Orang Meninggal dalam keadaan tidak berbuat Syirik sedikitpun, pasti masuk Surga.

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid

  • Penulis: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
  • Pensyarah: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah
  • Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Bab 3: Takut terhadap Syirik

Orang Meninggal dalam keadaan tidak berbuat Syirik sedikitpun, pasti masuk Surga.

Dalam (riwayat) Muslim, dari Jabir Radhiallahu ‘anhuma, beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa saja yang menemui Allah (meninggal) dalam keadaan tidak berbuat syirik terhadap-Nya sedikitpun, pasti masuk surga, (tetapi) siapa saja yang menemui-Nya (meninggal) dalam keadaan berbuat syirik terhadap-Nya sedikitpun, dia pasti masuk neraka“.

Biografi

Jabir adalah Jabir bin Abdillah bin ‘Amr bin Haram Al-Anshary Asulamy, seorang sahabat yang mulia, banyak meriwayatkan hadits, dan anak seorang sahabat. Beliau meninggal di Madinah setelah 70 H dalam usia sembilan puluh empat tahun.

“Siapa saja berjumpa dengan Allah”, artinya siapa saja yang meninggal.

“Tidak berbuat syirik terhadap-Nya” yaitu tidak mengadakan sekutu bagi Allah, baik dalam perkara uluhiyah (ibadah) maupun perkara rububiyyah.

“Dengan sesuatu”, yaitu dengan kesyirikan yang sedikit atau banyak.

Siapa yang mati dan tidak berbuat kesyirikan maka sudah dipastikan masuk surga. Walaupun mati dalam keadaan mempunyai dosa besar. Akan tetapi masuk surga ada dua macam: masuk surga langsung atau akhirnya masuk surga.

Ahlul sunnah cari dari dulil baru disimpulkan, akan tetapi ahlul bid’ah buat kesimpulan dulu baru dalilnya dicari.

Makna Hadits Secara Global

Bahwasannya Rasulullah mengabarkan bahwa siapa saja yang meninggal di atas tauhid, perihal masuknya ia ke dalam surga adalah sudah pasti, meskipun ia adalah seorang pelaku dosa besar dan meninggal dalam keadaan terus menerus berbuat dosa maka ia berada dibawah kehendak Allah. Kalau menghendaki, Allah akan memaafkan dan langsung memasuka dia ke surga. Akan tetapi, kalau Allah menghendaki (lain). Allah akan mengazhab dia di neraka, kemudian dia dikeluarkan dari neraka dan dimasukan ke dalam surga.

Adapun orang yang meninggal di atas kesyirikan besar, ia tidak akan masuk surga, tidak akan mendapat rahmah dari Allah, dan dikekalkan di neraka. Kalau meninggal di atas syirik kecil, ia dimasukkan ke dalam neraka (kalau tidak memiliki amal kebaikan yang mengalahkan kesyirikannya), tetapi tidak akan kekal di dalam (neraka) tersebut.

Hubungan antara Hadits dan Bab

Terdapat peringatan keras terhadap perbuatan kesyirikan sehingga mengharuskan adanya rasa takut yang amat besar terhadap kesyirikan tersebut.

Faedah Hadits:

  1. Kewajiban takut terhadap kesyirikan karena, agar selamat dari neraka, dipersyaratkan untuk selamat dari kesyirikan.
  2. Bahwasannya yang dianggap (yang menjadi ukuran) itu bukanlah banyaknya amalan, tetapi yang dianggap (sebagai ukuran) adalah selamatnya amalan dari kesyirikan
  3. Penjelasan tentang makna La Illaha Illallah, yaitu meninggalkan kesyirikan dan mengesankan Allah dalam ibadah.
  4. Dekatnya surga dan neraka dari seorang hamba, bahwasannya tiada yang memisahkan seorang hamba dengan surga dan neraka, kecuali kematian.
  5. Keutamaan orang yang selamat dari kesyirikan.

Pembahasan dari Bab Takut kepada kesyirikan.

Pembahasan Pertama: Takut terhadap kesyirikan,

Hal ini berdasarkan dalil dari 2 ayat dan 3 hadits yang telah disebutkan yang semuanya menjelaskan akan takut pada kesyirikan, yaitu

Ayat ke-1: Mengenai dosa yang tidak diampuni, yaitu syirik besar

Ayat ke-2: Nabi Ibrahim mengkhawatirkan kesyirikan terhadap diri dan keluarganya

Hadits-1: Kekhawatiran Nabi terhadap mansuia yang paling afdhal (sahabat) yaitu siyirik kecil.

Hadits-2: Yang berbuat syirik masuk neraka

Hadits 3: Yang tidak berbuat syirik masuk surga dan yang berbuat syirik masuk neraka

Pembahasan Kedua: Penjelasan bahwa riyaa tergolong dari kesyirikan.

Pembahsan Ketiga: Riya dari syirik kecil

Pembahasan Keempat: Riya adalah amalan yang paling ditakuti terhadap orang-orang shaleh

Pembahasan Kelima: Dekatnya surga dan neraka. Siapa saja yang mati tidak berbuat kesyirikan masuk surga. Siapa saja yang mati berbuat kesyirikan masuk neraka.

Pembahasan Keenam: Penyatuan kedekatan keduanya terdapat pada hadits yang sama pada amalan yang berdekatan pada bentuknya (Hadits Jabir)

Pembahasan Ketujuh: Barang siapa yang meninggal tidak berbuat kesyirikan sedikitpun pasti masuk surga. Namun barang siapa yang meninggal dalam keadaan berbuat syrik besar pasti masuk neraka. Walaupun dia paling banyak ibadahnya. Yang menjadi ukuran adalah tauhid.

Pembahasan Kedelapan: Persoalan yang besar permohonan Nabi Ibarahim bagi beliau dan keturunanya agar dijaga jangan sampai beribadah pada berhala.

Pembahasan Kesembilan: Pengakuan beliau akan kondisi sebagian besar yaitu banyak manusia disesatkan oleh berhala

Pembahsan Kesepuluh: Tafsir La Illaha Illallah yaitu meninggalkan kesyirikan dan mengesankan Allah dalam ibadah.

Pembahasan Kesebelas: Keutamaan orang yang selamat dari kesyirikan.

Wallahu Ta’lla ‘Alam

Sumber:

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.

Meninggal dalam keadaan menyembah selain Allah, akan masuk neraka.

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid

  • Penulis: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
  • Pensyarah: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah
  • Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Bab 3: Takut terhadap Syirik

Meninggal dalam keadaan menyembah selain Allah, akan masuk neraka.

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang meninggal dalam keadaan berdoa (menyembah) selain Allah sebagai tandingan (bagi Allah), ia akan masuk ke dalam neraka“. Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy.

Kalimat dalam hadits:

yad’u“, berdoa: dalam hal ini berarti permintaan. da’ahu artinya meminta atau memohon untuk diberi bantuan (dari sesuatu yang buruk). Doa bisa bermakna permohonan dan bisa bermakna ibadah.

nidan“, tandingan yang menyamai dan menyerupai.

Makna Hadits Secara Global

Rasulullah mengabarkan bahwa, siapa saja yang mengadakan tandingan yang disamakan dan diserupakan dengan Allah dalam peribadahan, yang ia berdoa, meminta, dan memohon keselamatan kepada (tandingan) itu, dan ia terus menerus berada dalam keadaan seperti itu sampai meninggal dan tidak bertaubat sebelum meninggal, tempat kembali dia adalah neraka karena ia telah musyrik.

Membuat tandingan (bagi Allah) ada dua macam:

Pertama: mengadakan sekutu bagi Allah dalam jenis-jenis ibadah atau pada sebagian (jenis) maka ini adalah syirik besar yang pelakuknya kekal di neraka.

Hal ini berarti masuk neraka.

Kedua: hal-hal yang termasuk ke dalam syirik kecil, seperti ucapan seseorang, “Apa-apa yang Allah dan engkau kehendaki”, “Kalau bukan karena Allah dan kamu”, serta ucapan lain yang semisal yang mengandung kata sambung “dan” pada lafadz jalaallah (Allah). Juga seperti riya ringan, ini tidak menjadikan pelakunya kekal di neraka meskipung masuk kedalamnya.

Jenis kesyirikannya adalah pada kata ‘dan’, yang artinya mensetarakan Allah dengan makhluk. Yang benar harusnya berkata “Apa-apa yang Allah kehendaki kemudian apa yang kamu kehendaki”. Atau Kalau bukan karena Allah kemudian bukan karena kamu”. Hanya perbedaan kata menjadi hukum nya berbeda tauhid dan kesyirikan. Orang yang terdidik diatas tauhid lebih pandai meninmbang kata dan kalimat dari dirinya. Karena dia tahu kata yang diucapkan ada timbangannya. Khususnya yang berkaitan dengan hak Allah.

Contoh lainnya bersumpah dengan selain Allah.

Riya terbagi dua: (1) riya kaum munafikin yaitu termasuk syirik akbar. Karena riya pada segala keadaan (amalan) nya. Sebagaimana firman Allah:

إِنَّ ٱلْمُنَـٰفِقِينَ يُخَـٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَهُوَ خَـٰدِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوٓا۟ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ قَامُوا۟ كُسَالَىٰ يُرَآءُونَ ٱلنَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ إِلَّا قَلِيلًۭا

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka1. Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud ria2 (dengan salat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali3. (An-Nisa: 142).

(2) riya yang ringan termasuk syirik kecil. Yaitu riya pada sebagian ibadahnya saja.

Hubungan antara Hadits dan Bab

Hadits tersebut memberi pertakutan terhadap perbuatan syirik dengan menerangkan akibat dan tempat kembali pelaku kesyirikan.

Nabi Ibrahim takut akan kesyirikan dan Nabi Muhammad berdoa agar dijauhkan dari kesyirikan. Bahkan beliau khawatir (para sahabat) terjatuh pada syirik kecil (riya).

Suatu hari Sofyan Atsauri (Imam besar ulama kaum muslimin) ketika mendekati azalnya menangis. Ketika ditanya apa yang engkau khawatirkan. Beliau menjawab “Saya khawatir tauhid dicabut dari diriku”.

Apabila meninggal diatas tauhid dan diatas sunnah tidak ada yang dikhawatirkan, pasti selamat. Untuk mengetahui sunnah maka dikaji aqidah-aqidah ahlus sunnah.

Faedah Hadits

  1. Memberi pertakutan terhadap perbuatan syirik, dan anjuran untuk bertaubat dari kesyirikan sebelum seseorang meninggal.
    • Anjuran bertaubat dari kaesyirikan sebelum meninggal. Apabila tahu pernah atau sedang berbuat kesyirikan, maka langsung bertaubat dari hal tersebut.
    • Apabila ingin selalu nemanamkan rasa takut dari berbuat syirik, maka berdoa kepada Allah jangan sampai terjatuh pada perbuatan kesyirikan.
  2. Bahwa setiap orang yang, bersamaan dengan doanya kepada Allah, berdoa pula kepada seorang nabi atau wali, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal, atau kepada batu atau pohon, berarti ia telah mengadakan tandingan bagi Allah.
    • Hal ini berarti membuat tandingan bagi Allah (masalah sangat besar).
    • Salah satunya karena ghulu (eksterim atau berlebihan). Misalnya ada orang shalih yang dihormati, kemudian berubah menjadi pengagungan, kemudian berubah menjadi penyembahan.
  3. Bahwa doa syirik tidak akan diampuni, kecuali bila (pelakunya) bertaubat.
    • Ada dosa-dosa yang dibawah kehendak Allah. Walaupun sudah meninggal belum bertobat, Apabila Allah berkehendak maka akan diampuni. Akan tetapi Syirik tidak bisa digugurkan bergitu saja, kecuali bertaubat.

Doa yang diajarkan di riwayat Imam Al-Bukhariy dalam Kitab Adabul Mufrad:

Takut akan jatuh pada kesyirikan mengharuskan kita untuk belajar apa itu tauhid. Agar kehidupan kita dihiasi dengan tahuid. Dan harus belajar apa itu kesyirikan agar tidak terjerumus pada kesyirikan.

Wallahu Ta’lla ‘Alam

Sumber:

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.

Rasulullah khawatir terhadap kalian adalah Syirik Kecil

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid

  • Penulis: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
  • Pensyarah: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah
  • Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Bab 3: Takut terhadap Syirik

Kesempurnaan Tauhid.

Rasulullah khawatir terhadap kalian adalah Syirik Kecil

Hadits:

Dalam suatu hadits, (Rasulullah ﷺ bersabda), “Sesuatu yang paling aku khawatirkan adalah syirik kecil.” Ketika ditanya tentang (syirik kecil) itu, beliau menjawab, “Riya.” (HR. Imam Ahmad dan At-Thabarany, Ibnu Abid Dunya, dan Al-Baihaqy)

Penjelasan:

Akhwafu: yang paling saya khawatirkan. Nabi menghawatirkan para shahabat, generasi terbaik ditengah umat, paling bagus keimanannya. Akan tetapi Nabi paling khawatirkan atas mereka. Apalagi kita.

Ar-Riya: Menampakan ibadah dengan maksud agar orang-orang melihat ibadah itu sehingga mereka memuji atas ibadah tersebut.

Ada Dua Jenis Riya:

  • Riya pembatal keislaman: Yaitu riya-nya kaum munafikin, riya pada segala amalan mereka
  • Riya masuk kesyirik asghar, yang disebut dibab ini. Riya pada sebagian ibadah, ingin dilihat manusia.

Makna Hadits Secara Global

Karena kesempurnaan belas kasih dan sayang beliau ﷺ kepada umatnya serta kesempurnaan nush ‘tulusnya kebaikan’ kepada mereka, tidaklah ada suatu kebaikan, kecuali pastilah beliau telah tunjukkan hal itu kepada umatnya, dan tidaklah ada suatu kejelekan, kecuali pastilah beliau telah peringatkan umat darinya. Di antara kejelekan yang Rasullah peringatan adalah penampilan yang menampakkan ibadah kepada Allah dengan maksud untuk mendapatkan pujian dari manusia karena hal itu termasuk ke dalam syirik dalam ibadah – yang meskipun syirik kecil, bahanyanya sangat besar- sebab hal itu bisa membatalkan amalan yang disertainya, juga tatkala jiwa memiliki tabiat senang akan kepemimpinan dan mendapatkan kedudukan di hati-hati manusia, kecuali orang-orang yang Allah selamatkan. Oleh karena itu, jadilah riya sebagai perkara yang sangat dikhawatirkan oleh orang-orang shalih – karena kuatnya dorongn ke arah hal tersebut-. Berbeda dengan dorongan untuk berbuat syirik besar, yang boleh jadi (dorongan tersebut) tidak ada di dalam hati orang-orang mukmin yang sempurna atau (dorongan tersebut) lemah kalaupun ada.

Ibnu Rajab: Orang yang shalat Sunnah, kemudian suatu hari tinggalkan shalat Sunnah dimesjid, dia lakukan dirumah. Karena takut riya dilihat manusia. Ibnu Rajab berkata itulah Riya. Karena dia sudah meninggalkan sesuatu berdasarkan pada pandangan manusia.

Shalat, sedekah ingin dilihat orang maka batal. Amalan yang dilakukannya batal tapi amalan yang lainnya tidak. Keikhlasan penting dan takut dari kesyirikan adalah perkara besar.

Nabi Ibrahim, nabi Muhammad dan para shahabat mempunyai doa permohonan dengan sangat agar dijaga diatas tauhid dan dhidarkan dari kesyirikan. Padahal mereka sudah mempunyai modal yang baik untuk menghindarinya, yaitu ilmu.

Jiwa dan tabiat manusia senang kepada kepemimpinan, kedudukan yang menghiasi hati-hati manusia kecuali orang-orang shalih. Tapi orang shalih juga tidak dijamin. Sebagian as-salaf berkata akhir penyakit dari orang-orang shalih yaitu cinta ketenaran.

Ria tersembunyi dan hati orang senang akannya.

Hubungan antara Hadits dan Bab

Bahwa pada hadits terdapat (dalil akan) kekhawatiran terhadap syirik kecil, sebagaimana bahwa pada dua ayat sebelumnya juga terdapat dalil akan kekhawatiran terhadap syirik besar, maka bab ini mencakup dua jenis kesyirikan.

Faedah Hadits

  1. Kekuatan rasa takut untuk terjatuh ke dalam syirik kecil. Hal itu ditinjau dari dua sisi:
    • Rasul ﷺ mengkhawatirkan terjadinya syirik tersebut dengan kekhawatiran yang sangat.
    • Rasul ﷺ mengkhawatirkan hal tersebut terhadap orang-orang shalih yang sempurna maka orang-orang yang (derajatnya) berada di bawah mereka tentu lebih kahwatirkan untuk terjatuh ke dalam kesyirikan tersebut.
  2. Besarnya kasih sayang beliau kepada ﷺ umatnya serta semangat beliau untuk memberi petunjuk dan nasihat kepada umatnya
  3. Bahwa kesyirikan terbagi menjadi syirik besar dan syirik kecil, -syirik besar berarti menyamakan sesuatu selain Allah dengan perkara-perkara yang menjadi kekhususan Allah, sedang syirik kecil adalah hal yang tersebut dalam nash sebagai kesyirikan, tetapi tidak sampai pada derajat syirik besar-.

Syirik besar. dan syirik kecil kesamaannya adalah menyetarakan selain Allah dengan Allah pada hal yang merupakan kekhususuan Allah. Syirik Asghar ada dalam nash yang menunjukan bahwa dia tidak sampai ke syirik akbar. Rincian syirik ada di kitab ini.

Perbedaan antara keduanya adalah:

  1. Syirik besar membatalakan seluruh amalan, sedangkan syirik kecil hanya membatalkan amalan yang sedang dikerjakan.
  2. Syirik besar menjadikan pelakunya kekal di neraka, sedangkan syirik kecil tidak menjadi pelakunya kekal di neraka.
  3. Syirik besar menjadikan pelakunya keluar dari Islam, sedangkan syirik kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari Islam.

Perbedaan lain: Apabila terkait dengan negara orang yang melakukan syirik akbar, maka halal darah dan hartnaya. Syrik Asgar tidak seperti itu.

Syirik besar menghabiskan semua amalan:

Wallahu Ta’lla ‘Alam

Sumber:

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.

Takut terhadap Syirik

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid

  • Penulis: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
  • Pensyarah: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah
  • Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Bab 3: Takut terhadap Syirik

Penjelasan:

Definisi syirik terbagi dua:

  • Definisi Umum, yakni menjadikan sesuatu yang merupakan hak Allah ﷻ kepada selain Allah.
  • Definisi Khusus, yakni memberikan sesuatu dari Ibadah kepada selain Allah

Dua Jenis Syirik:

  • Syirik Akbar, yakni memberikan suatu hak khusus bagi Allah kepada selain Allah yang menyebabkan hilangnya dasar keimanannya. Hal ini menjadikan pelakunya keluar dari Islam, kekal di neraka, menjadi kafir, tidak boleh memberikan loyalitas kepadanya.
  • Syirik Asghar, yakni memberikan suatu hak khusus bagi Allah kepada selain Allah yang menyebabkan hilangnya kesempurnaan keimanannya. Misalnya bersumpah selain dengan nama Allah. Sumpah hanya boleh dengan nama Allah. Syirik asghar lebih besar dari dosa besar tapi tidak mengeluarkan pelakunya dari keislaman, tidak kekal dineraka, tidak dihalalkan darahnya dan hartanya.

Di buku ini merinci bentuk-bentuk kesyirikan.

Perbedaan syirik akbar dan syirik ashgar.

  • Syirik akbar pelakunya menjadi keluar dari Islam (murtad) adapaun syirik asghar tidak menyebabkan pelakuya keluar dari Islam.
  • Syirik akbar pelakunya kekal dineraka adapun syirik asghar pelakunya tidak kekal di neraka.
  • Syirik akbar bisa menyebab dihalalkan darah dan hartanya adapun syirik asghar tidak menjadikan halal darah dan hartanya.
  • Syirik akbar tidak boleh diberikan kecintaan secara mutlak adapun syirik asghar boleh dicintai keimanannya dan dibenci kesyirikannya.

Dalil

Firman Allah:

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُ

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (An-Nisa: 116)

Dan Al-Khalil (Nabi Ibrahim) ‘Alaihi salam berucap:

وَٱجْنُبْنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعْبُدَ ٱلْأَصْنَامَ

“… dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala” (Ibrahmi: 35)

Hubungan antara Bab dan Kitab Tauhid

Bahwasannya tatkala telah menyebutkan tentang tauhid, keutamaan (tauhid), dan realisasi pelaksanaan (tauhid), pantaslah penulis رَحِمَهُ ٱللَّٰهُ menyebutkan kekhawatiran terhadap lawan (tauhid), yaitu kesyirikan, agar orang yang beriman dapat berhati-hati terhadap (kesyirikan) dan takut kalau dirinya terjatuh ke dalam (kesyirikan) itu.

Makna Ayat Pertama Secara Global

Bahwa Allah ﷻ mengabarkan dengan kabar yang pasti bahwa diri-Nya tidak akan memaafkan seorang hamba yang berjumpa dengan-Nya dalam keadaan berbuat syirik, dengan tujuan untuk memperingatkan kita agar waspada terhadap kesyirikan, dan bahwa Allah akan memafkan dosa-dosa selain dosa syirik bagi siapa saja yang Dia kehendaki untuk dimaafkan sebagai karunia dan kebaikan dari-Nya agar kita tidak berputus asa dari rahmat Allah ﷻ.

Makna Ayat Kedua Secara Global

Bahwa Ibrahim Al-Khalil ‘alahish shalatu was salam berdoa kepada Rabb-nya agar menjadikan dirinya dan anak cucunya berada pada sisi yang jauh dari peribadahan kepada patung-patung, dan agar Allah menjauhkan dirinya dari peribadahan tersebut, karena fitnah dari (peribadahan) itu sangat besar, dan tiada yang aman dari terjerumus kepada (peribadahan) tersebut.

Hubungan antara Kedua Ayat dan Bab

Ayat pertama menunjukan bahwa kesyirikan merupakan dosa terbesar sebab orang yang meninggal di atas dosa (kesyirikan) tersebut tidak diampuni oleh Allah. Hal ini mengharuskan seorang hamba untuk sangat takut terhadap dosa ini yang keadannya seperti itu.

Ayat kedua menunjukan bahwa Ibrahim sangat mengkhawatirkan kesyirikan terhadap dirinya sehingga ia berdoa kepada Allah agar (Allah) melindungi dan menyelamatkan dirinya dari kesyirikan maka bagaimana (lagi) sangkaan kita terhadap selain Ibrahim?

Oleh karena itu, kedua ayat tersebut menunjukan kewajiban untuk taktu terhadap kesyirikan.

Faedah Kedua Ayat

  1. Bahwa syirik merupakan dosa terbesar karena Allah telah mengabarkan bahwa diri-Nya tidak akan mengampuni orang yang tidak bertaubat dari perbuatan syirik.
    • Terdapat silang pendapat mengenai jenis syirik yang tidak diampuni: akbar atau asghar atau kedua-duanya.
    • Sebagian ulama berpendapat syirik akbar saja yang tidak diampuni
    • Sebagian ulama berpendapat syirik akbar dan syirik asghar tidak diampuni.
    • Hal ini berkalu apabila tidak bertaubat sebelum meninggal dunia.
  2. Bahwa dosa-dosa selain dosa syirik, apabila seseorang tidak bertaubat darinya, masuk neraka di bawah kehendak Allah. Kalau menghendaki, Allah akan mengampuninya tanpa bertaubat, dan kalau menghendaki, Dia akan mengadzab karenanya. Maka, dalam hal ini, terdapat dalil tentang bahaya dosa syirik.
  3. Sikap takut terhadap kesyirikan karena Ibrahmim ‘alahish shalatu was salam yang beliau adalah pemimpin bagi orang-orang yang condong kepada tauhid dan jauh dari syirik, yang telah menghancurkan patung-patung dengan tangannya – khawatir bila dirinya terhatuh dalam kesyirikan maka bagaiamana dengan selain Ibrahim ‘alahish shalatu was salam?
    • Nabi Ibrahim menghancurkan patung-patung dengan tangannya.
  4. Disyariatkan berdoa untuk menolak malapetaka, dan bahwasannya manusia pasti perlu kepada Allah.
  5. Disyariatkan baerdoa untuk kebaikan diri dan anak keturunannya.
  6. Bantahan terhadap orang-orang jahil yang mengatakan, “Kesyirikan tidak akan terjadi pada umat ini”, sehingga mereka merasa aman dari hal maka mereka pun terjerumus ke dalam hal tersebut.

Wallahu ‘Alam

Sumber:

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.