Dakwah kepada Syahadat La Ilaha Illallah – Hadits Mengenai Rasulullah memberikan komando perang kepada Ali bin Abi Thalib pada Perang Khaibar

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid

  • Penulis: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
  • Pensyarah: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah

Bab 4: Dakwah kepada Syahadat La Ilaha Illallah

Hadits Mengenai Rasulullah memberikan komando perang kepada Ali bin Abi Thalib pada Perang Khaibar

(Diriwayatkan) pula oleh keduanya (Al-Bukhary dan Muslim) dari Sahl bin Sa’d Radhiallahu ‘Anhu (bahwa Sahl berkata), “Rasulullah telah bersabda pada hari peperangan Khaibar,

Niscaya aku akan memberikan bendera (komando perang) ini besok kepada orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya serta Allah dan Rasul-Nya mencintai dia. Semoga Allah menganugerahkan kemenangan melalui tangannya”

Oleh karena itu, semalaman suntuk orang-orang pun larut memperbincangkan seputar orang di antara mereka yang akan diserahi (bendera) itu, maka pada pagi hari, mereka bergegas mendatangi Rasulullah , yang setiap orang berharap agar diserahi (bendera) tersebut. Lalu beliau pun bertanya, ‘Di mana Ali bin Abi Thalib?’. Dijawab, ‘Kedua matanya sakit.’ Mereka pun mengutus seseorang kepada dia dan didatangkanlah dia. Lantas (Rasulullah) meludahi kedua belah matanya dan mendoakannya maka seketika itu pula dia sembuh, seakan-akan tidak pernah terkena penyakit. Kemudian (Rasulullah) menyerahkan bendera kepadanya seraya bersabda,

Melangkahlah ke depan dengan tenang sampai engkau tiba di tempat mereka, kemudian ajaklah kepada Islam dan sampaikanlah kepada mereka tentang hak Allah Ta’ala dalam Islam yang wajib mereka tunaikan. Demi Allah, jikalau Allah memberi hidayah kepada satu orang dengan sebab dirimu, hal itu benar-benar lebih baik bagimu daripada unta-unta merah.”

Biografi

Sahl bin Sa’ad adalah Sahl bin Sa’ad bin Malik bin Khalid Al-Anshary Al-Khazrajy As-Sa’idy, seorang sahabat yang masyur. Beliau meninggal pada 88H dalam usia lebih dari seratus tahun.

Makna Hadits Secara Global

Bahwa Nabi memberi kabar gembira, kepada para shahabat, tentang kemenangan kaum muslimin terhadap Yahudi pada keesokan hari melalui kepemimpinan seseorang, yang memiliki keutamaan besar dan dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, maka para shahabat berusaha meraih kemuliaan tersebut. Semua berharap menjadi orang tersebut karena bersemangat kepada perkara kebaikan. Ketika semua shahabat berkumpul pada waktu yang telah dijanjikan, Nabi mencari Ali, yang kebetulan tidak bisa hadir pada waktu itu karena kedua matanya sedang sakit. Kemudian Ali didatangkan, lalu Nabi meludahi kedua mata (Ali) dengan ludahnya yang berberkah sehingga hilaglah rasa sakit yang dirasakan dengan sempurna, dan diserahkanlah kepemimpinan pasukan kepada (Ali). Selanjutnya, Ali diperintahkan untuk berangkat dengan tenang sampai mendekati benteng musuh, lalu (Ali) mengajak mereka untuk memeluk Islam. Kalau mau memenuhi ajakan tersebut, mereka diberitahukan tentang kewajiban-kewajiban seorang muslim. Kemudian Nabi menjelaskan kepada Ali tentang keutamaan dakwah kepada Allah, bahwa seorang da’i, apabila berhasil dengan usahanya yang menjadi sebab sehingga Allah memberi hidayah kepada satu orang, hal itu lebih baik baginya daripada harta duia yang paling berharga. Maka, bagaimana jika usaha seorang da’i menjadi sebab sehingga sekian banyak orang mendapatkan hidayah dari Allah?!

Hubungan antara Hadits dan Bab

Hadits ini menunjukan disyariatkan bedakwah untuk mengajak manusia kepada Islam, yang juga merupakamn makna syahadat La Ilaha Illallah, dang menjelaskan keutamaan berdakwah kepada perkara tersebut.

Faedah Hadits

  1. Keutamaan yang jelas bagi Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu, dan persaksian dari Rasulullah kepada Ali tentang kecintaan (Ali) kepada Allah dan Rasul-Nya serta keimanan (Ali) secara lahir dan batin.
  2. Menetapkan bahwa Allah mencintai para wali-Nya dengan kecintaan yang sesuai dengan keagungan-Nya seperti semua sifat-sifat-Nya yang suci dan mulia.
  3. Semangat para shahabat akan perkara kebaikan dan saling berlomba dalam mengerjakan amal shalih -semoga Allah meridhai mereka-.
  4. Pensyariatan adab-adab dalam berperang serta meninggalkan kegaduhan dan suara-suara menganggu yang tidak diperlukan
  5. Perintah Imam kepada bawahannya dengan cara yang halus dan lembut, tetapi tidak lemah dan tanpa tekad.
  6. Kewajiban untuk berdakwah mengajak kepada Islam, lebih-lebih sebelum memerangi orang-orang kafir.
  7. Bahwa orang dari kalangan kaum kafir, yang menolak ajakan untuk memeluk Islam wajib diperangi.
  8. Bahwa dakwah itu berdasarkan tahapan. Oleh karena itu yang mula-mula diminta dari orang kafir (agar mereka) memeluk Islam dengan mengucapkan syahdatain, kemudian setelah itu mereka diperintah dengan kewajiban-kewajiban Islam.
  9. Keutamaan berdakwah mengajak manusia kepada Islam dan kebaikan yang terdapat di dalam (bedakwah) tersebut, baik bagi yang diajak maupun bagi yang mengajak. Yang diajak mungkin mendapat hidayah, sedangkan yang mengajak mendapat pahala besar. Wallahu A’lam.
  10. Salah satu bukti kenabian Rasulullah : kabar gembira dari beliau tentang kemenangan yang belum terjadi, serta lenyapnya rasa sakit oleh sebab ludah beliau ()
  11. Keimanan kepada qadha dan qdar, yaitu bahwa bendera didapatkan oleh orang yang tidak berupaya untuk mendapatkan, sedangkan orang-orang yang sudah berusaha untuk mendapatkan (justru) terhalangi.
  12. Bahwasannya seseorang tidaklah cukup mengaku sebagai muslim, tetapi dia diharuskan untuk mengetahui kewajiban-kewajiban tersebut.

Wallahu Ta’ala A’lam

Sumber:

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.


Catatan Kajian

Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Biografi:

Sahal bin Sa’ad radhialahu ‘anhuma adalah sahabat yang paling terakhir meninggal di kota Madinah pada tahun 88 H. Adapun diantara seluruh sahabat yang paling terakhir meninggal adalah Abu Tufail Radhiallahu ‘Anhu. Ayahnya Sa’ad bin Malik

Ada tiga nama sahabat Sa’ad bin Malik

  1. Ayah nya Sahal bin Sa’ad
  2. Sa’ad bin Malik bin Sinan dikenal dengan kunyahnya Abu Said Al-Khudri
  3. Sa’ad bin Abi Waqas.

Tujuh orang sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits:

  1. Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu
  2. Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma
  3. Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu
  4. Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhu
  5. Abu Said Al-Khudri Radhiallahu ‘Anhu
  6. Jabir bin Abdillah Radhiallahu ‘Anhu
  7. Aisha Radhiallahu ‘Anha

10 Orang shahbat dijamin masuk surga (dalam satu hadits)

  1. Abu Bakr As-Syidiq
  2. Umar bin Khatab
  3. Ustman bin Affan
  4. Ali bin Abi Thalib
  5. Talha bin Ubaidillah
  6. Abdurahman bin Auf
  7. Zubair bin Awam
  8. Abu Ubaidah bin Zarah
  9. Sa’ad bin Abi Waqas
  10. Said bin Zaid

Penjelasan Hadits

Hari Khaibar adalah hari peperangan ketika khaibar dikepung oleh kaum Muslimin pada tahun 7 H. Rasulullah akan memberikan bendera perang (Ar-Roya) besok hari kepada seorang lelaki (tidak disebut namanya).

Akan tetapi disebutkan sifat lelaki tersebut yaitu

  • Dia cinta kepada Allah dan Rasul-Nya
  • Allah dan Rasul-Nya cinta kepada dia.

Akan ada kemenangan melalui tangan lelaki ini. Hal ini bukan Nabi tahu akan hal yang ghaib akan tetapi dikarenakan Nabi menerima wahyu dari Allah yang merupakan tanda kenabian. Yaitu Nabi mengabarkan sesuatu, dan sesuatu itu terjadi.

Para shahabat memperbincangkan pada malam hari akan siapa yang akan menerima bendera tersebut. Para shahabat begitu diberitakan kebaikan, mereka semangat akan kebaikan tersebut.

Pagi harinya para shahabat bergegas menemui Rasulullah. Setiap orang berharap agar diserahi bendera perang tersebt. Hal ini menunjukan semangat yang tinggi dari para shahabat karena tahu keutamaannya yaitu dicintai Allah dan Rasul-Nya. Dan akan menjadi sebab kaum muslimin mendapatkan kemenangan. Tertanam dalam diri sahabat untuk mengambil sebab karena kalau tidak mengambil sebab (hadir menemui Rasulullah), bagaimana akan mendapatkan bendera tersebut.

Dalam riwayat lain dari Imam Muslim, Umar bin Khatab berkata “Saya tidak pernah cinta menginginkan menjadi pemimpin, kecuali pada saat itu saja (perang khaibar)”. Umar bukan ingin menjadi pemimpin di perang khaibar tersebut tapi ada keutamaannya yaitu dicintai Allah dan Rasul-Nya.

Seseorang harus mengambil sebab untuk mencapai sesuatu. Hal ini tidak bertentangan dengan tawakal.

Nabi bertanya “Dimana Ali bin Abi Thalib?”. Nabi justru menanyakan orang yang tidak hadir. Dikatakan kedua mata beliau sakit. Kemudian didatangkan Ali bin Abi Thalib. Lalu Nabi meludah kedua matanya untuk mengobatinya dan mendokannya. Mata Ali langsung sembuh matanya. Nabi pun memberikan bendera perang kepada Ali bin Abi Thalib.

Biografi Ali bin Abi Thalib adalah anak dari Paman Nabi , menikahi Putri Nabi, Fatimah, Khalifah yang ke empat. Hadir diperang Badr, Baiatul Ar-Ridwan, salah seorang dari 10 sahabat yang dijamin masuk surga. Beliau meninggal di Bulan Ramadhan pada tahun 40 H dibunuh oleh Khawarij, Abdurahman bin Muljib.

Keimanan kepada Takdir. Seseorang mengambil sebab untuk mengusahakan sesuatu akan tetapi segala sesuatu itu atas ketentuan dari Allah. Takdir tidak bertetntangan dengan mengambil ssebab. Karena mengambil sebab adalah syarait dan syariat tidak bertentangan dengan takdir. Salah satu keimanan akan takdir adalah tidak boleh mempertentangankan antara syariat dengan takdir.

Ali bin Abi Thalib tidak hadir dikarenakan sakit akan tetapi beliau yang mendapatkan bendera tersebut. Ini adalah salah satu keutamaan dari Ali Bin Abi Thalib

Wali-Wali Allah, bukan berarti tidak pernah terkena penyakit. Nabi terkadang demam bahkan panasnya dua kali lipat dari orang biasa.

Melangkahlah kedepan dengan tenang sampai engkau tiba di tempat mereka. Dalam peperangan ada adabnya, yaitu berjalan dengan tenang, lembut tidak tergesa-gesa, tidak ribut. Apalagi sudah masuk dalam peperangan ada adabnya diantaranya tidak boleh membunuh perempuan, anak kecil, pendeta yang berada ditempat ibadahnya, petani yang ada diladang dan lainnya.

Imam memerintah pasukannya sebagaimana raja memerintah rakyatnya dengan lembut dan tidak tergesa-gesa.

Ajaklah mereka kepada Islam“, Pertamakali ketika memerangi orang kafir yang pertama didakwahi adalah diajak kepada Islam. Makna umum Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan mentauhidkan Allah dan berlepas dari segala kesyirikan dan orang yang berbuat syirik. Adapun makna khusus Islam adalah Islam yang dibawa oleh Nabi dan rukun-rukun Islam yang disertai dengan amalan bathin yang membenarkan amalan dhahirnya. 5 Rukun Islam: Syahadat, shalat, zakat, puasa ramadhan dan menunaikan haji.

Sebelum diperangi diajak dahulu kepada tauhid. Apabila diterima maka tidak diserang. Sebagimana rincian dalam hadits sahih muslim yaitu: Pertama diajak masuk Islam, apabila tidak maka disuruh membayar jizyah, apabila tidak diterima baru diperangi.

Peperangan dalam Islam adalah wasilah (metode atau perantara) untuk dakwah. Peperangan bukan tujuan utama. Wasilah apabila bermanfaat maka dilakukan, apabila dikerjakan wasilah lain. Syarait berjihad secara fisik yaitu ketika Nabi di Madinah. Ketika Nabi di Mekkah tidak ada syarait untuk berjihad secara fisik. Jihad ada karena untuk menegakan kalimat Allah (Tauhid). Sehingga orang yang berjihad harus diperhatikan dulu tauhidnya.

Kekeliruan yang mengatakan jihad fisik lebih utama dari pada jihad melwan hawa nafsu. Kekeliuran yang lain adalah Jihad hawa nafsu lebih utama dari jihad fisik. Yang benar adalah Jihad yang paling utama adalah jihad yang mencocoki keadaan. Apabila umat Islam kuat maka Jihad secara fisik lebih utama. Apabila umat islam lemah maka Jihad dalam memerangi syaithon, memerangi hawa nafsu adalah lebih utama.

Apabila disebutkan Islam saja maka didalamnya mencakup Iman demikian pula sebaliknya. Akan tetapi apabila Islam dan Iman disebutkan bersamaan maka maknanya berbeda.

Disyariatkan untuk mendakwahi sebelum diperangi. Maksud dari perang adalah untuk dakwah, bukan hanya membunuh saja.

Dan kabarkan kepada mereka tentang hak Allah dalam Islam yang wajib mereka tunaikan“. Kemudian menunaikan Hak Allah. Hak Allah yang paling besar adalah beribadah hanya kepada Allah dan tidak berbuat kesyirikan. Kemudian hak Allah lainnya: shalat, puasa ramadhan, haji bagi yang mampu dan lainnya.

Demi Allah“. Nabi bersumpah. Dibolehkannya bersumpah untuk menegaskan perkara dengan menyebut nama Allah.

Jika Allah memberi hidayah kepada satu orang dengan sebab dirimu, hal itu lebih baik daripada unta-unta merah“. Unta merah adalah dibahasakan sebagai harta orang Arab yang paling mahal waktu itu. Sehinga menjadi perumpamaan yang bisa dimaskudkan menjadi lebih baik dari pada dunia dan segala isinya. Banyak untuk menjadikan sebab manusia untuk mendapatkan hidayah, diantaranya: menyebarkan informasi yang baik, mengajak ikut taklim, ikut sunnah.

Wallahu Ta’ala A’lam

Dakwah kepada Syahadat La Ilaha Illallah – Hadits Mengenai Rasulullah mengutus Mu’adz ke Yaman

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid

  • Penulis: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
  • Pensyarah: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah

Bab 4: Dakwah kepada Syahadat La Ilaha Illallah

Hadits Mengenai Rasulullah mengutus Mu’adz ke Yaman

Dari Ibnu ‘Abbas, (beliau berkata), “Tatkala mengutus Mu’adz ke Yaman, Rasulullah bersabda kepadanya.

Sungguh, engkau akan mendatangi kaum Ahli Kitab maka hendalkah dakwah yang kamu sampaikan pertama kali kepada mereka ialah syahadat La Ilaha Ilallah -dalam riwayat lain disebutkan, ‘(ialah) supaya menauhidkan Allah’- Jika mereka mematuhimu dalam hal itu, sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan shalat lima waktu sehari semalam kepada mereka. Jika mereka telah mematuhimu dalam hal itu, sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan zakat kepada mereka yang diambil dari orang-orang kaya diantara mereka untuk diberikan kepada orang-orang fakir di antara mereka. Jika mereka telah mematuhi dalam hal itu, jauhkanlah dirimu dari harta terbaik mereka, dan jagalah dirimu terhadap doa orang yang terzhalimi karena sesungguhnya tiada suatu tabir penghalang pun antara doanya dengan Allah

Makna Hadits Secara Global

Bahwasannya, ketika mengutus Mu’adz bin Jabal Radhiallahu ‘Anhu ke wilayah Yaman sebagai da’i yang mengajak kepada Allah dan sebagai pengajar, Nabi menggariskan langkah-langkah yang harus Mu’adz tempuh dalam dakwahnya. Beliau menjelaskan bahwa Mu’adz akan menghadapi orang-orang yang berilmu dan pandai berdebat dari kalangan Yahudi dan Nashara, dengan maksud agar Mu’adz berada dalam keadaan siap berdebat dan membantah syubhat-syubhat mereka, kemudian memulai dakwah dengan perkara terpenting lalu yang penting maka hendaknya yang pertama kali adalah menyeru manusia untuk memperbaiki aqidahnya karena aqidah merupakan pondasi. Kalau telah tunduk menerima hal tersebut, mereka diperintahkan untuk menegakan shalat karena shalat merupakan kewajiban terbesar setelah bertauhid. Kalau mereka sudah menegakkan (shalat), orang-orang kaya (di antara mereka) diperintahkan untuk menyerahkan zakat hartanya kepada orang-orang faqir sebagai rasa kebersamaan dengan (orang-orang faqir) tersebut dan sebagai rasa syukur kepada Allah. Kemudian beliau memperingatkan (Mu’adz) tentang mengambil harta terbaik dalam zakat karena yang wajib adalah harta pertengahan. Setelah itu, Mu’adz dianjurkan untuk berbuat adil dan meninggalkan kezhaliman supaya (Mu’adz) tidak terkena doa yang terzhalimi karena doa tersebut akan Allah kabulkan.

Hubungan antara Hadits dan Bab

Bahwa yang pertama kali diserukan/didakwahkan adalah mengajak manusia kepada La Ilaha Illallah. Dalam hadits juga terdapat (syariat) pengutusan para da’i untuk mengajak kepada La Ilaha Illallah.

Faedah Hadits

  1. Disyariatkan pengiriman para da’i untuk mengajak manusia kepada Allah.
  2. Bahwa syahadat La Ilaha Illallah adalah kewajiban pertama dan yang diserukan pertama kali kepada manusia.
  3. Bahwa makna syahadat La Ilaha Illallah adalah menauhidkan Allah dalam ibadah dan meninggalkan peribadahan kepada selain-Nya.
  4. Seorang kafir tidaklah dihukumi sebagai seorang muslim, kecuali setelah ia mengucapakan syahadatain.
  5. Bahwa seseorang kadang membaca dan mengilmui, tetapi tidak mengetahui makna La Ilaha Illallah. Atau, mengetahui makna (La Ilaha Illallah), tetapi tidak mengamalkan (kalimat) tersebut, seperti keadaan Ahli Kitab.
  6. Bahwa orang yang diajak bicara dalam keadaan mengetahui tidaklah seperti orang jahil, sebagaimana dikatakan, “Sungguh, kamu akan mendatangi kaum Ahli Kitab”.
  7. Peringatan terhada manusia, khsusunya para da’i, agar mereka betul-betul berada di atas bashirah tentang agamanya supaya terbebas dari syubhat para pembuat syubhat, yaitu dengan cara menuntut ilmu.
  8. Shalat adalah kewajiban terbesar setelah syahadatain.
  9. Bahwa zakat rukun yang paling wajib setelah shalat.
  10. Penjelasan tentang salah satu ogolgan penerima zakat, yaitu orang-orang faqir, dan pembolehan memberi zakat hanya kepada mereka.
  11. Bahwasannya tidak boleh mengambil zakat berupa harta terbaik, kecuali dengan keridhaan pemilik (harta) tersebut.
  12. Peringatan terhada perbuatan zhalim, dan bahwa doa orang yang terzhalimi adalah mustajab, meskipun ia adalah pelaku maksiat.

Penjelasan Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi dalam Kajian Kitab Tauhid

Biografi

Mu’adz adalah salah satu ulama dari kalangan para sahabat. Rasulullah mengutus Mu’adz untuk menjadi duta besar di Yaman karena Mu’adz punya keilmuan tentang agama.

Mu’adz diutus pada tahun 10 H sebelum Nabi melaksanakan Haji wadda (perpisahan). Mu’adz terus tinggal di Yaman menjadi pemimpin dan Qadi hingga Nabi meninggal.

Mu’adz datang kembali ke Madinah setelah Nabi meninggal, yaitu pada zaman Khalifah Abu Bakar. Kemudian Mu’adz menuju ke Syam dan meninggal di sana.

Imam mengirim da’I ke daerah

Imam mengajarkan para da’I dan mengutusnya untuk mengajar di pelosok. Dalam satu negara, pemimpin harus mengirim da’i ke setiap daerah. Hal tersebut dicontohkan oleh Nabi bahkan setelah Nabi meninggal, para sahabat tidak tinggal di Madinah. Mereka tersebar di beberapa daerah menjadi Mufti untuk orang-orang yang tinggal di daerah tersebut, diantaranya:

  • Anas bin Malik menjadi mufti orang-orang Basrah.
  • Abdulah bin Mas’ud dan Abu Musa Al-Ashari menjadi mufti orang-orang Kuffah.
  • Mu’adz bin Jabal dan Abu Darda menjadi mufti orang-orang Syam
  • Abdullah bin Amr bin Ash menjadi mufti orang-orang Mesir
  • Ibnu Abbas menjadi mufti orang-orang Mekah.

Sahabat berpencar ke beberapa dearah, sehingga ada keberkahan dimana ada langit yang meneduhinya dan bumi yang mereka pijak, membawa keberkahaan untuk manusia.

Sebagaimana Allah berfirman mengenai Nabi Isya:

وَجَعَلَنِى مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنتُ وَأَوْصَـٰنِى بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱلزَّكَوٰةِ مَا دُمْتُ حَيًّۭا

dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup”; (Maryam: 31)

Berbekal dan mengajarkan ilmu

Sifat yang mengumpulkan mereka adalah mengajarkan ilmu. Sehingga harus berbekal dengan ilmu, bukan sibuk cari kekuasaan, cari kursi di parlement, berebut dengan manusia.

Konsep khilafah nabi yaitu tidak menentang pemerintah yang ada tapi memperbaiki dan mengajak. Membangun khilafah bukan artinya meruntuhkan yang ada, lalu membangun diatas puing-puing kehancuran.

Nabi Yusuf, masuk menjadi Menteri ditengah pemerintahan Mesir yang kafir. Akan tetapi beliau membawa kebaikan di pemerintahannya.

Nabi 13 tahun menanamkan tauhid di Mekah, dengan sendirinya lahir khilafah Islamiyah di Madinah. Banyak kehancuran karena keluar dari jalan rasulullah.

Engkau akan mendatangi satu kaum dari Ahli kitab”.

Di Yaman waktu itu kebanyakan beragama Yahudi dan Nashara hanya sedikit dari kalangan Musyrikin. Muadz diingatkan oleh Nabi bahwa beliau akan akan ketemu ahlul kitab.

Ahlul kitab dimaklumi punya ilmu terkait dengan agama mereka, tidak sama dengan orang Arab yang umiyun tidak membaca dan menulis. Bahkan Ahlul kitab bangga dengan ilmu yang mereka miliki.

Muadz disuruh untuk bersiap diri yaitu harus tahu keadaan kaum yang akan didakwahi. Sehingga disesuaikan dakwah yang akan disampaikannya.

Hendaknya awal yang disampaikan adalah syahadat

Dalam Riwayat lain supaya mentauhidkan Allah. Maksudnya adalah dakwah kepada syahadat la ilaha illallah adalah dakwah tauhid. Maknanya mentauhidkan Allah dan menafikan selain Allah.

Dalam riwayat lain “ibadah kepada Allah”. Sehingga Riwayat yang ada saling menafsirkan Riwayat yang lain.

Yang pertama adalah dakwah tauhid. Tauhid ada pada semua syariat: Al-Quran mengandung tauhid, hadits mengandung tauhid. Walaupun diajarkan amalan shaleh tapi apabila amalan tersebut diatas tauhid yang rusak maka tidak akan diterima amalannya.

Sebagaimana Allah berfirman:

وَقَدِمْنَآ إِلَىٰ مَا عَمِلُوا۟ مِنْ عَمَلٍۢ فَجَعَلْنَـٰهُ هَبَآءًۭ مَّنثُورًا

“Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.” (Al-Furqan: 23)

Bantahan untuk para Ahlul Filsafat

Dakwah yang pertama adalah tauhid. Hal ini merupakan bantahan terhadap ahlul fisalafat atau ahlul kalam yang dari dulu mereka mengatakan bahwa kewajiban yang paling pertama adalah An-Nadhar Fill Wujud, melihat kepada yang ada.

Diajarkan dibuat ragu dahulu tentang agamanya, kemudian menetapkan Tuhan itu ada atau tidak. Baru diberikan dalil-dalil bahwa Allah itu adalah ada.

Kisah Ahlul Filsafat, Fachruddin Ar-Razi

Kisah Fachruddin Ar-Razi berlalu di rumah perempuan tua, yang sedang berjemur didepan rumahnya. Perempuan tua ini heran karena melihat satu orang diikuti banyak manusia. Perempuan itu bertanya kepada orang yang mengikutinya, “Siapakah orang tersebut?” Sebagian muridnya berkata wahai ibu semoga allah merahmatimu. “Kamu tidak kenal orang ini?” Perempuan itu berkata “Siapa dia?  Apakah seorang Raja, Gubernur atau Menteri?, muridnya menjawab “Bukan, dia adalah orang yang mempunyai seribu dalil bahwa Allah itu ada”.

Ini adalah fislafat, semakin banyak mempunyai dalil tentang adanya Allah maka kekuatan akalnya semakin hebat menurut mereka.

Akan tetapi perempuan itu diatas fitrah ini berkata “Betapa celakanya orang itu. Apa pada Allah ada keraguan? Sehingga dicarikan 1000 dalil?

Sebagaimana Firman Allah:

۞ قَالَتْ رُسُلُهُمْ أَفِى ٱللَّهِ شَكٌّۭ فَاطِرِ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۖ

Berkata rasul-rasul mereka, “Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi?” (Ibrahim: 10)

Hal ini diibaratkan disiang hari yang panas, habis kulit terbakar terik matahari. Tiba-tiba ada yang bertanya. Apa dalilnya matahari sudah terbit?. Apabila dijelaskan dalil-dalilnya banyak seperti  Kepanasan, Terang, dan selanjutnya. Menjadi seperti orang yang belajar memperjelas suatu yang sudah jelas, maka hasilnya menjadi tidak jelas.

Jika mereka mematuhikamu dalam hal itu– Kewajiban Shalat

Ini adalah metoda dakwah yaitu bertahap dari yang paling penting kemudian yang penting berikutnya. Yaitu shalat 5 waktu sehari dan semalam. Hal ini menunjukan keagungan ibadah shalat setelah tauhid dan keutamaan shalat sehari dan semalam.

Islam tidak cukup syahadat saja tapi harus ada amalannya seperti shalat, zakat, puasa dan sebagainya.

Jika mereka mematuhikamu dalam hal itu– Kewajiban Zakat

Apabila mereka taat maka Allah mewajibkan zakat. Kewajiban zakat setelah shalat yang banyak digandengkan di dalam Al-Qur’an.

Zakat diambil dari orang-orang kaya dan diberikan kepada golongan penerima zakat yang salah satunya adalah orang fakir. Walaupun dapat diserahkan pada 8 golongan tapi boleh dikeluarkan kepada salah satu golongan saja. Orang fakir yang diberikan zakat adalah orang fakir yang tinggal didaerah tersebut.

Zakat dipungut oleh pemerintah atau siapa yang ditunjuk oleh pemerintah kecuali apabila pemerintah tidak mengharuskan untuk diserahkan kepada pemerintah.

Apabila mereka taat membayar zakat maka hati-hatilah dari mengambil harta mereka yang paling berharga. Mengambil harta zakat harta pertengahan bukan yang terbaik kecuali pemiliknya ridha akan hal itu.

Kewajiban berlaku adil

Kewajiban berlaku adil dan tidak berbuat dhalim. Jangan sampai tertimpa oleh doa orang yang di dhalimi karena orang ini tidak terhalang doanya. Seorang Imam menasihati para pemungut zakat agar tidak berbuat kedhaliman.

Wallahu Ta’la ‘Alam

Sumber:

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.

Dakwah kepada Syahadat La Ilaha Illallah – Surat Yusuf Ayat 108

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid

  • Penulis: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
  • Pensyarah: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah

Bab 4: Dakwah kepada Syahadat La Ilaha Illallah

Firman Allah Ta’la dalam Surat Yusuf Ayat 108

قُلْ هَـٰذِهِۦ سَبِيلِىٓ أَدْعُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِى ۖ وَسُبْحَـٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ

Katakanlah, “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (Yusuf: 108)

Hubungan antara Bab dan Kitab Tauhid

Bahwa, setelah pada bab-bab sebelumnya menyebutkan makna dan keutamaan tauhid serta keharusan untuk takut terhadap lawan (tauhid), yaitu syirik, penulis menyebutkan pada bab ini bahwa orang yang telah mengetahui hal tersebut tidaklah pantas membatasi (tauhid) bagi dirinya sendiri, tetapi dia wajib mengajak (orang lain) kepada Allah Ta’ala dengan cara yang hikmah serta nasihat yang baik sebagaimana jalan para rasul dan pengikutnya.

Makna Ayat secara Global

Allah memerintahkan Rasul-Nya agar (Rasul-Nya) mengabarkan manusia tentang jalan dan Sunnah-Nya, yaitu berdakwah mengajak kepada syahadat La Ilaha Illallah dengan dasar ilmu dan keyakinan serta keterangan yang jelas, dan (bahwa) semua orang yang mengikutinya menjauhkan dan menyucikan Allah terhadap kepemilikian sekutu dalam kekuasaan dan peribadahan serta berlepas diri dari para pelaku kesyirikan, meskipun mereka adalah orang yang paling dekat dengan dirinya.

Hubungan antara Ayat dan Bab

Dalam ayat tersebut, Allah menyebutkan jalan Rasulullah dan para pengikutnya, yaitu berdakwah mengajak kepada syahadat La Ilaha Illallah dengan dasar ilmu tentang hal yang didakwahkan. Maka, pada ayat tersebut, juga terdapat dalil akan kewajiban berdakwah kepada La Ilaha Illallah yang merupakan pembahasan bab ini.

Faedah Ayat

  1. Bahwa dakwah kepada syahadat La Ilaha Illallah merupakan jalan Rasulullah dan orang-orang yang mengikuti beliau.
  2. Bahwa orang yang berdakwah wajib mengilmui segala sesuatu yang dia dakwahkan dan mengilmui segala sesuatu yang ia larang dari (dakwah)nya.
  3. Peringatan agar ikhlas dalam berdakwah, jangan sampai orang yang berdakwah memiliki tujuan selain wajah Allah. Dengan dakwahnya, dia jangan bermaksud mendapatkan harta, kepemimpinan atau pujian dari manusia, atau menyeru kepada kelompok atau kepada madzhab tertentu.
  4. Bahwa bashirah (ilmu dan keyakinan) merupakan hal wajib karena mengikuti Rasulullah adalah wajib, sedangkan seseorang tidak mungkin bisa mengikuti Rasulullah , kecuali dengan bashirah, yaitu ilmu dan keyakinan.
  5. Menunjukkan kebagusan tauhid karena tauhid menyucikan Allah Ta’ala
  6. Menunjukan jeleknya kesyirikan karena kesyirikan adalah pencelaan terhadap Allah Ta’ala
  7. Kewajiban seorang muslim untuk menjauhkan diri dari orang-orang musyrikin sehingga (muslim) tersebut tidak menjadi bagian dari (orang-orang musyrikin) dalam satu perkara pun, dan tidaklah cukup dengan tidak berbuat syirik.

Wallahu Ta’la ‘Alam

Sumber:

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.