Hadist dari Itban bin Malik tentang Allah Mengharamkan Neraka bagi orang yang ber-Tauhid.

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab TauhidPenulis: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah

Bab 1: Keutamaan Tauhid dan Dosa-Dosa yang dapat dihapuskan oleh Tauhid

Hadist dari Itban bin Malik tentang Allah mengharamkan neraka bagi orang yang bertauhid.

ولهما في حديث عتبان فإن الله حرم على النار من قال لا إله إلا الله يبتغي بذلك وجه الله

(Diriwayatkan) pula oleh keduanya (Al-Bukhary dan Muslim) pula pada hadits Itban, “Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan La Ilaha Illallah dalam keadaam mengharapkan wajah Allah dengan hal tersebut

Biografi

Itban adalah Itban bin Malik bin Amr bin Al-Ajlan Al-Anshary, dari Bani Salim bin ‘Auf. Beliau adalah sahabat yang terkenal, yang meninggal pada masa kekhalifahan Mu’awiyah.

Itban melalui 4 masa kekhalifahan khulafaur rasyidin. Beliau meriwayatkan beberapa hadits dalam Al-Bukhary dan Muslim.

Itban bin Malik adalah Imam di mesjid kampunya. Ketika mata beliau sudah susah melihat, beliau mengundang Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam kerumahnya, agar supaya Nabi shalat disuatu tempat dirumahnya yang Itban bin Malik menjadikan tempat itu sebagai tempat shalatnya. Hal ini berlaku khusus bagi Nabi, yang disebut tabaruuk. Tidak ada dalam sejarah para sabahat meminta Abu Bakr, Umar dan lainnya meminta hal yang semisalnya.

Maka Nabi datang kerumah Itban dan menanyakan dimana engkau senang shalat. Ditunjukan tempatnya kemudian Nabi shalat dua rakaat. Nabi mencontohkan untuk langsung melakukan apa tujuannya kerumah Itban, yaitu untuk shalat. Tidak melakukan hal-hal yang lain dulu.

Harama ‘Ala Naar, mengharamkan atas neraka, artinya At-Tahrim berarti larangan, menahan. Maksudnya Allah melarang neraka untuk menyentuh dia.

‘Mengharap wajah Allah dengan hal tersebut’, artinya ikhlas dari hati dan meninggal dalam keadaan seperti itu, serta tidak mengucapkannya dengan kemunafikan.

Salah satu ketentuan dari La Illaha Illallah, bukan sekedar perkataan saja tapi ada syarat-syarat dan ketentuannya. Yaitu mngharapkan wajah Allah, ikhlas dari hatinya.

Makna Hadits Secara Global

Bahwa Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam mengabarkan dengan kabar yang tegas bahwa orang yang mengucapkan kalimat La Ilaha Illallah dengan tujuan seperti yang ditunjukan kalimat tersebut, berupa ikhlas dan tidak berbuat syirik serta mengamalkan hal itu secara lahir dan batin, kemudian meninggal dalam keadaan seperti itu, ia tidak akan disentuh oleh api neraka pada hari kiamat.

Bukan sekedar ucapan lisan tapi ucapan sesuai dengan konsekwensi kalimat ini: ikhlas, tidak ada kesyirikan, mengamalkan kandungan secara lahir dan batin. Apabila meninggal dalam keadaan tersebut maka tidak disentuh api neraka.

Hubungan antara Hadits dengan Bab

Bahwa pada hadits ini terdapat dalil yang sangat terang tentang keutamaan tauhid, dan bahwa tauhid tersebut mengharuskan orang yang meninggal di atas tauhid tersebut untuk selamat dari neraka dan kejelekan-kejelekannya dihapuskan.

Makna haram masuk neraka ada dua jenis:

  1. Tahrim Ad-Duhul, Haram sama sekali masuk neraka. TIdak akan masuk neraka, langsung masuk surga.
  2. Tahrim Al-Khulut, Haram untuk kekal di dalam neraka. Masuk neraka, tapi tidak kekal. Akan dikeluarkan dan masuk surga.

Apabila orang yang bertauhid tidak sempurna, dan melakukan dosa-dosa besar. Sehingga mengharuskan di siksa dalam neraka. Maka dia dalam neraka tidak akan kekal. Dikeluarkan dari neraka dan dimasukan ke surga.

Faedah Hadits

  1. Keutamaan tauhid, dan bahwa tauhid membebaskan pemiliknya dari neraka dan menghapuskan dosa-dosanya.
  2. Bahwasannya ucapan tanpa keyakinan hati tidaklah cukup bagi keimanan, seperti keadaan orang-orang munafik.
    • Iman terangkai dari 3: ucapan dengan lisan, keyakkinan dalam hati, dan amalan dengan anggota tubuh.
  3. Bahwasannya keyakinan (hati) tanpa ucapan tidaklah cukup bagi keimanan, seperti keadaan para penentang.
    • Meyakini benar tapi tidak mau mengucapkannya. Seperti Fir’aun yakin Nabi Musa benar tapi tidak mau berucap mengikuti nabi Musa, kecuali setelah nyawanya ditenggorokannya.
  4. Diharamkannya neraka terhadap orang-orang yang memiliki tauhid yang sempurna.
    • Untuk yang ber tauhid dengan sempurna, maka haram sama sekali masuk neraka dan langsung masuk surga
    • Kesempurnaan tauhid dengan dua hal: Mewujudkan tauhidnya dan mewujudkan kesempurnaan tauhid yang wajib dan mustahab.
      • Yang wajib tidak berbuat syrik asghar, dosa besar.
      • Yang mustahab: didatangkan hal-hal yang dianjurkan, disunnahkan bahkan hal yang makruh ditinggalkan.
  5. Bahwa amalan tidak bermanfaat, kecuali ikhlas dengan mengharapkan wajah Allah dan benar sesuai dengan sunnah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam.
    • Dua syarat: ikhlas dan sesuai dengan sunnah
  6. Orang yang mengucapkan La Illaha Illallah, tetapi berdoa kepada selain Allah, ucapannya tidaklah bermanfaat, seperti keadaan pada penyembah kubur pada hari ini bahwa mereka mengucapkan La Illaha Illallah, tetapi mereka (juga justru) berdoa kepada orang yang sudah meninggal serta mendekatkan diri kepada orang tersebut.
  7. Penetapan sifat wajah bagi Allah Ta’ala sesuai dengan kemuliaan dan keagungan-Nya.
    • Ahli sunnah menetapkan konsekuensi mencari wajah Allah adalah ikhlas dan menetapkan secara lafadz mengenai sifat wajah bagi Allah
    • Adapun ahli bid’ah mentaqwil dengan konsekuensi bahwa ini adalah ikhlas akan tetapi tidak ada penetapan sifat wajah.
    • Rasulullah menyebut bahwa Allah memiliki wajah. Dan juga di Al-Qur’an disebutkan sifat wajah Allah.
    • Sehingga kewajiban kita adalah mengimaninya menetapkan bagi Allah dengan keyakinan sesuai dengan keagungan dan kebesaran Allah
    • Dan juga dengan keyakinan pasti bahwa sifat wajah Allah tidak sama dengan makhluk-Nya.

Wallahu ‘Alam

Sumber:

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.

Al-Baqarah 264-266: Tiga Perumpamaan Orang dalam Beramal

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah tafsir Al-Quran Surat Al-Baqarah Ayat 264-266, dalam Tafsir As-Sa’di, oleh Syaikh Abdurahman bin Nashir as-Sa’di.

Perumpamaan Orang dalam Beramal

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تُبْطِلُوا۟ صَدَقَـٰتِكُم بِٱلْمَنِّ وَٱلْأَذَىٰ كَٱلَّذِى يُنفِقُ مَالَهُۥ رِئَآءَ ٱلنَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْـَٔاخِرِ ۖ فَمَثَلُهُۥ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌۭ فَأَصَابَهُۥ وَابِلٌۭ فَتَرَكَهُۥ صَلْدًۭا ۖ لَّا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَىْءٍۢ مِّمَّا كَسَبُوا۟ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْكَـٰفِرِينَ ٢٦٤ وَمَثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَٰلَهُمُ ٱبْتِغَآءَ مَرْضَاتِ ٱللَّهِ وَتَثْبِيتًۭا مِّنْ أَنفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍۭ بِرَبْوَةٍ أَصَابَهَا وَابِلٌۭ فَـَٔاتَتْ أُكُلَهَا ضِعْفَيْنِ فَإِن لَّمْ يُصِبْهَا وَابِلٌۭ فَطَلٌّۭ ۗ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ ٢٦٥ أَيَوَدُّ أَحَدُكُمْ أَن تَكُونَ لَهُۥ جَنَّةٌۭ مِّن نَّخِيلٍۢ وَأَعْنَابٍۢ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَـٰرُ لَهُۥ فِيهَا مِن كُلِّ ٱلثَّمَرَٰتِ وَأَصَابَهُ ٱلْكِبَرُ وَلَهُۥ ذُرِّيَّةٌۭ ضُعَفَآءُ فَأَصَابَهَآ إِعْصَارٌۭ فِيهِ نَارٌۭ فَٱحْتَرَقَتْ ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمُ ٱلْـَٔايَـٰتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ ٢٦٦

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena ria kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat. Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai? Dia mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada orang itu, sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya.

Allah ﷻ membuat tiga perumpamaan dalam ayat-ayat ini, yaitu:

Pertama, untuk orang yang berinfak karena semata mengharap keridhaan Allah ﷻ dan tidak mengiringi nafkahnya itu dengan mengungkit-ungkit dan menyakiti orang yang menerima.

Kedua, untuk orang yang mengiringi infaknya dengan mengungkit-ungkit dan menyakiti (si penerima) dan

Ketiga, untuk orang yang riya.

Perumpamaan pertama, adalah tatkala infaknya diterima dan dilipat gandakan pahalanya karena terlahir dari keimanan dan keikhlasan yang total, ابْتِغَاۤءَ مَرْضَاتِ اللّٰهِ وَتَثْبِيْتًا مِّنْ اَنْفُسِهِمْ “karena mencari keridhaan Allah ﷻ dan untuk keteguhan jiwa mereka,” artinya, mereka menafkahkan harta di mana mereka teguh hati (dalam memberi nafkah) dan lapang dada serta penuh kejujuran. Maka perumpama-an perbuatan ini, adalah كَمَثَلِ جَنَّةٍۢ بِرَبْوَةٍ “seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi,” yaitu, tempat yang tinggi yang sangat baik diterpa angin dan matahari, dan air akan sangat cukup padanya. Karena apabila hujan yang deras tidak menimpanya, paling tidak ia akan disirami hujan rintik yang mencukupinya karena areanya yang baik dan tanahnya yang gembur, serta adanya sebab-sebab yang memenuhi perkembangan, keturunan, dan pembuahannya. Karena itu, فَاٰتَتْ اُكُلَهَا ضِعْفَيْنِۚ”maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat,” artinya, berlipat ganda. Taman (kebun) yang seperti itu adalah yang paling diinginkan oleh manusia, dan perbuatan yang mulia ini pun merupakan tingkatan yang paling tinggi.

Perumpamaan kedua, yaitu orang yang menafkahkan harta-nya karena Allah ﷻ kemudian ia mengiringi nafkahnya itu dengan mengungkit-ungkitnya dan menyakiti penerimanya, atau ia melakukan suatu perbuatan yang dapat membatalkannya, maka yang seperti ini adalah sama dengan pemilik taman tadi, akan tetapi ia ditimpa oleh فَاَصَابَهَآ اِعْصَارٌ “angin keras,” yaitu, angin yang sangat kencang, فِيْهِ نَارٌ فَاحْتَرَقَتْ “yang mengandung api, lalu terbakarlah.” Padahal ia memiliki anak keturunan yang masih kecil-kecil lagi lemah, dan dia sendiri lemah yang telah tua renta.

Kondisi seperti ini adalah kondisi yang paling sulit, karena itu Allah ﷻ membuat perumpamaan ini dengan FirmanNya, اَيَوَدُّ اَحَدُكُمْ….” “Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin…” hingga akhir ayat, dengan menggunakan rangkaian kalimat pertanyaan yang kengeriannya dapat dipahami secara benar oleh orang-orang yang menjadi sasaran pesan (ayat ini). Karena musnahnya dalam sekali waktu sekaligus setelah keindahan pepohonannya dan ranumnya buah-buahnya, maka itu menjadi musibah yang sangat besar. Kemudian terjadinya musibah yang tiba-tiba ini, sedangkan pemiliknya telah tua dan tidak mampu lagi bekerja, dan dia memiliki keturunan yang masih kecil-kecil yang tidak mampu membantunya dan meringankan bebannya adalah masalah lain.

Maka subyek dari perumpamaan ini yang telah beramal karena Allah ﷻ kemudian dia membatalkan amalannya itu dengan sikap yang menafikannya, menyerupai kondisi pemilik taman tadi yang terjadi padanya apa yang telah terjadi ketika kebutuhan-nya sangat mendesak kepadanya.

Perumpamaan ketiga, adalah orang yang ingin dilihat oleh orang lain, tidak disirami iman kepada Allah ﷻ dan tidak karena mengharap pahala di sisiNya, di mana Allah ﷻ mengumpamakan hatinya seperti batu licin yang di atasnya ada tanah. Orang yang riya itu mengira bahwa akan tumbuh tanaman darinya bila ditimpa hujan sebagaimana tanaman tumbuh di tanah yang subur. Akan tetapi itu adalah batu yang bila ditimpa hujan deras, maka lenyaplah apa yang ada di atas batu tersebut.
Hal ini adalah perumpamaan yang pas bagi hati orang yang riya yang tidak ada keimanan padanya, bahkan hati yang keras yang tidak akan lembut dan tidak khusyu’. Inilah amal perbuatannya dan infak-infaknya, tidaklah ada asasnya sama sekali yang mendasarinya dan juga tidak memiliki tujuan yang digapai, bahkan apa yang dilakukannya adalah batil karena tidak ada syaratnya.

Yang sebelumnya batal setelah adanya syarat, namun juga ada penghalangnya, sedang yang pertama diterima dan dilipat gandakan karena terpenuhi syarat-syaratnya, yaitu keimanan dan keikhlasan niat, keteguhan (hati) dan terbebasnya dari penghalang-penghalang yang merusaknya.

Tiga perumpamaan ini sesuai untuk seluruh orang-orang yang beramal. Maka seorang hamba hendaklah menimbang diri-nya atau selainnya dengan timbangan-timbangan yang adil dan perumpamaan-perumpamaan yang sesuai tersebut.

وَتِلْكَ الْاَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِۚ وَمَا يَعْقِلُهَآ اِلَّا الْعَالِمُوْنَ

Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (Al-Ankabut: 43).

Wallahu A’lam

Membaca Ayat Kursiy

Kitab Syarah Bulugul Maram
Penulis: Abdullah bin Abdurahman Al Bassam

Bab Sifat Shalat

Membaca Ayat Kursiy

عَنْ أَبِي أُمَامَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ قَرَأَ آيَةَ الْكُرْسِيِّ دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ مَكْتُوبَةٍ لَمْ يَمْنَعْهُ مِنْ دُخُولِ الْجَنَّةِ إِلاَ الْمَوْتُ». رَوَاهُ الْنَّسَائيُّ، وَصَحَّحَهُ ابْنُ حِبَّانَ.

Hadits 261: Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa membaca ayat kursi setiap selesai shalat fardhu, maka tiada yang menghalanginya masuk surga kecuali maut (kematian).” (HR. An-Nasai dan disahihkan oleh Ibnu Hibban)

وَزَادَ فِيْهِ الطَّبْرَانِي وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ

Ath-Thabrani menambahkan, “Dan bacalah surah Al-Ikhlas.”

Hal-Hal Penting dari Hadist:

  • Adapun keutamaan ayat agung tersebut, karena di dalamnya meliputi sebagian nama-nama Allah yang baik, sejumlah sifat Allah yang Agung, Ke-Esaan, Hidup yang sempurna, Wujud yang abadi, Ilmu yang luas, Kerajaan yang menyeluruh, Kekuasaan yang besar, Penguasa yang adil, dan Kehendak yang terwujud.
  • Imam Ahmad dan Muslim meriwayatkan; bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada Ubay bin Ka’ab radhiallahu ‘anhu, “Ayat manakah yang paling agung dalam kitab Allah (Al-Qur’an)?’ Ubay menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu”. Ubay mengatakannya berulang-ulang, hingga Ubay pun menjawab,
    Ayat Al Kursiy”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ilmu itu menkhususkanmu, wahai Abu Al Mundzir! (panggilan lain Ubay)”
  • Adapun salah satu keutamaan surah Al-Ikhlas, dalam Shahih Bukhari dari hadits Abu Sa’id Al Khudri radhiallahu ‘anhu, ia berkata “‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada para sahabatnya, Apakah seseorang dari kalian tidak sanggup membaca Al-Qur’an dalam satu malam?. Mereka menjawab, “Wahai Rasulullah, adakah dari kami yang mampu melakukan hal itu?” Rasulullah pun bersabda “Allaah Al Waahid Ash Shamadu (surat Al-Ikhlas) adalah sepertiga dari Al-Qur’an“.
  • Dalam hadits tersebut terdapat anjuran mernbaca ayat yang agung tadi (ayat Kursiy) dan surah yang mulia tersebut (Al Ikhlaash) setelah selesai setiap shalat wajib yang dengan keduanya maka dzikimya kepada Tuhannya menjadi sempuma dan dengan keduanya sesuatu yang kurang dalam shalatnya dapat dilengkapi, kemudian hendaklah ia memperbaharui keimanannya setiap hari lima kali yaitu dengan membaca nama-nama Allah yang baik dan sifat-sifaf-Nya yang agung.

Wallahu Ta’ala A’lam

Keutamaan Islam dalam Surat Yunus Ayat 104

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Fadhlul Islam – Bab Keutamaan Islam oleh Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.

Kitab Fadhlul Islam

Penulis: Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimakumullah.

Bab Keutamaan Islam

Dalil 2: Surat Yunus Ayat 104

Allah berfirman:

قُلْ يَـٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِن كُنتُمْ فِى شَكٍّۢ مِّن دِينِى فَلَآ أَعْبُدُ ٱلَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَلَـٰكِنْ أَعْبُدُ ٱللَّهَ ٱلَّذِى يَتَوَفَّىٰكُمْ ۖ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ

Katakanlah, “Hai manusia, jika kamu masih dalam keragu-raguan tentang agamaku, maka (ketahuilah) aku tidak menyembah yang kamu sembah selain Allah, tetapi aku menyembah Allah yang akan mematikan kamu dan aku telah diperintah supaya termasuk orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus: 104)

Empat Pembahasan:

Pertama: Hakikat dari Islam adalah Mentahuidkan Allah

Islam dengan makna tauhid memberi keutamaan. Dakwah seluruh nabi dan rasul adalah tauhid, sebagaimana firman Allah:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍۢ رَّسُولًا أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلطَّـٰغُوتَ ۖ

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah ṭāgūt 1 itu” (An-Nahl: 36

Kedua: Keutamaan Islam dari sisi keumuman Islam untuk seluruh manusia.

Islam adalah untuk seluruh manusia. Al-quran adalah untuk seluruh manusia, sebagaimana firman Allah:

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدْ جَآءَتْكُم مَّوْعِظَةٌۭ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَآءٌۭ لِّمَا فِى ٱلصُّدُورِ

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhan-mu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada. (Yunus :57)

Kemudian firman Allah:

وَمَآ أَرْسَلْنَـٰكَ إِلَّا رَحْمَةًۭ لِّلْعَـٰلَمِينَ

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Al-Anbiya: 107)

Firman Allah:

وَمَآ أَرْسَلْنَـٰكَ إِلَّا كَآفَّةًۭ لِّلنَّاسِ بَشِيرًۭا وَنَذِيرًۭا

Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan (Saba: 28)

Islam untuk semua orang Arab dan orang Ajam, yang dekat dan yang jauh, berkulit putih dan hitam dan lainnya.

Rasulullah Shallalu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:

Ketiga: Selamatnya Ahlul Islam dari Syubhat dan Syahwat.

Syubhat dan syahwat adalah segala kejelekan bagi manusia. Syaithon menyerang manusia dari dua hal ini. Syubhat menyebabkan keraguan dalam beragama sedangkan syahwat adalah dari hawa nafsu manusia.

Akan tetapi orang muslim selamat dari syuhbhat dan syahwat. Apabila ada yang ragu dengan keislamannya, maka orang muslim tidak ragu. Begitupula apabila ada syahwat untuk beribadah kepada selain Allah, orang muslim tetap beribadah hanya kepada Allah semata.

Hal ini apabila muslim yang mempuh jalannya dengan benar akan selamat dari syubhat dan syahwat.

Keempat: Keteguhan siapa yang berpegang dengan Islam.

Siapa yang berpegang Islam dengan benar, maka di akan diberikan keteguhan. Sehingga apabila ada seorang muslim ada keraguan dan kebimbangan, artinya ada kekeliruan dalam mempelajari Islam.

Sifat para sahabat ketika ditanya oleh Hirakel, apakah ada dari sahabat nabi yang telah masuk Islam lalu keluar dari agamanya karen benci pada agamanya?. Maka Muawiyyah bin Abi Soffyan yang memimpin rombongan Quraish mengatakan tidak ada.

Dikisahkan ketika Nabi berteduh didekan dinding Ka’bah para sahabat menghampirnya dan mengeluhkan kaum kafir Quraish. Kemudian Nabi shallalahu ‘alaihi wasallam berkata bahwa telah ada umat sebelum kalian disiksa dengan yang sangat pedih. Kemudian nabi bersabda:

Abu Bakr radhiallahu anhu adalah sahabat yang paling teguh dengan keyakinannya. Dalam kisah Isra dan Mi’raj, Abu Bakar membenarkan Nabi dari kisah tersebut. Dalam perang Badr ketika Nabi berdoa, Abu Bakr berkata Allah akan selalu memenangkan agamamu. Kemudian dalam perjanjian hudaibiyah, ketika Umar ragu, Abu Bakr yang paling teguh. Ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam meninggal, Abu Bakr juga yang mengingatkan sahabat yang lain.

Untuk para penuntut ilmu, apabila menuntut ilmu dengan benar maka akan membuatnya semakin teguh.

Allah berfirman:

وَلَوْ أَنَّهُمْ فَعَلُوا۟ مَا يُوعَظُونَ بِهِۦ لَكَانَ خَيْرًۭا لَّهُمْ وَأَشَدَّ تَثْبِيتًۭا

Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka), (An-Nisa: 66)

Salah seorang dari Ulama tabi’in, Al-Imam Abu Ar-Riyah, beliau berkata Allah memberiku dua nikmat, saya tidak tahu nikmat mana yang paling besar. Nikmat yang pertama adalah keislaman dan yang kedua adalah saya tidak dijadikan oleh Allah sebagai haruriyan (orang yang berpemikiran khawarij).

Wallahu Ta’alla ‘Alam

Keutamaan Islam dalam Surat Al-Ma’idah Ayat 3

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Fadhlul Islam – Bab Keutamaan Islam oleh Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.

Kitab Fadhlul Islam

Penulis: Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimakumullah.

Pendahuluan

Salah satu karya penulis yang sangat penting karena menjelaskan tentang bagaimana manhaj dan metode Islam. Buku berisi tentang keutamaan islam dan sifat-sifatnya serta hal-hal yang bertentangan dengan kesempurnaan agama dalam 13 Bab.

Buku ini agar dipelajari dan diajarkan untuk mengingatkan Islam yang benar, manhaj yang lurus dan bagaimana jalan beragama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan para sahabatnya.

Penulis membawakan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits disertai dengan beberapa atsar dari para As-Salaf Rakhimakumullahu Ta’alla.

Bab Keutamaan Islam

Pertama: Kesesuaian Bab ini dengan kitab

Hubungan bab ini dengan judul kitab, yaitu judul buku ini diambil dari judul bab: keutamaan Islam. Atau judul buku ini terkait dengan keseluruhan 13 bab.

Kedua: Apa maksud dari keutamaan islam

Yang diinginkan dari keutamaan islam ada beberapa sisi:

  1. Keutamaan Islam diatas seluruh agama yang lain.
  2. Keutamaan Islam dari sisi orang yang memeluk islam. Muslim akan memperoleh berbagai keutamaan.
  3. Keutamaan Islam dari sisi ummat yang menyandang agama Islam. Kaum muslim memiliki keuatamaan diatas seluruh ummat-ummat yang lainnya. Diantaranya ummat terakhir tapi pertama masuk surga, ummat pertengahan, ummat paling afdhol disisi Allah dan lainnya.

Dalil 1: Surat Al-Ma’idah Ayat 3

Allah berfirman:

ٱلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلْإِسْلَـٰمَ دِينً

Pada hari ini, telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al-Ma’idah: 3)

Tiga Pembahasan:

Pertama: Penjelasan keutamaan Islam dari sisi kesempuranaan Islam

Ayat ini yang terakhir turun pada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pada hajjatul wada’, haji perpisahaan. Dimana setelah itu beliau pulang ke Madinah dan tidak lama kemudian sakit sampai wafatnya beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.

Dalam kitab Al-Bukhari dan Muslim dari Jalu Tariq bin Sihab dari Umar bin Khatab Radhiallahu Anhu, Sesungguhnya seorang laki-laki dari Yahudi berkata kepada Umar, wahai ‘Amirul Mu’minin ada sebuah ayat di kitab kalian (Al-Qur’an) yang kalian membacanya. Andaikata ayat ini turun kepada kami kaum Yahudi, kami jadikan hari itu sebagai hari Ied (hari raya). Umar bertanya ayat apa?. Orang yahudi membacakan surat Al-Ma’idah ayat 3. Umar berkata kami telah mengenal hari itu dan tempat ayat ini turun pada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, yaitu ketika beliau berdiri di Arafah pada hari Jum’at.

Hari Jum’at adalah hari Ied nya ummat Islam. Umat Islam memiliki tiga hari raya:

  1. Hari raya yang berluang dalam setahun sekali: Ied Fitri dan Ied Adha
  2. Hari raya yang berulang setiap pekan: Hari Jum’at

Agama Islam telah sempurna karena Allah telah menyempurnakannya. Agama Islam sudah lengkap, berada dipuncak keutamaan, tidak perlu ada tambahan didalamnya dan tidak ada kekurangan padanya.

Tafsir Ibnu Abas mengenai ayat ini: Allah mengabarkan kepada Nabinya dan mengabarkan pada kaum mu’minin bahwa Allah telah menyempurnakan keimanan untuk mereka. Maka mereka tidak perlu tambahan apapun selama-lamanya. Allah telah menyempurnakan agama ini, tidak ada kekurangan selama-lamanya. Allah telah meridhainya. Allah tidak pernah murka terhadap agama ini selama-lamanya.

Kaum Musyrikin berkata pada Salman Al-Farizi Radhiallahu Anhu, apakah Rasul kalian mengajarkan kalian segala sesuatu sampai bagaiamna etika membuang hajat. Salam berkata iya, Nabi melarang kami istinja menggunakan tangan kanan, istinja kurang dari tiga batu, istinja menggunakan tulang. Sehingga lengkap agama Islam, segala perkara ada tuntunannya.

Kedua: Keutamaan Islam dengan sempurnanya nikmat yang dhahir dan bathin.

Dalam ayat dikatakan: dan telah kucukupkan atas kalian nikmat-Ku. Maksudnya adalah Islam. Sebagaimana dalam surat Al-Fatihah membaca:

ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ ٦

صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ ٧

An’amta: jalannya orang-orang yang engkau beri nikmat. Yaitu Siratal Mustaqim (Islam).

Nikmat terkait baik yang dhahir dan yang bathin. Muslim akan merasakan nikmat agama ini.

Ketiga: Keutamaan Islam bahwa Allah ridha akan agama Islam

Allah telah meridhai Agama Islam dan pemeluknya. Sehingga hanya Islam yang diterima oleh Allah, tidak agama lainnya. Sebagaimana ayat:

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ ٱلْإِسْلَـٰمِ دِينًۭا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِى ٱلْـَٔاخِرَةِ مِنَ ٱلْخَـٰسِرِينَ ٨٥

barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran: 85)

Sehingga apabila agama telah sempurna, nikmat telah dicukupkan dan Islam diridhai Allah Ta’alla, maka agama ini dijamin akan terus menerus ada dan kekal. Agama Islam akan berlaku bagi manusia disegala keadaan, setiap masa, dan disetiap waktu. Segala sesuatu terkait dengan kehidupan akhira dan dunia ada penjelasannya dalam Agama Islam.

Allah berfirman:

مَّا فَرَّطْنَا فِى ٱلْكِتَـٰبِ مِن شَىْءٍۢ ۚ

Tiadalah kami alpakan sesuatu pun di dalam Al-Kitab” (QS. Al-An’am: 38)

Tiadalah yang kami terlantarkan dalam Al-Quran, pasti ada penjelasannya. Tidak ada sebuah kebaikan kecuali telah ditunjukan oleh Nabi kepada ummatnya. Dan tidak ada sebuah kejelekan kecuali telah Nabi peringatkan kejelekan itu, agar jangan sampai menimpa dan membahayakan ummatnya.

Dalam shahih Muslim dari Abdullah bin Amr bin Ash Radhiallahu Anhuma, beliau berkata:

Sehingga semuanya telah lengkap dijelaskan.

Allah berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَـٰلِحًۭا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌۭ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةًۭ طَيِّبَةًۭ ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ ٩٧

Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik  dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)

Allah berfirman:

طه ١مَآ أَنزَلْنَا عَلَيْكَ ٱلْقُرْءَانَ لِتَشْقَىٰٓ ٢

Ṭāha, Kami tidak menurunkan Al-Qur`ān ini kepadamu agar kamu menjadi susah” (QS. Taha: 1-2) 

Sehingga tidak ada cerita ketika Al-Qur’an turun, membuat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menjadi sengsara. Dengan kata lain agama ini turun untuk membawa kebahagian bagi pemeluknya.

Dalam salah satu buku Syeikh Al-Ustaimin di ceritakan mengenai seorang kafir dan ‘alim bertemu di sebuah rumah makan. Orang kafir mengatakan bahwa katanya dalam agama Islam semua telah dijelaskan. Orang ‘Alim berkata: iya semua telah dijelaskan. Orang kafir berkata, kalau begitu terangkan semua makan yang ada di depanmu terbuat dari apa, diaman dalam Al-Qur’an dijelaskan. Kata orang ‘alim berkata iya, kemudian dipanggil juru masaknya. Kemudian menanyakan ini makanan terbuat dari apa? Juru masak menjelaskan semua bahan makanan tersebut. Kemudian orang ‘Alim itulah di dalam Al-Qur;an Allah berfirman:

فَسْـَٔلُوٓا۟ أَهْلَ ٱلذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai ilmu jika kalian tidak mengetahuinya” (An-Nahl: 43)

Sehingga dalam segala hal ada tuntunannya. Apakah penjelasan dari sebuah ayat atau kandungan langsung pada ayat atau tidak langsung, tersirat, tersurat, umum dan khusus. Allah berfirman:

مَّا فَرَّطْنَا فِى ٱلْكِتَـٰبِ مِن شَىْءٍۢ ۚ

Tiadalah kami alpakan sesuatu pun di dalam Al-Kitab” (QS. Al-An’am: 38)

Wallahu Ta’alla ‘Alam

Kisah Bani Nadhir (kelompok Yahudi) dalam Surat Al-Hasyr

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah tafsir Al-Quran Surat Al-Hasyr, dalam Tafsir As-Sa’di, oleh Syaikh Abdurahman bin Nashir as-Sa’di.

Surat ini dinamakan juga Surat Bani Nadhir. Mereka adalah sekelompok besar dari Yahudi yang bermukim di pinggiran kota Madinah pada saat Nabi ﷺ diutus. Ketika Nabi ﷺ diutus dan berhijrah ke Madinah, mereka kafir terhadap beliau seperti kufurnya sebagian besar kalangan Yahudi. Tujuh bulan seusai perang Badar, Rasulullah ﷺ mendatangi dan berbicara dengan mereka supaya mereka mau membantu menanggung denda pembunuhan orang-orang Kilabi yang dibunuh oleh Amr bin Umaiyah adh-Dhamri, mereka berkata, “Kami akan melakukannya wahai Abu Qasim! Silahkan duduk di sini, biar kami bisa memenuhi keperluanmu.” Kemudian mereka menepi satu sama lain (saling berbisik-bisik) dan setan pun membisikkan kesengsaraan yang telah ditakdirkan atas mereka. Mereka berencana membunuh Rasulullah ﷺ. Mereka berkata, “Siapa yang mau mengambil alat penggiling gandum ini dan dibawa naik ke atas lalu ditimpakan di atas kepala Muhammad hingga pecah?” Amr bin Jahhasy, orang yang paling celaka di antara mereka, berkata, “Aku.” Sallan bin Misykam berkata padanya, “Jangan kau lakukan, demi Allah, niat kalian ini akan diberitahukan padanya dan hal ini bisa membatalkan perjanjian antara kita dengannya.”

Wahyu langsung datang kepada Rasulullah ﷺ dari Rabbnya memberitahukan niat jahat yang akan dilakukan pada beliau, kemudian Rasulullah ﷺ langsung pergi menuju Madinah dan bertemu dengan para sahabat. Para sahabat berkata, “Anda pergi tapi kami tidak mengetahui kepergian Anda.” Rasulullah ﷺ kemudian memberitahukan niat buruk kaum Yahudi yang akan dilakukan pada beliau. Rasulullah ﷺ kemudian mengirim para sahabat untuk mengusir kaum Yahudi dari Madinah seraya bersabda, “Jangan biarkan mereka menempati Madinah bersamaku, mereka telah kuberi tempo selama sepuluh bulan, siapa pun yang aku temui setelah (pengusiran) ini, akan aku tebas lehernya.” Para sahabat pun melakukan persiapan penyerangan selama berhari-hari. Si munafik Abdullah bin Ubai bin Salul mengirim utusan untuk menemui orang-orang Yahudi seraya menyampaikan, “Jangan tinggalkan Madinah, karena aku memiliki pasukan sejumlah dua ribu orang yang akan membela kalian dan rela mati demi kalian. Bani Quraidhah dan sekutu kalian dari kalangan Ghathafan akan menolong kalian.” Pemimpin mereka, Huyay bin Akhtab amat menginginkan pesan yang disampaikan padanya, selanjutnya mendatangi Rasulullah ﷺ seraya berkata, “Sesungguhnya kami tidak akan keluar dari tempat kami, silahkan kamu berbuat apa saja semau kamu.” Rasulullah ﷺ pun bertakbir yang kemudian diikuti oleh para sahabat. Mereka pun pergi mendatangi kaum Yahudi, Ali bin Abi Thalib yang membawa bendera. Mereka berdiri di dekat benteng mereka dengan melempari tombak dan batu. Bani Quraidhah pun meninggalkan kaum Yahudi dan Abdullah bin Ubai serta sekutunya dari kalangan Ghathafan juga berkhianat. Rasulullah ﷺ lalu mengepung mereka dan menebang serta membakar pohon-pohon kurma mereka. Kaum Yahudi kemudian mengirim utusan menyampaikan pesan, “Kami akan keluar meninggalkan Madinah.” Maka beliau memutuskan agar mereka keluar darinya dengan hanya membawa diri mereka, anak-anak mereka, dan apa yang mampu dibawa oleh unta-unta mereka, kecuali senjata. Dan Rasulullah ﷺ menahan harta dan senjata mereka yang tersisa.

Harta fai` dari Bani Nadhir murni untuk Rasulullah ﷺ, para petugas yang beliau tetapkan, dan kepentingan-kepentingan kaum Muslimin. Rasulullah ﷺ tidak membagikan harta rampasan Bani Nadhir, karena Allah ﷻ telah memberikan harta rampasan perang Bani Nadhir kepada Rasulullah ﷺ dan kaum Muslimin tanpa menyerang Bani Nadhir dengan kuda maupun tunggangan lain. Mereka diusir ke Khaibar dan di kalangan mereka terdapat Huyay bin Akhtab pemimpin mereka. Beliau kemudian menguasai tanah dan kawasan mereka. Rasulullah ﷺ menahan persenjataan mereka. Jumlah senjata yang didapatkan sejumlah lima puluh baju besi, lima puluh topi besi dan tiga ratus empat puluh pedang. Inilah ringkasan kisahnya sebagaimana yang disebutkan oleh ahli sejarah.

Wallahu A’lam

Doa usai shalat

Kitab Syarah Bulugul Maram
Penulis: Abdullah bin Abdurahman Al Bassam

Bab Sifat Shalat

Doa usai shalat

Hadits 260: Dari Mu’adz bin Jabal Rhadiallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda kepadanya, “Wahai Mu’adz, aku berwasiat kepadamu, ‘Janganlah kamu meninggalkan di setiap selesai shalat (wajib) membaca:

اللَّهُمَّ أَعِنِّيْ عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

‘Ya Allah, bantulah aku untuk selalu mengingat-Mu dan bersyukur kepada-Mu serta beribadah dengan baik kepada-Mu’

(HR. Ahmad, Abu Daud dan An-Nasa’i) dengan sanad yang kuat.

Hal-Hal Penting dari Hadist:

  • Doa tersebut sangat dianjurkan setelah shalat wajib lima waktu
  • Mayoritas ulama berpendapat doa tersebut dibaca setelah salam. Sekelompok ulama berpendapat setelah salam
  • Keutamaan sejumlah kalimat yang penuh berkah dan kebaikan, yang meliputi kebaikan dunia dan akhirat tersebut yang di dalamnya berisi pertolongan dari Allah Ta’alla untuk tetap mengingat-Nya, mensyukuri nikmat-Nya dan beribadah kepada-Nya dengan baik; dimana semestinya seorang muslim beribadah kepada Tuhannya seakan-akan ia melihat-Nya.

Wallahu Ta’ala A’lam

Hadist dari Ubadah bin Ash-Shamit tentang keutamaan Tauhid

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab TauhidPenulis: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah

Bab 1: Keutamaan Tauhid dan Dosa-Dosa yang dapat dihapuskan oleh Tauhid

Hadist dari Ubadah bin Ash-Shamit tentang keutamaan Tauhid

مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ ، وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ وَكَلِمَتُهُ ، أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ ، وَرُوحٌ مِنْهُ ، وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ ، أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنَ الْعَمَلِ

Dari Ubadah bin Ash-Shamit radhiallahu anhu, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda. “Siapa saja yang bersaksi bahwa iada sembahan yang benar, kecuali Allah semata, tiada serikat bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan rasul-Nya, juga (bersaksi) bahwa Isa adalah hamba Allah dan rasul-Nya, kalimat-Nya yang Dia sampaikan kepada Maryam, dan ruh dari-Nya, serta bahwa surga adalah benar (adanya), juga neraka adalah benar (adanya), Allah pasti memasukkan dia ke dalam surga, betapapun amal yang telah dia perbuat”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim)

Biografi

Ubadah bin Ash-Shamit adalah Ubadah bin Ash-Shamit bin Qais Al-Anshary Al-Khazrajy, salah seorang tokoh perang Badr yang terkenal. Beliau meninggal pada 34 H dalam usia tujuh puluh dua tahun.

Beliau populer yang memiliki ahadun nuqaba ‘3 penjelasan’:

  1. Termasuk orang-orang yang dipanggil di baitul aqabah
  2. Hadir di Perang Badr
  3. Populer, dikenal.

Penjelasan Hadits

Bersaksi tentang La Ilaha Illallah: yaitu mengucapkan kalimat ini dalam keadaan mengerti maknanya dan mengamalkan konsekuensinya secara lahir dan batin. Bersaksi bukan sekedar berucap saja tapi mengucapkan dalam keadaan tahu maknanya, diamalkan konsekusinya.

Allah berfirman:

إِلَّا مَن شَهِدَ بِٱلْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُو

“Akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa’at ialah) orang yang mengakui hak (tauhid) dan mereka meyakini(nya)” (Az-Zukhruf: 86)

Siapa yang mempersaksikan al-haq (La Illaha Illallahu) harus ada syarat: mengetahui dan mengamalkan konsekuensinya.

La Ilaha Illallah: tiada sembahan yang benar, kecuali Allah. Ini tafsir dari kalimat la ilaha illallah.

Wahdahu ‘semata’: keadaan yang menegaskan penetapan (tentang tauhid). Ini adalah penegasan (isbat) bahwa Allah saja yang diibadahi

La Syarikalahu ‘tiada serikat bagi-Nya’: merupakan penegasan dalam peniadaan. Ini adalah peniadaan (nafyu)

La Ilaha Illallahu memepunyai dua rukun An-Nafyu dan Al-Isbat. An-Nafyu: La Ilaha, Al-Isbat: Illallahu. La Syarikalahu memperkuat kandungan La Ilaha.

Wa Anna Muhammadan ‘dan bahwa Muhammad’: yaitu bersaksi bahwa Muhammad (adalah)…

Abduhu ‘hamba Allah’: berarti milik Allah dan yang menyembah/menghamba kepada Allah.

Wa Rasuuluhu ‘Dan Rasul-Nya’: yaitu utusan-Nya yang diutus dengan syariat dari Allah. Ada yang diutus dengan syariat baru atau melanjutkan syariat sebelumnya. Sebagaimana Nabi Harun memiliki syariat yang sama dengan Nabi Musa.

Wa Anna Isya ‘dan bahwa Isa’: yaitu bersaksi bahwa Isa bin Maryam (adalah) ….

Abdullahi Wa Rasuuluhu ‘hamba Allah dan Rasul-Nya’: berbeda dengan keyakinan oran-orang Nashara yang menyatakan bahwa (Isa) adalah Allah, anak Allah, atau salah satu Ilah yang tiga.

Tiga Kesyirikan orang Nashara dalam pembahasan Ilahiyah:

  1. Nabi Isya adalah Allah
  2. Nabi Isya adalah Anak Allah
  3. Nabi Isya adalah salah satu dari tiga yang diibadahi (Nabi Isya, Allah dan Ibunya).

Kalimatuhu ‘kalimat-Nya’: berarti baha Dia menciptakan (Isa) dengan kalimat(-Nya), yaitu firman-Nya: kun (terjadilah).

Alqaaha ila Maryam ‘yang Dia sampaikan kepada Maryam’: yaitu Jibril diutus kepada (Maryam) dengannya maka ruh pilihan milik Allah ditiupkan kepada (Maryam) dengan seizin Allah Ta’alla.

Waruuh ‘dan ruh’: berarti bahwa Isa adalah salah satu diantara ruh-ruh yang Allah Ta’ala ciptakan.

Minhu ‘dari-Nya’: yaitu penciptaan dan pengadaannya adalah dari Allah, seperti firman Allah Ta’ala:

وَسَخَّرَ لَكُم مَّا فِى ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ جَمِيعًۭا مِّنْهُ

“Dan untuk kalian Kami menundukan apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi seluruhnya dari ciptaan-Nya” (Al-Jatsiyah: 13)

Waljannata haqqun Wannara haqqun ‘dan bahwa surga ada benar (adanya) juga neraka adalah benar (adanya)’: yaitu bersaksi bahwa surga dan neraka, yang keduanya telah Allah kabarkan dalam kitab-Nya, benar-benar ada, dan tiada keraguan tentang keberadaan keduanya.

Ad khalallahu jannata ‘Allah memasukkan dia ke dalam surga’: merupakan jawabusy syarthi ‘jawaban syarat’ yang telah berlalu, yaitu sabda beliau, “Siapa saja yang bersaksi ….” hingga akhir (hadits).

Ada 5 Syarat, pada siapa yang:

  1. Bersaksi La Ilaha Illallah
  2. Bersaksi Muhammad ‘abduhu wa rasuluhu
  3. Bersaksi Nabi Isya ‘abduhu wa rasuluhu termasuk kalimatuhu ila Maryam waruhu minhu
  4. Bersaksi adanya surga
  5. Bersaksi adanya Neraka

Apabila 5 syarat tersebut terpenuhi, maka balasannya Allah akan masukan dia ke surga.

Ala maa kaana minal ‘amali ‘atas apa-apa berupa amalannya’: (kalimat ini) mengandung dua kemungkinan:

  1. Allah memasukan ia ke dalam surga, meskipun ia kurang beramal dan memiliki dosa-dosa sebab orang yang bertauhid mesti masuk ke dalam surga.
  2. Allah memasukan dia kedalam surga. Adapun kedudukannya di surga sesuai dengan amalannya.

Maksud dimasukan kedalam surga ada dua makna:

  1. Masuk langsung kedalam surga
  2. Tidak langsung masuk surga tapi terakhirnya masuk surga. Di siksa dineraka sesuai kadar dosanya saja.

Dengan demikian tidak bergampangan dengan dosa yaitu dianggapnya sudah bertahuid maka bergampangan dalam melakukan dosa. Orang yang bertauhid akan masuk surga. Tapi kapan dia masuk surganya? Langsung atau melalui proses ke neraka dulu?

Akhrajaaha ‘dikeluarkan oleh keduanya’: yaitu hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhary dan Muslim dalam kitab Shahih keduanya, yang merupakan kitab tershahih setelah Al-Qur’an.

Makna Hadits Secara Global

Sesungguhnya Rasul Shalallahu Alaihi Wasallam mengabarkan kepada kita, dalam rangka menerangkan keutamaan dan kemuliaan tauhid, bahwa orang yang mengucapkan syahadatain dalam keadaan mengerti maknanya dan mengamalkan konsekuensinya secara lahir dan batin, menjauhi sikap berlebih-lebihan dan meremehkan hak kedua nabi yang mulia, yaitu Isa dan Muhammad, mengakui kerasulan dan kehambaan keduanya kepada Allah dan meyakini bahwa keduanya tidak memiliki kekhususan dalam sifat rububiyyah (bukan yang mencipta, memberi rizki, menghidupkan, mematikan dan bukan pula yang diibadahi), serta meyakini keadaan surga dan neraka, tempat kembali dia adalah surga, meskipun darinya muncul perbuatan-perbuatan maksiat selain kesyirikan.

Hubungan antara Hadits dengan Bab

Bahwa, dalam hadits di atas, terdapat penjelasan tentang keutamaan tauhid, dan bahwasannya tauhid adalah sebab untuk masuk ke dalam surga dan penghapusan dosa-dosa.

Kenapa terkadang jatuh dalam dosa, bagaimana cara menghindarinya? Salah satu obatnya perdalam tentang Tauhidnya. Dikarenakan tauhid adalah pengugur dosa dan membuka jalan untuk istiqomah diatas perintah Allah. Sehingga jauh dari dosa-dosa. Semakin bagus tauhidnya maka akan semakin lengkap dari sebab-sebab istiqomahnya. Hal ini disebut karomah bagi seorang muslim yang bisa istiqomah.

Karamah bisa dari Allah atau bisa dari syaitan. Dajjal bisa mematikan dan menghidupkan orang, surga dan neraka di tangannya. Tapi tidak dikatakan bahwa dajjal itu wali Allah.

Faedah Hadits

  1. Keutamaan tauhid, dan bahwa sesungguhnya Allah menghapuskan dosa-dosa (hambanya) dengan (sebab) tauhidnya.
    • Tuhid selalu dihadirkan, diulangi, dipertajam memahaminya, diresapi dalam hati, diamalkan konsekuensinya. Ini semua adalah pengugur dari dosa-dosa.
    • Perlu kesabaran dan ketekunan dalam menghadiri majelis yang membahas mengenai tauhid.
  2. Luasnya keutamaan tauhid dan kebaikan Allah Ta’alla
    • Orang yang selalu belajar tauhid adalah orang yang bersyukur akan nikmat. Hal ini dikarenakan luasnya kebaikan Allah Ta’alla
  3. Kewajiban menjauhi sikap berlebih-lebihan dan meremehkan hak para nabi dan orang-orang shalih maka kita tidak boleh mengingkari keutamaan mereka dan tidak pula berlebih-lebihan terhadap mereka sampai memalingkan suatu ibadah kepada mereka, seperti perbuatan sebagian orang-orang bodoh dan sesat.
    • Tidak boleh berlebihan (ghulu, radikal, extrem) dan tidak boleh menyepelekan (kaum liberal).
    • Kaum liberal ada yang berkata saya muslim tapi tidak meyakini syariat Islam. Bahasa kaum liberal sama dengan kaum munafikin, yaitu bicaranya bagus, mengesankan dan beretorika.
    • Umat islam adalah pertengahan (moderat), tidak berlebihan dan tidak menyepelekan. Sebagaimana Nabi ditetapkan dua sifat yaitu hamba Allah dan Rasul Allah. Hamba Allah adalah bantahan terhadap orang yang extrem terhadap Nabi. Misalnya yang menyembah Nabi, berdoa kepada Nabi. Rasul Allah adalah bantahan bagi orang yan menyepelekan. Bahwa Nabi adalah manusia biasa tapi diberikan kekhususan oleh Allah. Yaitu kita wajib mendengar dan taat pada perintahnya; meyakini dan mengimani apa yang dia beritakan.
  4. Bahwa aqidah tauhid menyelisihi semua agama kekafiran, baik Yahudi, Nasrani, penyembah berhala, maupun Dahiriyyah (tidak meyakini adanya Tuhan).
  5. Pelaku maksiat dari kalangan orang yang bertauhid tidak kekal di dalam neraka.
    • Pelaku maksiat dibawah kehendak Allah. Apabila Allah menghendaki maka di siksa di neraka sesuai dengan kadar dosanya.
    • Apabila Allah berkehendak walaupun dia punya dosa banyak, Allah memaafkannya dan diamasukan kedalam surga. Hal ini tergantung dari kadar Tauhidnya.
    • Banyak dari pengugur dosa seperti banyak shalat dan banyak sedekah akan tetapi Tauhid adalah pengugur dosa yang terbesar. Misalnya duduk-duduk saja belajar Tauhid, mungkin banyak dosanya yang gugur ketika itu. Karena hal ini membentuk hatinya, keikhlasan dan kemurnian ibadah kepada Allah.

Wallahu A’lam

Sumber:

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.

Tata Cara Manasik Umrah

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Tata Cara Manasik Umrah, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.

  • Ada kesamaan antara manasik haji dan Umrah
  • Haji dan Umrah diwajibkan dalam agama.
  • Haji terikat dengan waktu tertentu akan tetapi Umrah bisa dilaksanakan kapan saja.

Maksud dan Tujuan Pelaksanaan Umrah

Pertama: Mewujudkan tauhid dan kemurnian ibadah

  • Ini dasar pokok karena tujuan utama haji dan umrah adalah untuk mewujudkan tauhid dan kemurnian ibadah
  • Sebagaimana dalam ayat: Al haju wal umratalillah. Terdapat kata Lillah, yang artinya hanya untuk Allah semata.
  • Terdapat panji-panji tauhid dalam pelaksanaan ibadah Umrah diantaranya: Talbiyah: labbaik allahuma labaik ….
  • Termasuk tawaf, sya’i dilakukan karena Allah
  • Ketika mencium hajar aswad. Kita tahu bahwa itu adalah batu tidak bisa memberi manfaat. Seperti Umar berkata saya mencium hajar aswad karena Nabi melakukannya. Ini adalah ketundukan kepada Allah swt.
  • Ini juga adalah dasar keabsahannya. Karena yang tidak karena Allah, yaitu karena ria. Mungkin Umrahnya terlaksana tapi tidak akan berpahala kalau bukan hanya untuk Allah

Kedua: Meraih ridha Allah dan menyelamatkan diri dari neraka

  • Dari Umrah ke Umrah beriktunya adalah penggugur dosa antara keduanya.
  • Dalam riwayat lain melaksanakan umrah untuk mengugurkan dosa dan kefakiran. Sebagai mana besi yang berkarat dimasukan ke api maka karatnya akan jatuh semua.
  • Haji mabrur tidak ada balasan kecuali surga.
  • Umrah adalah ibadah yang besar. Perempuan tidak ada jihad di medan perang tapi jihadnya adalah dengan haji dan umrah.

Ketiga: Merealisasikan makna taqwa.

  • Yang diinginkan adalah meraih taqwa.
  • Dalam surat Al-Baqarah disela-sela pembahasan haji dikatakan: Watajawadu fainna khaira jaditaqwa, Berbekalah kalian sesugguhnya sebaik-baiknya bekal adalah ketakwaan.
  • Takwa adalah melaksanakan segala yang diperintah dan menginggalkan segala yang dilarang
  • Sebagaimana halnya ketika Ihram ada ketentnuannya yaitu hal-hal yang tidak boleh dilanggar. Hal ini melatih kita untuk betaqwa.

Keempat: Menegakan dzikir kepada Allah

  • Disyariatkan dzikir-dzikir yang banyak.
  • Perbadingan kaum muslimin apabila yang berdzikir dia yang paling depan karena meninggikan derajat meliatgandakan pahala, dan mengugurkan dosa.
  • Contihnya kalimat talbiyah yang untuk laki-laki ditinggikan sueranya. Dicertiakan para sahabat sampai parau suraunya. Untuk menegekan syiar.

Kelima: Menjawab Seruan Allah

  • Labaik allahuma labaik: Allah saya jawab seruan Mu. Dengan segala kesiapan, ketataan dan segala hal yang diperlukan.
  • Hal ini melatih agar dalam kehodupan selalu menjawab seruan-seruan Allah dan Rasulnya.
  • Dalam Al-Quran: Wahai orang-orang yang beriman jawab lah Allah dan rasulnya, apabila kalian dipanggil pada hal yang menhhidupkan kalian.

Keenam: Menyaksikan berbagai manfaat agung dibelakang pelaksanaan haji dan umrah

  • Manfaat tidak terhitung: terbiasa dengan kebersamaan, merahmati saudara-saudara, pengertian terhadap orang lain, banyak instropeksi diri. melatih kesabaran,

Ketujuh: Mengingat keadaan para nabi

  • Nabi pantuan orang beriman dalam ibadah, ketaatan dan kekhusyuan, cinta kepada Allah, bersegera menyambut perintah Allah
  • Kisah Nabi Ibrahim As. mengenai awal syariat dalam sya’i. Ibrahim meninggalkan istrinya di sebuah lembah, yang tidak berpenghuni. Yang merupakan cikal bakal kota mekah. Istrinya mengejar Nabi Ibrahim, Nabi Ibrahim tidak menoleh kebelakang terus berjalan. Istrinya berkata apakah kamu diperintah oleh Allah untuk seperti ini. Nabi Ibrahim berkata sambil berjalan bahwa saya diperintah oleh Allah untuk pergi meninggalkan kota mekah meninggalkan istri dan anaknya. Maka istrinya berkata Kalau begitu Allah tidak akan menelantarkan kami.
  • Istri Nabi Ibrahim berlari mencari air antara bukit sofa dan marwa mencari air untuk anaknya. Sampai keluarnya air zam-zam.
  • Sehingga menjadi sumber kehidupan yaitu dengan banyakanya burung-burung yang datang kesitu. Setiap ada pengembara yang lewat, melihat tanda kehidupan dengan adanya burung-burung disekitar situ.
  • Mulai bermukim disekitar air zam-zam dan terbentuknya kota mekah.

Kedelapan: Mencontoh dan mencintai Rasulullah

  • Dalam manasik Nabi bersabda: Hendaknya kalian mengambil dariku tatacara manasi kalian.
  • Tujuannya bagaimana didalam ibadah umrah yaitu mencotoh nabi dan menjadi pengikut yang baik.

Kesembilan: Menyelisihi Kaum Musyrikin

  • Diantaranya: untuk laki-laki di tawaf kedatangan disyariatkan ditiga putaran pertama, berari-lari kecil (romal)
  • Disyariatkan membuka bahu kanan pada saat tawaf untuk laki-laki
  • Talbiyah
  • Talbiyah kaum musyrikin: ada kata kecuali sekutu yang menyerupai engkaiu.
  • Ini untuk menyelisihi kaum musyrikin

Kesepuluh: Mengingat Akhirat

  • Pakaian ihram dengan yang sama semua orang, meningatkan kita dipadang mahsyar
  • Kejadian-kejadian dahsyat di padang mahsyar: penantian, hisab, dan sebagainya
  • Sebagian ulama ketika sudah dikendaraan untuk umrah, air matanya menetes. Sesungguhnya perjalanan ku ini, mengingatkan ku akan perjalanan ku ke akhirat.
  • Doa perjalnan: maha suci allah yang menudahkan kendaraan ku ini, sebelumnya kami tidak bisa menguasainya. dan kami akan kembali kepada allah.
  • Perjalana didunia ini adalah hakikatnya perjalanan ke akhirat.

Kesebelas: Memperdalam makna persaudaraan

  • Ketemu banyak orang, melihat banyak manusia dari berbagai negara, budaya, jenis
  • Ada yang lebih lembut dan ada yang lebih kasar.

Keduabelas: Sebagai pendidikan akhlak yang mulia

  • Terkait lisan, hati, dan amalan tubuh

Ketigabelas: Menjaga sikap pertengahan

  • Tidak membawa pemahaman radikal karena yang umrah terlatih dengan sifat pertengahan.
  • Ketika tawaf tidak dikatakan semua berlari kencang, hanya mempercepat langkah dan tidak semua putaran. Sama halnya dengan syai
  • Melempar jamrah bukan dengan batu besar dan batu kecil sekali. tapi yang sedang se-ruas jari.
  • Jangan Ghulu (ektrem)

Keempat belas: Mengingat nikmat dan karunia Allah

  • Mensyurkuri nikmat Allah
  • Tidak semua orang diberi nikmat untuk beribadah Umrah, shalat di depan kabah, langsung menghadap kiblat, bermunajat kepada Allah, berdoa kepada Allah ditempat yang mustajabah, melihat berbagai keagungan agama dan syariat islam.
  • Banyak orang yang berniat untuk melaksanakan umrah tapi belum Allah mudahkan.

Keempat belas hal ini untuk melatih jiwa ketika melaksanakan ibadah Umrah. Sebab apabila kita mengingat ini, maka akan membuat umrah itu beda rasanya dari sudut kemampaatan dan kebaikan.

Syarat-Syarat Umrah

Pertama: Dalil kewajiban Umrah

  • Kewajiban ada dua: Haji dan Umrah.
  • Biasanya orang menunggu Hajinya dulu. Karena kurang biaya. Karena apabila haji bisa sekaligus umrah. (Haji Tamathu dan Haji Qiran)
  • Haji ifrad tanpa Umrah
  • Umrah bisa dilakukan kapan saja sedangkan haji di musim tertentu (wukuf 9 Djulhijah)
  • Apabila yang belum pernah umrah maka ini adalah umrah pertama yang mengangkat kewajiban
  • Sehingga apabila mengangkat kewajiban harus diperhatikan baik-baik. Sesempurna mungkin
  • Nabi memerintahkan “berumrahlah kamu” yang menunjukan kewajiban
  • Kemudian dalam Al-Quran: Sempurnakan haji dan umrah untuk Allah:

وَأَتِمُّوا۟ ٱلْحَجَّ وَٱلْعُمْرَةَ لِلَّهِ ۚ فَإِنْ

“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah….” (Al Baqarah: 196)

Kedua: Syarat-syarat kewajiban Haji dan Umrah

Pertama: Keislaman

  • Orang kafir tidak diterima

Kedua: Kewarasan

  • Karena yang tidak waras tidak ada niat

Ketiga: Baligh

  • Baligh terkait dengan syarat terangkat kewajibannya
  • Tapi mengenai pahala maka anak kecil umrahnya sah dan mendapat pahala bagi anak dan orang tuanya tapi tidak mengangkat kewajiban.
  • Apabila sudah baligh maka wajib untuk umrah lagi.

Keempat: Kemerdekaan

  • Hal ini masa dahulu apabila seorang Budak. Maka harus minta ijin dari tuannya.

Kelima: Kemampuan

  1. Harta
  2. Badan
  3. Mahram bagi Wanita
  • Apabila punya harta tapi fisiknya ngga mampu maka ngga bisa berangkat. Tapi bisa di umrahkan ke orang lain.
  • Apabila mampu fisik tapi tidak ada harta maka tidak bisa jalan juga
  • Khusus untuk perempuan ada tambahan satu syarat yaitu harus memiliki mahram
  • Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda:

Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

لَا يَحِلُّ لاِمْرَأَةٍ تُؤْمِنُ باللَّهِ وَالْيَومِ الآخِرِ، أَنْ تُسَافِرَ سَفَرًا يَكونُ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ فَصَاعِدًا، إلَّا وَمعهَا أَبُوهَا، أَوِ ابنُهَا، أَوْ زَوْجُهَا، أَوْ أَخُوهَا، أَوْ ذُو مَحْرَمٍ منها

Seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir, tidak boleh melakukan safar selama 3 hari atau lebih, kecuali bersama ayahnya, atau anaknya, atau suaminya, atau saudara kandungnya, atau mahramnya” (HR. Muslim no. 1340).

© 2022 muslimah.or.id
Sumber: https://muslimah.or.id/11123-safar-bagi-wanita-bag-1-larangan-safar-tanpa-mahram.html

  • Umrah boleh diwakilkan ke orang lain dengan syarat orang yang melakukannya harus sudah umrah. Sebagaimana sabda rasulullah:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- سَمِعَ رَجُلاً يَقُولُ لَبَّيْكَ عَنْ شُبْرُمَةَ. قَالَ « مَنْ شُبْرُمَةَ ». قَالَ أَخٌ لِى أَوْ قَرِيبٌ لِى. قَالَ « حَجَجْتَ عَنْ نَفْسِكَ ». قَالَ لاَ. قَالَ « حُجَّ عَنْ نَفْسِكَ ثُمَّ حُجَّ عَنْ شُبْرُمَةَ »

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendengar seseorang mengucapkan, “Labbaik ‘an Syubrumah (aku memenuhi panggilan-Mu, Ya Allah, atas nama Syubrumah.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Memangnya siapa Syubrumah?”

Ia menjawab, “Syubrumah adalah saudaraku atau kerabatku.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bertanya, “Engkau sudah berhaji untuk dirimu?”

Ia menjawab, “Belum.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas memberi saran, “Berhajilah untuk dirimu dahulu, barulah berhaji atas nama Syubrumah.” (HR. Abu Daud, no. 1811. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini dha’if. Syaikh Al-Albani berbeda penilaiannya, beliau menyatakan hadits ini shahih)

Sumber https://rumaysho.com/12952-badal-umrah-adakah-dalilnya.html

  • Badal bisa dari Indonesia atau yang sudah tinggal disana

Etika Perjalanan Umrah

Kesatu: Menghadirkan bahwa dirinya berada dalam perjalanan ibadah

  • Ibadah sangat penting, agar perjalanan lebih indah

Kedua: Berwasiat kepada keluarganya dan orang-orang yang dia tinggalkan agar bertakwa.

  • Wasiat taqwa

Ketiga: Meninggalkan nafkah untuk keluarganya selama dia pergi

  • Jangan sampai pergi Umrah tapi keluarganya terlantar. Karena terlalu semangat.
  • Nabi bersabda: cukuplah seseorang dikatakan berdosa apabila menelantarkan nafkah kelurganya yang dia tanggung.

Keempat: Menulis wasiat tentang utang dan piutangnya

  • Apabila punya hutang ditulis sama siapa atau menghutangkan kesiapa
  • Apabila terjadi sesuatu maka bisa ditunaikan.

Kelima: Segera bertaubat dari dosa dan kezhaliman

  • Dari awal bertaubat dari dosa dan kezhaliman yang telah dilakukan
  • Agar perjalanan ibadah dalam kondisi yang paling bagus

Keenam: Memilih nafkah yang terbaik dalam perjalanan.

  • Memilih harta dari yang paling bagus untuk perjalanan: jelas sumber kehalalannya.

Ketujuh: Memilih kawan perjalanan yang baik

  • Bisa salah jalan, kegiatan tidak bermanfaat.
  • Harus berisi orang-orang yang baik

Kedelapan: Menjaga kewajiban dan ketaatan serta meninggalkan segala hal yang diharamkan

  • Jangan sampai melakukan ibadah dengan berbagai ketaatan tapi shalat subuhnya kesiangan karena bergadang semalaman.
  • Hal yang diharamkan diperhatikan, karena banyaknya orang bercampur baur

Kesembilan: Menghiasi diri dengan akhlak yang mulia

  • Akhlak yang baik: bertutur, berbuat, bermuamalah dan berinteraksi dengan manusia.

Kesepuluh: Berdoa Ketika meninggalkan keluarga

  • DOa yang diucapkan untuk keluarga ketika meninggalkan keluraga: Saya titipkan kalian kepada Allah dan titipan disisi Allah tidak pernah terlantar.
  • Karena dititpkan kepada Allah maka untuk apa dikhawatirkan.

Doa orang yang bepergian kepada orang yang ditinggal, sebagaimana dalam hadistnya Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:

أَسْتَوْدِعُكَ اللَّهَ الَّذِي لَا تَضِيعُ وَدَائِعُهُ

Artinya: “Aku titipkan kamu kepada Allah yang tidak akan tersia-sia apa yang dititipkan kepadaNya.” (HR. Ibnu Majah 2/943 no:2825, dan dishahihkan oleh Syeikh Al-Albany dalam Shahihul Jami’ no:958)

Referensi: https://konsultasisyariah.com/947-bagaimana-doa-bepergian-dan-doa-orang-yang-ditinggal.html

Kesebelas: Membaca doa perjalanan

  • Do’a ketika sudah diatas kendaraan

الله أَكْبَرُ (3x)

سُبْحَانَ الَّذِى سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِى سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِى السَّفَرِ وَالْخَلِيفَةُ فِى الأَهْلِ اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ وَسُوءِ الْمُنْقَلَبِ فِى الْمَالِ وَالأَهْلِ

Sumber https://rumaysho.com/20918-doa-dan-bacaan-penting-saat-safar-traveling.html

Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, Allah Mahabesar.

Mahasuci Allah yang telah menundukkan untuk kami kendaraan ini, padahal kami sebelumnya tidak mempunyai kemampuan untuk melakukannya, dan sesungguhnya hanya kepada Rabb kami, kami akan kembali. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kebaikan, ketakwaan, dan amal yang Engkau ridhai dalam perjalanan kami ini. Ya Allah, mudahkanlah perjalanan kami ini, dekatkanlah bagi kami jarak yang jauh. Ya Allah, Engkau adalah rekan dalam perjalanan dan pengganti di tengah keluarga. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesukaran perjalanan, tempat kembali yang menyedihkan, dan pemandangan yang buruk pada harta dan keluarga.

Sumber https://rumaysho.com/20918-doa-dan-bacaan-penting-saat-safar-traveling.html

Keduabelas: Tidak melakukan perjalanan sendiri.

  • Berjalan sendiri makruh
  • Nabi bersabda: Andai kata seorang tahu bagaimana buruknya seseorang: dia tidak akan tidur sendirian, dan tidak akan melakukan perjalanan sendirian.

Ketigabelas: Berdoa ketika singah di suatu tempat:

  • Doa singgah di suatu tempat (baik sedang safar atau tidak), tiga kali

أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna, dari kejahatan apa yang diciptakan-Nya.”

  • Mencintai kota madinah dan Mekkah adalah bagian dari keimanan. Sebab Allah dan rsoulnya mencintai kota ini dan kita diperintah untuk mencitaninya.
  • AKan tetapi mencitintai suatu negeri lain ada syaratnya: Yaitu apabila mendekatkan diri kepada Allah.

Keempatbelas: Bertakbir ketiga menanjak

Dilakukan para nabi dan para sahabat.

Kelimabelas: Bertasbih ketika menurun

Keenambelas: Berdoa ketika memasuki kota

اَللَّهُمَّ رَبَّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَمَا أَظْلَلْنَ، وَرَبَّ اْلأَرَضِيْنَ السَّبْعِ وَمَا أَقْلَلْنَ، وَرَبَّ الشَّيَاطِيْنِ وَمَا أَضْلَلْنَ، وَرَبَّ الرِّيَاحِ وَمَا ذَرَيْنَ. أَسْأَلُكَ خَيْرَ هَـٰذِهِ الْقَرْيَةِ وَخَيْرَ أَهْلِهَا، وَخَيْرَ مَا فِيْهَا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ أَهْلِهَا وَشَرِّ مَا فِيْهَا

“Ya Allah, Tuhan tujuh langit dan apa yang dinaunginya, Tuhan penguasa tujuh bumi dan apa yang di atasnya, Tuhan yang menguasai setan-setan dan apa yang mereka sesatkan, Tuhan yang menguasai angin dan apa yang diterbangkannya. Aku mohon kepadaMu kebaikan desa ini, kebaikan penduduknya dan apa yang ada di dalamnya. Aku berlindung kepadaMu dari kejelekan desa ini, kejelekan penduduknya dan apa yang ada di dalamnya.”

Ringkasan Amalan Umrah

Di awal Niat masuk Umrah

Kesatu: Membaca Talbiyah

اَللَّهُمَّ لَبَّيْكَ عُمْرَةً

Ya Allah aku memenuhi panggilanMu untuk umroh

  • Ini dibaca di Miqot

Kedua: Ihram dari Miqat

  • Apabila dari Madinah, maka pergi kemadinah niatnya untuk berkunjung ke Mesjid Nabawi. Bukan niat untuk Umrah
  • Kemudian di niatkan untuk Umrah ke Mekkah
  • Kemudian ketika akan ke Mekah miqat di Bir Ali (Dzulhudaifah)
  • Bir Ali miqat yang paling Jauh:
  • Miqat dari Indonesia dari Ya lam-lam (arah Yaman)
  • Ihram dari Miqat adalah kewajiban Umrah
  • Apabila tidak ihram di moqat maka meninggalkan kewajiban dan harus membayar DAM

Ketiga: Tawaf

Keempat : Sai

Kelima: Tahallul

  • Begitu masuk ke ihram agar segera di selesaikan Umrahnya.
  • Etikanya ketika sampai Mekkah langsung Umrah dulu.

Rincian Amalah Umrah

Miqat

  • Miqat adalah tempat memulai melakukan Ihram
  • Ada dua amalan di Miqat: Niat masuk Ihram (rukun), dan dan tempat di miqat nya adalah kewajiban.
  • Rukun apabila ditinggalkan tidak sah ibadahya
  • Wajib apabila ditinggalkan harus bayar dam.
  • Pakai kain ihram di Jeddah adalah keliru dan harus membayar satu Dam.
  • Tempat Miqat ada 5: dari penjuru dunia mana saja tidak mungkin tidak melewati mqiat. Hal ini merupakan tanda kenabian Muhammad.
  • Miqat 1: Bir Ali (Dzulhudaifah) arah Madinah, jarank 420KM
  • MIqat 2: Datu Irq arah Iraq, Jarak 100KM
  • Miqat 3: Juhfa, arah Syam, jarak 186 KM
  • Miqat 4: Asyailul kabir, Arah Najd, paling dekat mekkah
  • Miqat 5: Ya Lam Lam, Arah Indonesia (yaman), Jarak 120KM
  • Biasanya ada Mesjid dan tempat mandi.
  • Tidak ada shalat khusus unutk ihram.
  • Biasanya sebelum perjalanan sudah siap dengan Ihram. Sehingga ketika sampai di Miqat tinggal masuk kedalam Ihram dan memulai talbiyah.

Larangan-Larangan Dalam Ihram

Kesatu: Menghilangkan Rambut

  • Termasuk mencukur, menggunting dan mencabaut
  • Termasuk rambut kaki, rambut kepala, rambut kemaluan dan ramnut hidung

Kedua: Memotong kuku

  • Kuku tangan dan kaki
  • Apabila kukunya pecah, maka boleh dipotong daripada menjadi penyakit.

Ketiga: Memakai Wangi-Wangian

  • Laki-laki dan perempuan

Keempat: Menutup kepala, menutup wajah, memakai kaos tangan.

  • Tidak boleh menutup kepala buat laki-laki
  • Perempuan tidak boleh menutup wajah pada saat ihram. Kecuali apabila ada orang yang bukan mahram maka boleh ditutup wajahnya pakai tangannya ata pakai kain dari jilbabnya. Tapi tdak boleh menutup cadar khusus.
  • Biasanya yang pakai niqab, ada yang penutup wajah yang bisa dibuka tutup yang bagian dari jilbab. Tapi tidak memakai cadar khusus.
  • Tidak boleh pakai kaos tangan untuk perempuan. Apabila mau disembunyikan bisa disembunyikan dibawah jilbabnya.

Kelima: Memakai kain yang disambung dengan jahitan.

  • Untuk laki-laki
  • Sarung sudah ada jaitannya. Jadi tidak boleh
  • Celana dalam tidak dilarang apabila tidak ada sambungan jahitannya.
  • Kain irhram dengan kancing atau peniti. Hal ini sebaiknya ditinggalkan.

Keenam: Membunuh hewan buruan

  • Nabi dari Madinah ke Mekah delapan hari perjalanan.
  • Hewan buruan disekitar: Rusa, kambing liar, burung. Banyak merpati di sekitar Haram, tidak boleh ditangkap dandisembelih
  • Tidak termasuk: nyamuk, lalat, cicak ular.

Ketujuh: Melakukan Akad Nikah

  • Ta’aruf diperbolehkan
  • Melamar diperbolehkan
  • Ada tradisi sebagian negara yang menikah di Mekkah setelah selesai Umrah

Kedelapan: Melakukan hubungan suami istri

  • Melakukan hubugnan suami istri pada saat Ihram.

Kesembilan: Bermesreaan dengan syahwat

  • Bermeseraan dengan syhawat: memeluk, mencium
  • APabila hanya menyentuh, gandeng tangan istri, mencium kening untuk berterima kashih maka tidak apa-apa.

Kaidah dalam Pelanggaran

Kaidah Pertama: Pelanggaran secara sengaja tanpa udhur

  • Berdosa
  • Harus bayar fidyah (denda)

Kaidah Kedua: Pelanggaran secara sengaja tapi karena udhur

  • Misalnya: Ada sahabat yang kepalanya sudah banyak kutu berjatuhan, sangant menganggu, maka dicukur rambutnya.
  • Tidak berdosa
  • Wajib membayar fidyah

Kaidah Ketiga: Lupa, tidak tahu hukum, terpaksa, atau tertidur

  • Tidak ada dosa
  • Tidak ada kewajiban membayar fidyah
  • Misalnya tertidur dengan menutup kepala
  • Udhur: Jahil, tidak sadar, dan terpaksa.

Kaidah dalam Fidyah (denda)

Kaidah kesatu: Tidak ada Fidyah

  • Akad nikah
  • Berdosa tapi tidak bayar fidyah

Kaidah kedua: Fidyah dengan seekor unta

  • Apabila melakukan hubungan suami istri sebelum tahalul.
  • Pada pembahasan haji, memotong seekor unta. Hajinya batal, dan harus diulangi tahun depan
  • Ini yang paling berat
  • Apabila pada Umrah maka menyembelih seekor sapi
  • Ada 3 konsekuensi: Umrahnya batal, Umrahnya wajib dilanjutkan sampai selesai, Wajib umrah baru lagi. Dan dendanya harus memotong seekor kambing

Kaidah ketiga: Fidyah dengan semisal dengannya

  • Membunuh hewan buruan
  • Apabila membunuh merpati maka dendannya kambing
  • Apabila menyembelih burung unta maka dendanya unta
  • Apabila menyembelih seekor Dibe (yang ada dilereng-lereng), maka dendanya seekor sapi.

Kaidah keempat: Selain dari 3 ini, berlaku 3 jenis fidyah, salah satu dari 3 pilihan

  • Hal ini umum untuk semua pelanggaran
  • Yaitu: menyembelih seekor kambing, memberi makan 6 orang miskin masing-masing setengah sho’ atau berpusa 3 hari berutrut-turut.

Rukun Umrah

  • Rukun apabila dirtinggalkan maka tidak sah umrahnya

Kesatu: Niat Masuk kedalam Ihram

Kedua: Thawaf

Ketiga: Sai

Wajib Umrah

  • Wajib apabila ditinggalkan maka membayar fidyah.

Kesatu: Berihram dari Miqot / tanah halal

  • Penduduk mekah yang inign melalukan umrah, tidak usah pergi ke miqot tapi cukup ke tanah halal seperti: Tan’im, Ji’ronnah, Arafah.

Kedua: Mencukur rambut

  • Tahalul
  • Laki-laki afdhol gundul, Nabi mendoakan orang yang gundul 3 kali.
  • Perempuan membagi rambutnya menjadi tiga kepang, kemudian disetiap kepangnya, diambil satu ruas jari.

Thawaf

  • Tiba di mekkah disunnahkan untuk mandi
  • Menuju masjidil haram
  • Baca doa masuk mesjid ada dua doa. Boleh dibaca salah satu

اَللَّهُمَّ افْتَحْ لِيْ أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ

“Ya Allah, bukalah pintu-pintu rahmatMu untukku.

  • Begitu melihat Kabah disunnahkan membaca:

اللهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ، فَحَيِّنَا رَبَّنَا بِالسَّلَامِ

Ya Allah sesungguhnya Engkau adalah As-Salaam (Yang suci/selamat dari segala aib dan kekurangan), dan dariMu-lah keselamatan, maka sambutlah kami wahai Rab kami dengan keselamatan 

  • Menju Kab’bah untuk melakukan thawaf
  • Untuk laki laki ber’itiba yaitu membuka pundak dan lengan kanan. Dibuka pada saat mau tawaf
  • Melakukan Thawaf tujuh putaran dimulai dari Hajar Aswad
  • Ka’bah pernah banjir kemudian dibangun lagi. Tapi karena musim paceklik dananya kurang.
  • Hijir ismail termasuk ka’bah.
  • Setelah penaklukan mekkah Nabi Muhammad tidak membangun kembali karena dikahwatirkan tersinggung orang-orang Mekkah yang baru masuk islam.
  • Pernah dibangun lagi ketika masa Abdullah Bin Zubair.
  • Ketika Abdullah bin Zubair di kudeta, maka ka’bah dikembalikan lagi dengan hijir ismail.
  • Dan sampai hari ini tidak berubah lagi
  • Imam Malik: Jangan sampai ka’bah menjadi permainan dari para raja-raja. Yaitu dengan merubah-merubah bangunanya.
  • Shalat 5 waktu tidak sah di hijir ismail karena shalat 5 waktu harus menghadap ke ka’bah, bukan menghadap kabah.
  • Shalat sunnah diperbolehkan di hijir ismail.
  • Thawaf tidak sah apabila masuk ke hijir ismail.
  • Ketika tawaf kabah disebelah bahu kiri kita
  • Putaran pertama dari Hajar Aswad.
  • 4 sudut kabah: hajar aswad, rukun syami 2 sudut, rukun yamani.
  • Ketika sampai hajar aswad baca bismillahi Allahu Akbar atau Allahu Akbar
  • Sampai rukun Yamani sampai hajar aswad membaca:

فَإِذَا قَضَيْتُم مَّنَـٰسِكَكُمْ فَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ كَذِكْرِكُمْ ءَابَآءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًۭا ۗ فَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى ٱلدُّنْيَا وَمَا لَهُۥ فِى ٱلْـَٔاخِرَةِ مِنْ خَلَـٰقٍۢ ٢٠٠

Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berzikirlah (dengan menyebut) Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu 1, atau (bahkan) berzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia”, dan tiadalah baginya bagian (yang menyenangkan) di akhirat.

وَمِنْهُم مَّن يَقُولُ رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى ٱلدُّنْيَا حَسَنَةًۭ وَفِى ٱلْـَٔاخِرَةِ حَسَنَةًۭ وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ ٢٠١

Dan di antara mereka ada orang yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka” 

  • Di tempat lain: baca doa, dzikir, quran dan lain-lain tidak ada bacaan khusus disetiap putaran.
  • Siap kan doa ketika di Indonesia
  • Ada orang yang mebuatkan list doa, nanti setelah umrah ditunggu mana doa yang telah di kabulkan di checklist. Ini bagus karena memang ada persiapan
  • Setiap putaran disunnahkan mencium hajar aswad, atau dipengang kemudian dicuium tangan, atau disentuh tongkat kemudian dicum tongkatnya, atau dengan isyarat melambaikan satu tangan keatas. Tidak usah berhenti ketika melewati ahajr aswad.
  • Mencium hajar aswad hukumnya sunnah. Jangang mendzalimi orang
  • Mencium hajar aswad dalam rangkaian tawaf. TIdak disyariatkan keitka tidak tawaf, kurang tepat.
  • DI putaran ketujuh tidak usah mencium atau isyarat kepada hajar aswad. Tapi bila dilakukan tidak apa-apa
  • Untuk laki-laki putrasan 1 sampai 3 disyariatkan lari-lari kecil (romal). Apabila dengan istrinya takut ketinggalan, maka jalan juga tidak apa-apa
  • Selesai thawaf laki-laki ditutup lagi bahunya karena akan shalat di belakang makam ibrahim
  • Makam ibrahaim bukan kuburuan ibrahim tetapi tempat pijakan kaki nabi ibrahim ketika membangun kabah
  • Disyaraitka shalat tawaf dibelakang makam ibrahim apabila memungkinakan. Boleh salat dimana saja paabila tidak memungkinkan.
  • Shalat tawaf diperinkgas yaitu membaca al kafirun dan al ikhlas sebab nabi melakukan seperti itu.
  • Tempat mustajab berdoa yaitu multazam antara hajar aswad ke pintu kabah. Di mulatazam yaitu berdoa sambil tawaf. Tidak disyaratikan diluar tawaaf.
  • Setelah shalat sunah dua rakaat disyaratikan kemabili mencium hajar aswad. Apabila tidak bisa mencium maka bisa dilewatkan. Dan tidak bisa diganti dengan isyarat.
  • Dilarang mengusap-ngusap kabah. Yang disentuh hanya rukun yamani dan hajar aswad
  • Ketika menuju maqam ibrahim membaca : watkhidu mimaqomi ibromi musla

وَإِذْ جَعَلْنَا ٱلْبَيْتَ مَثَابَةًۭ لِّلنَّاسِ وَأَمْنًۭا وَٱتَّخِذُوا۟ مِن مَّقَامِ إِبْرَٰهِـۧمَ مُصَلًّۭى ۖ وَعَهِدْنَآ إِلَىٰٓ إِبْرَٰهِـۧمَ وَإِسْمَـٰعِيلَ أَن طَهِّرَا بَيْتِىَ لِلطَّآئِفِينَ وَٱلْعَـٰكِفِينَ وَٱلرُّكَّعِ ٱلسُّجُودِ ١٢٥

Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebagaian maqām Ibrāhīm1 tempat salat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrāhīm dan Ismā`īl, “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, yang iktikaf, yang rukuk, dan yang sujud”.

  • Setelah tawaf minum air zam-zam. baca doa minum air zamzam:

Tidak ada doa khusus yang datang dari Nabi, silahkan berdoa dengan doa apa saja karena Nabi shallallahu álaihi wasallam bersabda, “Air zamzam untuk niat meminumnya”

Akan tetapi diriwayatkan dari Ibnu Ábbas ketika minum zamzam ia berdoa

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا وَاسِعًا وَشِفَاءً مِنْ كُلِّ دَاءٍ

“Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepadaMu ilmu yang bermanfaat, rizki yang lapang, dan kesembuhan dari segala penyakit” (

Sa’i

  • Menuju bukit shafa untuk Sa’i membaca (sambil berjalan):

۞ إِنَّ ٱلصَّفَا وَٱلْمَرْوَةَ مِن شَعَآئِرِ ٱللَّهِ ۖ فَمَنْ حَجَّ ٱلْبَيْتَ أَوِ ٱعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَن يَطَّوَّفَ بِهِمَا ۚ وَمَن تَطَوَّعَ خَيْرًۭا فَإِنَّ ٱللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ ١٥٨

Sesungguhnya Shafā dan Marwa adalah sebagian dari syiar Allah1. Maka barang siapa yang beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sai antara keduanya2. Dan barang siapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri3 kebaikan lagi Maha Mengetahui. (Al Baqarah: 158)

  • Di mulai dari shofa berdasarkan ayat.
  • Kemudian begitu di bukit sofa membaca:

أَبْدَأُ بِمَا بَدَأَ اللهُ بِهِ

“Aku mulai dengan apa yang Allah mulai terlebih dahulu” (HR Muslim no 1218).

  • Membaca 3 x dzikir dan 2 x doa:

Kemudian beliau mulai dengan naik ke bukit Shafa, hingga beliau melihat Ka’bah. Lalu menghadap kiblat, membaca kalimat tauhid, bertakbir 3x, lalu membaca:

لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ أَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ

Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, Yang Maha Esa, Tiada sekutu bagiNya. BagiNya kerajaan dan pujian. Dialah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, Yang Maha Esa, yang melaksanakan janjiNya, membela hambaNya (Muhammad) dan mengalahkan golongan musuh sendirian.

Kemudian beliau berdoa. Beliau membacanya (dzikir di atas dan doa) sebanyak 3x. Di dalam hadits tersebut dikatakan, Nabi Shallallahu’alaihi wasallam juga membaca di Marwah sebagaimana beliau membaca di Shafa.

  • Di sofa bisa langsung lihat kiblat akan tetapi di marwa lihat garis saf shalat.
  • Sa’i berjalan kemudian doa apa saja, yang disyariat kan doa berikut:

إِنَّ رَبِّ اغْفِرْ وارْحَمْ ، إنَّكَ أنْتَ الأَعَزُّ الأكْرَمُ

“Ya Rabb, Ampunilah dan rahmatilah aku, sesungguhnya Engkau Maha Perkasa lagi Maha Mulia”

  • Pada saat melewati dua lampu hijua, untuk laki-laki berlari secepat mungkin. Nabi bersabda: “Lembah ini tidak bisa dilewati kecuali dengan berlari kencang”.
  • 7 kali dengan cara, dimulai dari sofa ke marwa 1, kemudian dari marwa ke sofa 2, dan seterusnya. Sehingga 7 berada di marwa.
  • Apabila ragu lebih atau kurang (6 atau 8), maka Apabila dugaan terbesar nya 8 maka sudah selesai. Atau apabila ragu maka yang diambil yang pasti yaitu 6. Jadi harus ditambah satu lagi. Sama hal nya dengan thawaf.

Tahallul

  • Potong rambut tidak mesti di tempat sai
  • Ada tukang cukur bisa tanya mau botak atau pendek.
  • Laki-laki afdhal di gundul.
  • Perempuan bagi 3 kepang kemudian dipotong seruas jari disetiap kepang.

Tata Cara Ziarah Masjid Nabawi

  • Perjalanan dalam niat ibadah hanya di ijinkan untuk tiga mesjid saja: Masjidil Haram, Madinah, dan Al-Aqsa
  • Nabi bersabda: tidak boleh dilakukan perjalanan safar menuju tempat ibadah kecuali pada tiga mesjid: mesjidil haram, masjid ar rasul, dan majidul aqsa.
  • Contoh tidak boleh melakukan perjalanan dari Maksar ke Mesjid istiqlal Jakarta khusus untuk itikaf.
  • Tujuan asal ke Madinah adalah ziarah ke Masjid Nabawi. Apabila sudah sampai disana dibolehkan mengikut ketempat lain
  • Ada 4 yang bisa mengikut: Ziarah ke kuburan Nabi, Kuburan Baqi, Kuburan Uhud, dan ziarah ke mesjid quba.
  • Apabila ada yang niat dari Indonesia untuk ke mesjid Quba, Nabi melarang.
  • Apabila kunjungan dalam rangka jalan-jalan, tidak apa-apa, seperti kebun kurma atau gunung magnet.
  • Pada saat masuk mesjid baca doa masuk mesjid.
  • Shalat sunnah paling afdhol di rawdha. Antara rumah nabi dan mimbar. Akan tetapi shalat 5 waktu afdalnya di shaf pertama.
  • Berkunjung ke kuburan nabi, harus beradab: jangan diangkat suara, yang terdapat di al-quran yang berlaku ketika beliau hidup dan meninggal.

Adapun tata caranya maka sebagai berikut :

  • Ia berdiri menghadap kuburan Nabi shallallahu álaihi wasallam dengan penuh adab dan suara yang rendah lalu mengucapkan salam kepada Nabi([2]) dengan berkata

السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.

“Keselamatan atasmu wahai Rasulullah dan rahmat Allah serta keberkahanNya atasmu”

Tidak mengapa jika ia menambahkan dengan perkataan

السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا سَيِّدَ المْرُسْلَيْنَ وَإِمَامَ الْمُتَّقِيْنَ أَشْهَدُ أَنَّكَ قَدْ بَلَّغْتَ الرِّسَالَةَ وَأَدَّيْتَ الْأَمَانَةَ وَنَصَحْتَ الْأُمَّةَ وَجَاهَدْتَ فِيْ اللهِ حَقَّ جِهَاِدِهِ، فَجَزَاكَ اللهُ عَنْ أُمَّتِكَ أَفْضَلَ مَا جَزَي نَبِيٌّ عَنْ أُمَّتِهِ

“Kesalamatan atas anda wahai penghulu para rasul dan pemimpin orang-orang yang bertakwa, aku bersaksi bahwasanya engkau telah menyampaikan risalah Allah, engkau telah menunaikan amanah, engkau telah menasehati umat, dan engkau telah berjihad di jalan Allah dengan jihad yang sesungguhnya. Semoga Allah membalas kebaikanmu atas umatmu dengan balasan yang terbaik yang diberikan kepada seorang nabi atas umatnya”

Dan tidak mengapa jika ditambah sholawat kepada Nabi. ([3])

  • Lalu ia bergeser sedikit ke kanan (sekitar setengah langkah) lalu ia mengucapkan salam kepada Abu Bakar dengan berkata

السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا أَبَا بَكْرٍ الصِّدِّيْقِ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

“Keselamatan atasmu wahai Abu Bakar as-Siddiiq dan rahmat Allah serta keberkahanNya atasmu”

Dan tidak mengapa jika ia tambahkan perkataan :

السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا خَلِيْفَةَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَثاَنِيَهُ فِي الْغَارِ، جَزَاكَ اللهُ عَنَّا وَعَنِ الإِسْلاَمِ وَالْمُسْلِمِيْنَ خَيْرَ الْجَزَاءِ

“Keselamatan atas mu wahai khalifah (penerus) Rasulullah shallallahu álaihi wasallam, orang yang kedua bersama Nabi di Gua (Tsaur), semoga Allah memberi ganjaran bagimu atas jasamu terhadap kami, terhadap Islam dan kaum muslimin dengan ganjaran yang terbaik”

  • Lalu ia bergeser sedikit ke kanan (sekitar setengah langkah([4])) lalu ia mengucapkan salam kepada Umar bin al-Khotthob dengan berkata

السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا عُمَرُ الْفَارُوْقُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

“Keselamatan atasmu wahai Umar al-Faaruuq (sang pembeda antara kebenaran dan kebatilan) dan rahmat Allah serta keberkahanNya atasmu”

Dan tidak mengapa jika ia tambahkan :

السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا ثَانِيَ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنِ، جَزَاكَ اللهُ عَنَّا وَعَنِ الإِسْلاَمِ وَالْمُسْلِمِيْنَ خَيْرَ الْجَزَاءِ

“Keselamatan atas mu wahai khalifah yang kedua dari para al-Khulafaa’ ar-Rosyidin, semoga Allah memberi ganjaran bagimu atas jasamu terhadap kami, terhadap Islam dan kaum muslimin dengan ganjaran yang terbaik”

  • Setelah memberi salam kepada Nabi, Abu Bakar, dan Umar maka hendaknya langsung pergi dan tidak menetap di situ untuk memberikan kesempatan kepada jamaáh yang lainnya yang ingin memberi salam kepada Nabi dan kedua sahabatnya
  • Jangan mengusa-ngusap
  • Berdoa menghadap kilat bukan ke kuburuan.
  • Sunnah berziarah : baqi dan gunung uhud untuk laki-laki. Untuk ibu-ibu tidak ada acara ziarah kubur. Tapi apabila dalam perjalanan satu bus, maka bapa-bapa saja yang turun. Ibu-ibu di mobil saja.
  • Sunah masuk ke kuburuan membaca doa:

اَلسَّلَامُ عَلَى أَهْلِ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَيَرْحَمُ اللَّهُ الْمُسْتَقْدِمِيْنَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِيْنَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لَلَاحِقُوْنَ

“Semoga keselamatan atas kalian, wahai penghuni kubur, dari kaum mukminin dan muslimin. Semoga Allah merahmati orang-orang yang mendahului kita dan yang datang belakangan([1]). Sesungguhnya kami insya Allah akan menyusul kalian.”([2])

Wallahu Ta’ala ‘Alam

Surat Al-An’am Ayat 82: Keutamaan Tauhid adalah Rasa Aman Dunia dan Akhirat

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab TauhidPenulis: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah

Bab 1: Keutamaan Tauhid dan Dosa-Dosa yang dapat dihapuskan oleh Tauhid

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَلَمْ يَلْبِسُوٓا۟ إِيمَـٰنَهُم بِظُلْمٍ أُو۟لَـٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ

Firman Allah Ta’ala, “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al-An’am: 82)

Dari keutamaan para sahabat ketika ayat turun atau hadits yang pertama kali diperiksa adalah diri mereka sendiri, tidak ditujukan kepada orang lain. Mereka merasa dirinya ada berbuat dhalim pada diri sendiri.

Nabi menafsirkan ayat dengan ayat lain. Ada pelajaran metode pendalilan.

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu, beliau berkata “Tatkala (Al-An’am ayat 82) turun, kami bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapa di antara kami yang tidak menzhalimi dirinya?’ Beliau bersabda “Ayat itu bukanlah sebagaimana perkataan kalian, melainkan bahwa “tidak mencampuradukan keimanan mereka dengan kezhaliman” (yaitu) kesyirikan. Tidaklah kalian mendengar ucapan Luqman kepada anaknya “Wahai anaku, janganlah engkau berbuat kesyirikan (karena) kesyirikan adalah kezhaliman yang terbesar”

وَإِذْ قَالَ لُقْمَـٰنُ لِٱبْنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَـٰبُنَىَّ لَا تُشْرِكْ بِٱللَّهِ ۖ إِنَّ ٱلشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌۭ ١٣

“Dan (ingatlah) ketika Luqmān berkata kepada anaknya pada waktu ia memberi pelajaran kepadanya, “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. (Luqman: 13)

Sehingga apabila tidak mencampuradukan iman dengan kesyirikan, maka dijamin untuknya dua hal yaitu keamanan dan mendapat hidayah.

Hubungan antara Hadits dengan Bab Tauhid

Setelah pada Bab pertama menerangkan kewajiban dan makna tauhid, pada bab ini, (penulis) menerangkan keutamaan tauhid, dampak-dampak baik (tauhid), dan hasil-hasil (tauhid) yang indah, yang diantaranya adalah penghapusan dosa-dosa. Hal ini dilakukan oleh penulis untuk memberikan dorongan dan motivasi kepada tauhid.

Hal ini menjadikan lebih mendalam, yaitu setelah dijelaskan hukumnya, maka pada bab ini dijelaskan keutamaannya. Terkadang mengenal hukum lebih penting sebelum keutamaan. Seperti pada ayat:

Dalam hal ini orang beriman dipanggil, untuk diwajibkan berpuasa. Baru setelah dijelaskan keutamannya yaitu agar bertakwa.

Sama halnya dalam hadist Ustman bin Affan, Nabi mengajarkan berwudhu yaitu dengan memperagakan bagaimana berwudhu yaitu dari cuci telapak tangan sampai kaki. Setelah Nabi menjelaskan hukum dan tata cara berwudhu, baru Nabi menjelaskan keutamannya pengampunan dosa.

Dijelaskan hukum agar terikat hatinya, setelah dijelaskan keutamannya maka akan dilaksanakan dengan segera. Sebaliknya apabila dijelaskan keutamaannya dulu tanpa tahu hukumnya maka tidak ada yang mengikatnya sehingga tidak ada dorongan untuk melaksanakannya. Ini adalah kekeliruan sebagian kelompok yang mengajarkan fadhail amal saja akan tetapi tidak dijelaskan hukum-hukumnya. Sehingga tidak tahu tata cara ibadah yang benarnya seperti shalat, puasa, mengenai tauhid. Karena yang dipikirkan hanya keutamaan saja.

Pada satu masa apabila jenuh, maka akan menurunkan semangatnya karena tidak tahu hukumnya. Berbeda dengan orang yang diikat hukum, apabila turun semangat dia tahu ada ikatannya yaitu kewajiban.

Definisi kata-kata penting:

Bab adalah tempat masuk, yaitu nama untuk sekumpulan ilmu yang didalamnya terdapat pasal-pasal.

Amanu: orang yang beriman, yaitu yang membenarkan dengan hati mereka, mengucapkan dengan lisan mereka dan beramal dengan anggota badan mereka. Dan puncak dari semua itu adalah Tauhid.

Dholim secara makna meletakan sesuatu bukan pada tempatnya. Kesyirikan disebut kedholiman karena kesyirikan meletakan ibadah bukan pada tempatnya. Dan memalingkan ibadah tersebut kepada yang tidak berhak.

Keamanan: ketenangan jiwa dan hilangnya rasa takut.

Orang yang dapat petunjuk: orang-orang yang mendapat taufik berjalan diatas sirath al mustaqim.

Makna Ayat Secara Global

Allah Subhanahu mengabarkan bahwa orang-orang yang ikhlas dalam beribadah hanya kepada Allah semata dan tidak menodai tauhidnya dengan kesyirikan, merekalah orang-orang yang mendapatkan keamanan dari rasa takut dan hal-hal yang tidak menyenangkan pada hari kiamat. Mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk untuk berjalan diatas ash-shirath al-mustaqim di dunia.

Pengaruh tauhid memberi keamanan pada hari kiamat.

Nabi Ibrahim ketiga membangun kota mekah:

Faedah Ayat

  1. Keutamaan tauhid dan buah (tauhid) yang dapat dipetik di dunia dan di akhirat.
  2. Bahwa syirik adalah kezhaliman yang membatalkan keimanan kepada Allah, jika berupa syirik besar, dan mengurangi keimanan, jika berupa syirik kecil.
    • Kedholiman ada tiga: kesyirikan, dosa selain syirik antara hamba dan Allah, antara sesama makhluk.
    • Syirik besar membatalkan keimanan
    • Syirik kecil mengurangi keimanan. Syirik kecil lebih besar dari dosa besar: mencuri, berjina, membunuh. Karena syirik kecil terkait dengan hak Allah adapun dosa besar terkait antara pelaku dengan Allah bukan pada Ibadah atau antara pelaku dengan orang lain.
  3. Bahwa syirik adalah dosa yang tidak diampuni
    • Apabila berbuat kesyirikan maka tidak ada keamanan. Maka kesyirikan itu tidak diampuni.
  4. Kesyirikan megakibatkan ketakutan di duina dan di akhirat.

Wallahu A’lam