Meninggal dalam keadaan menyembah selain Allah, akan masuk neraka.

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid

  • Penulis: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
  • Pensyarah: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah
  • Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Bab 3: Takut terhadap Syirik

Meninggal dalam keadaan menyembah selain Allah, akan masuk neraka.

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang meninggal dalam keadaan berdoa (menyembah) selain Allah sebagai tandingan (bagi Allah), ia akan masuk ke dalam neraka“. Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy.

Kalimat dalam hadits:

yad’u“, berdoa: dalam hal ini berarti permintaan. da’ahu artinya meminta atau memohon untuk diberi bantuan (dari sesuatu yang buruk). Doa bisa bermakna permohonan dan bisa bermakna ibadah.

nidan“, tandingan yang menyamai dan menyerupai.

Makna Hadits Secara Global

Rasulullah mengabarkan bahwa, siapa saja yang mengadakan tandingan yang disamakan dan diserupakan dengan Allah dalam peribadahan, yang ia berdoa, meminta, dan memohon keselamatan kepada (tandingan) itu, dan ia terus menerus berada dalam keadaan seperti itu sampai meninggal dan tidak bertaubat sebelum meninggal, tempat kembali dia adalah neraka karena ia telah musyrik.

Membuat tandingan (bagi Allah) ada dua macam:

Pertama: mengadakan sekutu bagi Allah dalam jenis-jenis ibadah atau pada sebagian (jenis) maka ini adalah syirik besar yang pelakuknya kekal di neraka.

Hal ini berarti masuk neraka.

Kedua: hal-hal yang termasuk ke dalam syirik kecil, seperti ucapan seseorang, “Apa-apa yang Allah dan engkau kehendaki”, “Kalau bukan karena Allah dan kamu”, serta ucapan lain yang semisal yang mengandung kata sambung “dan” pada lafadz jalaallah (Allah). Juga seperti riya ringan, ini tidak menjadikan pelakunya kekal di neraka meskipung masuk kedalamnya.

Jenis kesyirikannya adalah pada kata ‘dan’, yang artinya mensetarakan Allah dengan makhluk. Yang benar harusnya berkata “Apa-apa yang Allah kehendaki kemudian apa yang kamu kehendaki”. Atau Kalau bukan karena Allah kemudian bukan karena kamu”. Hanya perbedaan kata menjadi hukum nya berbeda tauhid dan kesyirikan. Orang yang terdidik diatas tauhid lebih pandai meninmbang kata dan kalimat dari dirinya. Karena dia tahu kata yang diucapkan ada timbangannya. Khususnya yang berkaitan dengan hak Allah.

Contoh lainnya bersumpah dengan selain Allah.

Riya terbagi dua: (1) riya kaum munafikin yaitu termasuk syirik akbar. Karena riya pada segala keadaan (amalan) nya. Sebagaimana firman Allah:

إِنَّ ٱلْمُنَـٰفِقِينَ يُخَـٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَهُوَ خَـٰدِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوٓا۟ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ قَامُوا۟ كُسَالَىٰ يُرَآءُونَ ٱلنَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ إِلَّا قَلِيلًۭا

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka1. Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud ria2 (dengan salat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali3. (An-Nisa: 142).

(2) riya yang ringan termasuk syirik kecil. Yaitu riya pada sebagian ibadahnya saja.

Hubungan antara Hadits dan Bab

Hadits tersebut memberi pertakutan terhadap perbuatan syirik dengan menerangkan akibat dan tempat kembali pelaku kesyirikan.

Nabi Ibrahim takut akan kesyirikan dan Nabi Muhammad berdoa agar dijauhkan dari kesyirikan. Bahkan beliau khawatir (para sahabat) terjatuh pada syirik kecil (riya).

Suatu hari Sofyan Atsauri (Imam besar ulama kaum muslimin) ketika mendekati azalnya menangis. Ketika ditanya apa yang engkau khawatirkan. Beliau menjawab “Saya khawatir tauhid dicabut dari diriku”.

Apabila meninggal diatas tauhid dan diatas sunnah tidak ada yang dikhawatirkan, pasti selamat. Untuk mengetahui sunnah maka dikaji aqidah-aqidah ahlus sunnah.

Faedah Hadits

  1. Memberi pertakutan terhadap perbuatan syirik, dan anjuran untuk bertaubat dari kesyirikan sebelum seseorang meninggal.
    • Anjuran bertaubat dari kaesyirikan sebelum meninggal. Apabila tahu pernah atau sedang berbuat kesyirikan, maka langsung bertaubat dari hal tersebut.
    • Apabila ingin selalu nemanamkan rasa takut dari berbuat syirik, maka berdoa kepada Allah jangan sampai terjatuh pada perbuatan kesyirikan.
  2. Bahwa setiap orang yang, bersamaan dengan doanya kepada Allah, berdoa pula kepada seorang nabi atau wali, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal, atau kepada batu atau pohon, berarti ia telah mengadakan tandingan bagi Allah.
    • Hal ini berarti membuat tandingan bagi Allah (masalah sangat besar).
    • Salah satunya karena ghulu (eksterim atau berlebihan). Misalnya ada orang shalih yang dihormati, kemudian berubah menjadi pengagungan, kemudian berubah menjadi penyembahan.
  3. Bahwa doa syirik tidak akan diampuni, kecuali bila (pelakunya) bertaubat.
    • Ada dosa-dosa yang dibawah kehendak Allah. Walaupun sudah meninggal belum bertobat, Apabila Allah berkehendak maka akan diampuni. Akan tetapi Syirik tidak bisa digugurkan bergitu saja, kecuali bertaubat.

Doa yang diajarkan di riwayat Imam Al-Bukhariy dalam Kitab Adabul Mufrad:

Takut akan jatuh pada kesyirikan mengharuskan kita untuk belajar apa itu tauhid. Agar kehidupan kita dihiasi dengan tahuid. Dan harus belajar apa itu kesyirikan agar tidak terjerumus pada kesyirikan.

Wallahu Ta’lla ‘Alam

Sumber:

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.

Rasulullah khawatir terhadap kalian adalah Syirik Kecil

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid

  • Penulis: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
  • Pensyarah: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah
  • Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Bab 3: Takut terhadap Syirik

Kesempurnaan Tauhid.

Rasulullah khawatir terhadap kalian adalah Syirik Kecil

Hadits:

Dalam suatu hadits, (Rasulullah ﷺ bersabda), “Sesuatu yang paling aku khawatirkan adalah syirik kecil.” Ketika ditanya tentang (syirik kecil) itu, beliau menjawab, “Riya.” (HR. Imam Ahmad dan At-Thabarany, Ibnu Abid Dunya, dan Al-Baihaqy)

Penjelasan:

Akhwafu: yang paling saya khawatirkan. Nabi menghawatirkan para shahabat, generasi terbaik ditengah umat, paling bagus keimanannya. Akan tetapi Nabi paling khawatirkan atas mereka. Apalagi kita.

Ar-Riya: Menampakan ibadah dengan maksud agar orang-orang melihat ibadah itu sehingga mereka memuji atas ibadah tersebut.

Ada Dua Jenis Riya:

  • Riya pembatal keislaman: Yaitu riya-nya kaum munafikin, riya pada segala amalan mereka
  • Riya masuk kesyirik asghar, yang disebut dibab ini. Riya pada sebagian ibadah, ingin dilihat manusia.

Makna Hadits Secara Global

Karena kesempurnaan belas kasih dan sayang beliau ﷺ kepada umatnya serta kesempurnaan nush ‘tulusnya kebaikan’ kepada mereka, tidaklah ada suatu kebaikan, kecuali pastilah beliau telah tunjukkan hal itu kepada umatnya, dan tidaklah ada suatu kejelekan, kecuali pastilah beliau telah peringatkan umat darinya. Di antara kejelekan yang Rasullah peringatan adalah penampilan yang menampakkan ibadah kepada Allah dengan maksud untuk mendapatkan pujian dari manusia karena hal itu termasuk ke dalam syirik dalam ibadah – yang meskipun syirik kecil, bahanyanya sangat besar- sebab hal itu bisa membatalkan amalan yang disertainya, juga tatkala jiwa memiliki tabiat senang akan kepemimpinan dan mendapatkan kedudukan di hati-hati manusia, kecuali orang-orang yang Allah selamatkan. Oleh karena itu, jadilah riya sebagai perkara yang sangat dikhawatirkan oleh orang-orang shalih – karena kuatnya dorongn ke arah hal tersebut-. Berbeda dengan dorongan untuk berbuat syirik besar, yang boleh jadi (dorongan tersebut) tidak ada di dalam hati orang-orang mukmin yang sempurna atau (dorongan tersebut) lemah kalaupun ada.

Ibnu Rajab: Orang yang shalat Sunnah, kemudian suatu hari tinggalkan shalat Sunnah dimesjid, dia lakukan dirumah. Karena takut riya dilihat manusia. Ibnu Rajab berkata itulah Riya. Karena dia sudah meninggalkan sesuatu berdasarkan pada pandangan manusia.

Shalat, sedekah ingin dilihat orang maka batal. Amalan yang dilakukannya batal tapi amalan yang lainnya tidak. Keikhlasan penting dan takut dari kesyirikan adalah perkara besar.

Nabi Ibrahim, nabi Muhammad dan para shahabat mempunyai doa permohonan dengan sangat agar dijaga diatas tauhid dan dhidarkan dari kesyirikan. Padahal mereka sudah mempunyai modal yang baik untuk menghindarinya, yaitu ilmu.

Jiwa dan tabiat manusia senang kepada kepemimpinan, kedudukan yang menghiasi hati-hati manusia kecuali orang-orang shalih. Tapi orang shalih juga tidak dijamin. Sebagian as-salaf berkata akhir penyakit dari orang-orang shalih yaitu cinta ketenaran.

Ria tersembunyi dan hati orang senang akannya.

Hubungan antara Hadits dan Bab

Bahwa pada hadits terdapat (dalil akan) kekhawatiran terhadap syirik kecil, sebagaimana bahwa pada dua ayat sebelumnya juga terdapat dalil akan kekhawatiran terhadap syirik besar, maka bab ini mencakup dua jenis kesyirikan.

Faedah Hadits

  1. Kekuatan rasa takut untuk terjatuh ke dalam syirik kecil. Hal itu ditinjau dari dua sisi:
    • Rasul ﷺ mengkhawatirkan terjadinya syirik tersebut dengan kekhawatiran yang sangat.
    • Rasul ﷺ mengkhawatirkan hal tersebut terhadap orang-orang shalih yang sempurna maka orang-orang yang (derajatnya) berada di bawah mereka tentu lebih kahwatirkan untuk terjatuh ke dalam kesyirikan tersebut.
  2. Besarnya kasih sayang beliau kepada ﷺ umatnya serta semangat beliau untuk memberi petunjuk dan nasihat kepada umatnya
  3. Bahwa kesyirikan terbagi menjadi syirik besar dan syirik kecil, -syirik besar berarti menyamakan sesuatu selain Allah dengan perkara-perkara yang menjadi kekhususan Allah, sedang syirik kecil adalah hal yang tersebut dalam nash sebagai kesyirikan, tetapi tidak sampai pada derajat syirik besar-.

Syirik besar. dan syirik kecil kesamaannya adalah menyetarakan selain Allah dengan Allah pada hal yang merupakan kekhususuan Allah. Syirik Asghar ada dalam nash yang menunjukan bahwa dia tidak sampai ke syirik akbar. Rincian syirik ada di kitab ini.

Perbedaan antara keduanya adalah:

  1. Syirik besar membatalakan seluruh amalan, sedangkan syirik kecil hanya membatalkan amalan yang sedang dikerjakan.
  2. Syirik besar menjadikan pelakunya kekal di neraka, sedangkan syirik kecil tidak menjadi pelakunya kekal di neraka.
  3. Syirik besar menjadikan pelakunya keluar dari Islam, sedangkan syirik kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari Islam.

Perbedaan lain: Apabila terkait dengan negara orang yang melakukan syirik akbar, maka halal darah dan hartnaya. Syrik Asgar tidak seperti itu.

Syirik besar menghabiskan semua amalan:

Wallahu Ta’lla ‘Alam

Sumber:

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.

Takut terhadap Syirik

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid

  • Penulis: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
  • Pensyarah: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah
  • Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Bab 3: Takut terhadap Syirik

Penjelasan:

Definisi syirik terbagi dua:

  • Definisi Umum, yakni menjadikan sesuatu yang merupakan hak Allah ﷻ kepada selain Allah.
  • Definisi Khusus, yakni memberikan sesuatu dari Ibadah kepada selain Allah

Dua Jenis Syirik:

  • Syirik Akbar, yakni memberikan suatu hak khusus bagi Allah kepada selain Allah yang menyebabkan hilangnya dasar keimanannya. Hal ini menjadikan pelakunya keluar dari Islam, kekal di neraka, menjadi kafir, tidak boleh memberikan loyalitas kepadanya.
  • Syirik Asghar, yakni memberikan suatu hak khusus bagi Allah kepada selain Allah yang menyebabkan hilangnya kesempurnaan keimanannya. Misalnya bersumpah selain dengan nama Allah. Sumpah hanya boleh dengan nama Allah. Syirik asghar lebih besar dari dosa besar tapi tidak mengeluarkan pelakunya dari keislaman, tidak kekal dineraka, tidak dihalalkan darahnya dan hartanya.

Di buku ini merinci bentuk-bentuk kesyirikan.

Perbedaan syirik akbar dan syirik ashgar.

  • Syirik akbar pelakunya menjadi keluar dari Islam (murtad) adapaun syirik asghar tidak menyebabkan pelakuya keluar dari Islam.
  • Syirik akbar pelakunya kekal dineraka adapun syirik asghar pelakunya tidak kekal di neraka.
  • Syirik akbar bisa menyebab dihalalkan darah dan hartanya adapun syirik asghar tidak menjadikan halal darah dan hartanya.
  • Syirik akbar tidak boleh diberikan kecintaan secara mutlak adapun syirik asghar boleh dicintai keimanannya dan dibenci kesyirikannya.

Dalil

Firman Allah:

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُ

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (An-Nisa: 116)

Dan Al-Khalil (Nabi Ibrahim) ‘Alaihi salam berucap:

وَٱجْنُبْنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعْبُدَ ٱلْأَصْنَامَ

“… dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala” (Ibrahmi: 35)

Hubungan antara Bab dan Kitab Tauhid

Bahwasannya tatkala telah menyebutkan tentang tauhid, keutamaan (tauhid), dan realisasi pelaksanaan (tauhid), pantaslah penulis رَحِمَهُ ٱللَّٰهُ menyebutkan kekhawatiran terhadap lawan (tauhid), yaitu kesyirikan, agar orang yang beriman dapat berhati-hati terhadap (kesyirikan) dan takut kalau dirinya terjatuh ke dalam (kesyirikan) itu.

Makna Ayat Pertama Secara Global

Bahwa Allah ﷻ mengabarkan dengan kabar yang pasti bahwa diri-Nya tidak akan memaafkan seorang hamba yang berjumpa dengan-Nya dalam keadaan berbuat syirik, dengan tujuan untuk memperingatkan kita agar waspada terhadap kesyirikan, dan bahwa Allah akan memafkan dosa-dosa selain dosa syirik bagi siapa saja yang Dia kehendaki untuk dimaafkan sebagai karunia dan kebaikan dari-Nya agar kita tidak berputus asa dari rahmat Allah ﷻ.

Makna Ayat Kedua Secara Global

Bahwa Ibrahim Al-Khalil ‘alahish shalatu was salam berdoa kepada Rabb-nya agar menjadikan dirinya dan anak cucunya berada pada sisi yang jauh dari peribadahan kepada patung-patung, dan agar Allah menjauhkan dirinya dari peribadahan tersebut, karena fitnah dari (peribadahan) itu sangat besar, dan tiada yang aman dari terjerumus kepada (peribadahan) tersebut.

Hubungan antara Kedua Ayat dan Bab

Ayat pertama menunjukan bahwa kesyirikan merupakan dosa terbesar sebab orang yang meninggal di atas dosa (kesyirikan) tersebut tidak diampuni oleh Allah. Hal ini mengharuskan seorang hamba untuk sangat takut terhadap dosa ini yang keadannya seperti itu.

Ayat kedua menunjukan bahwa Ibrahim sangat mengkhawatirkan kesyirikan terhadap dirinya sehingga ia berdoa kepada Allah agar (Allah) melindungi dan menyelamatkan dirinya dari kesyirikan maka bagaimana (lagi) sangkaan kita terhadap selain Ibrahim?

Oleh karena itu, kedua ayat tersebut menunjukan kewajiban untuk taktu terhadap kesyirikan.

Faedah Kedua Ayat

  1. Bahwa syirik merupakan dosa terbesar karena Allah telah mengabarkan bahwa diri-Nya tidak akan mengampuni orang yang tidak bertaubat dari perbuatan syirik.
    • Terdapat silang pendapat mengenai jenis syirik yang tidak diampuni: akbar atau asghar atau kedua-duanya.
    • Sebagian ulama berpendapat syirik akbar saja yang tidak diampuni
    • Sebagian ulama berpendapat syirik akbar dan syirik asghar tidak diampuni.
    • Hal ini berkalu apabila tidak bertaubat sebelum meninggal dunia.
  2. Bahwa dosa-dosa selain dosa syirik, apabila seseorang tidak bertaubat darinya, masuk neraka di bawah kehendak Allah. Kalau menghendaki, Allah akan mengampuninya tanpa bertaubat, dan kalau menghendaki, Dia akan mengadzab karenanya. Maka, dalam hal ini, terdapat dalil tentang bahaya dosa syirik.
  3. Sikap takut terhadap kesyirikan karena Ibrahmim ‘alahish shalatu was salam yang beliau adalah pemimpin bagi orang-orang yang condong kepada tauhid dan jauh dari syirik, yang telah menghancurkan patung-patung dengan tangannya – khawatir bila dirinya terhatuh dalam kesyirikan maka bagaiamana dengan selain Ibrahim ‘alahish shalatu was salam?
    • Nabi Ibrahim menghancurkan patung-patung dengan tangannya.
  4. Disyariatkan berdoa untuk menolak malapetaka, dan bahwasannya manusia pasti perlu kepada Allah.
  5. Disyariatkan baerdoa untuk kebaikan diri dan anak keturunannya.
  6. Bantahan terhadap orang-orang jahil yang mengatakan, “Kesyirikan tidak akan terjadi pada umat ini”, sehingga mereka merasa aman dari hal maka mereka pun terjerumus ke dalam hal tersebut.

Wallahu ‘Alam

Sumber:

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.

Golongan yang masuk Surga tanpa Hisab dan Adzab

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab TauhidPenulis: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah

Bab 2: Siapa saja yang Menahqiq Tauhid Pasti Masuk Surga Tanpa Hisab

Golongan yang masuk Surga tanpa Hisab dan Adzab

Ada tiga tahqiq:

  1. Tahqiq dasar pokok tauhid: menghindari syirik akbar
  2. Tahqiq kesempurnaan yang wajib: menghindari syirik kecil, bid’ah dan maksiat
  3. Tahqiq Al Mustahab kesempurnaan yang disunnahkan.

Hadits:

عَنْ حُصَيْن بْنِ عَبْدِ الرَّ حْـمَنٍ قَالَ كُنْتُ عِنْدَ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ فَقَالَ أَيُّكُمْ رَأَى الْكَوْكَبَ الَّذِي انْقَضَّ الْبَارِحَةَ قُلْتُ أَنَا ثُـمَّ قُلتُ أَمَا إِنِّـي لَـمْ أَكُنْ فِـي صَلاَةٍ وَلَكِنِّـي لُدِغْتُ قَالَ فَمَاذَا صَنَعْتَ قُلْتُ اسْـتَرْقَيْـتُ قَالَ فَمَا حَمَلَكَ عَلَى ذَلِكَ قُلْتُ حَدِيثٌ حَدَّثَنَاهُ الشَّعْبِـيُّ فَقَالَ وَمَا حَدَّثَكُمُ الشَّعْبِـيُّ قُلْتُ حَدَّثَنَا عَنْ بُرَيْدَةَ بْنِ حُصَيْبٍ اْلأَسْلَمِـيِّ أَنَّهُ قَالَ لاَ رُقْيَةَ إِلاَّ مِنْ عَيْـنٍ أَوْ حُـمَةٍ فَقَالَ قَدْ أَحْسَـنَ مَنِ انْتَهَى إِلَـى مَا سَـمِـعَ وَلَكِنْ حَدَّثَنَا ابْنُ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِـيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ عُرِضَتْ عَلَـيَّ اْلأُمَـمُ فَرَأَيْتُ النَّبِـيَّ وَ مَعَهُ الرَّهَيْطُ وَ النَّبِـيَّ وَ مَعَهُ الرَّجُلُ وَ الرَّجُلاَنِ وَ النَّبِـيَّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ إِذْ رُفِعَ لِـي سَوَادٌ عَظِيمٌ فَظَنَنْتُ أَنَّهُمْ أُمَّتِـي فَقِيلَ لِـي هَذَا مُوسَـى عَلَيْهِ السَّلاَمَ وَ قَوْمُهُ وَ لَكِنِ انْظُرْ إِلَـى اْلأُفُقِ فَنَظَرْتُ فَإِذَا سَوَادٌ عَظِيمٌ فَقِيلَ لِـي انْظُرْ إِلَـى اْلأُفُقِ اْلآخَرِ فإِذَا سَـوَادٌ عَظِيمٌ فَقِيلَ لِـي هَذِهِ أُمَّتُكَ وَ مَعَهُمْ سَبْعُونَ أَلْفًا يَدْخُلُونَ الْـجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلاَ عَذَابٍ ثُـمَّ نَهَضَ فَدَخَلَ مَنْزِلَهُ فَخَاضَ النَّاسُ فِـي أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْخُلُونَ الْـجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلاَ عَذَابٍ فَقَالَ بَعْضُهُمْ فَلَعَلَّهُمُ الَّذِينَ صَحِبُوا رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَقَالَ بَعْضُهُمْ فَلَعَلَّهُمُ الَّذِينَ وُلِدُوا فِـي اْلإِسْلاَمِ وَ لَـمْ يُشْرِكُوا بِاللهِ وَ ذَكَرُوا أَشْيَاءَ فَـخَرَخَ عَلَيْهِمْ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَقَالَ مَا الَّذِي تَـخُوضُونَ فِـيهِ فَأَخْبَرُوهُ فَقَالَ هُمُ الَّذِينَ لاَ يَرْقُونَ وَلاَ يَسْتَرْقُونَ وَ لاَ يَتَطَيَّرُونَ وَ عَلَى رَبِّـهِمْ يَتَوَكَّلُونَ فَقَامَ عُكَّاشَةُ بْنُ مِـحْصَنٍ فَقَالَ ادْعُ اللهَ أَنْ يَـجْعَلَنِي مِنْهُمْ فَقَالَ أَنْتَ مِنْهُمْ ثُـمَّ قَامَ رَجُلٌ آجَرُ فَقَالَ ادْعُ اللهَ أَنْ يَـجْعَلَنِي مِنْهُمْ فَقَالَ سَبَقَكَ بِـهَا عُكَّاشَةُ

Dari Hushain bin Abdurrahman berkata: “Ketika saya berada di dekat Sa’id bin Jubair, dia berkata: “Siapakah diantara kalian yang melihat bintang jatuh semalam?” Saya menjawab: “Saya.” Kemudian saya berkata: “Adapun saya ketika itu tidak dalam keadaan sholat, tetapi terkena sengatan kalajengking.” Lalu ia bertanya: “Lalu apa yang anda kerjakan?” Saya menjawab: “Saya minta diruqyah[1]” Ia bertanya lagi: “Apa yang mendorong anda melakukan hal tersebut?”Jawabku: “Sebuah hadits yang dituturkan Asy-Sya’bi kepada kami.” Ia bertanya lagi: “Apakah hadits yang dituturkan oleh Asy-Sya’bi kepada anda?” Saya katakan: “Dia menuturkan hadits dari Buraidah bin Hushaib: ‘Tidak ada ruqyah kecuali karena ‘ain[2]  atau terkena sengatan.’”

“Sa’id pun berkata: “Alangkah baiknya orang yang beramal sesuai dengan nash yang telah didengarnya, akan tetapi Ibnu Abbas radhiyallâhu’anhu menuturkan kepada kami hadits dari Nabi Shallallâhu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda: ‘Saya telah diperlihatkan beberapa umat oleh Allâh, lalu saya melihat seorang Nabi bersama beberapa orang, seorang Nabi bersama seorang dan dua orang dan seorang Nabi sendiri, tidak seorangpun menyertainya. Tiba-tiba ditampakkan kepada saya sekelompok orang yang sangat banyak. Lalu saya mengira mereka itu umatku, tetapi disampaikan kepada saya: “Itu adalah Musa dan kaumnya”. Lalu tiba-tiba saya melihat lagi sejumlah besar orang, dan disampaikan kepada saya: “Ini adalah umatmu, bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang, mereka akan masuk surga tanpa hisab dan adzab.”.’Kemudian Beliau bangkit dan masuk rumah. Orang-orang pun saling berbicara satu dengan yang lainnya, ‘Siapakah gerangan mereka itu?’ Ada diantara mereka yang mengatakan: ‘Mungkin saja mereka itu sahabat Rasulullâh Shallallâhu ‘alaihi wa sallam.’ Ada lagi yang mengatakan: ‘Mungkin saja mereka orang-orang yang dilahirkan dalam lingkungan Islam dan tidak pernah berbuat syirik terhadap Allâh.’ dan menyebutkan yang lainnya. Ketika Rasulullâh Shallallâhu ‘alaihi wa sallam keluar, mereka memberitahukan hal tersebut kepada beliau. Beliau bersabda: ‘Mereka itu adalah orang yang tidak pernah minta diruqyah, tidak meminta di kay[3] dan tidak pernah melakukan tathayyur[4]  serta mereka bertawakkal kepada Rabb mereka.’Lalu Ukasyah bin Mihshon berdiri dan berkata: “Mohonkanlah kepada Allâh, mudah-mudahan saya termasuk golongan mereka!’ Beliau menjawab: ‘Engkau termasuk mereka’, Kemudian berdirilah seorang yang lain dan berkata:’Mohonlah kepada Allâh, mudah-mudahan saya termasuk golongan mereka!’ Beliau menjawab:’Kamu sudah didahului Ukasyah.’.”

Penjelasan Hadits:

Ini adalah kondisi zaman dulu yang berkawan dengan orang shaleh dan ahli ilm. Husein berkata jangan sampai dikira bangun malam-malam sedang shalat malam tapi beliau bangun karena disengat kalajengking. Hal ini dikarenakan Husein tidak mau memuji dirinya. Kalau tidak ada pada dirinya, maka dibilang tidak ada. Sehingga tidak mau dipuji.

Sebagaimana firman Allah Ta’alla mengenai orang yang suka dipuji:

Kedalaman ilmu para as-salaf yaitu selalu dibangun diatas dalil. Hal tersebut terlihat ketika ditanyakan dalil mengenai ruqiyah.

Etika para as-salaf dalam ilmu, yaitu ketika terdapat kesalahan dikatakan telah bagus seorang yang mengamalkan ilmu tapi saya mendengar dari Ibnu Abbas.

Umat Islam adalah umat yang ke-70 yaitu umat terakhir berdasarkan hadits

Nabi ada yang tidak ada pengikutnya. Apakah gagal dalam berdakwah?. Nabi tidak ada yang gagal sebab tugasnya menyampaikan risalah pada umatnya. Apabila umatnya tidak menerima, ini bukan tanggung jawab nabi. Nabi hanya menyampaikan dan hidayah ditangan Allah.

Diukur kebaikan dengan banyaknya orang (pengikut) adalah keliru. Kebenaran harus disampaikan bahwa itu benar. Tidak diukur siapa yang menerimanya. Hal ini tidak diatas jalan Nabi.

Diatas jalan nabi menyampaikan kebenaran sebagaimana mestinya, seutuhnya dan berusaha menyampaikan dengan cara yang terbaik, paling mudah diterima manusia.

Umat islam adalah yang terbanyak dan ada keutamaan khusus.

Cara berpikir sahabat ketika mendengar masuk surga tanpa hisab, mereka berpikir pasti ada amalannya. Maka yang mereka cari amalan apa mereka lakukan?. Tidak seperti sekarang sebagian orang cuci tangan guru, minum darah dan lainnya.

Yaitu orang yang tidak minta diruqyah, Ruqiyah disyariatkan apabila ada yang sakit dibacakan Al-Qur’an, doa, dzikir. Yang menjadi masalah adalah meminta untuk diruqiyah. Ini adalah salah satu bentuk ketawaqalan.

Tidak melakukan Kay, jenis pengobatan yang besi dipanaskan (dibakar api) lalu ditempelkan pada bagian tertentu di tubuh. Tapi ini adalah makruh kecuali kalau sudah terdesak tidak ada jalan keluar lagi, maka tidak mengapa. Istilah orang arab, obat terakhir adalah Kay.

Tidak melakukan tatoyur yaitu menganggap sial sesuatu karena sebuah sebab yang tidak hubungan sebab akibatnya dan tidak ada ketentuan syariat. Ada burung hantu, menjadi tanda orang meninggal. Hal ini tidak ada bentuk sebab akibat. Angkat 13 menjadikan sial.

Dan kepada Rab mereka selalu bertawaqal. Menyandarkan segala perkara hanya kepada Allah.

Ukkasyah, berdoa kepada Allah di bolehkan akan tetapi berdoa kepada rasul maka tidak dibolehkan (syirik akbar). Berdoa kepada Allah agar nabi memberikan syafaat dibolehkan.

Nabi tidak mengatakan kamu tidak termasuk, tapi mengatakan kamu telah didahului oleh Ukkasyah. Sebab apabila diteruskan maka banyak akan yang minta. Makanya responnya harus cepat.

Biografi Orang-Orang yang Tersebut di dalam Hadits

Hushain adalah Hushain bin Abdirrahman As-Sulamy AL-Haritsy, berasal dari kalangan tabiut tabi’in. Beliau meninggal pada 136 H dalam usia sembilan puluh tiga tahun.

Tidak ada sahabat setelah 100 tahun meninggalnya Rasulullah ﷺ. Akhir sahabat yang meninggal adalah Abu Tuffail radhiallahu anhu wafat pada tahun 102 H atau 101H. Artinya 99 tahun setelah Nabi wafat. Nabi ﷺ bersabda “Setelah 100 tahun dari sekarang tidak ada lagi jiwa yang benafas diatas muka bumi saat ini yang hidup 100 tahun yang akan datang”. Termasuk kekeliruan mengenai Nabi Khidir karena andaikata masih hidup dimasa nabi, maka Nabi Khidir akan termasuk orang yang meninggal.

Allah berfirman:

Sa’id bin Jubair adalah Al-Imam Al-Faqih, salah seorang murid Ibnu ‘Abbas yang menonjol. Beliau dibunuh oleh Al-Hajjaj bin Yusuf pada 95 H. Usia beliau tidak mencapai lima puluh tahun.

Asy-Sya’by adalah ‘Amir bin Syarahil Al-Hamdany. Beliau lahir pada masa khilafah Umar, meninggal pada 103 H. Beliau termasuk seorang tabi’in yang dipercaya. Keunikaan beliau berkata “Saya tidak pernah menulis hitam diatas putih”, maksudnya selama menuntut ilmu tidak pernah menulis, tapi semuanya dihafalkan.

Metoda ulama dalam menunut ilmu ada tiga:

  1. Menghafal seluruh ilmunya
  2. Menulis saja tanpa menghafal. Tapi tulisannya dijamin dan terpelihara
  3. Menghafal dan menulis. Metode ini dipakai kebanyakan ulama. Seperti Imam Ahmad menulis ujung-ujung saja. Sehingga apabila dia membaca ujungnya, maka dia akan ingat awalnya.

Buraidah, dengan mendhammah huruf pertamanya dan memfathah huruf keduanya, adalah Ibnul Hushaib bib Al-Harits Al-Aslamy, seorang sahabat yang terkenal. Beliau meninggal pada 63H.

Ibnu ‘Abbas adalah seorang sahabat yang mulia, Abdullah bin ‘Abbas bin Abdul Muthalib, anak paman Rasulullah ﷺ. Nabi pernah mendo’akan beliau dengan: “Ya Allah pahamkanlah ia tentang agamanya dan ajarkanlah ia tafsir“. Maka jadilah beliau sebagaimana doa Rasulullah. Beliau meninggal di Thaif pada 68 H.

‘Ukkasyah adalah Ukkasyah bin Mihshan bin Hurtsan Al-Asady, termasuk orang yang awal kali masuk Islam. Beliau ikut berhijrah dan perang Badr. Beliau mati syahid dalam peperangan menumpas orang-orang murtad bersama Khalid bin Walid pada 12H (pada masa Abu Bakr Asy-Syidiq).

Makna Hadits Secara Global

Husahain bin Abdurrahman menceritakan pembicaraan yang terjadi di majelis Sa’id bin Jubair berkenaan dengan bintang jatuh semalam. Hushain mengabarkan kepada mereka bahwa ia melihat jatuhnya bintang tersebut karena dalam keadaan tidak tidur pada waktu itu. Karena khawatir bila disangka oleh orang-orang yang hadir bahwa ia melihat bintang itu karena sedang mengerjakan shalat, ia berusaha menghilangkan sangkaan tersebut (beribadah dengan sesuatu yang tidak dia lakukan) seperti kebiasaan salaf yang sangat bersemangat untuk ikhlas. Maka Hushain menyebutkan sebab sebenarnya yang membuat ia tidak tidur ada malam itu, yaitu karena ia terkena (sengatan kalajengking). Kemudian pembicaraan berpindah kepada usaha yang ia lakukan untuk mengobati sengatan tersebut maka Hushain mengabarkan bahwa dirinya mengobati hal itu dengan ruqyah. Sa’id pun bertanya tentang dalil syar’i yang mendasari perbuata itu maka disebutkan kepada nya satu hadits dari Rasulullah ﷺ tentang pembolehan ruqyah, dan dia membenarkan Hushain yang telah beramal dengan dalil.

Kemudian, Sa’id menyebutkan keadaan yang lebih baik daripada perbuatan Hushain. Yaitu, keadaan yang meningkat ke arah kesempurnaan pelaksnaan tauhid dengan meninggalkan perkara-perkara makruh, meski (perkara) tersebut diperlukan oleh seseorang, sebagai sikap tawakkal kepada Allah sebagaimana keadaan tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab, yang Rasulullah ﷺ menyifati mereka bahwa mereka adalah orang-orang yang meninggalkan ruqiyah dan pengobatan dengan kay sebagai realisasi tauhid, dengan mengambil sebab yang lebih kuat, yaitu bertawakkal kepada Allah dan tidak memintah untuk di-ruqyah atau lebih dari itu kepada seorang pun.

Hubungan antara Hadits dan Bab

Di dalam hadits tersebut terdapat penjelasan tentang makna pelaksanaan tauhid, dan balasan terhadap (pelaksanaan) tersebut di sisi Allah Ta’alla.

Faedah Hadits

  1. Keutamaan salaf, dan bahwa tanda-tanda (kejadian) langit yang mereka lihat tidak mereka anggap sebagaui suatu kebiasaan, tetapi mereka pahami sebagai salah satu di antara ayat-ayat Allah.
    • Manusia masa sekarang apabila terjadi gerhana hanya melihat sebab-sebab kauniyah yaitu pertemuan dua matahari. Gempa karena pergesearan lempengan bumi, dan selainnya.
    • Memang ada sebab akibat tapi itu adalah tanda-tanda kebesaran Allah dimana Allah menghendakinya.
  2. Semangat salaf untuk ikhlas dan begit kuat penjauhan diri mereka dari riya
    • Apabila menyebut sesuatu disebutkan hakikat kejadiannya dan bukan untuk riya, diterangkan apa yang sebenarnya terjadi dan tidak mau dipuji dengan hal yang tidak dimiliki.
  3. Meminta hujjah atas kebenaran suatu pendapat, dan perhatikan salaf terhadap dalil.
    • Masa As-Salaf apabila ada sesuatu ditanyakan dalilnya.
    • Agama ditrima perantara seorang Rasul, maka ditanyakan dalilnya.
  4. Disyariatkan untuk berdiri di atas dalil dan beramal dengan ilmu, dan bahwasannya orang yang beramal dengan dalil yang sampai kepadanya sungguh telah berlaku baik.
    • Orang yang beramal dengan dalil sudah baik.
    • Para As-Salaf menghargai pendapat orang yang berdasarkan dengan dalil.
  5. Menyampaikan ilmu dengan lemah-lembut dan bijaksana.
    • Apabila melihat seseorang beramal dengan ilmu diatas pendalilan, maka apabila ingin diarahkan kearah yang lebih baik, maka diajari dengan cara yang baik.
  6. Pembolehan ruqyah.
    • Ruqiyah dibolehkan, ada haditsnya.
    • Kita boleh meruqiyah orang yang sakit, yang dilarang adalah meminta ruqiyah.
    • Atau apabila ada yang sakit, kemudian meminta orang lain untuk meruqiyahnya, maka tidak masalah.
    • Yang tidak dibolehkan adalah apabila yang bersangkutan meminta karena akan mengurangi tawaqal.
  7. Membimbing seseorang yang telah beramal dengan sesuatu yang disyariatkan kepada sesuatu yang lebih utama daripada amalan tersebut
  8. Keutamaan Nabi kita, Muhammad ﷺ, bahwa seluruh umat ditampakan kepada beliau.
    • Umat bersama nabinya diperlihatkan kepada nabi Muhammad ﷺ
  9. Bahwa jumlah pengikut nabi berbeda-beda.
    • Ada nabi pengikutnya 3-9 orang, 2 orang, 1 orang dan tidak ada pengikutnya
  10. Bantahan terhadap orang-orang yang berhujah berdasarkan jumlah mayoritas dan menyatakan bahwa kebenaran selalu terbatas pada pihak mereka.
    • Kebenaran tidak terbatas pada mayoritas. Terkadang kebenaran adalah minoritas.
    • Dalam surat Al An’am ayat 116: “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah“.
    • Surat Saba Ayat 13: “Dan sedikit sekali dari hamba-hambaku yang bersyukur“.
    • Surat Shaad ayat 24: “Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, dan amat sedikitlah mereka ini“.
    • Surat Yusuf ayat 103: “Dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman walaupun kamu sangat menginginkannya“.
  11. Bahwa yang wajib adalah mengikuti kebenaran, meskipun jumlah pengikut (kebenaran) sedikit.
  12. Keutamaan Musa dan kaumnya
    • Nabi Musa dan kaumnya banyak.
  13. Keutamaan umat ini bahwa mereka adalah umat terbanyak yang mengikuti Nabinya ﷺ
  14. Menjelaskan keutamaan pelaksanaan tauhid secara murni dan balasan terhadap (pelaksanaan) tersebut.
    • Ciri-ciri orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab.
  15. Pembolehan Munazarah dalam hal ilmu dan saling membahas nash-nash syarait untuk mengambil faedah dan menampakkan kebenaran.
    • Munazarah adalah diskusi saling menyampaikan argumen dan hujjah dalam ilmu.
    • Yang tercela adalah diskusi untuk saling mengalahkan, berdebat.
  16. Kedalaman ilmu salaf, karena mereka mengetahui bahwa orang-orang yang tersebut dalam hadits itu tidak akan mendapatkan kedudukan tersebut, kecuali dengan suatu amalan.
  17. Semangat para salaf kepada kebaikan dan sikap berlomba-lomba dalam amal salih.
  18. Bahwa meninggalkan ruqyah dan kay tergolongan sebagai realisasi tauhid
  19. Pembolehan meminta doa dari orang yang memiliki keutamaan semasa hidupnya,
    • Ukkasyah meminta kepada Nabi
    • Meminta didoakan kepada orang shaleh dibolehkan apabila masih hidup.
  20. Salah satu di antara tanda-tanda kenabian ﷺ adalah bahwa beliau mengabarkan bahwa Ukkasyah termasuk ke dalam tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab, hingga kemudian Ukkasyah radhiallahu ‘anhu mati syahid dalam memerangi orang-orang murtad.
  21. Keutamaan Ukkasyah bin Mihshan radhiallahu ‘anhu
    • Kaum muhajirin yang awal masuk Islam, Hijrah, hadir di perang Badr, mati syahid, dan masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab.
  22. Penggunaan sindirian serta kebagusan akhlak beliau ﷺ, bahwa beliau tidak mengatakan, “Engkau tidaklah termasuk ke dalam kelompok mereka” kepada orang lain.
    • Nabi hanya mengatakan Ukkasayah telah mendahului kamu.
  23. Menutup peluang, supaya orang yang tidak berhak (mendapatkan sesuatu) tidak bangkit (untuk meminta) lalu akhirnya ditolak.
    • Apabila tidak ditutup peluang, maka akan banyak orang yang memintanya.

Wallahu ‘Alam

Sumber:

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.

Meneladani Nabi Ibrahim dalam Menahqiq Tauhid

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab TauhidPenulis: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah

Bab 2: Siapa saja yang Menahqiq Tauhid Pasti Masuk Surga Tanpa Hisab

Meneladani Nabi Ibrahim dalam Menahqiq Tauhid

Masih terkait dengan bab sebelumnya yaitu mengenai keutamaan Tauhid, akan tetapi pada bab ini lebih dikhususkan karena:

  1. Keutamaannya, yaitu masuk surga tanpa hisab
  2. Pentingnya memahami menahqiq tauhid (sempurnanya dalam bertauhid).
  3. Tingkatan tauhid bukan satu tingkatan saja, melainkan berjenjang. Semakin sempurna dalam menahqiq tauhid maka akan semakin tinggi derajat dan jenjangnya.

Firman Allah Ta’lla

إِنَّ إِبْرَٰهِيمَ كَانَ أُمَّةًۭ قَانِتًۭا لِّلَّهِ حَنِيفًۭا وَلَمْ يَكُ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ

Sesungguhnya Ibrāhīm adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan)” (An-Nahl 120)

وَٱلَّذِينَ هُم بِرَبِّهِمْ لَا يُشْرِكُونَ

Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apa pun),” (Al-Mu’minun: 59)

Hubungan antara Bab dan Kitab Tauhid

Sesungguhnya tatkala penulis telah menyebutkan makna dan keutamaan tauhid, sudah sepantasnya menyebutkan penjelasan tentang pelaksanaan tauhid sebab keutamaannya yang sempurna tidak akan tercapai, kecuali dengan melaksanakan yang sempurna.

Tahqiq adalah Pelaksanaan dan realisasi dari tauhid.

Keutamaan bisa diraih dengan sempurna apabila kita memahami bab yang kedua yaitu bagaiman mentahqiq tauhid dengan benar.

Makna Mentahqiq Tauhid: membersihkan dan memurnikan dari kotoran-kotoran syirik, bid’ah dan maksiat. Apabila mentahqiq Tauhid maka masuk surga tanpa hisab.

Secara bahasa Yaitu melaksanakannya dan merealisasikannya dengan tepat dan benar.

Tahqiq secara syariat ada di buku

Ada tiga pokok:

  1. Tidak boleh berbuat kesyirikan dalam bentuk apapun
  2. Tidak boleh ada bid’ah-bid’ah
  3. Tidak boleh ada maksiat

Semakin sempurna dalam hal ini maka semakin tinggi derajatnya dalam tauhid.

Dengan bahasa lain: tahqiq tauhid adalah mendatangkan tauhid dari segala sudutnya. Dari pokok dan dasar tauhid atau dari kesempurnannya. Ada yang wajib dan ada yang mustahab.

Pertama: Keabsahan tauhid: Pokok dan dasar tauhid: Tidak boleh ada syirik akbar, karena batal tauhidnya.

Kedua: Kesempurnaan Tauhid

  1. Kesempurnaan yang wajib: dengan menghindari syirik kecil, menghindari bid’ah bid’ah, dan meninggalkan dosa dan maksiat.
  2. Kesempurnaan yang musatab (yang disunahkan atau dianjurkan): merupakan pelengkap seperti: selalu menghadap kepada Allah, merasa tenang kepada Allah, selalu rindu kepada Allah dan berpaling dari selain Allah.

Apabila sudah melaksanan pokok dan dasar tauhid serta kesempurnaan yang wajib maka sudah disebut mentahqiq tauhid. Akan lebih tinggi lagi derajatnya di kesempurnaan yang mustahab, maka tauhid ini berjenjang.

Dalam Surat Fatir Ayat 32:

Ada tiga tingkatan:

  1. Mendhalimi dirinya: Yaitu dari kesyirikan tapi tidak selamat dari dosa selain kesyirikan
  2. Pertengahan: Selamat dari kesyirikan dan lakukan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan yang diharamkan. Akan tetapi jatuh dalam hal-hal yang makruh, meninggalkan hal yang disunnahkan
  3. Tingkat yang paling tinggi, bersegera berbuat kebaikan: Selamat dari kesyirikan, bid’ah, dosa-dosa. Melakukan segala kewajiban dan meninggalkan yang diharamkan. Dan juga melakukan yang sunnah-sunnah dan meninggalkan yang makruh. Bahkan sebagian yang mubah juga ditinggalkan karena khawatir menjatuhkan pada hal yang makruh. Contohnya makan terlalu banyak.

Tingkat ke -3 ini yang disebut mentahqiq Tauhid.

Buku ini pada dasarnya semua babnya untuk mentahqiq tauhid tapi dengan derajat-derajat kesempurnaan yang bermacam-macam. seperti: syarat tauhid, kewajiban tauhid, kesempurnaan tauhid. Dan kebalikannya yang bisa membatalkan tauhid, mengurangi kesempurnaan wajib atau yang mengurangi kesempurnaan yang mustahab.

Dalam tauhid agama para nabi dan rasul sama. Yang berbeda dalam syariatnya saja.

Tiada perhitungan maksudnya langsung masuk surga.

Nabi ibrahim dikatakan umat padahal satu orang. Karena berkumpul pada diri beliau sifat-sifat yang diperlukan untuk satu umat. dan beliau panutan untuk umat

Kaum musyrikin tidak ada yang mengingkari adanya Allah. Tapi mereka beribadah kepada Allah dan beribadah juga kepada selain Allah.

Makna Ayat Pertama Secara Global

Bahwa Allah ﷻ menyifati Ibrahim, khalil-Nya, dengan empat sifat:

Sifat pertama, bahwa Ibrahim adalah teladan dalam segala kebagikan untuk menyempurnakan derajat kesabaran dan keyakinan yang, dengan keduanya, akan teraih kepemimpimam dalam agama.

Sifat kedua, bahwa Ibrahim adalah seorang yang khusyu’ taat dan terus menerus beribadah kepada Allah ﷻ.

Sifat ketiga, bahwa Ibrahim berpaling dari kesyirikan dan menghadapkan diri hanya kepada Allah ﷻ.

Sifat keempat, jauhnya Ibrahim dari kesyirikan dan berlepas dirinya ia dari orang-orang musyrikin.

Hubungan antara Ayat Pertama dan Bab

Allah menyifati khalil-Nya dengan sidat-sifat tersebut yang merupakan puncak dari perealisasian tauhid dan kita diperintahkan untuk meneladani Ibrahim dalam firman-Nya.

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌۭ فِىٓ إِبْرَٰهِيمَ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ

“Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrāhīm dan orang-orang yang bersama dengan dia;” (Al-Mumtahanah: 4)

Hubungan antara Ayat Kedua dan Bab

Sesungguhnya Allah telah menyifati orang-orang yang beriman yang lebih dahulu masuk ke dalam surga dengan beberapa sifat, bahwa yang paling agung adalah pujuan kepada mereka bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak menyekutukan Allah dengan kesyirikan apapun, baik yang samar/tersembunyi maupun kesyirikan yang jelas. Siapa saja yang keadaannya seperti itu, sungguh ia telah mencapai puncak perealisasiaan tauhid, dan akan dimasukkan ke dalam surga tanpa hisab dan tanpa adzab.

Faedah Kedua Ayat

  1. Keutamaan bapak kita, Ibrahim ‘alaihis shalatu wa salam
  2. Meneladani Nabi Ibrahim pada sifat-sifat agung tersebut.
  3. Penjelasan tentang sifat-sifat yang dengannyalah realisasi tauhid dapat terpenuhi.
  4. Kewajiban menjauhi kesyirikan dan orang-orang musyrikin serta berlepas diri dari orang-orang musyrikin tersebut,
  5. Seseorang disifati sebagai orang beriman karena merealisasikan tauhid.

Wallahu ‘Alam

Sumber:

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.

Hadist dari Anas bin Malik mengenai Allah mengampuni orang yang meninggal tidak berbuat syirik

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab TauhidPenulis: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah

Bab 1: Keutamaan Tauhid dan Dosa-Dosa yang dapat dihapuskan oleh Tauhid

5. Hadist dari Anas bin Malik mengenai Allah mengampuni orang yang meninggal tidak berbuat syirik

Dalam riwayat At-Tirmidzy – beliau menghasankannya – (disebutkan): Dari Anas  رضي الله عنه (beliau berkata), “Saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:

يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِى بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِى لاَ تُشْرِكُ بِى شَيْئًا لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً

Allah Ta’ala berfirman, ‘ Wahai anak Adam, seandainya engkau datang kepada-Ku dengan dosa sepenuh bumi, (tetapi) kemudian engkau meninggal (dalam keadaan) tidak berbuat syirik sedikitpun kepada-Ku, niscaya Aku memberikan ampunan sepenuh bumi pula kepadamu'”.

Ini adalah hadist Illahi atau hadits qudsy. Hadist yang disandarkan kepada firman Allah ﷻ tapi bukan dari ayat Al-Quran melainkan dari sabda Nabi meriwayatkan dari Allah ﷻ.

Biografi

Anas adalah Anas bin Malik bin An-Nadhr Al-Anshary Al-Kharzrajy, pelayan Rasulullah ﷺ yang melayani beliau selama sepuluh tahun.

Ibu nya Anas, cerdas, dengan menitipkan anaknya Anas kepada Rasulullah ketika Rasulullah di Madinah. Hal ini merupakan jasa seorang Ibu yang menitipkan anaknya, yang walaupun sebagai pelayanan, tetapi yang didapatkan adalah Ilmu dari Rasulullah.

Status sosial tidak menjadikan hina apabila mempunyai ilmu yang banyak. Tidak dilihat bagaimana prosesnya mendapatkan ilmu tersebut.

Kisah Ahli hadits yang menyamar jadi pengemis.

Kisah Imam Ahmad di penjara rumah, beliau tidak bisa mengajar di mesjid. Disebutkan riwayat terkait ahli hadits yang terkenal berasal dari negeri Andalus, namanya Baqi Ibnu Mahlat. Ketika datang ke Baghadad tidak bisa menjumpai Imam Ahmad karena Imam Ahmad dipenjara di rumahnya dijaga oleh pihak keamanan. Maka Baqi menyamar menjadi pengemis mendatangi rumah-rumah sampai ke rumah Imam Ahmad. Pihak keamanan tidak menghiraukan pengemis masuk. Kemudian menemui Imam Ahmad dan diberi 5 sampai 10 hadits. Kemudian besoknya datang lagi.

Anas menjadi sahabat yang ke-3 yang paling banyak meriwayatkan hadits.

Rasul pernah mendoakan,

“Ya Allah perbanyaklah harta dan anak-anaknya serta masukanlah ia ke dalam surga”

Ketika Anas tinggal di Basrah menjadi orang yang paling banyak hartanya dan banyak anaknya (hampir 100).

Beliau meninggal pada 92 H, tetapi ada pula yang mengatakan pada 93 H dalam usia lebih dari seratus tahun.

Penjelasan Kalimat dalam Hadits

Qurab atau Qirab tetapi lebih mahsyur dengan Qurab, artinya sepenuh bumi atau hampir memenuhi bumi.

Apabila engkau berjumpa dengan Ku dengan tidak mengerjakan kesyirikan sedikitpun. Artinya apabila meninggal tanpa berbuat kesyirikan. Ini adalah syarat pada janji yang disebutkan, yaitu untuk mendapatkan kemampuan.

Magfirah, adalah dari kata al-ghafar, bermakna tabir atau tirai. Secara syari’i artinya adalah Allah melewatkan, menutup dan memaafkan kesalahan hambanya. Yaitu dibiarkan atau dilewatkan atau tidak dipermasalahkan.

Makna Hadits Secara Global

Nabi ﷺ mengabarkan dari Allah ﷻ bahwa (Allah) berbicara kepada hamba-hambanya dan menjelaskan kepada mereka tentang keluasan karunia dan rahmat-Nya dan bahwasannya Allah akan mengampuni dosa-dosa sebanyak apapun selama bukan dosa syirik. Hadits ini memlilki makna seperti firman Allah ﷻ :

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُ

“Sesungguhnya Allah tidaklah mengampuni dosa kesyirikan, tetapi Dia mengampuni dosa-dosa selain (kesyirikan) itu bagi siapa saja yang Dia kehendaki” (An-Nisa: 116)

Hal ini berkaitan dengan orang yang meninggal dan belum bertobat dari dosa syiriknya, maka Allah tidak akan mengampuni. Akan tetapi apabila berbuat syirik dan bertobat sebelum meninggal, maka Allah akan mengampuni.

Hubungan antara Hadits dengan Bab

Bahwa pada hadist ini terdapat dalil tentang banyaknya pahala tauhid, dan bahwa tauhid akan menghapus dosa-dosa sebanyak apapun.

Pokok harta dan keberuntungan sesunggunhnya ada pada Tauhid. Apabila sudah punya tauhid maka jaminan keselamatannya dan menghapuskan dosa.

Faedah Hadits

  1. Keutamaan dan banyaknya pahala tauhid
    • Tauhid banyak keutamaan dan pahalanya tidak terkira.
    • Tauhid adalah sumber amalan shaleh
    • Ada yang keliru memperbanyak amalan shalat sunnah, sedekah, puasa sunnah akan tetapi meninggalkan hal yang lebih besar yaitu tauhid.
    • Seluruh ibadah yang apabila dihadirkan tauhid maka pahalanya akan berlipat ganda.
    • Amalan kecil yang dilakukan seorang yang bertauhid maka menjadi besar
    • Diantara orang yang bertauhid berjenjang besarnya amalan tergantung kualitas tauhidnya.
    • Ada yang bermalan besar bisa menjadi kecil bahkan tidak ada pahalanya. Ini berkaitan dengan tauhidnya.
  2. Keluasan karunia Allah, kebaikan, rahmat, dan pemaafan-Nya.
    • Keluasan karunia dan rahmat Allah dimana orang yang berdosa sepenuh bumi tapi diberi pengampunan juga dengan sepenuh bumi.
  3. Bantahan terhadap Khawarij yang mengafirkan pelaku dosa besar selain kesyirikan.
    • Khawarij mengkafirkan secara serampangan tanpa haq, yaitu tidak sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah.
    • Adapun pengkafiran dengan haq yaitu sesuai Al-Qur’an dan sunnah, maka itu benar. Seperti orang yang murtad.
    • Rasulullah bersabda “Syafaatku berlaku untuk pelaku dosa besar dari umatku”. Andaikata pelaku dosa besar kafir, maka Nabi tidak akan memberikan syafaat untuk pelaku dosa besar.
  4. Penetapan sifat Kalam (Berbicara) bagi Allah ﷻ atas apa-apa yang pantas dengan kemuliaan-Nya.
  5. Penjelasan tentang makna La Illaha Illallah, dan bahwasannya maknanya adalah meninggalkan kesyirikan, baik (kesyirikan) itu sedikit maupun banyak, dan tidaklah cukup dengan sekedar mengucapkan (kalimat) tersebut secara lisan.
    • Orang yang masuk surga adalah yang mengucapkan La Illaha Illallah. Artinya makna La Illaha Illallah adalah juga meninggalkan kesyirikan.
  6. Penetapan (akan adanya hari) berbangkit, hisab (perhitungan), dan pembalasan amalan.
    • Yaitu apabila dibangkitkan, maka ada perhitungan dan pembalasan.

Wallahu ‘Alam

Sumber:

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.

Hadist dari Abu Sa’id Al-Khudry mengenai Besarnya keutamaan kalimat La Ilaha Illallah.

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab TauhidPenulis: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah

Bab 1: Keutamaan Tauhid dan Dosa-Dosa yang dapat dihapuskan oleh Tauhid

Hadist dari Abu Sa’id Al-Khudry mengenai Besarnya keutamaan kalimat La Ilaha Illallah.

Dari Abu Sa’id Al-Khudry radhiallahu anhu, (beliau berkata): Rasulullah ﷺ bersabda:

قَالَ : يَا رَبِّ كُلُّ عِبَادِكَ يَقُوْلُوْنَ هَذَا، قَالَ مُوْسَى : لَوْ أَنَّ السَّمَوَاتِ السَّبْعَ وَعَامِرَهُنَّ – غَيْرِي – وَالأَرْضِيْنَ السَّبْعَ فِي كِفَّةٍ، وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ فِي كِفَّـةٍ، مَالَتْ بِهِـنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ

Musa berkata: ‘Wahai Rabb, ajarkanlah kepadaku sesuatu untuk berdzikir dan berdoa kepada Mu.’ Allah berfirman, “Wahai Musa ucapkanlah La Ilaha Illallah.” Musa berkata, “Wahai Rabb, semua hamba-Mu mengucapkan (kalimat) ini.” (Allah pun) berfirman, “Wahai Musa, andaikata ketujuh langit dan penghuninya, kecuali Aku serta ketujuh bumi diletakkan pada salah satu daun timbangan, sedang La Ilaha Illallah diletakkan pada daun timbangan yang lain, niscaya La Ilaha Illallah lebih berat

Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim. Dishahihkan oleh (Al-Hakim).

Biografi

Abu Sa’id Al-Khudry adalah Abu Sa’id Al-Khudry Sa’d bin Malik bin Sinan Al-Kazrajy Al-Anshary, nisab kepada Bani Khudrah. Beliau adalah seorang sahabat yang mulia dan anak dari seorang sahabat. Beliau meriwatkan banyak hadts dari Rasulullah ﷺ. Beliau meninggal pada 74 H.

Makna Hadits Secara Global

Bahwa Musa ‘alaihi ahalatu was salam meminta kepada Allah ﷻ agar diajari suatu dzikir yag akan digunakan untk memuji Allah dan sebagai perntara ketika bedoa untuk memuji Allah dan sebagai perantara ketika berdoa meminta kepada Allah. Maka, Allah memberinya petunjuk agar ia mengucapkan La Ilaha Illallah. Musa mengetahui bahwa kalimat ini banyak diucapkan oleh para makhuk, sedang ia menginginkan kalimat khusus sehingga berbedadengan yang lain. Allah pun menjelaskan besarnya keutamaan dzikir ang telah dianjurkan tersebut, bahwasannya tidak ada sesuatu apapun yang menyamai keutamaan (dzikir) tersebut.

Hubungan antara Hadits dengan Bab

Hadits ini menjelaskan keutamaan kalimat tauhid, dan bahwasannya tidak ada sesuatu apapun yang dapat menyamai keutamaan (kalimat) tersebut.

Faedah Hadits

  1. Besarnya keutamaan kalimat La Illaha Illallah karena di dalam (kalimat tersebut) terkandung tauhid dan keikhlasan.
  2. Keutamaan Musa ‘alaihi ahalatu was salam dan semangat beliau untuk mendekatkan diri kepada Allah.
  3. Bahwa ibadah tidak boleh dilakukan, kecuali dengan segala hal yang telah Allah syariatkan. Manusia tidak diperbolehkan untuk membuat syariat dari dirinya sendiri karena Musa meminta kepada Allah untuk diajari cara berdzikir kepada Allah.
  4. Sesungguhnya hal yang sangat diperlukan dan sangat penting mesti keberadaanya akan banyak didapati. Oleh karena itu, karena sangat diperlukan oleh alam semesta. La Illaha Illallah menjadi dzikir yang palingbanyak diucapkan dan paling mudah diperoleh.
  5. Bahwa Allah berada di atas langit berdasarkan ucapan, “Dan semua penghuinya, kecuali Aku”.
  6. Merupakan suatu keharusan ketika berdzikir dengan kalimat ini untuk mengucapkan (kalimat) tersebut secara lengkap, tidak hanya mengucapakan lafzh Jalalah (Allah) seperti perbuata sebagaian orang-orang bodoh.
  7. Penetapan adanya timbangan amal, dan hal itu benar-benar ada.
  8. Bahwa para nabi perlu diingatkan tentang keutamaan kalimat La Illaha Illallah.
  9. Sesunguhnya ada bumi ada tujuh sebagaimana langit.

Wallahu ‘Alam

Sumber:

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.

Hadist dari Itban bin Malik tentang Allah Mengharamkan Neraka bagi orang yang ber-Tauhid.

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab TauhidPenulis: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah

Bab 1: Keutamaan Tauhid dan Dosa-Dosa yang dapat dihapuskan oleh Tauhid

Hadist dari Itban bin Malik tentang Allah mengharamkan neraka bagi orang yang bertauhid.

ولهما في حديث عتبان فإن الله حرم على النار من قال لا إله إلا الله يبتغي بذلك وجه الله

(Diriwayatkan) pula oleh keduanya (Al-Bukhary dan Muslim) pula pada hadits Itban, “Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan La Ilaha Illallah dalam keadaam mengharapkan wajah Allah dengan hal tersebut

Biografi

Itban adalah Itban bin Malik bin Amr bin Al-Ajlan Al-Anshary, dari Bani Salim bin ‘Auf. Beliau adalah sahabat yang terkenal, yang meninggal pada masa kekhalifahan Mu’awiyah.

Itban melalui 4 masa kekhalifahan khulafaur rasyidin. Beliau meriwayatkan beberapa hadits dalam Al-Bukhary dan Muslim.

Itban bin Malik adalah Imam di mesjid kampunya. Ketika mata beliau sudah susah melihat, beliau mengundang Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam kerumahnya, agar supaya Nabi shalat disuatu tempat dirumahnya yang Itban bin Malik menjadikan tempat itu sebagai tempat shalatnya. Hal ini berlaku khusus bagi Nabi, yang disebut tabaruuk. Tidak ada dalam sejarah para sabahat meminta Abu Bakr, Umar dan lainnya meminta hal yang semisalnya.

Maka Nabi datang kerumah Itban dan menanyakan dimana engkau senang shalat. Ditunjukan tempatnya kemudian Nabi shalat dua rakaat. Nabi mencontohkan untuk langsung melakukan apa tujuannya kerumah Itban, yaitu untuk shalat. Tidak melakukan hal-hal yang lain dulu.

Harama ‘Ala Naar, mengharamkan atas neraka, artinya At-Tahrim berarti larangan, menahan. Maksudnya Allah melarang neraka untuk menyentuh dia.

‘Mengharap wajah Allah dengan hal tersebut’, artinya ikhlas dari hati dan meninggal dalam keadaan seperti itu, serta tidak mengucapkannya dengan kemunafikan.

Salah satu ketentuan dari La Illaha Illallah, bukan sekedar perkataan saja tapi ada syarat-syarat dan ketentuannya. Yaitu mngharapkan wajah Allah, ikhlas dari hatinya.

Makna Hadits Secara Global

Bahwa Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam mengabarkan dengan kabar yang tegas bahwa orang yang mengucapkan kalimat La Ilaha Illallah dengan tujuan seperti yang ditunjukan kalimat tersebut, berupa ikhlas dan tidak berbuat syirik serta mengamalkan hal itu secara lahir dan batin, kemudian meninggal dalam keadaan seperti itu, ia tidak akan disentuh oleh api neraka pada hari kiamat.

Bukan sekedar ucapan lisan tapi ucapan sesuai dengan konsekwensi kalimat ini: ikhlas, tidak ada kesyirikan, mengamalkan kandungan secara lahir dan batin. Apabila meninggal dalam keadaan tersebut maka tidak disentuh api neraka.

Hubungan antara Hadits dengan Bab

Bahwa pada hadits ini terdapat dalil yang sangat terang tentang keutamaan tauhid, dan bahwa tauhid tersebut mengharuskan orang yang meninggal di atas tauhid tersebut untuk selamat dari neraka dan kejelekan-kejelekannya dihapuskan.

Makna haram masuk neraka ada dua jenis:

  1. Tahrim Ad-Duhul, Haram sama sekali masuk neraka. TIdak akan masuk neraka, langsung masuk surga.
  2. Tahrim Al-Khulut, Haram untuk kekal di dalam neraka. Masuk neraka, tapi tidak kekal. Akan dikeluarkan dan masuk surga.

Apabila orang yang bertauhid tidak sempurna, dan melakukan dosa-dosa besar. Sehingga mengharuskan di siksa dalam neraka. Maka dia dalam neraka tidak akan kekal. Dikeluarkan dari neraka dan dimasukan ke surga.

Faedah Hadits

  1. Keutamaan tauhid, dan bahwa tauhid membebaskan pemiliknya dari neraka dan menghapuskan dosa-dosanya.
  2. Bahwasannya ucapan tanpa keyakinan hati tidaklah cukup bagi keimanan, seperti keadaan orang-orang munafik.
    • Iman terangkai dari 3: ucapan dengan lisan, keyakkinan dalam hati, dan amalan dengan anggota tubuh.
  3. Bahwasannya keyakinan (hati) tanpa ucapan tidaklah cukup bagi keimanan, seperti keadaan para penentang.
    • Meyakini benar tapi tidak mau mengucapkannya. Seperti Fir’aun yakin Nabi Musa benar tapi tidak mau berucap mengikuti nabi Musa, kecuali setelah nyawanya ditenggorokannya.
  4. Diharamkannya neraka terhadap orang-orang yang memiliki tauhid yang sempurna.
    • Untuk yang ber tauhid dengan sempurna, maka haram sama sekali masuk neraka dan langsung masuk surga
    • Kesempurnaan tauhid dengan dua hal: Mewujudkan tauhidnya dan mewujudkan kesempurnaan tauhid yang wajib dan mustahab.
      • Yang wajib tidak berbuat syrik asghar, dosa besar.
      • Yang mustahab: didatangkan hal-hal yang dianjurkan, disunnahkan bahkan hal yang makruh ditinggalkan.
  5. Bahwa amalan tidak bermanfaat, kecuali ikhlas dengan mengharapkan wajah Allah dan benar sesuai dengan sunnah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam.
    • Dua syarat: ikhlas dan sesuai dengan sunnah
  6. Orang yang mengucapkan La Illaha Illallah, tetapi berdoa kepada selain Allah, ucapannya tidaklah bermanfaat, seperti keadaan pada penyembah kubur pada hari ini bahwa mereka mengucapkan La Illaha Illallah, tetapi mereka (juga justru) berdoa kepada orang yang sudah meninggal serta mendekatkan diri kepada orang tersebut.
  7. Penetapan sifat wajah bagi Allah Ta’ala sesuai dengan kemuliaan dan keagungan-Nya.
    • Ahli sunnah menetapkan konsekuensi mencari wajah Allah adalah ikhlas dan menetapkan secara lafadz mengenai sifat wajah bagi Allah
    • Adapun ahli bid’ah mentaqwil dengan konsekuensi bahwa ini adalah ikhlas akan tetapi tidak ada penetapan sifat wajah.
    • Rasulullah menyebut bahwa Allah memiliki wajah. Dan juga di Al-Qur’an disebutkan sifat wajah Allah.
    • Sehingga kewajiban kita adalah mengimaninya menetapkan bagi Allah dengan keyakinan sesuai dengan keagungan dan kebesaran Allah
    • Dan juga dengan keyakinan pasti bahwa sifat wajah Allah tidak sama dengan makhluk-Nya.

Wallahu ‘Alam

Sumber:

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.

Hadist dari Ubadah bin Ash-Shamit tentang keutamaan Tauhid

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab TauhidPenulis: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah

Bab 1: Keutamaan Tauhid dan Dosa-Dosa yang dapat dihapuskan oleh Tauhid

Hadist dari Ubadah bin Ash-Shamit tentang keutamaan Tauhid

مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ ، وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ وَكَلِمَتُهُ ، أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ ، وَرُوحٌ مِنْهُ ، وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ ، أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنَ الْعَمَلِ

Dari Ubadah bin Ash-Shamit radhiallahu anhu, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda. “Siapa saja yang bersaksi bahwa iada sembahan yang benar, kecuali Allah semata, tiada serikat bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan rasul-Nya, juga (bersaksi) bahwa Isa adalah hamba Allah dan rasul-Nya, kalimat-Nya yang Dia sampaikan kepada Maryam, dan ruh dari-Nya, serta bahwa surga adalah benar (adanya), juga neraka adalah benar (adanya), Allah pasti memasukkan dia ke dalam surga, betapapun amal yang telah dia perbuat”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim)

Biografi

Ubadah bin Ash-Shamit adalah Ubadah bin Ash-Shamit bin Qais Al-Anshary Al-Khazrajy, salah seorang tokoh perang Badr yang terkenal. Beliau meninggal pada 34 H dalam usia tujuh puluh dua tahun.

Beliau populer yang memiliki ahadun nuqaba ‘3 penjelasan’:

  1. Termasuk orang-orang yang dipanggil di baitul aqabah
  2. Hadir di Perang Badr
  3. Populer, dikenal.

Penjelasan Hadits

Bersaksi tentang La Ilaha Illallah: yaitu mengucapkan kalimat ini dalam keadaan mengerti maknanya dan mengamalkan konsekuensinya secara lahir dan batin. Bersaksi bukan sekedar berucap saja tapi mengucapkan dalam keadaan tahu maknanya, diamalkan konsekusinya.

Allah berfirman:

إِلَّا مَن شَهِدَ بِٱلْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُو

“Akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa’at ialah) orang yang mengakui hak (tauhid) dan mereka meyakini(nya)” (Az-Zukhruf: 86)

Siapa yang mempersaksikan al-haq (La Illaha Illallahu) harus ada syarat: mengetahui dan mengamalkan konsekuensinya.

La Ilaha Illallah: tiada sembahan yang benar, kecuali Allah. Ini tafsir dari kalimat la ilaha illallah.

Wahdahu ‘semata’: keadaan yang menegaskan penetapan (tentang tauhid). Ini adalah penegasan (isbat) bahwa Allah saja yang diibadahi

La Syarikalahu ‘tiada serikat bagi-Nya’: merupakan penegasan dalam peniadaan. Ini adalah peniadaan (nafyu)

La Ilaha Illallahu memepunyai dua rukun An-Nafyu dan Al-Isbat. An-Nafyu: La Ilaha, Al-Isbat: Illallahu. La Syarikalahu memperkuat kandungan La Ilaha.

Wa Anna Muhammadan ‘dan bahwa Muhammad’: yaitu bersaksi bahwa Muhammad (adalah)…

Abduhu ‘hamba Allah’: berarti milik Allah dan yang menyembah/menghamba kepada Allah.

Wa Rasuuluhu ‘Dan Rasul-Nya’: yaitu utusan-Nya yang diutus dengan syariat dari Allah. Ada yang diutus dengan syariat baru atau melanjutkan syariat sebelumnya. Sebagaimana Nabi Harun memiliki syariat yang sama dengan Nabi Musa.

Wa Anna Isya ‘dan bahwa Isa’: yaitu bersaksi bahwa Isa bin Maryam (adalah) ….

Abdullahi Wa Rasuuluhu ‘hamba Allah dan Rasul-Nya’: berbeda dengan keyakinan oran-orang Nashara yang menyatakan bahwa (Isa) adalah Allah, anak Allah, atau salah satu Ilah yang tiga.

Tiga Kesyirikan orang Nashara dalam pembahasan Ilahiyah:

  1. Nabi Isya adalah Allah
  2. Nabi Isya adalah Anak Allah
  3. Nabi Isya adalah salah satu dari tiga yang diibadahi (Nabi Isya, Allah dan Ibunya).

Kalimatuhu ‘kalimat-Nya’: berarti baha Dia menciptakan (Isa) dengan kalimat(-Nya), yaitu firman-Nya: kun (terjadilah).

Alqaaha ila Maryam ‘yang Dia sampaikan kepada Maryam’: yaitu Jibril diutus kepada (Maryam) dengannya maka ruh pilihan milik Allah ditiupkan kepada (Maryam) dengan seizin Allah Ta’alla.

Waruuh ‘dan ruh’: berarti bahwa Isa adalah salah satu diantara ruh-ruh yang Allah Ta’ala ciptakan.

Minhu ‘dari-Nya’: yaitu penciptaan dan pengadaannya adalah dari Allah, seperti firman Allah Ta’ala:

وَسَخَّرَ لَكُم مَّا فِى ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ جَمِيعًۭا مِّنْهُ

“Dan untuk kalian Kami menundukan apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi seluruhnya dari ciptaan-Nya” (Al-Jatsiyah: 13)

Waljannata haqqun Wannara haqqun ‘dan bahwa surga ada benar (adanya) juga neraka adalah benar (adanya)’: yaitu bersaksi bahwa surga dan neraka, yang keduanya telah Allah kabarkan dalam kitab-Nya, benar-benar ada, dan tiada keraguan tentang keberadaan keduanya.

Ad khalallahu jannata ‘Allah memasukkan dia ke dalam surga’: merupakan jawabusy syarthi ‘jawaban syarat’ yang telah berlalu, yaitu sabda beliau, “Siapa saja yang bersaksi ….” hingga akhir (hadits).

Ada 5 Syarat, pada siapa yang:

  1. Bersaksi La Ilaha Illallah
  2. Bersaksi Muhammad ‘abduhu wa rasuluhu
  3. Bersaksi Nabi Isya ‘abduhu wa rasuluhu termasuk kalimatuhu ila Maryam waruhu minhu
  4. Bersaksi adanya surga
  5. Bersaksi adanya Neraka

Apabila 5 syarat tersebut terpenuhi, maka balasannya Allah akan masukan dia ke surga.

Ala maa kaana minal ‘amali ‘atas apa-apa berupa amalannya’: (kalimat ini) mengandung dua kemungkinan:

  1. Allah memasukan ia ke dalam surga, meskipun ia kurang beramal dan memiliki dosa-dosa sebab orang yang bertauhid mesti masuk ke dalam surga.
  2. Allah memasukan dia kedalam surga. Adapun kedudukannya di surga sesuai dengan amalannya.

Maksud dimasukan kedalam surga ada dua makna:

  1. Masuk langsung kedalam surga
  2. Tidak langsung masuk surga tapi terakhirnya masuk surga. Di siksa dineraka sesuai kadar dosanya saja.

Dengan demikian tidak bergampangan dengan dosa yaitu dianggapnya sudah bertahuid maka bergampangan dalam melakukan dosa. Orang yang bertauhid akan masuk surga. Tapi kapan dia masuk surganya? Langsung atau melalui proses ke neraka dulu?

Akhrajaaha ‘dikeluarkan oleh keduanya’: yaitu hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhary dan Muslim dalam kitab Shahih keduanya, yang merupakan kitab tershahih setelah Al-Qur’an.

Makna Hadits Secara Global

Sesungguhnya Rasul Shalallahu Alaihi Wasallam mengabarkan kepada kita, dalam rangka menerangkan keutamaan dan kemuliaan tauhid, bahwa orang yang mengucapkan syahadatain dalam keadaan mengerti maknanya dan mengamalkan konsekuensinya secara lahir dan batin, menjauhi sikap berlebih-lebihan dan meremehkan hak kedua nabi yang mulia, yaitu Isa dan Muhammad, mengakui kerasulan dan kehambaan keduanya kepada Allah dan meyakini bahwa keduanya tidak memiliki kekhususan dalam sifat rububiyyah (bukan yang mencipta, memberi rizki, menghidupkan, mematikan dan bukan pula yang diibadahi), serta meyakini keadaan surga dan neraka, tempat kembali dia adalah surga, meskipun darinya muncul perbuatan-perbuatan maksiat selain kesyirikan.

Hubungan antara Hadits dengan Bab

Bahwa, dalam hadits di atas, terdapat penjelasan tentang keutamaan tauhid, dan bahwasannya tauhid adalah sebab untuk masuk ke dalam surga dan penghapusan dosa-dosa.

Kenapa terkadang jatuh dalam dosa, bagaimana cara menghindarinya? Salah satu obatnya perdalam tentang Tauhidnya. Dikarenakan tauhid adalah pengugur dosa dan membuka jalan untuk istiqomah diatas perintah Allah. Sehingga jauh dari dosa-dosa. Semakin bagus tauhidnya maka akan semakin lengkap dari sebab-sebab istiqomahnya. Hal ini disebut karomah bagi seorang muslim yang bisa istiqomah.

Karamah bisa dari Allah atau bisa dari syaitan. Dajjal bisa mematikan dan menghidupkan orang, surga dan neraka di tangannya. Tapi tidak dikatakan bahwa dajjal itu wali Allah.

Faedah Hadits

  1. Keutamaan tauhid, dan bahwa sesungguhnya Allah menghapuskan dosa-dosa (hambanya) dengan (sebab) tauhidnya.
    • Tuhid selalu dihadirkan, diulangi, dipertajam memahaminya, diresapi dalam hati, diamalkan konsekuensinya. Ini semua adalah pengugur dari dosa-dosa.
    • Perlu kesabaran dan ketekunan dalam menghadiri majelis yang membahas mengenai tauhid.
  2. Luasnya keutamaan tauhid dan kebaikan Allah Ta’alla
    • Orang yang selalu belajar tauhid adalah orang yang bersyukur akan nikmat. Hal ini dikarenakan luasnya kebaikan Allah Ta’alla
  3. Kewajiban menjauhi sikap berlebih-lebihan dan meremehkan hak para nabi dan orang-orang shalih maka kita tidak boleh mengingkari keutamaan mereka dan tidak pula berlebih-lebihan terhadap mereka sampai memalingkan suatu ibadah kepada mereka, seperti perbuatan sebagian orang-orang bodoh dan sesat.
    • Tidak boleh berlebihan (ghulu, radikal, extrem) dan tidak boleh menyepelekan (kaum liberal).
    • Kaum liberal ada yang berkata saya muslim tapi tidak meyakini syariat Islam. Bahasa kaum liberal sama dengan kaum munafikin, yaitu bicaranya bagus, mengesankan dan beretorika.
    • Umat islam adalah pertengahan (moderat), tidak berlebihan dan tidak menyepelekan. Sebagaimana Nabi ditetapkan dua sifat yaitu hamba Allah dan Rasul Allah. Hamba Allah adalah bantahan terhadap orang yang extrem terhadap Nabi. Misalnya yang menyembah Nabi, berdoa kepada Nabi. Rasul Allah adalah bantahan bagi orang yan menyepelekan. Bahwa Nabi adalah manusia biasa tapi diberikan kekhususan oleh Allah. Yaitu kita wajib mendengar dan taat pada perintahnya; meyakini dan mengimani apa yang dia beritakan.
  4. Bahwa aqidah tauhid menyelisihi semua agama kekafiran, baik Yahudi, Nasrani, penyembah berhala, maupun Dahiriyyah (tidak meyakini adanya Tuhan).
  5. Pelaku maksiat dari kalangan orang yang bertauhid tidak kekal di dalam neraka.
    • Pelaku maksiat dibawah kehendak Allah. Apabila Allah menghendaki maka di siksa di neraka sesuai dengan kadar dosanya.
    • Apabila Allah berkehendak walaupun dia punya dosa banyak, Allah memaafkannya dan diamasukan kedalam surga. Hal ini tergantung dari kadar Tauhidnya.
    • Banyak dari pengugur dosa seperti banyak shalat dan banyak sedekah akan tetapi Tauhid adalah pengugur dosa yang terbesar. Misalnya duduk-duduk saja belajar Tauhid, mungkin banyak dosanya yang gugur ketika itu. Karena hal ini membentuk hatinya, keikhlasan dan kemurnian ibadah kepada Allah.

Wallahu A’lam

Sumber:

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.

Surat Al-An’am Ayat 82: Keutamaan Tauhid adalah Rasa Aman Dunia dan Akhirat

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab TauhidPenulis: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah

Bab 1: Keutamaan Tauhid dan Dosa-Dosa yang dapat dihapuskan oleh Tauhid

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَلَمْ يَلْبِسُوٓا۟ إِيمَـٰنَهُم بِظُلْمٍ أُو۟لَـٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ

Firman Allah Ta’ala, “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al-An’am: 82)

Dari keutamaan para sahabat ketika ayat turun atau hadits yang pertama kali diperiksa adalah diri mereka sendiri, tidak ditujukan kepada orang lain. Mereka merasa dirinya ada berbuat dhalim pada diri sendiri.

Nabi menafsirkan ayat dengan ayat lain. Ada pelajaran metode pendalilan.

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu, beliau berkata “Tatkala (Al-An’am ayat 82) turun, kami bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapa di antara kami yang tidak menzhalimi dirinya?’ Beliau bersabda “Ayat itu bukanlah sebagaimana perkataan kalian, melainkan bahwa “tidak mencampuradukan keimanan mereka dengan kezhaliman” (yaitu) kesyirikan. Tidaklah kalian mendengar ucapan Luqman kepada anaknya “Wahai anaku, janganlah engkau berbuat kesyirikan (karena) kesyirikan adalah kezhaliman yang terbesar”

وَإِذْ قَالَ لُقْمَـٰنُ لِٱبْنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَـٰبُنَىَّ لَا تُشْرِكْ بِٱللَّهِ ۖ إِنَّ ٱلشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌۭ ١٣

“Dan (ingatlah) ketika Luqmān berkata kepada anaknya pada waktu ia memberi pelajaran kepadanya, “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. (Luqman: 13)

Sehingga apabila tidak mencampuradukan iman dengan kesyirikan, maka dijamin untuknya dua hal yaitu keamanan dan mendapat hidayah.

Hubungan antara Hadits dengan Bab Tauhid

Setelah pada Bab pertama menerangkan kewajiban dan makna tauhid, pada bab ini, (penulis) menerangkan keutamaan tauhid, dampak-dampak baik (tauhid), dan hasil-hasil (tauhid) yang indah, yang diantaranya adalah penghapusan dosa-dosa. Hal ini dilakukan oleh penulis untuk memberikan dorongan dan motivasi kepada tauhid.

Hal ini menjadikan lebih mendalam, yaitu setelah dijelaskan hukumnya, maka pada bab ini dijelaskan keutamaannya. Terkadang mengenal hukum lebih penting sebelum keutamaan. Seperti pada ayat:

Dalam hal ini orang beriman dipanggil, untuk diwajibkan berpuasa. Baru setelah dijelaskan keutamannya yaitu agar bertakwa.

Sama halnya dalam hadist Ustman bin Affan, Nabi mengajarkan berwudhu yaitu dengan memperagakan bagaimana berwudhu yaitu dari cuci telapak tangan sampai kaki. Setelah Nabi menjelaskan hukum dan tata cara berwudhu, baru Nabi menjelaskan keutamannya pengampunan dosa.

Dijelaskan hukum agar terikat hatinya, setelah dijelaskan keutamannya maka akan dilaksanakan dengan segera. Sebaliknya apabila dijelaskan keutamaannya dulu tanpa tahu hukumnya maka tidak ada yang mengikatnya sehingga tidak ada dorongan untuk melaksanakannya. Ini adalah kekeliruan sebagian kelompok yang mengajarkan fadhail amal saja akan tetapi tidak dijelaskan hukum-hukumnya. Sehingga tidak tahu tata cara ibadah yang benarnya seperti shalat, puasa, mengenai tauhid. Karena yang dipikirkan hanya keutamaan saja.

Pada satu masa apabila jenuh, maka akan menurunkan semangatnya karena tidak tahu hukumnya. Berbeda dengan orang yang diikat hukum, apabila turun semangat dia tahu ada ikatannya yaitu kewajiban.

Definisi kata-kata penting:

Bab adalah tempat masuk, yaitu nama untuk sekumpulan ilmu yang didalamnya terdapat pasal-pasal.

Amanu: orang yang beriman, yaitu yang membenarkan dengan hati mereka, mengucapkan dengan lisan mereka dan beramal dengan anggota badan mereka. Dan puncak dari semua itu adalah Tauhid.

Dholim secara makna meletakan sesuatu bukan pada tempatnya. Kesyirikan disebut kedholiman karena kesyirikan meletakan ibadah bukan pada tempatnya. Dan memalingkan ibadah tersebut kepada yang tidak berhak.

Keamanan: ketenangan jiwa dan hilangnya rasa takut.

Orang yang dapat petunjuk: orang-orang yang mendapat taufik berjalan diatas sirath al mustaqim.

Makna Ayat Secara Global

Allah Subhanahu mengabarkan bahwa orang-orang yang ikhlas dalam beribadah hanya kepada Allah semata dan tidak menodai tauhidnya dengan kesyirikan, merekalah orang-orang yang mendapatkan keamanan dari rasa takut dan hal-hal yang tidak menyenangkan pada hari kiamat. Mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk untuk berjalan diatas ash-shirath al-mustaqim di dunia.

Pengaruh tauhid memberi keamanan pada hari kiamat.

Nabi Ibrahim ketiga membangun kota mekah:

Faedah Ayat

  1. Keutamaan tauhid dan buah (tauhid) yang dapat dipetik di dunia dan di akhirat.
  2. Bahwa syirik adalah kezhaliman yang membatalkan keimanan kepada Allah, jika berupa syirik besar, dan mengurangi keimanan, jika berupa syirik kecil.
    • Kedholiman ada tiga: kesyirikan, dosa selain syirik antara hamba dan Allah, antara sesama makhluk.
    • Syirik besar membatalkan keimanan
    • Syirik kecil mengurangi keimanan. Syirik kecil lebih besar dari dosa besar: mencuri, berjina, membunuh. Karena syirik kecil terkait dengan hak Allah adapun dosa besar terkait antara pelaku dengan Allah bukan pada Ibadah atau antara pelaku dengan orang lain.
  3. Bahwa syirik adalah dosa yang tidak diampuni
    • Apabila berbuat kesyirikan maka tidak ada keamanan. Maka kesyirikan itu tidak diampuni.
  4. Kesyirikan megakibatkan ketakutan di duina dan di akhirat.

Wallahu A’lam