Dalil 1: Surat Az-Zumar Ayat 38

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid

  • Penulis: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
  • Pensyarah: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah

Bab 6: Termasuk sebagai Kesyirikan Memakai Gelang, Benang dan Sejenisnya Sebagai Pengusir atau Penangkal Mara Bahaya

Firman Allah dalam Surat Az-Zumar Ayat 38:

وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُ ۚ قُلْ أَفَرَءَيْتُم مَّا تَدْعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ إِنْ أَرَادَنِىَ ٱللَّهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَـٰشِفَـٰتُ ضُرِّهِۦٓ أَوْ أَرَادَنِى بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَـٰتُ رَحْمَتِهِۦ ۚ قُلْ حَسْبِىَ ٱللَّهُ ۖ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ ٱلْمُتَوَكِّلُونَ

Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka, “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”, niscaya mereka menjawab, “Allah”. Katakanlah, “Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudaratan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudaratan itu atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya? Katakanlah, “Cukuplah Allah bagiku”. Kepada-Nya-lah bertawakal orang-orang yang berserah diri. (Az-Zumar: 38).

Hubungan antara Bab dan Kitab Tauhid

Bab ini memuat penyebutan sesuatu yang merupakan lawan dari tauhid, yaitu mencari penghilang atau pencegah bahaya berupa selain Allah, dalam rangka memperingatkan terhadap hal tersebut karena tauhid dapat diketahui melalui lawannya.

‘termasuk kesyirikan’: menunjukan sebagian, yaitu termasuk salah satu syirik besar meyakini bahwa sesuatu tersebut bisa mendatangkan manfaat dan menolak bahaya dengan sendirinya, atau termasuk syirik kecil jika meyakini bahwa sesuatu tersebut menjadi sebab datangnya manfaat dan tertolaknya bahaya.

Makna Ayat Secara Global

Allah memerintahkan Nabi-Nya Muhammad untuk bertanya kepada kaum musyrikin -dengan pertanyaan pengingkaran- tentang patung-patung yang mereka sembah bersama Allah, apakah (patung-patung) itu mampu memberi manfaat atau menolak bahaya? Maka mereka pasti akan mengakui kelemahan patung-patung mereka terhadap hal itu. Kalau keadaan mereka demikian, telah batalah peribadahan kepada patung-patung tersebut.

Hubungan antara Ayat dan Bab

Ayat di atas merupakan dalil tentang batilnya kesyirikan. Memakai gelang dan benang adalah termasuk ke dalam (kesyirikan) tersebut, yang tidak mampu menolak bahaya atau mendatangkan mafaat.

Faedah Ayat

  1. Kebatilan perbuatan syirik, karena semua yang disembah selain Allah tidak berkuasa atas bahaya tidak pula manfaat bagi para penyembahnya.
  2. Peringatan terhadap memakai gelang, benang, atau selainnya dengan tujuan untuk mendatangkan manfaat atau menolak bahaya. Karena, hal itu tergolong sebagai kesyirikan yang sejenis dengan tujuan penyembahan kepada patung.
  3. Pensyariatan untuk mendebat kaum musyrikin guna membatilkan kesyirikan mereka.
  4. Kewajiban untuk bersandar kepada Allah semata dan menyerahkan semua urusan kepada-Nya

Sumber:

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.


Catatan Kajian

Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Pendahuluan

Dalam bab selanjutnya diterangkan mengenai yang bertentangan dengan tauhid, yaitu kesyirikan yang besar dan yang kecil.

Tiga hal pokok dalam bab ini

  1. Hal yang bertentangan dengan Tauhid dari bentuk syirik akbar
  2. Hal yang berentangan dengan kesempurnaan tauhid berupa syirik asgar
  3. Hal yang bisa mengantar kepada kesyirikan: ghuluw, bid’ah dan selainnya.

Pembasan dimulai dari syirik kecil kemudian syirik besar. Karena syrik kecil adalah wasilah ke syirik akbar. Apabila sudah paham bahaya pada syirik kecil, maka akan lebih menyakini bahaya kesyirikan.

Pembahasan

Pembahasan pada bab ini yaitu memakai segala sesuatu yang melingkar dan digantung pada anggota badan dengan tujuan untuk mencari faedah mengangkat dan menolak bala. Bala adalah nama yang mencakup segala hal yang tidak menyenangkan menimpa manusia seperti: sakit, kefakiran, dan lainnya. Mengangkat bala yaitu mengangkat segala yang tidak menyenangkan yang sudah menimpa. Adapun menolak bala yaitu melindungi agar tidak terkena segala sesuatu yang tidak menyenangkan.

Hukum dari hal ini adalah kesyirikan. Jenis kesyirikannya tergantung keyakinannya pada hal tersebut. Hukumnya menjadi syirik kecil, apabila:

  1. Dia meyakini sesuatu menjadi sebab padahal itu bukan sebab syar’i dan bukan sebab qodari.
  2. Dia bergantung kepada sangkaan yang tidak memiliki hakikat. Maksudnya hanya sangkaan dan dugaan saja, padahal sebenarnya tidak demikian.

Hukumnya menjadi syirik besar apabila meyakini sesuatu yang melingkar dan digantung pada anggota badannya dapat memberi pengaruh dengan sendirinya. Misalnya menggantung jimat dengan keyakinan jimat ini bisa memberi manfaat atau bahaya dengan sendirinya. Menjadi syirik akbar karena menjadikan jimat itu sebagai pencipta selain Allah.

Pembahasan Sebab

Yang mengadakan sebab adalah Allah. Sehingga apabila yang mengadakan sebab selain Allah, maka termasuk menandingi atau menyamai Allah. Orang yang menganggap sesuatu menjadi sebab, padahal Allah tidak mensyariatkannya sebagai sebab dan Allah tidak pula menakdirkannya sebagai sebab, maka artinya menandingi Allah dalam mengadakan sebab.

Dalil-dalil menunjukan bahwa syirik menjadikan sebab adalah syirik kecil, tidak mengeluarkan keislamannya.

Sebab Syar’i

Sebab Sya’ri adalah Allah yang menjadikan sebab seperti masuk surga harus ada sebab syar’ir yaitu melakukan amalan shaleh. Sebagaimana firman Allah:

وَنُودُوٓا۟ أَن تِلْكُمُ ٱلْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

Dan diserukan kepada mereka, “ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan”. (Al-Araf: 43)

Juga Allah menjadikan sebab Al-Qur’an sebagai penyembuh, sebagaimana firman Allah:

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدْ جَآءَتْكُم مَّوْعِظَةٌۭ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَآءٌۭ لِّمَا فِى ٱلصُّدُورِ وَهُدًۭى وَرَحْمَةٌۭ لِّلْمُؤْمِنِينَ

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhan-mu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Yunus: 57)

Termasuk juga berobat dengan madu. Dalam Al-quran disebutkan madu obat untuk manusia.

Juga untuk mendapatkan anak sebab syar’i nya dengan menikah.

Orang yang mengingkari sebab syar’i, maka ada masalah dengan akidahnya.

Sebab Qadari

Sebab Qadari, Allah takdirkan sesuatu seperti itu. Adanya hubungan sebab akibat. Seperti api mati apabila disiram air. Juga apabila seseorang telalu banyak memakan sambel, maka menyebabkan sakit perut. Sehingga tidak perlu ditanyakan lagi dalilnya. Orang yang mengingkari sebab qodari, berarti ada masalah dengan akalnya.

Kaidah syirik kecil yaitu apabila meyakini sesuatu sebab tapi tidak ada sebab syar’i dan sebab qadari,

Ada beberapa yang masuk dalam syrik kecil ini yang berjalan ditengah masyaraat seperti anak bayi baru lahir dipakaikan penitik, dengan tujuan mengusir syaithon atau jin. Hal ini tidak ada sebab syar’i dan qadari.

Syirik asgar lebih besar dari dosa besar.

Manusia dalam hal sebab terbagi tiga golongan:

  1. Mengingkari sebab, menafikan hikmah. Dari golongan jabriyah dalam pembahasan takdir.
  2. Berlebihan dalam menetapkan sebab. Segala sesuatau dijadikan sebab, berlebihan (guluw).
  3. Pertengahan, jalan ahli sunnah. Yaitu mengimani adanya sebab (punya pengaruh) tapi dengan ijin Allah. Dan tidak menjadikan sesuatu sebagai sebab kecuali apa yang Allah jadikan sebab syar’i dan qodari.

Dalil dari Surat Az-Zumar Ayat 38.

Makna ayat:

Allah memerintah kepada Nabi nya untuk berucap kepada kaum musyrikin. Bagaimana pendapat kalian mengenai orang-orang yang beribadah selain kepada Allah. Apabila Allah menghendaki bahaya untuk ku. Apakah kalian tahu bahwa mereka itu mampu untuk menyingkap bahaya itu? Atau apabila Allah mengehendaki kebaikan untu ku. Apakah yang kalian ibadahi itu bisa menahan dari rahmat Allah? Maka katakanlah, Allah lah yang mencukupi ku kepada nya lah bertawakal.

Sisi Pendalilan

Ayat ini memutus keterkaitan kaum musyrikin kepada siapa yang mereka ibadahi. Bahwa apa saja yang kalian meminta kepadanya, tidak bisa memberi manfaat dan tidak bisa menolak bahaya. Maka dengan demikian terputus segala ketergantungan pada yang kalian ibadahi, bukan tempat untuk bergantung.

Jadi apabila berlaha-berhala ini tidak bisa memberi manfaat dalam bentuk mendatangkan kebaikan atau menolak bahaya, maka demikian pula segala hal yang kalian jadikan sebagai sebab yang kalian bergantung kepadanya bukan sebab syar’i atau sebab qadari, tidak bisa memberikan manfaat bagi kalian.

Sehingga bathil segala ketergantunga mereka terhadap berhala-berhala. Karena tidak ada pengaruhnya dalam menyingkap bahaya atau mendatangkan manfaat.

Dengan bahasa lain, ayat ini menyinggung kaum musyirikin tentang siapa yang mereka ibadahi. Diputus sesembahan ini tidak bisa mendatangkan manfaat dan menolak bahaya karena mereka tidak dijadikan sebab (syar’i dan qadari). Maka dengan itu dikiaskan segala hal yang bukan sebab syar’i dan qadari, sama seperti itu (tidak bisa memberikan manfaat dan madharat).

Wallahu Ta’ala A’lam

Tafsir Tauhid dan Syahadat La Ilaha Illallah – dari Hadits

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid

  • Penulis: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
  • Pensyarah: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah

Bab 5: Tafsir Tauhid dan Syahadat La Ilaha Illallah

Hadits:

Dalam Ash-Shahih, dari Nabi , beliau bersabda, “Siapa saja yang mengucapkan La Ilaha Illallah dan mengingkari segala sembahan selain Allah, haramlah harta dan darahnya, sedang (perhitungan)nya terserah kepada Allah ﷻ

Keterangan tentang bab ini (akan datang) pada bab-bab berikutnya.

‘Menjadi haram harta dan darahnya’: artinya terlarang untuk mengambil harta dan membunuhnya berdasarkan hal yang tampak (lahiriah) dari orang tersebut.

‘dan hisabnya terserah kepada Allah’: yakni Allah yang akan mengurusi hisab orang yang mengucapkan kalimat ini, dan akan membalasnya sesuai dengan niat dan keyakinannya.

Makna Hadits Secara Global

Dalam hadits ini, Nabi menjelaskan bahwa membunuh atau mengambil harta seseorang tidaklah haram, kecuali dengan terkumpulnya dua perkara:

  1. Ucapan La Ilaha Illallah
  2. Kufur terhadap segala sesuatu yang disembah selain Allah

Apabila dua perkara ini terdapat pada diri seseorang., (kita) wajib menahan diri terhadap orang tersebut secara zhahir dan menyertakan urusan batinnya kepada Allah. Apabila ia jujur dalam hatinya, Allah akan membalasnya dengan surga yang penuh dengan kenikmatan. (Namun), kalau ia munafik, Allah akan mengadzabnya dengan adzab yang sangat pedih. Oleh karena itu, di dunia, seseorang berdasarkan zhahirnya (hal yang tampak).

Hubungan antara Ayat dan Bab

Hadits ini merupakan dalil terbesar yang menjelaskan makna La Ilaha Illallah, yaitu mengingkari semua yang disembah selain Allah

Faedah Ayat

  1. Bahwa makna La Ilaha Illallah adalah kufur terhadap segala sesuatu yang disembah selain Allah, seperti patung-patung, kuburan, dan selainnya.
  2. Bahwa sekedar mengucapkan La Illaha Illallah tanpa mengufuri sembahan selain Allah tidaklah mengharamkan darah dan harta seseorang, meskipun ia mengetahui makna dan mengamalkan kalimat tersebut, selama ia tidak menggabungkan sikap kufur terhadap segala sesuatu yang disembah selain Allah dengan (pengucapan kalimat) itu.
  3. Siapa saja yang menyatakan ketauhidan kepada Allah dan komitmen kepada syariat-syariat-Nya secara zhahir, (kita) wajib menahan diri darinya sampai perkara-perkara yang menyelisihi hal tersebut tampak jelas darinya.
  4. Kewajiban untuk menahan diri dari seorang kafir jika dia memeluk Islam-meskipun dalam keadaan perang-, sampai perkara-perkara yang menyelisihi hal tersebut tampak jelas darinya.
  5. Seseorang kadang mengucapkan La Ilaha Illallah, tetapi tidak mengufuri segala sesuatu yang disembah selain Allah.
  6. Bahwa hukum di dunia berdasarkan hal yang tampak (zhahir), sedangkan hukum di akhirat berdasarkan niat dan maksud.
  7. Keharaman harta dan darah seorang muslim, kecuali dengan haknya.

Makna Perkataan Penulis

“Keterangan tentang bab ini terdapat pada bab-bab berikutnya” adalah bahwa yang datang pada bab-bab setelah bab ini menerangkan tauhid dan menjelaskan makna La Ilaha Illallah serta menerangkan sekian banyak bentuk kesyirikan, baik besar maupun kecil, juga menjelaskan hal-hal yang bisa mengatar kepada kesyirikan, berupa sikap ghuluw dan bid’ah-bid’ah, yang wajib ditinggalkan sebagai kandungan kalimat La Ilaha Illallah.

Sumber:

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.


Catatan Kajian

Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Dalam hadits ini dikatakan manusia tidak boleh dibunuh dan di ambil hartanya apabila menegakkan dua hal:

  1. Berucap La Ilaha Illallah
  2. Kafir terhadap segala yang diibadahi selain dari pada Allah

Sisi pendalilan adalah sangat jelas menerangkan makna la illaha illallah yaitu kafir terhadap segala yang diibadahi selain dari pada Allah.

Hadits ini juga menunjukan bahwa sekadar berucap La Illaha Illallah tidak cukup. La Ilaha Illallah ada konsekuensinya yaitu ada 8 syarat:

  1. Al-Ilmu: mempunyai ilmu mengenai La Ilaha Illalah, tidak jahil terhadapmya
  2. Yakin: mempunyai keyakinan dan tidak ragu.
  3. Ikhlas: ikhlas tidak boleh ada riya atau kesyirikan
  4. ASh-Syidiq: kejujuran tidak boleh kedustaan
  5. Al-Mahabah: cinta tidak boleh ada kebencian
  6. Al-Inkiyat: terikat tidak boleh meninggaklan
  7. AL-Qobul: Menerima tidak boleh menolak
  8. Kafir terhadap segala yang diibadahi selain dari pada Allah

Pembahasan: Terdapat penjelasan akan persoalan tersbesar dan terpenting (perkataan penulis):

  1. Tafsir tauhid dan kalimah Syahadah, dijelaskan dengan jelas, salah satunya dalam surat Al-Isra. Allah menerangkan padanya tersebut yang merupakan bantahan terhadap orang-orang musyrik yang berdoa dan meminta kepada orang-orang shalih. Pada ayat tersebut terdapat penjelasan bahwa perbuatan itu adalah syirik Akbar.
  2. Ayat dalam surah Al-Bara’ah, Allah menerangkan bahwa Ahlul Kitab menjadikan pada pendeta, orang alim dan ahli ibadah mereka, sebagai sembahan-semabahan selain daripada Allah. Mereka diperintah untuk menyembah yang maha satu saja. Mereka tidak berdoa dan meminta kepada alim ulama, akan tetapi mereka taati ulama dan ahli ibadah mereka dalam menghalalkan apa yang Allah haramkan dan mengharamkan apa yang Allah halalkan.
  3. Perkataan al-khalil alaihi salam kepada Ayah dan kaumnya “Sesungguhnya aku berlepas diri dari segala sesuatu yang kalian Ibadahi kecuali Dia yang menciptakan. Al-Bara dan Al-Muala atau Nafiyu wa Ishbat. Ini adalah tafsir syahadat La Ilaha Illallah, pada kelanjutan ayat “Allah menjadikan kalimat syahadat ini, berlaku sampai akhirnya”.
  4. Ayat dalam surat Al-Baqarah tentang kaum kafir, “Dan tidaklah mereka akan keluar dari api neraka”. Allah menyebutkan bahwa mereka mencintai sembahan-sembahan tandingan mereka sebagaimana kecintaan kepada Allah. Hal yang menunjukan bahwa mereka mencintai Allah dengan kecintaan yang besar tapi tidak menjadikan mereka masuk kedalam Islam. Karena dijadikan sama kecintaan dengan tandingan-tandingannya. Lantas bagaimana dengan mencintai tandingan Allah lebih besar daripada kepada Allah? Dan bagaiamana dengan orang yang tidak mencintai kecuali sembahan tandingan saja?
  5. Diantara penjelasan tafsir tauhid adalah sabda Rasulullah “Barangsiapa yang mengucapkan La Ilaha Illallah dan dia kafir mengibadahi selain Allah”. Ini adalah penjelasan yang paling utama dalam menerangkan kalimat La Ilaha Illallah. Karena hadits ini tidak menjadikan pengucapan kalimat la ilaha illallah sebagai pelindung atas darah dan harta. Berucap saja tidak cukup bahkan tidak pula memahami makna dan mengucapkannya. Dan juga tidak sebatas pengakuan hal tersebut, Tidak cukup beribadah kepada Allah semata. Namun harta dan darahnya tidak menjadi haram hingga menyertakan pada kalimat tersebut dengan kekafiran kekufuran terhadap segala yang disembah selain pada Allah. Apabila seseorang ragu atau berdiam diri (tidak menentukan sikap), tidaklah harta dan darahnya menjadi haram. Alangkah terangnya penjelasan ini, argumen yang memutus setiap yang membantah.

Wallahu Ta’ala A’lam

Tafsir Tauhid dan Syahadat La Ilaha Illallah – Surat Al-Baqarah Ayat 165

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid

  • Penulis: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
  • Pensyarah: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah

Bab 5: Tafsir Tauhid dan Syahadat La Ilaha Illallah

Firman Allah Ta’ala dalam Surat Al-Baqarah Ayat 165:

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَندَادًۭا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ ٱللَّهِ ۖ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَشَدُّ حُبًّۭا لِّلَّهِ ۗ وَلَوْ يَرَى ٱلَّذِينَ ظَلَمُوٓا۟ إِذْ يَرَوْنَ ٱلْعَذَابَ أَنَّ ٱلْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًۭا وَأَنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعَذَابِ

Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat) bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)”. (Al-Baqarah: 165)

Makna Ayat Secara Global

Allah Subhanahu menyebutkan keadaan orang-orang yang berbuat syirik terhadap-Nya, di dunia dan tempat Kembali mereka di akhirat, Ketika mereka mengadakan tandinga-tandingan dan padanan-padanan bagi Allah dengan menyamakan tandingan-tandingan tersebut dengan Allah dalam kecintaan.

Kemudian Allah menyebutkan keadaan orang-orang yang beriman muwahhidun, bahwa mereka mencintai Allah melebihi kecintaan orang-orang (yang membuat tandingan) kepada tandingan-tandingan tersebut, atau melebihi kecintaan orang yang membuat tandingan kepada Allah. Karena, kecintaan orang-orang yang membuat tandingan adalah bercabang/tercampur.

Kemudian, Allah mengancam orang-orang musyrikin itu bahwa, seandainya mengetahui segala sesuatu yang akan dilihat dan menimpa kepada mereka, berupa perkara yang mengerikan dan adzab yang dahsyat nanti pada hari kiamat karena kesyirikan yang mereka lakukan, juga (mengetahui) keesaan Allah dalam kemampuan dan kemenangan terhadap tandinga-tandingan mereka, pasti mereka akan berhenti dari kesesatan yang mereka lakukan. Akan tetapi, hal itu tidak tergambar dalam diri mereka juga mereka tidak megimani hal itu.

Hubungan antara Ayat dan Bab

Ayat ini merupakan salah satu nash yang menjelaskan tafsir makna tauhid dan syahadat La Ilaha Illallah. Ayat menunjukkan bahwa siapa saja yang mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah dan mencintai (tandingan-tandingan) itu sebagaimana kecintaan kepada Allah berarti ia terlah berbuat kesyirikan. Sehingga, dapat diketahui bahwa maka tauhid adalah mengesakan Allah dengan kecintaan yang mengharuskan keikhlasan ibadah kepada Allah semata, perendahan diri, dan ketundukan hanya kepada-Nya.

Faedah Ayat

  1. Bahwa termasuk ke dalam makna tauhid dan syahadat La Ilaha Illallah: menunggalkan kecintaan kepada Allah dengan kecintaan yang mengharuskan adanya perendahan diri dan ketundukan.
  2. Bahwa orang-orang musyrikin mencintai Allah dengan kecintaan yang besar, tapi (kecintaan) tersebut belum dapat memasukkan mereka ke dalam Islam karena mereka menyekutukan Allah dengan selain-Nya dalam hal itu.
  3. Bahwa kesyrikan adalah kezhaliman.
  4. Ancaman terhadap orang-orang musyrikin pada hari kiamat.

Sumber:

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.


Catatan Kajian

Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Kesyirikan yang disebutkan dalam ayat ini adalah setarakan Allah dengan selain Allah dalam hal kecintaan.

Cinta ada tiga jenis:

  1. Cinta ibadah, yaitu cinta kepada Allah (Tauhid), yang mengharuskan merendah kepada siapa yang dia cintai dan tunduk kepadanya.
  2. Cinta tabiat, yaitu cinta biasa seperti cinta kepada istri, anak, harta, negeri dan kampung halaman
  3. Cinta Bersama Allah yang bertentangan dengan kecintaan kepada Allah

Cinta yang ke-3 masuk dalam kesyirikan. Karena telah menjadikan tandingan kepada Allah dalam hal tersebut.

Wallahu Ta’ala A’lam

Tafsir Tauhid dan Syahadat La Ilaha Illallah – Surat At-Taubah Ayat 31

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid

  • Penulis: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
  • Pensyarah: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah

Bab 5: Tafsir Tauhid dan Syahadat La Ilaha Illallah

Firman Allah Ta’la dalam Surat At-Taubah Ayat 31

ٱتَّخَذُوٓا۟ أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَـٰنَهُمْ أَرْبَابًۭا مِّن دُونِ ٱللَّهِ وَٱلْمَسِيحَ ٱبْنَ مَرْيَمَ وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوٓا۟ إِلَـٰهًۭا وَٰحِدًۭا ۖ لَّآ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ سُبْحَـٰنَهُۥ عَمَّا يُشْرِكُونَ

Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (At-Taubah: 31)

ٱتَّخَذُوٓا۟ ‘mereka telah menjadikan’: yaitu orang-orang Yahudi dan Nashara telah menjadikan

أَحْبَارَهُمْ: yakni ulama-ulama mereka.

وَرُهْبَـٰنَهُمْ: yakni ahli-ahli ibadah mereka.

أَرْبَابًۭا ‘rabb-rabb’: yakni membuat syarait untuk mereka, dengan menghalalkan dan mengharamkan (sesuatu), sebab membuat syariat adalah kekhususan Rabb. Maka, siapa saja yang menaati makhluk dalam perkara tersebut, berarti ia telah menjadikan makhluk itu sebagai rabb.

وَٱلْمَسِيحَ ٱبْنَ مَرْيَمَ ‘dan Al-Masih, putra Maryam’: yakni mereka telah menjadikan Isa sebagai rabb dengan ibadah mereka kepadanya.

سُبْحَـٰنَهُۥ عَمَّا يُشْرِكُونَ ‘ Maha Suci Dia terhadap segala sesuatu yang mereka persekutukan’: yakni Allah membersihkan dan menyucikan diri-Nya terhadap adanya sekutu dan padanan.

Makna Ayat Secara Global

Allah Subhanahu mengabarkan tentang orang-orang Yahudi dan Nashara bahwa mereka meminta nasihat kepada tokoh-tokoh mereka, dari kalangan ulama dan ahli ibadah, maka mereka pun menaati (ulama dan ahli ibadah) itu dalam penghalalan segala sesuatu yang telah Allah haramkan dan pengharaman segala sesuatu yang telah Dia halalkan. Dengan demikian, mereka telah mendudukkan ulama dan ahli ibadah sebagai rabb yang memiliki kekhususan dalam penghalalan dan pengharaman sebagaimana orang-orang Nashara menyembah Isa dengan menyatakan bahwa Isa adalah anak Allah. Mereka telah mencampakkan kitab Allah, yang memerintahkan mereka untuk taat hanya kepada-Nya dan beribadah hanya kepada-Nya semata -kabar dari Alah ini mengandung pengingkaran terhadap perbuatan mereka-. Oleh karena itu, Allah menucikan diri-Nya terhadap kesyirikan yang terkandaung dalam perbuatan mereka itu.

Hubungan antara Ayat dan Bab

Ayat ini menunjukkan bahwa, termasuk ke dalam makna tauhid dan syahadat La Ilaha Illallah: mengesakan ketaatan kepada Allah dalam menghalalkan sesuatu yang Allah halalkan dan mengharamkan sesuatu yang Dia haramkan. Bahwa, siapa saja yang menjadikan seseorang selain Allah, lalu ikut menghalalkan segala sesuatu yang orang tersebut halalkan dan mengharamkan segala sesuatu yang orang tersebut haramkan, ia telah musyrik.

Faedah Ayat

  1. Bahwa termasuk makna tauhid dan syahadat La Ilaha Illallah: menaati Allah dalam penghalalan dan pengharaman.
  2. Bahwa siapa saja yang menaati makhluk dalam menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal berarti ia telah mengjadikan makhluk tersebut sebagai sekutu bagi Allah.
  3. Bantahan terhadap orang Nashara akan keyakinan mereka tentang Isa, dan keterangan bahwa beliau adalah hamba Allah.
  4. Menyucikan Allah terhadap kesyirikan.

Sumber:

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.


Catatan Kajian

Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Mereka menjadikan ulama dan ahl ibadah mereka sebagai rab-rab selain daripada Allah

Penjelasan Ayat:

Ayat ini terkait pada ahlul kitab yang menjadikan ulama dan ahli ibadah mereka sebagai rabb. Maksud rabb disini adalah orang-orang yang mensyariatkan bagi mereka yaitu menghalalkan dan mengharamkan. Orang yang mensyariatkan dikatakan sebagai rabb karena pensyariatan adalah kekhusussan Allah. Allah yang mensyaraitkan menetapkan mana yang halal dan mana yang haram.

Sehingga Ketika orang yang Yahudi dan Nashara menjadikan ulama dan ahli ibadah sebagai orang yang menghalalkan yang diharamkan oleh Allah dan yang mengharamakan yang dihalalkan oleh Allah, maka hal ini yang menyebabkan kekafiran mereka.

mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan

Makna Tauhid dan La Ilaha Illallah

Ayat ini tegas menjelaskan makna tauhid dan La Ilaha Illallah. Dan juga makna kesyririkan. Yaitu mengesakan Allah dalam ketaatan, berupa penghalalan yang Allah halalkan dan pengharaman apa yang Allah haramkan.

Orang yang bertauhid meyakini bahwa hanya Allah yang menghalalkan yang halal dan hanya Allah yang mengharamkan yang haram. Dan Allah bersendirian dalam mensyariatkan.

Hukum orang yang taat kepada yang mensyariatkan selain Allah

Orang yang taat selain kepada Allah dalam menghalalkan apa yang diharamkan dan mengharamkan apa yang dihalalkan. Hukumnya terbagi menjadi dua

  1. Apabila orang tersebut mengikuti orang yang mensyariatkan selain Allah dalam mengganti hukum Allah serta dia meyakini tentang syariat tersebut maka ini adalah syirik akbar. Hal ini dikarenakan menjadikan orang pensyariat sebagai tandingan bagi Allah.
  2. Apabila orang itu tetap mengimani tentang pensyariatan dari Allah akan tetapi dia taat selain kepada Allah dalam maksiat. Ketaatannya bukan meyakini bahwa sesuatu itu boleh atau dilarang tapi karena syubhat atau hawa nafsu. Maka ini termasuk dosa besar.

Wallahu Ta’ala A’lam

Tafsir Tauhid dan Syahadat La Ilaha Illallah – Surat Az-Zukhruf Ayat 26-27

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid

  • Penulis: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
  • Pensyarah: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah

Bab 5: Tafsir Tauhid dan Syahadat La Ilaha Illallah

Firman Allah Ta’la dalam Surat Az-Zukhruf Ayat 26-27

وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِۦٓ إِنَّنِى بَرَآءٌۭ مِّمَّا تَعْبُدُونَ ٢٦إِلَّا ٱلَّذِى فَطَرَنِى فَإِنَّهُۥ سَيَهْدِينِ ٢٧

Dan ingatlah ketika Ibrāhīm berkata kepada bapaknya dan kaumnya, “Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku”.” (Az-Zukhruf: 26-27)

Makna Ayat Secara Global

Allah mengabarkan tentang hamba-Nya, rasul-Nya, dan khalil-Nya (yaitu Ibrahim Alaihi Salam) bahwa berliau berlepas diri dari segala sesuatu yang disembah oleh bapaknya dan kaumnya, serta beliau tidak memperkecualikan (apa-apa), kecuali yang telah menciptakan dirinya, yaitu Allah Ta’ala. Maka Ibrahim menyembah hanya kepada-Nya semata yang tiada sekutu bagi-Nya.

Hubungan antara Ayat dan Bab

Ayat ini menunjukkan bahwa makna tauhid dan syahadat La Ilaha Illallah adalah berlepas diri dari kesyirikan dan mengesakan ibadah hanya kepada Allah. Sebab, sesungguhnya La Ilaha Illallah mencakup penafian (penolakan/peniadaan) yang Al-Khalil ungkapkan berdasarkan ucapan “Sesungguhnya aku berlepas diri …,” dan itsbat (penetapan) yang beliau ungkapkan dengan ucapan, “Kecuali Dia yang telah menciptakanku…”.

Faedah Ayat

  1. Bahwa makna La Ilaha Illallah adalah menauhidkan Allah dengan mengikhlaskan semua ibadah hanya kepada-Nya dan bara’ ‘berlepas diri’ dari peribadahan kepada segala sesuatu selain Allah.
  2. Menampakan sikap bara’ah terhadap agama orang-orang musyrikin.
  3. Pensyariatan untuk berlepas diri dari musuh-musuh Allah, meskipun mereka adalah orang-orang terdekat kita.

Wallahu Ta’ala A’lam

Sumber:

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.


Catatan Kajian

Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Menampakan sikap bara’ah terhadap agama orang-orang musyrikin

Seorang muslim tidak membenarkan agama yang lain dan tidak mengatakan semua agama sama atas dasar toleransi atau kerukunan agama.

Seorang muslim yang mengatakan semua agama sama atau membenarkan agama selain Islam adalah orang yang bingung yang tidak percaya diri dalam beragama. Mereka ikut merayakan setiap perayaan agama lain, ikut memberi ucapan selamat.

Kekeliruan mereka adalah sebagai berikut:

  1. Mereka tidak tahu agama Islam yang sesungguhnya yang dibawa Rasulullah
  2. Mereka tidak tahu arti toleransi beragama dalam Islam yang tidak mengharuskan meninggalkan keyakinannya. Orang kafir yang tinggal di negeri Muslim dijamin haknya akan tetapi bukan berarti membenarkan agama kaum musyrikin. Rasulullah adalah orang yang paling bertahuhid. Ada 3 kabilah Yahudi yang tinggal di Madinah tapi tidak dizholimi. Begitu juga dizaman para Sahabat, Ketika Umar bin Khatab meninggal, para ahlul kitab bersedih.
  3. Mereka mungkin mengharapkan dari sisi dunia agar dipandang bagus oleh manusia sehingga mendapatkan sesuatu dari hal tersebut.

Berlepas diri dari musuh Allah, meskipun mereka adalah orang-orang terdekat kita

Nabi Ibrahim berlepas diri dari ayahnya dan kaumnya, dimana beliau tinggal.

Kaidah: menetapkan tauhid rububiyyah mengharuskan menetapkan tauhid ulihiyyah

Dalam ayat disebutkan “kecuali karena Allah yang menciptakanku”, kaum musyrikin mengakui bahwa hanya Allah yang mampu menciptakan, mematikan dan memberi rizky, maka seharusnya hanya Allah pula yang layak untuk diibadahi.

Wallahu Ta’ala A’lam

Tafsir Tauhid dan Syahadat La Ilaha Illallah – Surat Al-Isra Ayat 57

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid

  • Penulis: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
  • Pensyarah: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah

Bab 5: Tafsir Tauhid dan Syahadat La Ilaha Illallah

Firman Allah Ta’la dalam Surat Al-Isra Ayat 57.

أُو۟لَـٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَىٰ رَبِّهِمُ ٱلْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُۥ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُۥٓ ۚ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًۭا

Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhan-mu adalah suatu yang (harus) ditakuti.” (Al-Isra: 57)

Hubungan antara Bab dan Kitab Tauhid

Setelah dalam bab-bab sebelumnya menyebut tentang tauhid dan keutaman-keutamaan (tauhid), berdakwah mengajak orang kepada (tauhid), serta menjelaskan keharusan untuk takut terhadap lawan tauhid, yaitu sirik, dalam bab ini penulis rahimahullah menjelaskan makna tauhid karena sebagaian orang salam dalam memahami makna (tauhid). Mereka menyangka bahwa makna tauhid adalah pengakuan akan tauhid rububiyyah saja. Padahal, bukanlah hal itu yang dimaksud dengan tauhid, melainkan yang dimaksud dengan tauhid adalah sebagaimana yang ditunjukan oleh dalil-dalil (yang sebagian dalil disebutkan oleh penulish ruhimahullah), yaitu meninggalkan peribadahan hanya kepada Allah dan berlepas diri dari kesyirikan.

Pengandengan syahadat La ilaha illallah dengan tauhid adalah untuk menunjukan bawah keduanya sama, tiada perbedaan.

Makna Ayat Secara Global

Allah Subhanahu mengabarkan bahwa mereka yang disembah selain Allah oleh orang-orang musyrikin, dari kalangan malaikat, pada nabi dan orang-orang shalih, (mereka sendiri) bersegera mencari pendekatan diri kepada Allah karena mengharap rahmat dan takut terhadap adzab Allah. Kalau keadaan mereka seperti itu, berarti mereka termasuk ke dalam kategori hamba-hamba Allah maka bagaimana bisa mereka disembah bersama Allah Ta’ala? Sementara mereka sibuk dengan diri mereka sendiri: berdoa dan berusaha untuk mendekatakan kepada Allah dengan beribadah kepada-Nya.

Hubungan Antara Ayat dan Bab

Ayat ini menunjukan bahwa makna tauhid dan syahadat La Ilaha Illallah adalah meninggalkan segala sesuatu yang orang-orang musyrikin lakukan, berupa berdoa dan meminta syafa’at kepada orang-orang shalih dalam rangka menghilangkan atau mengalihkan bahaya dari diri (orang musyrikin) itu, karena hal tersebut tergolong sebagai perbuata syirik besar.

Faedah Ayat

  1. Bantahan terhadap orang-orang yang berdoa kepada para wali dan orang shalih untuk mengilangkan bahaya dan memperoleh manfaat. Karena, mereka yang diseru itu tidak kuasa menolak bahaya dan mendatangkan manfaat bagi dirinya sendiri maka bagaimana bisa ia melakkan hal itu untuk orang lain.
  2. Penjelasan tentang besarnya rasa takut para Nabi dan orang-orang shalih kepada Allah dan penjelasan tentang harapan mereka kepada rahmat Allah.

Wallahu Ta’ala A’lam

Sumber:

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.


Catatan Kajian

Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Dalam bab ini akan merinci tentang apa itu Tauhid. Tauhid dan syahadat La Ilaha Ilallah adalah hal yang sama. Tauhid yang dijelaskan disini adalah tauhid ibadah yang merupakan inti dan dasar pokok tauhid. Juga akan diterangkan tafsir shahadat La Ilaha Illallah yang terkandung dua ruku penafian (an-nafi) dan penetapan (al-isbat).

Penjelasan Firman Allah ta’ala dalam Surat Al-Isra: 57

أُو۟لَـٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَىٰ رَبِّهِمُ ٱلْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُۥ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُۥٓ ۚ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًۭا

Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhan-mu adalah suatu yang (harus) ditakuti.” (Al-Isra: 57)

Mereka yang diibadahi (malaikat, nabi, orang shaleh, dan lainnya) oleh kaum musryikin, juga mencari hal-hal yang mendekatkan (Al-Wasilah) mereka kepada Allah. Al-Wasilah artinya apa yang mendekatkan atau amalan yang mendekatkan mereka. Wasilah yang dimaksud disini adalah beribadah kepada Allah, yaitu dengan melaksanakan segala perintahnya. Wasilah yang paling besar adalah Tauhid yang Allah Ta’ala mengutus dengannya. Mereka mencari wasilah dikarenakan berharap rahmat Allah dan takut akan siksa-Nya.

Apabila mereka yang diibadahi oleh kaum Musyrikin juga memerlukan wasilah, bagaimana mungkin mereka dijadikan tempat beribadah atau berdoa bersama Allah?

Ayat ini turun kepada orang-orang yang menyembah Isya bin Maryam, Uzair, para Malaikat, orang-orang shalih, sehingga diterangkan dalam ayat bahwa mereka ini juga adalah makhkluk-makhluk Allah (hamba Allah). Mereka juga mencari wasilah dengan ketaatan supaya lebih dekat kepada Allah.

Ibnu Mas’ud Radhiallah ‘Anhu mengatakan bahwa maskud dari ayat adalah sebgaian kaum musyrikin yang tadinya menyembah sekelompok Jin. Kemudian tanpa mereka ketahui Jin-Jin itu masuk Islam. Maka diingatkan bahwa kalian yang menyembah kepada Jin, bahwa Jin itu juga beribadah kepada Allah mencari kedekatan kepada Allah, mengharapkan rahmat Allah dan takut akan siksa-Nya. Sehingga mereka para Jin bukan tempat untuk beribadah dan tempat untuk berdoa.

Kesesuian Ayat dan Bab

Ayat ini menjelaskan kedudukan Tauhid dan syahadat La Ilaha Illallah yaitu meninggalkan apa yang dilakukan kaum musyrikin berupa beribadah kepada orang-orang shalih, meminta syafaat kepada mereka, karena hal itu adalah syirik akbar.

Hakikat Tauhid adalah mengesakan Allah dalam mencari wajah, mencari wasilah dan mencari kedekatan. Orang yang bertauhid adalah mensendirikan Allah dalam menghadapakan wajahnya kepada Allah, mencari kedekatan kepada-Nya, dan dalam mencari syafaat.

Wallahu Ta’ala A’lam

Dakwah kepada Syahadat La Ilaha Illallah – Hadits Mengenai Rasulullah memberikan komando perang kepada Ali bin Abi Thalib pada Perang Khaibar

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid

  • Penulis: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
  • Pensyarah: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah

Bab 4: Dakwah kepada Syahadat La Ilaha Illallah

Hadits Mengenai Rasulullah memberikan komando perang kepada Ali bin Abi Thalib pada Perang Khaibar

(Diriwayatkan) pula oleh keduanya (Al-Bukhary dan Muslim) dari Sahl bin Sa’d Radhiallahu ‘Anhu (bahwa Sahl berkata), “Rasulullah telah bersabda pada hari peperangan Khaibar,

Niscaya aku akan memberikan bendera (komando perang) ini besok kepada orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya serta Allah dan Rasul-Nya mencintai dia. Semoga Allah menganugerahkan kemenangan melalui tangannya”

Oleh karena itu, semalaman suntuk orang-orang pun larut memperbincangkan seputar orang di antara mereka yang akan diserahi (bendera) itu, maka pada pagi hari, mereka bergegas mendatangi Rasulullah , yang setiap orang berharap agar diserahi (bendera) tersebut. Lalu beliau pun bertanya, ‘Di mana Ali bin Abi Thalib?’. Dijawab, ‘Kedua matanya sakit.’ Mereka pun mengutus seseorang kepada dia dan didatangkanlah dia. Lantas (Rasulullah) meludahi kedua belah matanya dan mendoakannya maka seketika itu pula dia sembuh, seakan-akan tidak pernah terkena penyakit. Kemudian (Rasulullah) menyerahkan bendera kepadanya seraya bersabda,

Melangkahlah ke depan dengan tenang sampai engkau tiba di tempat mereka, kemudian ajaklah kepada Islam dan sampaikanlah kepada mereka tentang hak Allah Ta’ala dalam Islam yang wajib mereka tunaikan. Demi Allah, jikalau Allah memberi hidayah kepada satu orang dengan sebab dirimu, hal itu benar-benar lebih baik bagimu daripada unta-unta merah.”

Biografi

Sahl bin Sa’ad adalah Sahl bin Sa’ad bin Malik bin Khalid Al-Anshary Al-Khazrajy As-Sa’idy, seorang sahabat yang masyur. Beliau meninggal pada 88H dalam usia lebih dari seratus tahun.

Makna Hadits Secara Global

Bahwa Nabi memberi kabar gembira, kepada para shahabat, tentang kemenangan kaum muslimin terhadap Yahudi pada keesokan hari melalui kepemimpinan seseorang, yang memiliki keutamaan besar dan dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, maka para shahabat berusaha meraih kemuliaan tersebut. Semua berharap menjadi orang tersebut karena bersemangat kepada perkara kebaikan. Ketika semua shahabat berkumpul pada waktu yang telah dijanjikan, Nabi mencari Ali, yang kebetulan tidak bisa hadir pada waktu itu karena kedua matanya sedang sakit. Kemudian Ali didatangkan, lalu Nabi meludahi kedua mata (Ali) dengan ludahnya yang berberkah sehingga hilaglah rasa sakit yang dirasakan dengan sempurna, dan diserahkanlah kepemimpinan pasukan kepada (Ali). Selanjutnya, Ali diperintahkan untuk berangkat dengan tenang sampai mendekati benteng musuh, lalu (Ali) mengajak mereka untuk memeluk Islam. Kalau mau memenuhi ajakan tersebut, mereka diberitahukan tentang kewajiban-kewajiban seorang muslim. Kemudian Nabi menjelaskan kepada Ali tentang keutamaan dakwah kepada Allah, bahwa seorang da’i, apabila berhasil dengan usahanya yang menjadi sebab sehingga Allah memberi hidayah kepada satu orang, hal itu lebih baik baginya daripada harta duia yang paling berharga. Maka, bagaimana jika usaha seorang da’i menjadi sebab sehingga sekian banyak orang mendapatkan hidayah dari Allah?!

Hubungan antara Hadits dan Bab

Hadits ini menunjukan disyariatkan bedakwah untuk mengajak manusia kepada Islam, yang juga merupakamn makna syahadat La Ilaha Illallah, dang menjelaskan keutamaan berdakwah kepada perkara tersebut.

Faedah Hadits

  1. Keutamaan yang jelas bagi Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu, dan persaksian dari Rasulullah kepada Ali tentang kecintaan (Ali) kepada Allah dan Rasul-Nya serta keimanan (Ali) secara lahir dan batin.
  2. Menetapkan bahwa Allah mencintai para wali-Nya dengan kecintaan yang sesuai dengan keagungan-Nya seperti semua sifat-sifat-Nya yang suci dan mulia.
  3. Semangat para shahabat akan perkara kebaikan dan saling berlomba dalam mengerjakan amal shalih -semoga Allah meridhai mereka-.
  4. Pensyariatan adab-adab dalam berperang serta meninggalkan kegaduhan dan suara-suara menganggu yang tidak diperlukan
  5. Perintah Imam kepada bawahannya dengan cara yang halus dan lembut, tetapi tidak lemah dan tanpa tekad.
  6. Kewajiban untuk berdakwah mengajak kepada Islam, lebih-lebih sebelum memerangi orang-orang kafir.
  7. Bahwa orang dari kalangan kaum kafir, yang menolak ajakan untuk memeluk Islam wajib diperangi.
  8. Bahwa dakwah itu berdasarkan tahapan. Oleh karena itu yang mula-mula diminta dari orang kafir (agar mereka) memeluk Islam dengan mengucapkan syahdatain, kemudian setelah itu mereka diperintah dengan kewajiban-kewajiban Islam.
  9. Keutamaan berdakwah mengajak manusia kepada Islam dan kebaikan yang terdapat di dalam (bedakwah) tersebut, baik bagi yang diajak maupun bagi yang mengajak. Yang diajak mungkin mendapat hidayah, sedangkan yang mengajak mendapat pahala besar. Wallahu A’lam.
  10. Salah satu bukti kenabian Rasulullah : kabar gembira dari beliau tentang kemenangan yang belum terjadi, serta lenyapnya rasa sakit oleh sebab ludah beliau ()
  11. Keimanan kepada qadha dan qdar, yaitu bahwa bendera didapatkan oleh orang yang tidak berupaya untuk mendapatkan, sedangkan orang-orang yang sudah berusaha untuk mendapatkan (justru) terhalangi.
  12. Bahwasannya seseorang tidaklah cukup mengaku sebagai muslim, tetapi dia diharuskan untuk mengetahui kewajiban-kewajiban tersebut.

Wallahu Ta’ala A’lam

Sumber:

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.


Catatan Kajian

Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Biografi:

Sahal bin Sa’ad radhialahu ‘anhuma adalah sahabat yang paling terakhir meninggal di kota Madinah pada tahun 88 H. Adapun diantara seluruh sahabat yang paling terakhir meninggal adalah Abu Tufail Radhiallahu ‘Anhu. Ayahnya Sa’ad bin Malik

Ada tiga nama sahabat Sa’ad bin Malik

  1. Ayah nya Sahal bin Sa’ad
  2. Sa’ad bin Malik bin Sinan dikenal dengan kunyahnya Abu Said Al-Khudri
  3. Sa’ad bin Abi Waqas.

Tujuh orang sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits:

  1. Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu
  2. Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma
  3. Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu
  4. Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhu
  5. Abu Said Al-Khudri Radhiallahu ‘Anhu
  6. Jabir bin Abdillah Radhiallahu ‘Anhu
  7. Aisha Radhiallahu ‘Anha

10 Orang shahbat dijamin masuk surga (dalam satu hadits)

  1. Abu Bakr As-Syidiq
  2. Umar bin Khatab
  3. Ustman bin Affan
  4. Ali bin Abi Thalib
  5. Talha bin Ubaidillah
  6. Abdurahman bin Auf
  7. Zubair bin Awam
  8. Abu Ubaidah bin Zarah
  9. Sa’ad bin Abi Waqas
  10. Said bin Zaid

Penjelasan Hadits

Hari Khaibar adalah hari peperangan ketika khaibar dikepung oleh kaum Muslimin pada tahun 7 H. Rasulullah akan memberikan bendera perang (Ar-Roya) besok hari kepada seorang lelaki (tidak disebut namanya).

Akan tetapi disebutkan sifat lelaki tersebut yaitu

  • Dia cinta kepada Allah dan Rasul-Nya
  • Allah dan Rasul-Nya cinta kepada dia.

Akan ada kemenangan melalui tangan lelaki ini. Hal ini bukan Nabi tahu akan hal yang ghaib akan tetapi dikarenakan Nabi menerima wahyu dari Allah yang merupakan tanda kenabian. Yaitu Nabi mengabarkan sesuatu, dan sesuatu itu terjadi.

Para shahabat memperbincangkan pada malam hari akan siapa yang akan menerima bendera tersebut. Para shahabat begitu diberitakan kebaikan, mereka semangat akan kebaikan tersebut.

Pagi harinya para shahabat bergegas menemui Rasulullah. Setiap orang berharap agar diserahi bendera perang tersebt. Hal ini menunjukan semangat yang tinggi dari para shahabat karena tahu keutamaannya yaitu dicintai Allah dan Rasul-Nya. Dan akan menjadi sebab kaum muslimin mendapatkan kemenangan. Tertanam dalam diri sahabat untuk mengambil sebab karena kalau tidak mengambil sebab (hadir menemui Rasulullah), bagaimana akan mendapatkan bendera tersebut.

Dalam riwayat lain dari Imam Muslim, Umar bin Khatab berkata “Saya tidak pernah cinta menginginkan menjadi pemimpin, kecuali pada saat itu saja (perang khaibar)”. Umar bukan ingin menjadi pemimpin di perang khaibar tersebut tapi ada keutamaannya yaitu dicintai Allah dan Rasul-Nya.

Seseorang harus mengambil sebab untuk mencapai sesuatu. Hal ini tidak bertentangan dengan tawakal.

Nabi bertanya “Dimana Ali bin Abi Thalib?”. Nabi justru menanyakan orang yang tidak hadir. Dikatakan kedua mata beliau sakit. Kemudian didatangkan Ali bin Abi Thalib. Lalu Nabi meludah kedua matanya untuk mengobatinya dan mendokannya. Mata Ali langsung sembuh matanya. Nabi pun memberikan bendera perang kepada Ali bin Abi Thalib.

Biografi Ali bin Abi Thalib adalah anak dari Paman Nabi , menikahi Putri Nabi, Fatimah, Khalifah yang ke empat. Hadir diperang Badr, Baiatul Ar-Ridwan, salah seorang dari 10 sahabat yang dijamin masuk surga. Beliau meninggal di Bulan Ramadhan pada tahun 40 H dibunuh oleh Khawarij, Abdurahman bin Muljib.

Keimanan kepada Takdir. Seseorang mengambil sebab untuk mengusahakan sesuatu akan tetapi segala sesuatu itu atas ketentuan dari Allah. Takdir tidak bertetntangan dengan mengambil ssebab. Karena mengambil sebab adalah syarait dan syariat tidak bertentangan dengan takdir. Salah satu keimanan akan takdir adalah tidak boleh mempertentangankan antara syariat dengan takdir.

Ali bin Abi Thalib tidak hadir dikarenakan sakit akan tetapi beliau yang mendapatkan bendera tersebut. Ini adalah salah satu keutamaan dari Ali Bin Abi Thalib

Wali-Wali Allah, bukan berarti tidak pernah terkena penyakit. Nabi terkadang demam bahkan panasnya dua kali lipat dari orang biasa.

Melangkahlah kedepan dengan tenang sampai engkau tiba di tempat mereka. Dalam peperangan ada adabnya, yaitu berjalan dengan tenang, lembut tidak tergesa-gesa, tidak ribut. Apalagi sudah masuk dalam peperangan ada adabnya diantaranya tidak boleh membunuh perempuan, anak kecil, pendeta yang berada ditempat ibadahnya, petani yang ada diladang dan lainnya.

Imam memerintah pasukannya sebagaimana raja memerintah rakyatnya dengan lembut dan tidak tergesa-gesa.

Ajaklah mereka kepada Islam“, Pertamakali ketika memerangi orang kafir yang pertama didakwahi adalah diajak kepada Islam. Makna umum Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan mentauhidkan Allah dan berlepas dari segala kesyirikan dan orang yang berbuat syirik. Adapun makna khusus Islam adalah Islam yang dibawa oleh Nabi dan rukun-rukun Islam yang disertai dengan amalan bathin yang membenarkan amalan dhahirnya. 5 Rukun Islam: Syahadat, shalat, zakat, puasa ramadhan dan menunaikan haji.

Sebelum diperangi diajak dahulu kepada tauhid. Apabila diterima maka tidak diserang. Sebagimana rincian dalam hadits sahih muslim yaitu: Pertama diajak masuk Islam, apabila tidak maka disuruh membayar jizyah, apabila tidak diterima baru diperangi.

Peperangan dalam Islam adalah wasilah (metode atau perantara) untuk dakwah. Peperangan bukan tujuan utama. Wasilah apabila bermanfaat maka dilakukan, apabila dikerjakan wasilah lain. Syarait berjihad secara fisik yaitu ketika Nabi di Madinah. Ketika Nabi di Mekkah tidak ada syarait untuk berjihad secara fisik. Jihad ada karena untuk menegakan kalimat Allah (Tauhid). Sehingga orang yang berjihad harus diperhatikan dulu tauhidnya.

Kekeliruan yang mengatakan jihad fisik lebih utama dari pada jihad melwan hawa nafsu. Kekeliuran yang lain adalah Jihad hawa nafsu lebih utama dari jihad fisik. Yang benar adalah Jihad yang paling utama adalah jihad yang mencocoki keadaan. Apabila umat Islam kuat maka Jihad secara fisik lebih utama. Apabila umat islam lemah maka Jihad dalam memerangi syaithon, memerangi hawa nafsu adalah lebih utama.

Apabila disebutkan Islam saja maka didalamnya mencakup Iman demikian pula sebaliknya. Akan tetapi apabila Islam dan Iman disebutkan bersamaan maka maknanya berbeda.

Disyariatkan untuk mendakwahi sebelum diperangi. Maksud dari perang adalah untuk dakwah, bukan hanya membunuh saja.

Dan kabarkan kepada mereka tentang hak Allah dalam Islam yang wajib mereka tunaikan“. Kemudian menunaikan Hak Allah. Hak Allah yang paling besar adalah beribadah hanya kepada Allah dan tidak berbuat kesyirikan. Kemudian hak Allah lainnya: shalat, puasa ramadhan, haji bagi yang mampu dan lainnya.

Demi Allah“. Nabi bersumpah. Dibolehkannya bersumpah untuk menegaskan perkara dengan menyebut nama Allah.

Jika Allah memberi hidayah kepada satu orang dengan sebab dirimu, hal itu lebih baik daripada unta-unta merah“. Unta merah adalah dibahasakan sebagai harta orang Arab yang paling mahal waktu itu. Sehinga menjadi perumpamaan yang bisa dimaskudkan menjadi lebih baik dari pada dunia dan segala isinya. Banyak untuk menjadikan sebab manusia untuk mendapatkan hidayah, diantaranya: menyebarkan informasi yang baik, mengajak ikut taklim, ikut sunnah.

Wallahu Ta’ala A’lam

Dakwah kepada Syahadat La Ilaha Illallah – Hadits Mengenai Rasulullah mengutus Mu’adz ke Yaman

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid

  • Penulis: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
  • Pensyarah: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah

Bab 4: Dakwah kepada Syahadat La Ilaha Illallah

Hadits Mengenai Rasulullah mengutus Mu’adz ke Yaman

Dari Ibnu ‘Abbas, (beliau berkata), “Tatkala mengutus Mu’adz ke Yaman, Rasulullah bersabda kepadanya.

Sungguh, engkau akan mendatangi kaum Ahli Kitab maka hendalkah dakwah yang kamu sampaikan pertama kali kepada mereka ialah syahadat La Ilaha Ilallah -dalam riwayat lain disebutkan, ‘(ialah) supaya menauhidkan Allah’- Jika mereka mematuhimu dalam hal itu, sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan shalat lima waktu sehari semalam kepada mereka. Jika mereka telah mematuhimu dalam hal itu, sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan zakat kepada mereka yang diambil dari orang-orang kaya diantara mereka untuk diberikan kepada orang-orang fakir di antara mereka. Jika mereka telah mematuhi dalam hal itu, jauhkanlah dirimu dari harta terbaik mereka, dan jagalah dirimu terhadap doa orang yang terzhalimi karena sesungguhnya tiada suatu tabir penghalang pun antara doanya dengan Allah

Makna Hadits Secara Global

Bahwasannya, ketika mengutus Mu’adz bin Jabal Radhiallahu ‘Anhu ke wilayah Yaman sebagai da’i yang mengajak kepada Allah dan sebagai pengajar, Nabi menggariskan langkah-langkah yang harus Mu’adz tempuh dalam dakwahnya. Beliau menjelaskan bahwa Mu’adz akan menghadapi orang-orang yang berilmu dan pandai berdebat dari kalangan Yahudi dan Nashara, dengan maksud agar Mu’adz berada dalam keadaan siap berdebat dan membantah syubhat-syubhat mereka, kemudian memulai dakwah dengan perkara terpenting lalu yang penting maka hendaknya yang pertama kali adalah menyeru manusia untuk memperbaiki aqidahnya karena aqidah merupakan pondasi. Kalau telah tunduk menerima hal tersebut, mereka diperintahkan untuk menegakan shalat karena shalat merupakan kewajiban terbesar setelah bertauhid. Kalau mereka sudah menegakkan (shalat), orang-orang kaya (di antara mereka) diperintahkan untuk menyerahkan zakat hartanya kepada orang-orang faqir sebagai rasa kebersamaan dengan (orang-orang faqir) tersebut dan sebagai rasa syukur kepada Allah. Kemudian beliau memperingatkan (Mu’adz) tentang mengambil harta terbaik dalam zakat karena yang wajib adalah harta pertengahan. Setelah itu, Mu’adz dianjurkan untuk berbuat adil dan meninggalkan kezhaliman supaya (Mu’adz) tidak terkena doa yang terzhalimi karena doa tersebut akan Allah kabulkan.

Hubungan antara Hadits dan Bab

Bahwa yang pertama kali diserukan/didakwahkan adalah mengajak manusia kepada La Ilaha Illallah. Dalam hadits juga terdapat (syariat) pengutusan para da’i untuk mengajak kepada La Ilaha Illallah.

Faedah Hadits

  1. Disyariatkan pengiriman para da’i untuk mengajak manusia kepada Allah.
  2. Bahwa syahadat La Ilaha Illallah adalah kewajiban pertama dan yang diserukan pertama kali kepada manusia.
  3. Bahwa makna syahadat La Ilaha Illallah adalah menauhidkan Allah dalam ibadah dan meninggalkan peribadahan kepada selain-Nya.
  4. Seorang kafir tidaklah dihukumi sebagai seorang muslim, kecuali setelah ia mengucapakan syahadatain.
  5. Bahwa seseorang kadang membaca dan mengilmui, tetapi tidak mengetahui makna La Ilaha Illallah. Atau, mengetahui makna (La Ilaha Illallah), tetapi tidak mengamalkan (kalimat) tersebut, seperti keadaan Ahli Kitab.
  6. Bahwa orang yang diajak bicara dalam keadaan mengetahui tidaklah seperti orang jahil, sebagaimana dikatakan, “Sungguh, kamu akan mendatangi kaum Ahli Kitab”.
  7. Peringatan terhada manusia, khsusunya para da’i, agar mereka betul-betul berada di atas bashirah tentang agamanya supaya terbebas dari syubhat para pembuat syubhat, yaitu dengan cara menuntut ilmu.
  8. Shalat adalah kewajiban terbesar setelah syahadatain.
  9. Bahwa zakat rukun yang paling wajib setelah shalat.
  10. Penjelasan tentang salah satu ogolgan penerima zakat, yaitu orang-orang faqir, dan pembolehan memberi zakat hanya kepada mereka.
  11. Bahwasannya tidak boleh mengambil zakat berupa harta terbaik, kecuali dengan keridhaan pemilik (harta) tersebut.
  12. Peringatan terhada perbuatan zhalim, dan bahwa doa orang yang terzhalimi adalah mustajab, meskipun ia adalah pelaku maksiat.

Penjelasan Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi dalam Kajian Kitab Tauhid

Biografi

Mu’adz adalah salah satu ulama dari kalangan para sahabat. Rasulullah mengutus Mu’adz untuk menjadi duta besar di Yaman karena Mu’adz punya keilmuan tentang agama.

Mu’adz diutus pada tahun 10 H sebelum Nabi melaksanakan Haji wadda (perpisahan). Mu’adz terus tinggal di Yaman menjadi pemimpin dan Qadi hingga Nabi meninggal.

Mu’adz datang kembali ke Madinah setelah Nabi meninggal, yaitu pada zaman Khalifah Abu Bakar. Kemudian Mu’adz menuju ke Syam dan meninggal di sana.

Imam mengirim da’I ke daerah

Imam mengajarkan para da’I dan mengutusnya untuk mengajar di pelosok. Dalam satu negara, pemimpin harus mengirim da’i ke setiap daerah. Hal tersebut dicontohkan oleh Nabi bahkan setelah Nabi meninggal, para sahabat tidak tinggal di Madinah. Mereka tersebar di beberapa daerah menjadi Mufti untuk orang-orang yang tinggal di daerah tersebut, diantaranya:

  • Anas bin Malik menjadi mufti orang-orang Basrah.
  • Abdulah bin Mas’ud dan Abu Musa Al-Ashari menjadi mufti orang-orang Kuffah.
  • Mu’adz bin Jabal dan Abu Darda menjadi mufti orang-orang Syam
  • Abdullah bin Amr bin Ash menjadi mufti orang-orang Mesir
  • Ibnu Abbas menjadi mufti orang-orang Mekah.

Sahabat berpencar ke beberapa dearah, sehingga ada keberkahan dimana ada langit yang meneduhinya dan bumi yang mereka pijak, membawa keberkahaan untuk manusia.

Sebagaimana Allah berfirman mengenai Nabi Isya:

وَجَعَلَنِى مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنتُ وَأَوْصَـٰنِى بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱلزَّكَوٰةِ مَا دُمْتُ حَيًّۭا

dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup”; (Maryam: 31)

Berbekal dan mengajarkan ilmu

Sifat yang mengumpulkan mereka adalah mengajarkan ilmu. Sehingga harus berbekal dengan ilmu, bukan sibuk cari kekuasaan, cari kursi di parlement, berebut dengan manusia.

Konsep khilafah nabi yaitu tidak menentang pemerintah yang ada tapi memperbaiki dan mengajak. Membangun khilafah bukan artinya meruntuhkan yang ada, lalu membangun diatas puing-puing kehancuran.

Nabi Yusuf, masuk menjadi Menteri ditengah pemerintahan Mesir yang kafir. Akan tetapi beliau membawa kebaikan di pemerintahannya.

Nabi 13 tahun menanamkan tauhid di Mekah, dengan sendirinya lahir khilafah Islamiyah di Madinah. Banyak kehancuran karena keluar dari jalan rasulullah.

Engkau akan mendatangi satu kaum dari Ahli kitab”.

Di Yaman waktu itu kebanyakan beragama Yahudi dan Nashara hanya sedikit dari kalangan Musyrikin. Muadz diingatkan oleh Nabi bahwa beliau akan akan ketemu ahlul kitab.

Ahlul kitab dimaklumi punya ilmu terkait dengan agama mereka, tidak sama dengan orang Arab yang umiyun tidak membaca dan menulis. Bahkan Ahlul kitab bangga dengan ilmu yang mereka miliki.

Muadz disuruh untuk bersiap diri yaitu harus tahu keadaan kaum yang akan didakwahi. Sehingga disesuaikan dakwah yang akan disampaikannya.

Hendaknya awal yang disampaikan adalah syahadat

Dalam Riwayat lain supaya mentauhidkan Allah. Maksudnya adalah dakwah kepada syahadat la ilaha illallah adalah dakwah tauhid. Maknanya mentauhidkan Allah dan menafikan selain Allah.

Dalam riwayat lain “ibadah kepada Allah”. Sehingga Riwayat yang ada saling menafsirkan Riwayat yang lain.

Yang pertama adalah dakwah tauhid. Tauhid ada pada semua syariat: Al-Quran mengandung tauhid, hadits mengandung tauhid. Walaupun diajarkan amalan shaleh tapi apabila amalan tersebut diatas tauhid yang rusak maka tidak akan diterima amalannya.

Sebagaimana Allah berfirman:

وَقَدِمْنَآ إِلَىٰ مَا عَمِلُوا۟ مِنْ عَمَلٍۢ فَجَعَلْنَـٰهُ هَبَآءًۭ مَّنثُورًا

“Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.” (Al-Furqan: 23)

Bantahan untuk para Ahlul Filsafat

Dakwah yang pertama adalah tauhid. Hal ini merupakan bantahan terhadap ahlul fisalafat atau ahlul kalam yang dari dulu mereka mengatakan bahwa kewajiban yang paling pertama adalah An-Nadhar Fill Wujud, melihat kepada yang ada.

Diajarkan dibuat ragu dahulu tentang agamanya, kemudian menetapkan Tuhan itu ada atau tidak. Baru diberikan dalil-dalil bahwa Allah itu adalah ada.

Kisah Ahlul Filsafat, Fachruddin Ar-Razi

Kisah Fachruddin Ar-Razi berlalu di rumah perempuan tua, yang sedang berjemur didepan rumahnya. Perempuan tua ini heran karena melihat satu orang diikuti banyak manusia. Perempuan itu bertanya kepada orang yang mengikutinya, “Siapakah orang tersebut?” Sebagian muridnya berkata wahai ibu semoga allah merahmatimu. “Kamu tidak kenal orang ini?” Perempuan itu berkata “Siapa dia?  Apakah seorang Raja, Gubernur atau Menteri?, muridnya menjawab “Bukan, dia adalah orang yang mempunyai seribu dalil bahwa Allah itu ada”.

Ini adalah fislafat, semakin banyak mempunyai dalil tentang adanya Allah maka kekuatan akalnya semakin hebat menurut mereka.

Akan tetapi perempuan itu diatas fitrah ini berkata “Betapa celakanya orang itu. Apa pada Allah ada keraguan? Sehingga dicarikan 1000 dalil?

Sebagaimana Firman Allah:

۞ قَالَتْ رُسُلُهُمْ أَفِى ٱللَّهِ شَكٌّۭ فَاطِرِ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۖ

Berkata rasul-rasul mereka, “Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi?” (Ibrahim: 10)

Hal ini diibaratkan disiang hari yang panas, habis kulit terbakar terik matahari. Tiba-tiba ada yang bertanya. Apa dalilnya matahari sudah terbit?. Apabila dijelaskan dalil-dalilnya banyak seperti  Kepanasan, Terang, dan selanjutnya. Menjadi seperti orang yang belajar memperjelas suatu yang sudah jelas, maka hasilnya menjadi tidak jelas.

Jika mereka mematuhikamu dalam hal itu– Kewajiban Shalat

Ini adalah metoda dakwah yaitu bertahap dari yang paling penting kemudian yang penting berikutnya. Yaitu shalat 5 waktu sehari dan semalam. Hal ini menunjukan keagungan ibadah shalat setelah tauhid dan keutamaan shalat sehari dan semalam.

Islam tidak cukup syahadat saja tapi harus ada amalannya seperti shalat, zakat, puasa dan sebagainya.

Jika mereka mematuhikamu dalam hal itu– Kewajiban Zakat

Apabila mereka taat maka Allah mewajibkan zakat. Kewajiban zakat setelah shalat yang banyak digandengkan di dalam Al-Qur’an.

Zakat diambil dari orang-orang kaya dan diberikan kepada golongan penerima zakat yang salah satunya adalah orang fakir. Walaupun dapat diserahkan pada 8 golongan tapi boleh dikeluarkan kepada salah satu golongan saja. Orang fakir yang diberikan zakat adalah orang fakir yang tinggal didaerah tersebut.

Zakat dipungut oleh pemerintah atau siapa yang ditunjuk oleh pemerintah kecuali apabila pemerintah tidak mengharuskan untuk diserahkan kepada pemerintah.

Apabila mereka taat membayar zakat maka hati-hatilah dari mengambil harta mereka yang paling berharga. Mengambil harta zakat harta pertengahan bukan yang terbaik kecuali pemiliknya ridha akan hal itu.

Kewajiban berlaku adil

Kewajiban berlaku adil dan tidak berbuat dhalim. Jangan sampai tertimpa oleh doa orang yang di dhalimi karena orang ini tidak terhalang doanya. Seorang Imam menasihati para pemungut zakat agar tidak berbuat kedhaliman.

Wallahu Ta’la ‘Alam

Sumber:

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.

Dakwah kepada Syahadat La Ilaha Illallah – Surat Yusuf Ayat 108

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid

  • Penulis: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
  • Pensyarah: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah

Bab 4: Dakwah kepada Syahadat La Ilaha Illallah

Firman Allah Ta’la dalam Surat Yusuf Ayat 108

قُلْ هَـٰذِهِۦ سَبِيلِىٓ أَدْعُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِى ۖ وَسُبْحَـٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ

Katakanlah, “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (Yusuf: 108)

Hubungan antara Bab dan Kitab Tauhid

Bahwa, setelah pada bab-bab sebelumnya menyebutkan makna dan keutamaan tauhid serta keharusan untuk takut terhadap lawan (tauhid), yaitu syirik, penulis menyebutkan pada bab ini bahwa orang yang telah mengetahui hal tersebut tidaklah pantas membatasi (tauhid) bagi dirinya sendiri, tetapi dia wajib mengajak (orang lain) kepada Allah Ta’ala dengan cara yang hikmah serta nasihat yang baik sebagaimana jalan para rasul dan pengikutnya.

Makna Ayat secara Global

Allah memerintahkan Rasul-Nya agar (Rasul-Nya) mengabarkan manusia tentang jalan dan Sunnah-Nya, yaitu berdakwah mengajak kepada syahadat La Ilaha Illallah dengan dasar ilmu dan keyakinan serta keterangan yang jelas, dan (bahwa) semua orang yang mengikutinya menjauhkan dan menyucikan Allah terhadap kepemilikian sekutu dalam kekuasaan dan peribadahan serta berlepas diri dari para pelaku kesyirikan, meskipun mereka adalah orang yang paling dekat dengan dirinya.

Hubungan antara Ayat dan Bab

Dalam ayat tersebut, Allah menyebutkan jalan Rasulullah dan para pengikutnya, yaitu berdakwah mengajak kepada syahadat La Ilaha Illallah dengan dasar ilmu tentang hal yang didakwahkan. Maka, pada ayat tersebut, juga terdapat dalil akan kewajiban berdakwah kepada La Ilaha Illallah yang merupakan pembahasan bab ini.

Faedah Ayat

  1. Bahwa dakwah kepada syahadat La Ilaha Illallah merupakan jalan Rasulullah dan orang-orang yang mengikuti beliau.
  2. Bahwa orang yang berdakwah wajib mengilmui segala sesuatu yang dia dakwahkan dan mengilmui segala sesuatu yang ia larang dari (dakwah)nya.
  3. Peringatan agar ikhlas dalam berdakwah, jangan sampai orang yang berdakwah memiliki tujuan selain wajah Allah. Dengan dakwahnya, dia jangan bermaksud mendapatkan harta, kepemimpinan atau pujian dari manusia, atau menyeru kepada kelompok atau kepada madzhab tertentu.
  4. Bahwa bashirah (ilmu dan keyakinan) merupakan hal wajib karena mengikuti Rasulullah adalah wajib, sedangkan seseorang tidak mungkin bisa mengikuti Rasulullah , kecuali dengan bashirah, yaitu ilmu dan keyakinan.
  5. Menunjukkan kebagusan tauhid karena tauhid menyucikan Allah Ta’ala
  6. Menunjukan jeleknya kesyirikan karena kesyirikan adalah pencelaan terhadap Allah Ta’ala
  7. Kewajiban seorang muslim untuk menjauhkan diri dari orang-orang musyrikin sehingga (muslim) tersebut tidak menjadi bagian dari (orang-orang musyrikin) dalam satu perkara pun, dan tidaklah cukup dengan tidak berbuat syirik.

Wallahu Ta’la ‘Alam

Sumber:

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.

Orang Meninggal dalam keadaan tidak berbuat Syirik sedikitpun, pasti masuk Surga.

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid

  • Penulis: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
  • Pensyarah: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah
  • Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Bab 3: Takut terhadap Syirik

Orang Meninggal dalam keadaan tidak berbuat Syirik sedikitpun, pasti masuk Surga.

Dalam (riwayat) Muslim, dari Jabir Radhiallahu ‘anhuma, beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa saja yang menemui Allah (meninggal) dalam keadaan tidak berbuat syirik terhadap-Nya sedikitpun, pasti masuk surga, (tetapi) siapa saja yang menemui-Nya (meninggal) dalam keadaan berbuat syirik terhadap-Nya sedikitpun, dia pasti masuk neraka“.

Biografi

Jabir adalah Jabir bin Abdillah bin ‘Amr bin Haram Al-Anshary Asulamy, seorang sahabat yang mulia, banyak meriwayatkan hadits, dan anak seorang sahabat. Beliau meninggal di Madinah setelah 70 H dalam usia sembilan puluh empat tahun.

“Siapa saja berjumpa dengan Allah”, artinya siapa saja yang meninggal.

“Tidak berbuat syirik terhadap-Nya” yaitu tidak mengadakan sekutu bagi Allah, baik dalam perkara uluhiyah (ibadah) maupun perkara rububiyyah.

“Dengan sesuatu”, yaitu dengan kesyirikan yang sedikit atau banyak.

Siapa yang mati dan tidak berbuat kesyirikan maka sudah dipastikan masuk surga. Walaupun mati dalam keadaan mempunyai dosa besar. Akan tetapi masuk surga ada dua macam: masuk surga langsung atau akhirnya masuk surga.

Ahlul sunnah cari dari dulil baru disimpulkan, akan tetapi ahlul bid’ah buat kesimpulan dulu baru dalilnya dicari.

Makna Hadits Secara Global

Bahwasannya Rasulullah mengabarkan bahwa siapa saja yang meninggal di atas tauhid, perihal masuknya ia ke dalam surga adalah sudah pasti, meskipun ia adalah seorang pelaku dosa besar dan meninggal dalam keadaan terus menerus berbuat dosa maka ia berada dibawah kehendak Allah. Kalau menghendaki, Allah akan memaafkan dan langsung memasuka dia ke surga. Akan tetapi, kalau Allah menghendaki (lain). Allah akan mengazhab dia di neraka, kemudian dia dikeluarkan dari neraka dan dimasukan ke dalam surga.

Adapun orang yang meninggal di atas kesyirikan besar, ia tidak akan masuk surga, tidak akan mendapat rahmah dari Allah, dan dikekalkan di neraka. Kalau meninggal di atas syirik kecil, ia dimasukkan ke dalam neraka (kalau tidak memiliki amal kebaikan yang mengalahkan kesyirikannya), tetapi tidak akan kekal di dalam (neraka) tersebut.

Hubungan antara Hadits dan Bab

Terdapat peringatan keras terhadap perbuatan kesyirikan sehingga mengharuskan adanya rasa takut yang amat besar terhadap kesyirikan tersebut.

Faedah Hadits:

  1. Kewajiban takut terhadap kesyirikan karena, agar selamat dari neraka, dipersyaratkan untuk selamat dari kesyirikan.
  2. Bahwasannya yang dianggap (yang menjadi ukuran) itu bukanlah banyaknya amalan, tetapi yang dianggap (sebagai ukuran) adalah selamatnya amalan dari kesyirikan
  3. Penjelasan tentang makna La Illaha Illallah, yaitu meninggalkan kesyirikan dan mengesankan Allah dalam ibadah.
  4. Dekatnya surga dan neraka dari seorang hamba, bahwasannya tiada yang memisahkan seorang hamba dengan surga dan neraka, kecuali kematian.
  5. Keutamaan orang yang selamat dari kesyirikan.

Pembahasan dari Bab Takut kepada kesyirikan.

Pembahasan Pertama: Takut terhadap kesyirikan,

Hal ini berdasarkan dalil dari 2 ayat dan 3 hadits yang telah disebutkan yang semuanya menjelaskan akan takut pada kesyirikan, yaitu

Ayat ke-1: Mengenai dosa yang tidak diampuni, yaitu syirik besar

Ayat ke-2: Nabi Ibrahim mengkhawatirkan kesyirikan terhadap diri dan keluarganya

Hadits-1: Kekhawatiran Nabi terhadap mansuia yang paling afdhal (sahabat) yaitu siyirik kecil.

Hadits-2: Yang berbuat syirik masuk neraka

Hadits 3: Yang tidak berbuat syirik masuk surga dan yang berbuat syirik masuk neraka

Pembahasan Kedua: Penjelasan bahwa riyaa tergolong dari kesyirikan.

Pembahsan Ketiga: Riya dari syirik kecil

Pembahasan Keempat: Riya adalah amalan yang paling ditakuti terhadap orang-orang shaleh

Pembahasan Kelima: Dekatnya surga dan neraka. Siapa saja yang mati tidak berbuat kesyirikan masuk surga. Siapa saja yang mati berbuat kesyirikan masuk neraka.

Pembahasan Keenam: Penyatuan kedekatan keduanya terdapat pada hadits yang sama pada amalan yang berdekatan pada bentuknya (Hadits Jabir)

Pembahasan Ketujuh: Barang siapa yang meninggal tidak berbuat kesyirikan sedikitpun pasti masuk surga. Namun barang siapa yang meninggal dalam keadaan berbuat syrik besar pasti masuk neraka. Walaupun dia paling banyak ibadahnya. Yang menjadi ukuran adalah tauhid.

Pembahasan Kedelapan: Persoalan yang besar permohonan Nabi Ibarahim bagi beliau dan keturunanya agar dijaga jangan sampai beribadah pada berhala.

Pembahasan Kesembilan: Pengakuan beliau akan kondisi sebagian besar yaitu banyak manusia disesatkan oleh berhala

Pembahsan Kesepuluh: Tafsir La Illaha Illallah yaitu meninggalkan kesyirikan dan mengesankan Allah dalam ibadah.

Pembahasan Kesebelas: Keutamaan orang yang selamat dari kesyirikan.

Wallahu Ta’lla ‘Alam

Sumber:

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.