar 2:
Dari Muhammad bin Waddhah, (beliau berkata), “Sesungguhnya beliau (Hudzaifah) memasuki masjid dan berhenti pada halaqah (kumpulan orang), lalu beliau menyebut ucapan tersebut.” Beliau berkata (muhammad bin Wadhdhah): Sufyan bin Uyainah memberitakan kepada kami, dari Mujalid, dari Asy-Sya’by, dari Masruq, beliau berkata: Abdullah, yakni Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu, berkata “Tidaklah ada suatu tahun, kecuali keadaan tahun sesudahnya pasti lebih jelek daripada (tahun sebelum)nya. Saya tidak mengatakan bahwa (keadaan hujan) satu tahun lebih baik daripada tahun lain, tidak pula (ladang) suatu tahun lebih subur daripada tahun (sebelumnya), tidak pula pemimpin lebih baik daripada pemimpin (sebelumnya). Akan tetapi, hilangnya ulama dan orang-orang baik kalian, lalu muncul kaum yang mengukur perkara agama berdasarkan akal mereka sehingga hancurlah Islam dan menjadi pecah”.
Penjelasan:
Kaidah “tidak ada satu tahun kecuali tahun sesudahnya lebih jelek dari tahun sebelumnya”. Tidak dimaksudkan hujan tahun sekarang lebih jelek dari tahun sebelumnya atau ladang satu tahun lebih subur dari tahun sebelumnya atau pemimpin sebelumnya lebih jelek dari sebelumnya. Maksudnya adalah hilangnya ulama kalian dan orang-orang terbaik kalian. Setelah pergi sahabat tidak ada yang lebih baik dari sahabat dimasa itu. Setelah perginya tabi’in tidak ada yang lebih baik dari tabi’in dimasa itu. dan seterusnya hingga masa ini.
Kemudian muncul kaum yang mengukur perkara agama berdasarkan akal mereka sehingga hancurlah Islam dan menjadi pecah
Terdapat tiga pembahasan:
Pembahasan 1: Tidaklah datang suatu tahun kecuali tahun sesudah nya lebih jelek
Maksudnya perginya ulama dan hilangnya orang-orang terbaik.
Pembahasan 2: Musibah itu dengan perginya ulama
Ketika ulama masih ada manusia santai saja akan tetapi ketika ulama diwafatkan Allah, umat baru menyadari pentingnya ulama ditengah manusia. Kita harus mensyukuri nikmat dalam menghadiri majelis ilmu.

Permbahasan 3: Siapa yang berpegang dengan Islam yang benar maka dia menjaga agamanya.
Adapun mengikuti pendapat yang keliru, bid’ah-bid’ah akan menghancurkan Islam.

Hal ini termasuk orang yang mempelajari ilmu bukan pada sumber yang benar. Muncul orang yang berbicara tanpa ilmu yang membahayakan ditengah umat.
Mengambil ilmu dari sumber yang benar.
Wallahu Ta’alla ‘Alam
















