Bab Firman Allah dalam Surat Ar-Rum Ayat 30 – Bagian 2

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad , keluarga dan sahabatnya.

Kitab Fadhlul Islam

  • Penulis: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
  • Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Catatan: Tulisan dengan gaya tebal-miring adalah matan dari kitab Fahdlul Islam karya Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah

Bab: Firman Allah Ta’la: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Ar-Rum: 30)

Hadits 6:

Bagi (al-Bukhary dan Muslim) Riwayat dari hadits Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhu (disebutkan), “Maka aku mengatakan seperti yang dikatakan oleh hamba yang shalih, ‘Dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau mewafatkanku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau (Maha Menyaksikan) atas segala sesuatu.’ (Al-Ma’idah:117)”

Hamba yang shalih disini adalah Nabi Isya Alaihi Salam.

Pembahasan 1: Nabi berlepas diri dari orang-orang yang mengadakan perkara baru atau yang mengganti agamanya.

Pembahasan 2: Tunduk dan menerima hukum Allah

Tunduk dan menerima terhadap takdir Allah.

Hadits 7:

Bagi (Al-Bukhary dan Muslim) Riwayat dari (Nabi ﷺ) secara marfu’, (disebutkan), “Tidak ada yang dilahirkan, kecuali dilahirkan atas fithrah, maka kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya sebagai Yahudi, Nashrani dan Majusi. Sebagaimana binatang ternak melahirkan binatang ternak dalam keadaan sempurna (fisiknya), apakah engkau melihatnya memiliki cacat (pada telinga/tanduk)? Hingga engkaulah yang membuatnya cacat.” Kemudian Abu Hurairah membaca (Firman Allah Ta’la) “(Tetaplah diatas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.” (Ar_Rum : 30) Muttafaqun ‘alaihi.

Pembahasan 1: Manusia diciptakan diatas fitrahnya

Asalnya semua bayi lahir adalah Islam.

Pembahasan 2: Mengada-ngadakan dan mengganti adalah mengeluarkan dari fitrah.

Pembahasan 3: Islam mencocoki fitrah.

Hadits 8:

Dari Hudzaifah Radhiallahu ‘Anhu, beliau berkata “Dahulu manusia bertanya kepada Rasulullah ﷺ tentang kebaikan, sedangkan saya bertanya kepada beliau tentang kejelekan karena khawatir bila kejelekan tersebut menimpaku. Saya bertanya, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya dahulu kami berada di dalam kejahilan dan kejelekan, kemudian Allah mendatangkan kebaikan ini untuk kami. Apakah setelah kebaikan ini, akan ada kejelekan?’ Beliau menjawab, ‘Ya.’ Saya bertanya, ‘Apakah setelah kejelekan itu, akan ada kebaikan?’ Beliau menjawab ‘Ya, tetapi ada asap padanya.” Saya bertanya, ‘Apa asapnya?’ Beliau menjawab, ‘Kaum yang mengambil sunnah bukan dengan sunnahku dan mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku. Ada yang engkau anggap ma’ruf, ada pula yang engkau anggap mungkar.’ Saya bertanya, ‘Apakah setelah kebaikan tersebut, akan ada kejelekan?’ Beliau menjawab, ‘Ya, fitnah yang membutakan, dan para dai yang menyeru kepada pintu-pintu jahanam. Barangsiapa yang menyambut mereka, mereka akan melemparkannya kedalam (neraka).’ Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, sebutkan sifat-sifat mereka kepada kami.’ Beliau menjawab, ‘ Mereka (sama) dengan kulit kita, berbicara dengan Bahasa kita.’ Saya bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apa yang engkau perintahkan kepadaku kalau saya menjumpai hal tersebut?’ Beliau menjawab, ‘Berpeganglah terhadap jamaah dan imam kaum muslimin.’ Saya bertanya, ‘(bagaimana) kalau mereka tidak memilik jamaah tidak pula memiliki imam?’ Beliau menjawab, ‘Tinggalkanlah semua kelompok, meskipun engkau harus menggigit akar pohon sampai kematian mendatangimu, sementara engkau tetap dalam keadaan seperti itu.’” Dikeluarkan oleh (Al-Bukhary dan Muslim)

Imam Muslim menambahkan (dalam riwayatnya): (Hudzaifah Radhiallahu ‘Anhu bertanya), “Kemudian apa setelah itu?” (Rasulullah ﷺ) menjawab, “Kemudian Dajjal akan keluar dengan membawa air dan api. Barangsiapa yang masuk ke dalam apinya, dia wajib mendapatkan pahala dan digugurkan dosa-dosanya, dan barangsiapa yang masuk kedalam airnya, dia wajib mendapatkan dosa dan digugurkan pahalanya”. Saya bertanya, “Kemudian apa setelah itu?” Beliau menjawab, “Kiamat terjadi”.

Pembahasan 1: Nabi menceritakan tentang akan terjadinya pergantian dan perubahan

Sehingga diingatakan agar istiqomah yaitu tidak mengganti dan merubah.

Pembahasan 2: Cara istiqomah dan teguh adalah komitmen terhadap jamaah kaum muslimin dan imamnya.

Dimanapun muslim berada tetap Bersama kaum muslimin dan imamnya.

Pembahasan 3: Hati-hati dari bahaya fitnah

Pembahasan 4: Harus pandai membedakan antara hak dan bathil.

Hal ini bisa dilakukan apabila mengenal Islam benar.

Pembahasan 5: Hati-hati dari da’I da’I yang mengajak kepada pintu neraka jahanam

Apabila kita sudah mengenal islam dengar benar, maka kita bisa mengetahui dai-dai yang benar.

Pembahasan 6: Teguh diatas Islam dan Sunnah sampai kematian.

Pembahasan 7: Berhati-hati dari fitnah Dajjal

Hadits 9:

Abul ‘Aliyah Rahimahullah berkata, “Pelajarilah Islam. Apabila kalian mempelajarinya, janganlah kalian berpaling darinya. Kalian juga wajib berpegang dengan shirathal mustaqim ‘jalan yang lurus’ karena sesungguhnya itu adalah Islam. Janganlah kalian menyimpang kepada jalan yang ke kiri atau ke kanan. Kalian wajib berpegang teguh dengan sunnah nabi kalian ﷺ, dan berhati-hatilah kalian terhadap hawa nafsu (bid’ah-bid’ah) ini.” Selesai (penukilan ucapanya).

Perhatikanlah ucapan Abu’Aliyah Rahimahullah tersebut! Betapa agung ucapan tersebut. Ketahuilah zaman beliau, (masa tatkala) beliau memperingatkan terhadap hawa nafsu, bahwa barangsiapa yang mengikuti hawa nafsu, berarti ia telah berpaling dari Islam. (Perhatikan pulalah) tafsiran Islam dengan sunnah, serta kekhwatiran beliau terhadap tokoh-tokoh dan ulama dari kalangan tabi’on perihal keluar dari sunnah dan kitab. (Kalau engkau memperhatikan itu semua), akan menjadi jelas bagimu makna firman-Nya Ta’ala.

“Ketika Rabb-nya berfirman kepadanya, ‘Tunduk patuhlah! Ibrahim menajwab, “Aku tunduk patuh kepada Rabb semesta alam’.” (Al-Baqarah: 131)

Dan firman-Nya,

“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata), ‘Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagi kalian maka janganlah kaian mati kecuali dalam keadaan memeluk Islam.’.” (Al-Baqarah: 132)

Dan Firman-Nya Ta’ala,

“Dan tidak ada yang membenci agama Ibrahim, kecuali orang yang memperbodoh dirinya sendiri.” (Al-Baqarah: 130)

Serta yang semisalnya dari pokok agung yang merupakan prinsip yang paling pokok, tetapi manusia lalai terhadapnya. Dengan mengetahui (ucapan Abul “Aliyah) tersebut, menjadi jelas makna hadits-hadits yang disebutkan dalam bab ini dan (hadits-hadits lain) yang semisal dengannya.

Adapun orang yang membaca (nash-nash teresebut) dan yang semisalnya, kemudian merasa aman, tenang, dan yakin bahwa dirinya tidak terkena (makna) nash tersebut, serta menyangka bahwa nash-nash tersebut ditujukan kepada orang lain, dia akan binasa. Maka, apakah mereka merasa aman terhadap adzab Allah (yang tidak terduga-duga)? “Tiada yang merasa terhadap adzab Allah, kecuali orang-orang yang merugi.”

Pembahasan 1: Maksud dari dalil yang dibawahkan penulis ini adalah apa yang ditafsirkan oleh Abul Aliyah.

Bahwa Islam apabila sudah dipelajari, maka istiqomah jangan keluar dan ke kiri. Yaitu dengan mengikuti sunnah, selalu dijaga hingga kematian.

Pembahasan 2: Memperhatikan dalil-dalil dalam bab ini adalah penting.

Pembahasan 3: Tidak merasa aman terhadap makar Allah.

Jangan merasa aman, muslim selama masih hidup tidak pernah aman dari fitnah. Nabi Ibrahim dan Nabi Yaqub berwasiat untuk anaknya agar jangan meninggal kecuali dalam keadaan muslim.

Hadits 10:

Dari Ibnu Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu, beliau berkata, “Rasulullah ﷺ membuat suatu garis untuk kami, kemudian bersabda, ‘ini adalah jalan Allah.’ Selanjutnya, beliau membuat garis-garis di samping kanan dan disamping kiri garis tersebut, lalu berliau bersabda, ‘Ini adalah jalan-jalan. Pada setiap jalan, ada setan yang mengajak kepadanya.’ Dan membaca (firman Allah Ta’ala),

‘Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus maka ikutilah (jalan) itu. Dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (lain) karena (jalan-jalan itu) mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan oleh-Nya agar kalian bertakwa.’ (Al-An’am: 153).” Diriwayatkan oleh Ahmad dan An-Nasa’iy.

Pembahasan 1: Jalan Allah adalah Islam

Pembahasan 2: Anjuran untuk teguh dan istiqomah

Pembahasan 3: Berhati-hati dari jalan-jalan kesesatan

Pembahasan 4: Semangat syaithon untuk menyesatkan manusia.

Syaithon adalah musuh yang tidak pernah tidur, berada dalam aliran darah manusia, sangat berpengalaman.

Pembahasan 5: Merealisasikan apa yang dibawa oleh Nabi dan tidak menentangnya

Wallahu Ta’ala ‘Alam

Bab Firman Allah dalam Surat Ar-Rum Ayat 30 – Bagian 1

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad , keluarga dan sahabatnya.

Kitab Fadhlul Islam

  • Penulis: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
  • Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Catatan: Tulisan dengan gaya tebal-miring adalah matan dari kitab Fahdlul Islam karya Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah

Bab: Firman Allah Ta’la: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Ar-Rum: 30)

Firman Allah Ta’ala, Ar-Rum ayat 30

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًۭا ۚ فِطْرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِى فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ ٱللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ وَلَـٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (Ar-Rum: 30)

Pembahasan 1: Kaitan bab ini terhadap buku, yaitu penulis ingin menegaskan perintah untuk istiqomah di atas Islam dan teguh di atasnya dan hati-hati dari bid’ah dan hati hati dari merubah keislaman.

Dihadapkan wajahmu dengan lurus kepada agama Allah maksudnya perintah untuk istiqomah. Tidak boleh ada perubahan pada fitrah Allah

Pembahasan 2: Perintah untuk mengislamkan wajah untuk Allah dan mencocoki fitrah dan itulah agama yang lurus.

Manusia dicipta atas firahnya. Fitrah yang lurus adalah keIslaman. Sehingga keluar dari fitrah artinya keluar dari jalan yang lurus.

Pembahasan 3: Perintah untuk teguh diatas agama walaupun kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.

Firman Allah Ta’ala, Al-Baqarah: 132

وَوَصَّىٰ بِهَآ إِبْرَٰهِـۧمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَـٰبَنِىَّ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصْطَفَىٰ لَكُمُ ٱلدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

“Dan Ibrāhīm telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya`qūb (Ibrāhīm berkata), “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam.” (Al-Baqarah: 132)

Ini adalah pelajaran yang sangat berharga dimana dua orang Nabi (Ibrahim dan Yaqub) berwasiat kepada anak-anaknya.

Pembahasan 1: Wasiat untuk tetap komitment dengan Islam hingga kematian

Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Ali ‘Imran: 102)

وَٱعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ ٱلْيَقِينُ

dan sembahlah Tuhan-mu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” (Al-Hijr: 99)

Pembahasan 2: Selalu mengingat nikmat Islam dan nikmat Tauhid

Ini adalah hal yang penting setelah kita mengenal keutamaan Islam, tafsir Islam, masuk Islam, istiqomah diatas Islam, bahaya bid’ah, maka selalu mengingat akan nikmat islam dan mentauhidkan Allah Ta’ala.

Para Nabi mewasiatkan agar berislam dan mentauhidkan Allah tidak berwasiat mengenai harta-hartanya.

Pembahasan 3: Keutamaan Islam tidak didapatkan oleh seorang hamba kecuali kalau dia beramal dengan Islam dan meninggal diatasnya.

Jangan sampai seseorang mempelajari Islam akan tetapi akhirnya meninggal dalam keadaan selain Islam. Sehingga harus dijaga dan istiqamah agar meninggal diatas keislaman.

Firman Allah Ta’ala, An-Nahl: 123

ثُمَّ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ أَنِ ٱتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَٰهِيمَ حَنِيفًۭا ۖ وَمَا كَانَ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ

“Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), “Ikutilah agama Ibrāhīm seorang yang hanif.” dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.” (An-Nahl: 123)

Pembahasan 1: Perintah kepada Nabi dan kepada ummatnya agar istqoamah diatas nabi Ibrahim.

Perintah agar mengikuti agama Nabi Ibrahim yang selalu beribadah kepada Allah dan tidak pernah berbuat kesyirikan.

Perkataan Ibnu Abbas Radhiallahu Anhuma “hendaknya kaliamn i’tiba dan jangan kalian berbuat bid’ah. Apabila kalian hanya sekedar i’tiba (mengikuti) tidak berbuat bid’ah maka telah cukup bagi kalian.”

Hadits 1:

Dari Ibnu Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya setiap nabi memiliki wali-wali dari kalangan nabi, dan aku memiliki wali, diantara mereka adalah bapaku dan kekasih Rabb-ku Ibrahim.” Kemudian beliau membaca (firman Allah Ta’ala), “Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya serta nabi ini (Muhammad) dan orang-orang yang beriman (kepada Muhammad). Dan Allah adalah pelindung semua orang-orang yang beriman.” (Ali ‘Imran: 68) Diriwayatkan oleh At-Tirmidzy

Disebutkan Bapaku adalah Ibrahim karena garis keturunan Nabi Muhammad adalah dari jalur Ismail.

Pembahasan 1: Kenapa Nabi Muhammad dan Umatnya lebih pantas atau dekat kepada Nabi Ibrahim dari pada yang lainnya. Hal ini dikarenakan Nabi dan orang-orang beriman mengikuti agama Nabi Ibrahim. Dan mereka Istiqomah diatasnya

Agama Nabi Ibrahim adalah Tauhid: mengajak beribadah kepada Allah semata dan meninggalkan kesyirikan.

Pembahasan 2:Bantahan terhadap Yahudi dan Nashara bahwa mereka menyangka diatas agama Nabi Ibrahim

Hadits 2:

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, beliau berkata: Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada badan-badan kalian tidak pula kepada harta-harta kalian, tetapi Dia melihat kepada hati-hati dan amalan-amalan kalian” (HR Muslim No 2564)

Hadits ini terkait dengan Istqamah dan teguh didalamnya dan tidak menggantinya dengan Bid’ah dan lainnya.

Pembahasan 1: Hal yang dilihat oleh Allah pada hamba adalah hati dan amalannya

Hal ini adalah peringatan agar selalu menjaga hati dan amalanya agar selalu istiqamah diatas agama. Agar hati dan amalan jangan keluar dari apa yang disyariatkan.

Pembahasan 2: Yang menjadi ukuran adalah bukan dhohirnya (penampilan)

Penampilan tidak ada hitungannya sebagaimana hadits dalam Riwayat Al-Bukhariy dan Muslim, ada sesorang yang berlalu didepan Nabi dan para Sahabat, yaitu  seorang yang berkendaraan dengan penampilan yang elok. Maka Nabi bertanya kepada para sahabat “Bagaimana pendapat kalian tentang orang ini?”. Para sahabat berkata “Orang ini adalah apabila dia berbicara, dia didengar, apabila dia memberi syafaat diterima syafaatnya, apabila dia melamar, diterima lamarannya”. Maka Nabi diam. Setelah itu berlalu seorang fakir dari fuqora kaum muslimin. Nabi bertanya “Bagaimana dengan orang ini?”. Sahabat berkata “Ya, Rasulullah, Orang ini adalah apabila berbicara, tidak ada yang mendengar, apabila memberi rekomdendasi tidak ada yang menerima, dan apabila melamar tidak diterima lamarannya”. Maka Nabi berkata “Demi Allah, orang ini lebih baik sepenuh bumi dari orang yang pertama”.

Dalam hadits yang lain:

Sehingga  yang menjadi ukuran adalah bukan penampilan yang dilihat orang tapi hati dan amalan seseorang.

Pembahasan 3: Pentingnya perhatian terhadap amalan hati

Sumber pokok istiqomah adalah dari amalan hati.

Hadits 3:

Bagi (Al-Bukhariy dan Muslim), Riwayat dari Ibnu Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu, beliau berkata: Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya aku telah mendahului kalian ke telaga, sungguh telah diangkat orang-orang dari kalangan umatku kepadaku. Hingga, Ketika aku hendak turun untuk memberi mereka (minum), tiba-tiba mereka dipisahkan dariku. Aku pun berkata, Wahai Rabb-ku, mereka adalah sahabat-sahabatku.” Maka dikatakan, “Sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa-apa yang telah mereka ada-adakan sepeninggalanmu”. (HR Al-Bukhariy No 6575, 6576, 7049 dan Muslim No 2297)

Pembahasan 1: Penjelasan jeleknya akibat dari Bid’ah, menyimpang dan merubah Agama Allah.

Sebab golongan yang diusir dari neraka adalah “engkau tidak tau apa yang mereka ada-adakan setelahmu”. Golongan ini mencakup: kaum munafikin atau murtad, bid’ah dalam perkara baru, dosa-dosa besar.

Pembahasan 2: Anjuran untuk berpegang teguh dengan agama yang benar, kokoh diatasnya hingga kematian.

Pembahasan 3: Terdapat penetapan adanya telaga.

Ini adalah aqidah bahwa telah ditetapkan telaga untuk Nabi Muhammad dan ummatnya. Sebagaimana Nabi yang lain mempunyai telaga masing-masing. Hadits mengenai telaga banyak dan tingkatnya mutawatir.

Pembahasan 4: Perhatikan sifat-sifat orang yang diusir dari telaga

Yang diusir dari telaga dalam Riwayat ini disebutkan “Sahabat-sahabat” Sebagian Riwayat disebut “Umatku”.

Sifatnya adalah “mengada-adakan” yang mencakup 3 hal:

  1. Murtad dan kemunafikan
  2. Berbuat bid’ah dalam agama
  3. Berbuat dosa besar

Secara umum yang diusir dari telaga nabi ada dua golongan:

  1. Golongan yang bukan umat nabi Muhammad karena setiap nabi mempunyai telaga masing masing dan setiap umat mendatangi nabinya masing masing.
  2. Golongan yang memiliki 3 sifat diatas yaitu yang “Mengada-adakan”

Pembahasan 5: Amalan tergantung pada penutupnya.

Hadits 4:

Juga bagi (Al-Bukhary dan Muslim) riwayat dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, Rasulullah ﷺ bersabda, “Aku sangat ingin melihat saudara-saudaramu kita.” Para sahabat bertanya, “Bukankah kami adalah sudara-sudaramu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Kalian adalah shahabat-shahabatku, sedangkan saudara-saudaraku adalah orang-orang yang belum datang.” Mereka bertanya, “Bagaimana engkau akan mengenali orang-orang yang belum datang dari kalangan umatmu?” Beliau balik bertanya, “Bagaimana menurut kalian jika ada seseorang yang memiliki kuda, yang kepala dan kaki (kuda) itu bertanda putih yang berada di kalangan kuda-kuda yang berwarna hitam pekat. Bukankan dia akan bisa mengenali kudanya?” Para shahabat menjawab, “Tentu.” Beliau berkata,”Mereka akan datang dalam keadaan wajah serta kedua tangan dan kakinya bercahaya (putih), dan aku mendahului mereka ke telaga. Ketahuilah, pada hari kiamat, sunggh orang-orang dari telagaku akan diusir seperti pengusiran unta yang tersesat. Aku memangil mereka “Kemarilah kalian” Maka dikatakan, “Sungguh mereka telah mengubah (agama) sepeninggalanmu. “Akupun berkata, “Menjauhlah! Menjauhlah”.

Pembahasan 1: Keutamaan istiqomah di atas Islam dan berhak untuk mendapatkan persaudaraan dari Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam.

Istiqomah adalah yang tidak merubah Islam. Adapun yang merubah maka disuruh menjauh oleh nabi

Pembahasan 2: Keutamaan para Shahabat

Pembahasan 3: Keutamaan Umat Islam

Umat Islam walaupun tidak berjumpa dengan Nabinya, tapi mereka istiqomah diatas agamanya maka akan dianggap saudara oleh Nabi.

Pembahasan 4: Dampak buruk akibat membuat perkara baru dalam agama.

Hadits 5:

(Dalam Riwayat) Al-Bukhary (disebutkan), “Ketika aku sedang berdiri, tiba-tiba datang sekelompok orang yang aku kenal, lalu muncul seseorang yang memisahkan antara aku dan mereka. Dia berkata, “Ayo kemari” Aku bertanya, “Kemana?” Dia menjawab, “Ke neraka, demi Allah” Aku bertanya, “Ada apa terhadap mereka?” Dia menjawab, “Mereka telah murtad sepeninggalanmu, berjalan mundur kebelakang mereka.” Kemudian datang lagi kelompok lain -disebutkan seperti kelompok sebelumnya-. Beliau berkata, “Dan aku tidak melihat ada diantara mereka yang selamat (terhadap pengusiran), kecuali seperti unta tanpa pengembala”.

Pembahasan 1: Keutamaan Islam tidak didapatkan oleh orang yang merubah dan mengganti agamanya.

Mereka yang murtad disebutkan banyak dan sedikit yang selamat.

Pembahasan 2: Mengenal pembatal-pembatal keislaman dan menjauhinya.

Yaitu orang yang menjadi murtad.

Wallahu Ta’ala ‘Alam