Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid #7, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.
Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid, Penulis: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah
Dalil 7: Hak Allah atas Hamba-Hamba-Nya adalah Mereka Menauhidkan-Nya.
Dari Mu’adz bin Jabal radhiallahu ‘anhu, beliau berkata “Saya pernah dibonceng oleh Nabi shalallahu alaihi wasallam di atas seekor keledai, lalu beliau bersabda kepadaku, ‘Wahai Mu’adz, tahukah engkau apa hak Allah terhadap para hamba dan apa hak hamba atas Allah?’
Saya menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahuinya’
Beliau pun menjawab, ‘Hak Allah terhadap para hamba ialah mereka beribadah kepada-Nya semata dan tidak berbuat syirik sedikit pun kepada-Nya, sedangkan hak para hamba atas Allah adalah bahwa Allah tidak akan mengadzab orang yang tidak berbuat syirik sedikit pun kepada-Nya’
Saya bertanya, ‘Wahai Rasululllah, tidakkah saya (perlu) menyampaikan kabar embira (ini) kepada manusia?
Beliau menjawab, ‘Janganlah engkau menyampaikan kabar gembira ini kepada mereka (karena) mereka nanti akan besikap menyandarkan diri’“
Dikeluarkan oleh keduanya (Al-Bukhari dan Muslim ) dalam Ash-Shaihain.
Biografi Mu’adz bin Jabal Radhiallahu ‘Anhu:
Mu’adz adalah Mu’adz bin Jabal bin ‘Amr bin Aus bin Ka’b bin ‘Amr Al-Khazrajy Al-Anshary, seorang sahabat yang mulia dan terkenal dari tokoh para sahabat, sangat luas dan ahli dalam bidang ilmu dan hukum serta Al-Qur’an. Beliau mengikuti perang Badr dan beberapa peperangan sesudahnya. Beliau pernah diangka oleh Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam sebagai pemimpin bagi penduduk Makkah pada waktu penaklukan kota Makkah untuk mengajarkan agama kepada mereka, kemudian diutus ke Yaman sebagai hakim dan untuk mengajarkan agama. Beliau meninggal di Syam pada 18H dalam usia tiga puluh delapan tahun.
- Muadz menjadi salah satu sumber bacaan Al-Qur’an termasuk riwayat hafz adalah dari beberapa orang sahabat termasuk Muadz.
- Apabila hadir di perang Badr, maka dia telah mengikuti fase-fase ditengah umat islam. Dan tidak pernah luput satu peperangan pun bersama Nabi kecuali setelah Fathu Mekkah. Nabi menetapkan Mu’adz untuk mengajarkan agama di Mekkah.
- Meninggal di Syam 18H, yaitu terkait dengan wabah yang ada di Syam.
Makna Hadist secara Umum
Bahwa Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam ingin menjelaskan kewajiban dan keutamaan bertauhid bagi para hamba. Maka, beliau menyampaikan hal itu dengan bentuk pertanyaan supaya hal itu lebih kukuh menancap dalam jiwa dan lebih optimal untuk sampai pada pemahaman orang yang diajari. Ketika Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam menjelaskan keutamaan tauhid, Mu’adz meminta izin untuk mengambarkan hal tersebut kepada manusia agar mereka bergembira karena (kabar) tersebut, tetapi Nabi shalallahu alaihi wasallam melarang hal tersebut karena takut bila orang-orang akan bersandar kepada hal itu sehingga meremehkan amal shalih.
- Penekanan ingin dijelaskan kewajiban dan keutamaan betauhid.
- Dikhawatirkan meremehkan amal shallih karena kita sudah bertahauhid dan tidak akan disiksa.
- Muadz akhirnya menyampaikan hadits ini di akhir umurnya karena khwatir digolongkan orang yang menyembunyikan ilmu.
- Apa yang dikhawatir Nabi adalah untuk suatu maslahat (kebaikan).
Hubungan antara Hadits dengan Bab Tauhid
Hadits di atas menjelaskan makna tauhid, yaitu beribadah hanya kepada Allah dan tidak berbuat syirik sedikitpun terhadap-Nya.
Faedah Hadits
- Sifat rendah hati Nabi shalallahu alaihi wasallam, bahwa beliau mengendarai keledai dan membonceng seseorang di atas (keledai) tersebut. Hal ini berbeda dengan keadaan orang-orang yang menyombongkan diri.
- Keledai termasuk tunggangan yang sederhana tidak seperti kuda.
- Dan juga membonceng orang lain.
- Biasanya orang yang mewah, mengendarainya sendiri.
- Ulama ada yang menulis risalah yang didalamnya berisi kejadian Nabi membonceng para sahabat.
- Jangan berlebihan memaknai kerendahan hati (Tawadhu), misalkan tidak berkendaraan, pakaian compang camping, memakai sendal saja. Hal ini agar ditampakan bahwa dia tidak suka dunia. Ini adalah orang yang tidak paham ilmu.
- Tawadhu adalah amalan hati yang tampak berpengaruh pada amalan dhohirnya.
- Zuhud adalah meninggalkan sesuatu yang bisa membahayakannya di akhirat. Bukan artinya meninggalkan pakaian yang bagus atau makanan yang enak.
- Nabi kadang pakai pakaian bagus dan dipakai ketika menerima tamu sebagai penghormat.
- Imam Malik tidak duduk di majelis ilmu kecuali dengan pakaian yang paling bagus nya. Sehingga orang menghargai dan menghormati ilmu.
- Bolehnya berboncengan di atas kendaraan jika kendaraannya mampu.
- Kondisinya kendaraannya mampu, berboncengan dibolehkan. Apabila tidak mampu maka mendholimi.
- Tidak boleh mendholimi termasuk kepada hewan sekalipun.
- Pernah ada Unta yang mendatangi Nabi dan menangis kemudian Nabi mencari pemilik unta dan berkata jangan mendholimi unta ini yaitu dengan beban yang terlalu berat untuknya.
- Pengajaran dengan metode tanya jawab.
- Menyampaikan ilmu: guru menyampaikan langsung, guru bertanya kepada murid dan murid menjawab
- Dengan metode ini lebih mengena.
- Seseorang yang ditanya, tetapi ia tidak tahu, hendaknya mengatakan, “Allah yang lebih tahu”
- Ini adalah etika
- Allahu ‘alam adalah seperdua dari ilmu
- Jawaban ulama apabila tidak tahu atau tidak bisa mengkodisikan si penanya atau ragu akan jawabannya.
- Mengenal hak Allah yang diwajibkan kepada para hamba, yaitu agar mereka menyembah hanya kepada-Nya semata, tiada serikat bagi-Nya.
- Hak Allah atas hamba: ini masalah besar yang harus dipertanggungjawabakan dan dijaga juga di dahulukan diatas seluruh hak.
- Bahwasannya siapa saja yang tidak menjauhi kesyirikan berarti pada hakikatnya dia belum menyembah Allah, meskipun yang tampak adalah ia menyembah Allah.
- Jangan mengira bahwa keimanan kepada Allah itu hanya menggambar bentuk saja.
- Misalkan dia sujud dan ruku, tapi apabila tidak berlepas diri dari apa yang diibadahi selain dari Allah, maka belum dianggap beribadah.
- Syarat Ibadah ada 2: beribadah kepada allah dan tidak berbuat kesyirikan
- Keutamaan tauhid dan keutamaan orang yang berpegang teguh dengan (tauhid).
- Yaitu apabila berpegang pada Tauhid maka Allah tidak akan menyiksa.
- Tafsir tauhid, yaitu beribadah hanya kepada Allah dan meninggalkan kesyirikan terhadap-NYa.
- Disukainya memberi kabar gembira kepada setiap muslim dengan hal-hal yang menggembirakannya.
- Kemurahan hati seorang mukmin senang saudaranya bergembira.
- Tapi ada fikihnya juga yaitu: “Tidak pantas seorang mukmin terjatuh duat kali ke dalam lubang yang sama”
- “Hai orang-orang yang beriman, ambil kehat-hatian kalian” (An-Nissa : 71)
- Sehingga nabi melarangnya untuk kehati-hatian
- Bolehnya menyembunyikan ilmu untuk kebaikan,
- Untuk maslahat artinya tidak menyembunyikan ilmu untuk selama-lamanya.
- Imam Malik melarang menyampaikan hadist-hadist di depan orang awam dikarenkaan akal mereka belum sampai untuk memahaminya
- Abu Hurairah ada satu kantong hadist yang tidak beliau sampaikan
- Biasanya yang tidak disampaikan tidak terkait dengan syarait halal dan haram. Akan tetapi terkait dengan pembahasan seputar keutamaan, atau yang kalau disampaikan bisa terjadi fitnah, pada pembahasan kejadian-kejadian yang akan datang.
- Sikap beradab seorang murid kepada gurunya.
Wallahu A’lam










