Kitab Syarah Bulugul Maram Penulis: Abdullah bin Abdurahman Al Bassam
Bab Shalat Jama’ah dan Imamah (Menjadi Imam)
Pendahuluan
Disebut Jama’ah karena berkumpulnya orang-orang untuk melakukan shalat dalam satu waktu dan tempat.
Pendapat Shalat Jama’ah hukumnya Sunnah
Imam yang tiga, yakni Abu Hanifah, Malik dan Asy-Syafi’i berpendapat, Bahwa shalat jama’ah hukumnya sunnah, tidak wajib, berdasarkan keterangan yang tedapat dalam Ash-Shahihain “Shalat jama’ah lebih utama dua puluh lima derajat daripada shalat sendirian“.
Jadi shalat jamaah itu mengandung keutamaan. Dan Nabi ﷺ pun tidak mengingkari dua laki-laki yang mengatakan, “Kami sudah shalat di rumah kami“
Pendapat Shalat Jama’ah hukumnya Wajib
Imam Ahmad berpendapat, “Shalat jama’ah hukumnya wajib untuk shalat yang lima waktu bagi laki-laki mukalaf”. Pendapat ini pun dilontarkan oleh ulama salaf dari kalangan sahabat dan tabi’in.
Dalil mereka: Keterangan yang terdapat di dalam Shahih Bukhari dan Muslim yang bersumber dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, Nabi ﷺ bersabda “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya. Sungguh aku pernah bertekad memerintahkan agar dikumpulkan kayu bakar ….” hingga akhir hadits
Diriwayatkan, bahwa ada sesorang laki-laki buta yang meminta izin kepada beliau untuk shalat di rumahnya karena tempatnya jauh, namum beliau ﷺ mengatakan “Aku tidak menemukan rukhshah (dispensasi) bagimu (HR. Abu Daud 553).
Syaikhul Islam menegaskan dengan mengatakan, “Sesungguhnya berjama’aah itu merupakan syarat sahnya shalat, maka shalat menjadi tidak sah tanpa berjama’ah”
Al Muwaffaq Ibnu Qaddamah mengatakan, “Kami tidak mengetahui ada seseorang yang mengharuskan mengulangi shalat pada orang yang sudah melaksanakan secara sendirian.
Ibnul Qayyim mengatakan, “Orang yang sungguh – sungguh mengamati As-Sunnah akan jelas baginya bahwa melakukan shalat berjama’ah di masjid hukumnya wajib bagi setiap orang, kecuali yang berhalangan sehingga membolehkannya meninggalkan jama’ah”.
Syaikh Taqiyyudin mengatakan, “Shalat di masjid merupakan simbol dan ciri agama yang terbesar, maka meninggalkannya berarti menghapus jejak shalat”.
Hikmah Shalat Berjama’ah di Masjid
Allah ﷻ telah mensyariatkan bagi umat Muhammad ﷺ perkumpulan-perkumpulan yang diberkahi pada waktu-waktu tertentu.
Diantaranya pada shalat-shalat fardhu, yang mana para warga kampung berkumpul di satu masjid, saling berkenalan dan saling bersatu
Pada shalat Jum’at dimana warga negeri atau warga kampung berkumul di masjid besar dengan tujuan yang mulia
Pada setia tahun: shalat Idul Fitri dan Idul Adha yang mana warga berkumpul disatu lapangan
Berkumpul para duta kaum muslim dari pelbagai penjuru dunia di Arafah dan semua tempat pelaksanaan haji, untuk bekerjasama, persatuan, musywarah, tukar pikiran, dan pendapat, yang semuanya itu mendatangkan kebaikan dan keberkahan bagi kaum muslim.
Diantara faidah: persatuan dan saling mengenal, pengajaran yang jahil oleh yang alim, persaingan dalam amal-amal yang baik, simpati yang kuat terhadap yang lemah, simpati yang kaya terhadap yang miskin, dan sebagainya.
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.
Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid, Penulis: Dr. Shalih bin Fauzan Al-FauzanHafidzahullah
Bab 1: Keutamaan Tauhid dan Dosa-Dosa yang dapat dihapuskan oleh Tauhid
5. Hadist dari Anas bin Malik mengenai Allah mengampuni orang yang meninggal tidak berbuat syirik
Dalam riwayat At-Tirmidzy – beliau menghasankannya – (disebutkan): Dari Anas رضي الله عنه (beliau berkata), “Saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:
“Allah Ta’ala berfirman, ‘ Wahai anak Adam, seandainya engkau datang kepada-Ku dengan dosa sepenuh bumi, (tetapi) kemudian engkau meninggal (dalam keadaan) tidak berbuat syirik sedikitpun kepada-Ku, niscaya Aku memberikan ampunan sepenuh bumi pula kepadamu'”.
Ini adalah hadist Illahi atau hadits qudsy. Hadist yang disandarkan kepada firman Allah ﷻ tapi bukan dari ayat Al-Quran melainkan dari sabda Nabi meriwayatkan dari Allah ﷻ.
Biografi
Anas adalah Anas bin Malik bin An-Nadhr Al-Anshary Al-Kharzrajy, pelayan Rasulullah ﷺ yang melayani beliau selama sepuluh tahun.
Ibu nya Anas, cerdas, dengan menitipkan anaknya Anas kepada Rasulullah ketika Rasulullah di Madinah. Hal ini merupakan jasa seorang Ibu yang menitipkan anaknya, yang walaupun sebagai pelayanan, tetapi yang didapatkan adalah Ilmu dari Rasulullah.
Status sosial tidak menjadikan hina apabila mempunyai ilmu yang banyak. Tidak dilihat bagaimana prosesnya mendapatkan ilmu tersebut.
Kisah Ahli hadits yang menyamar jadi pengemis.
Kisah Imam Ahmad di penjara rumah, beliau tidak bisa mengajar di mesjid. Disebutkan riwayat terkait ahli hadits yang terkenal berasal dari negeri Andalus, namanya Baqi Ibnu Mahlat. Ketika datang ke Baghadad tidak bisa menjumpai Imam Ahmad karena Imam Ahmad dipenjara di rumahnya dijaga oleh pihak keamanan. Maka Baqi menyamar menjadi pengemis mendatangi rumah-rumah sampai ke rumah Imam Ahmad. Pihak keamanan tidak menghiraukan pengemis masuk. Kemudian menemui Imam Ahmad dan diberi 5 sampai 10 hadits. Kemudian besoknya datang lagi.
Anas menjadi sahabat yang ke-3 yang paling banyak meriwayatkan hadits.
Rasul pernah mendoakan,
“Ya Allah perbanyaklah harta dan anak-anaknya serta masukanlah ia ke dalam surga”
Ketika Anas tinggal di Basrah menjadi orang yang paling banyak hartanya dan banyak anaknya (hampir 100).
Beliau meninggal pada 92 H, tetapi ada pula yang mengatakan pada 93 H dalam usia lebih dari seratus tahun.
Penjelasan Kalimat dalam Hadits
Qurab atau Qirab tetapi lebih mahsyur dengan Qurab, artinya sepenuh bumi atau hampir memenuhi bumi.
Apabila engkau berjumpa dengan Ku dengan tidak mengerjakan kesyirikan sedikitpun. Artinya apabila meninggal tanpa berbuat kesyirikan. Ini adalah syarat pada janji yang disebutkan, yaitu untuk mendapatkan kemampuan.
Magfirah, adalah dari kata al-ghafar, bermakna tabir atau tirai. Secara syari’i artinya adalah Allah melewatkan, menutup dan memaafkan kesalahan hambanya. Yaitu dibiarkan atau dilewatkan atau tidak dipermasalahkan.
Makna Hadits Secara Global
Nabi ﷺ mengabarkan dari Allah ﷻ bahwa (Allah) berbicara kepada hamba-hambanya dan menjelaskan kepada mereka tentang keluasan karunia dan rahmat-Nya dan bahwasannya Allah akan mengampuni dosa-dosa sebanyak apapun selama bukan dosa syirik. Hadits ini memlilki makna seperti firman Allah ﷻ :
“Sesungguhnya Allah tidaklah mengampuni dosa kesyirikan, tetapi Dia mengampuni dosa-dosa selain (kesyirikan) itu bagi siapa saja yang Dia kehendaki” (An-Nisa: 116)
Hal ini berkaitan dengan orang yang meninggal dan belum bertobat dari dosa syiriknya, maka Allah tidak akan mengampuni. Akan tetapi apabila berbuat syirik dan bertobat sebelum meninggal, maka Allah akan mengampuni.
Hubungan antara Hadits dengan Bab
Bahwa pada hadist ini terdapat dalil tentang banyaknya pahala tauhid, dan bahwa tauhid akan menghapus dosa-dosa sebanyak apapun.
Pokok harta dan keberuntungan sesunggunhnya ada pada Tauhid. Apabila sudah punya tauhid maka jaminan keselamatannya dan menghapuskan dosa.
Faedah Hadits
Keutamaan dan banyaknya pahala tauhid
Tauhid banyak keutamaan dan pahalanya tidak terkira.
Tauhid adalah sumber amalan shaleh
Ada yang keliru memperbanyak amalan shalat sunnah, sedekah, puasa sunnah akan tetapi meninggalkan hal yang lebih besar yaitu tauhid.
Seluruh ibadah yang apabila dihadirkan tauhid maka pahalanya akan berlipat ganda.
Amalan kecil yang dilakukan seorang yang bertauhid maka menjadi besar
Diantara orang yang bertauhid berjenjang besarnya amalan tergantung kualitas tauhidnya.
Ada yang bermalan besar bisa menjadi kecil bahkan tidak ada pahalanya. Ini berkaitan dengan tauhidnya.
Keluasan karunia Allah, kebaikan, rahmat, dan pemaafan-Nya.
Keluasan karunia dan rahmat Allah dimana orang yang berdosa sepenuh bumi tapi diberi pengampunan juga dengan sepenuh bumi.
Bantahan terhadap Khawarij yang mengafirkan pelaku dosa besar selain kesyirikan.
Khawarij mengkafirkan secara serampangan tanpa haq, yaitu tidak sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah.
Adapun pengkafiran dengan haq yaitu sesuai Al-Qur’an dan sunnah, maka itu benar. Seperti orang yang murtad.
Rasulullah bersabda “Syafaatku berlaku untuk pelaku dosa besar dari umatku”. Andaikata pelaku dosa besar kafir, maka Nabi tidak akan memberikan syafaat untuk pelaku dosa besar.
Penetapan sifat Kalam (Berbicara) bagi Allah ﷻ atas apa-apa yang pantas dengan kemuliaan-Nya.
Penjelasan tentang makna La Illaha Illallah, dan bahwasannya maknanya adalah meninggalkan kesyirikan, baik (kesyirikan) itu sedikit maupun banyak, dan tidaklah cukup dengan sekedar mengucapkan (kalimat) tersebut secara lisan.
Orang yang masuk surga adalah yang mengucapkan La Illaha Illallah. Artinya makna La Illaha Illallah adalah juga meninggalkan kesyirikan.
Penetapan (akan adanya hari) berbangkit, hisab (perhitungan), dan pembalasan amalan.
Yaitu apabila dibangkitkan, maka ada perhitungan dan pembalasan.
Wallahu ‘Alam
Sumber:
Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: 20 Kiat Memaksimalkan Sepuluh Malam Terakhir Ramadhan, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.
Pendahuluan
Allah ﷻ menjadikan akhir bulan Ramadhan lebih utama daripada awalnya. Terdapat syariat-syariat yang agung diakhir Ramadhan. Oleh karena itu kita harus persiapkan amalan untuk memasuki 10 hari terakhir ramadhan. Sehingga kita bisa maksimalkan karunia yang telah Allah anugerahkan.
Berikut adalah 20 kiat dalam memaksimalkan sepuluh Malam terkahir Ramadhan:
Kiat 1: Bersyukur akan Nikmat dari Allah
Bersyukur kepada nikmat akan menyebabkan Allah menambah nikmat tersebut, sebagaimana firman Allah ﷻ:
Syukur adalah ibadah yang sangat besar yang akan memperbesar nilai ibadah-ibadah yang lainnya.
Syukur mengandung lima hal:
Mengakui nikmat Allah ﷻ
Tunduk kepada Allah ﷻ yang telah memberi nikmat
Meyaikini segala nikmat datangnya dari Allah ﷻ
Memuji Allah dengan lisan. (Alhamdulillah dan diceritakan nikmat Allah)
Menggunakan nikmat pada hal yang dicintai dan diridhai Allah ﷻ.
Kiat 2: Bergembira dengan Rahmat dan Keutamaan Allah
Sebagaimana firman Allah: “Katakanlah dengan keutamaan dan rahmat Allah, dengan hal itu hendaknya mereka bergembira. Itu lebih baik dari segala dunia yang mereka kumpulkan“. (QS. Yunus: 58).
Bulan Ramadhan merupakan bagian keutamaan dan rahmat Allah. Yang harus disambut dengan kegembiraan.
Kita bergembira ketika memasuki awal Ramadhan. Begitu pula kita bergembira di akhir Ramadhan dengan kedatangan 10 hari terakhir ramadhan. Dikarenakan disyariatkan berbagai bentuk ibadah diakhir Ramadhan.
Kegembiraan mempunya nilai yang mempengaruhi kita dalam memaksimalkan bentuk-bentuk ibadah di bulan ramadhan.
Kiat 3: Menghadirkan tujuan besar puasa
Maksud utama dari puasa adalah Taqwa kepada Allah ﷻ. Sebagaimana firman Allah:
Kemudian dilanjutkan dengan ayat-ayat mengenai puasa dan ditutup dengan:
Dengan puasa menjadi terbiasa dengan ketaatan dan meninggalkan hal-hal yang dilarang.
La Ilaha Illallah disebut kalimat taqwa.
Makna taqwa juga diartikan sebagai keimanan dan mengharap pahala dari Allah, sebagaimana hadist keutamaan dari bulan Ramadhan:
Barang siapa yang berpuasa, menegakan shalat malam, lailatul qadr dengan keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.
Sehingga dalam 10 hari terakhir, agar direnungi makna taqwa tersebut. Agar lebih diperhatikan lagi dengan seksama pada puasa, shalat, doa, akhlak dan semua aktivitas kita.
Kiat 4: Mengikuti Jejak Rasulullah
Mengikuti jejak Rasulullah ﷺ dalam setiap ibadah termasukdalam melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan. Sebagaimana hadist dari Aisha Radhiallahu Anha dalam Riwayat Muslim:
Hal ini menunjukan semangat Nabi ﷺ untuk beribadah dimalam-malam 10 terakhir ramadhan. Juga membangunkan keluarganya agar tidak ada kelalayan dalam beribadah. Beliau menghidupkan seluruh malam atau tidak tidur.
Hadist aisah dalam riwayat al bukary:
Perumpamaan: Aabila dimesjid disiapkan batangan emas, kemudian diambil kesempatan 10 menit untuk mengambil emas tersebut. Apa yang kita lakukan? Apabila dilakukan dengan segera maka akan banyak yang bisa di ambil. Akan tetapi bila 5 menit pertama duduk-duduk dulu bersantai maka tidak akan banyak yang bisa diambil.
Maka ikuti petunjuk Nabi ﷺ yang bersungguh-sungguh dalam 10 malam terakhir
Kiat 5: Menghadirkan Pengampunan Allah
Agar dicari dengan sungguh-sungguh pengampunan Allah. Jangan terlalu percaya diri, bahwa kita dijamin diampuni. Dari Abu Hurairah رضي الله عنه dalam riwayat At-Timdzi, Rasulullah ﷺ bersabda:
Bulan Ramadhan adalah bulan rahmat, pengampunan dosa dan pembebasan dari api neraka dari awal sampai akhir ramadhan.
Diibaratkan sedang musim hujan tapi ada yang paceklik dalam kemarau. Hujan sedang turun tapi kekeringan.
Perhatikan dengan seksama sebab-sebab pengampunan dosa:
Keislaman
Keimanan
Ketaatan
Kejujuran
Kesabaran
Khusyu
Sedekah
Puasa
Menjaga kemaluan
Banyak berdzikir
Semuanya sebab-sebaba pengampunan dosa tersebut ada di Bulan Ramadhan.
Ada kekhwatiran pada diri agar jangan sampai tergolong orang yang tidak diampuni dosanya.
Kiat 6: 10 Hari Terakhir Ramadhan adalah Penutup
Rasulullah bersabda dalam riwayat Al-Bukhary
Amalan tergantung pada penutupnya. Sehingga keliru apabila diawal Ramadhan semangat tapi diakhir ramadhan tidak semangat. Hal ini terlihat ditengah kaum muslimin dimana pada awal ramadhan mesjid penuh tapi apabila sudah akhir ramadhan mesjid sepi. Dan juga tradisi menyiapkan kue lebaran atau membereskan rumah diakhir ramadhan. Hal yang bagus akan tetapi waktu di akhir ramadhan sangat berharga.
Jangan sampai orang-orang memungut emas dan belian, kita cuman memungut kayu-kayu saja.
Agar diperhatikan penutup dari amalan, karena sesuatu amalan tergantung dari penutupnya.
Pikirkan bagaimana membikin program agar di akhir ramadhan ini mengukir sejarah terbaik. Karena kita tidak tahu Ramadhan ini terakhir bagi kita atau kita masih dapat Ramadhan akan datang.
Kita masih lalui ramahdan ini, artinya allah masih memberikan kepada kita kesempatan yang harus dimaksimalkan sebaik mungkin.
Kiat 7: Bersegera pada Kebaikan
Bersegera dan belomba-lomba dalam kebaikan
Sifat para Nabi dan Rasul adalah bersegera dalam kebaikan. Sebagaimana firman Allah:
Ibadah kaum mukminin:
Allah memuji ahli kitab:
Allah memerintahkan:
Perintah adalah kewajiban.
Bersantai-santai, malas adalah sifat kaum munafikin. Sebagaimana shalatnya malas.
Kiat 8: Iktikaf
Nabi ﷺ bersabda:
Perempuan afdhal Ibadahnya di rumah, shalat 5 waktu saja yang fardu afdhalnya di rumah. Lebih utama dari shalat di Mesjid Nabawi. Tapi bersamaan dengan itu disyariatkan untuk perempuan itikaf. Hal ini disyariatkan apabila ada tempat itikaf untuk perempuan. Apabila tidak ada tempat itikaf untuk perempuan maka tidak boleh. Kaidahnya, ibadah sunnah yang menjatuhkan pada yang di haramkan maka tidak dibolehkan.
Itikaf tidak mesti dimesjid yang ditegakan shalat Jumat. Yang peting mesjidnya ada shalat 5 waktu. Atau mesjid khusus untuk perempuan. Apabila itikaf di mesjid yang tidak ada shalat jumatnya, maka boleh keluar ke mesjid yang ada shalat jumat, dan kembali lagi ke mesjid tempat itikaf. Hal ini tidak membatalkan itikaf.
Di akhir Ramadhan disyariatkan untuk itikaf di 10 hari terakhir. Mulai itikaf adalah pada saat terbenamnya matahari malam 21 atau sebelum fajar. Dan akhir itikaf adalah pada saat terbitnya hilal bulan syawal.
Sejumlah ulama berpendapat boleh berdiam itikaf di mesjid beberapa saat (40-50 menit atau menunggu shalat).
Apabila tidak bisa 10 hari, maka boleh itikaf dari magrib sampai subuh,
Ada yang tidak bisa itikaf 10 hari full karena menjaga amanah kerja, dan amanah kerja juga adalah lahan ketaatan. Keduanya adalah ibadah apabila bisa dikompromikan maka tidak ada masalah.
Yang diinginakna dari itikaf adalah ketaatan dan lahan ibadah. Yang dicontohkan nabi.
Kiat 9: Tidak meluputkan Lailatul Qadr
Jangan ada kata meluputkan pada malam lailatul qadr.
Malam lailatul qadr setiap tahun pasti ada.
Turun satu surah penuh mengenai keutamaannya dibaca sampai hari kiamat.
Melakukan satu amalan di malam lailatul qadr lebih baik dari seribu bulan (83 tahun 4 bulan).
Silang pendapat tanggalnya: Ibnu Mas’ud Radhiallahu Anhu berpendapat lailatul qadr mungkin di bulan Ramadhan atau di luar Ramadhan. Sehingga kaidahnya mudah yaitu menghidupkan seluruh malam sepanjang tahun. Maka tidak akan terlewat lailatul qadr.
Pendapat mayoritas ulama: Lailatul Qadr paling diharapkan di 10 malam terakhir, malam ganjil, malam 27. Walaupun tidak pasti karena pada zaman Nabi pernah terjadi malam 21 dan sebagian riwayat lainnya malam lain (bukan 27).
Kenapa perlu dihidupkan? karena kita tidak bisa pastikan dimana malam lailatul qadr.
Tanda lailatul qadr yang paling mungkin memastikan adalah setelah malamnya berlalu yaitu matahari terbit tidak menyilaukan, tidak panas teriknya. Tapi apabila kita melihat ini malam sudah berlalu. Hikmahnya adalah biar kita bersungguh-sungguh dalam menghidupkan malamnya.
Nabi ﷺ bersungguh-sungguh di 10 malam terakhir
Nabi ﷺ awalnya itikaf di sepuluh malam pertama, tapi tidak menemukan lailatul qadr. Kemudian itikaf lagi disepuluh malam kedua tapi belum menemukannya. Kemudian dikatakan pada beliau bahwa lailatul qadr disepuluh malam terakhir.
Yang paling pokok pada lailatul qadr adalah melakukan shalat malam. Walaupun semua amalan lain adalah bagus, tapi kita mencari yang paling utama.
Pada Ramadhan Nabi menigmami shalat malam dari ba’da isya sampai hampir habis waktu sahur.
Nabi memberikan contoh mengihdupkan malam dengan shalat malam karena pada shalat terdapat ibadah-ibadah besar. Shalat 5 waktu lebih hebat dari puasa Ramadhan. Shalat rukun islam yang kedua. Dalam shalat berkumpul ibadah-ibadah: amalan hati, amalan badan, doa, istigfar, baca al-qur’an, memohon dimasukan kesurga apabila melewati ayat-ayat rahmat, dan berlindung dari api neraka apabila melewati ayat azab.
Berharap sebagai penutup terbaik di ramadhan yang bisa mewarnai kehidupan yang lain.
Berdiri shalat malam yang lama mengingat ketika kita berdiri didepan Allah di hari kiamat. Tatkala matahari didekatkan diatas kepala, semua manusia dikumpulkan. 1 hari seperti 1000 tahun. Barangkali shalatnya yang berdiri bisa menjadikan rahmat penolong dihari kiamat.
Kaum mukmin ketika menanti hari kiamat sebentar saja seperti tidur siang atau antara dhuhur dan asar. hal ini kita ambil disebabkan ibadah di bulan ramadhan.
Kiat 10: Zakat Fitri
Diakhir bulan Ramadhan ada syariat zakat fitri untuk melengkapi puasa nya. Apabila ada kekurangan dari puasa bisa ditutupi dari zakat fitri.
Dalam Zakat Fitri terdapat syariat: kebersamaan, perhatian sesama saudara, penghambaan kepada Allah, bergembira karena rahmat Allah,
Syarat kewajiban zakat fitri:
Menghadiri bulan ramadhan dan Menghadiri terbenamnya matahari di akhir ramadhan.
Pada saat terbenamnya matahari diakhir ramadan dan masuknya bulan syawal, dia memliki kelebihan makanan 1 sho’ atau lebih diatas keperluannya.
Apabila ada bayi yang lahir sebelum matahari akhir ramadhan terbenam, maka wajib dikeluarkan zakatnya.
Kiat 11: Menjadi Ahlul Qur’an
Nabi bersabda ﷺ:
Ketika ditanyakan kepada Nabi ﷺ, Siapakah mereka, maka Rasulullah ﷺ menjawab:
Bulan ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Quran
Nabi talaqi dengan jibril 2 kali di bulan Ramadhan, biasanya hanya 1 kali.
Diakhir Ramadhan perhatian kepada Al-Qur’an lebih baik.
Menambah shalat malam dan bacaan Al-Quran
Al-qur’an bukan sekedar di baca, tapi asalnya untuk ditadaburi:
Tadabur terhadap Al-Qur’an yang paling indah didalam shalat.
Nabi ﷺ pernah shalat satu malam hanya membaca satu ayat di akhir surat Al-Maidah. Satu ayat ditadaburi.
Apabila yang tidak bisa bahasa arab, maka belajar. Karena tidak bisa Al-Qur’an didengarkan kosong saja.
Sebagian ulama di Ramadhan, khatam 30 juz bukan sekedar baca tapi juga memahami apa yang dibaca.
Kiat 12: Merenungi Kembali Keutamaan Ramadhan
Apabila kita berpisah dengan nikmat dimana ada amanah pada nikmat tersebut, maka kita harus menghadirkannya.
Fungsi puasa tidak sekedar menahan lapar dan dahaga akan tetapi ada hikmah-hikmah dan tujuan. Perlu merenungi pengaruh puasa pada diri kita. Sudah sejauh mana puasa mempengaruhi ibadah kita.
Kiat 13: Muhasabah / Instrospeksi Diri
Menghisab diri sendiri:
Dalam puasa awalnya seruan keimanan kemudian dihimpit dengan dua perintah taqwa, kemudian ditutup dengan peringatan: Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. Adalah muhasabah diri.
Ucapan Umar Bin Khatab:
Kiat 14: Taubat dan Istigfar
Memperbanyak taubat dan istigfar karena yang dicari dalam pengampunan dosa di bulan Ramadhan adalah taubat. Khususnya diwaktu-waktu yang diperintah untuk beristigfar.
Sifat orang beriman beristigfar di waktu sahur, seperti membaca astagfirullah, atau sayidul istigfar.
Kiat 15: Memperbanyak Do’a
Jangan luput doa-doa. Mohon kepada Allah akan dimudahkan memasuki 10 hari terakhir ini. Memaksimalkan, dan mohon segala hal.
Kiat 16: Memeriksa Kelengkapan Keahlian
Ramadhan sudah berlalu 2/3 nya.
Bulan Ramadhan adalah madrasah sekolah, apa yang telah kita pelajari dari ramadhan dan apa keahlian yang sudah kita punya?
Keahlian seperti menata diri, mengatur waktu, memeriksa kondisi jiwa, keahlian memilah mana yang afdhal dan lebih afdhal.
Kiat 17: Antara Khauf dan Raja’
Dihadirkan rasa takut dan harapan. Rasa takut jangan sampai ini adalah ramadhan terakhir. Dan berharap Ramadhan ini menjadikan segala kebaikan di dunia dan akhirat. Dilancarakan urusan kita.
Merasa takut amalan nya tidak diterima. Sebagian As-salaf berkata apabila tahu amalan nya diterima maka minta dimatikan saja.
Kiat 18: Menghadirkan Anggapan bahwa ini adalah Ramadhan terakhir
Nabi bersabda dalam hadits riwayat Ibnu Hibban:
Apabila kita diberitahu bahwa ini adalah shalat terakhir maka kita akan jadikan shalat terakhir itu sebagai sebab dosa-dosa diampuni.
Hal ini sama dengan di Bulan ramadhan apabila dihadirkan ini adalah ramadhan terakhir.
Kiat 19: Menjaga amalan setelah ramadhan
Menjaga agar amalan Ramadhan bisa berlanjut diluar Ramadhan.
Di ramadhan amalan yang banyak akan terasa ringan. Tapi apakah amalan tersebut bisa dilanjutkan setelah ramadhan?
Harusnya kita punya target agar bisa membangun karakter di Bulan ramadhan sehingga bisa berlanjut setelah ramadhan.
Kiat 20: Kenikmatan akan ditanya
Hadirkan pertanyaan ini bahwa kita akan ditanya di akhirat. Kita akan ditanya dan di hisab oleh Allah akan karunia yang telah kita dapatkan
Penutup
Semoga Allah menganugerahkan kebaikan untuk kita semua di dunia dan akhirat. Dan menjadikan Ramadhan ini sebagai Ramadhan yang terindah dalam kehidupan kita, membawa kita pada kehidupan yang lebih baik lagi. Dan menyebabkan seluruh amalan kita diterima Allah. Semoga Allah menjaga kita semua diatas keislaman dan sunnah Rasulullah. Dan memelihara diatas ketaaan dan mengumpulkan di surga. Aamiin aamiin.
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Fadhlul Islam – Bab Keutamaan Islam oleh Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.
Kitab Fadhlul Islam
Penulis:Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimakumullah.
Bab Keutamaan Islam
Riwayat dari Ubay bin Ka’ab
Ubay bin Ka’b رضي الله عنه , beliau berkata, “Kalian wajib (berpegang teguh) di atas jalan dan sunnah. Karena, tidaklah seorang hamba berada di atas jalan dan sunnah lalu mengingat Ar-Rahman sehingga mencucurkan air mata karena takut kepada Allah, maka tidak akan disentuh oleh api neraka. Tidaklah seorang hamba berada di atas jalan dan sunnah lalu meningat Ar-Rahman sehingga kulitnya meinding karena takut kepada Allah, kecuali keadannya seperti sebuah pohon yang daun-daunnya telah mengering dalam keadaan demikian, angin pun menimpanya sehingga daun-daunnya berguguran. Maka, dosa-dosa hamba tersebut akan berguguran sebagaimana daun-daun berguguran dari pohon itu. Sesungguhnya, bersikap pertengahan di atas jalan dan sunnah lebih baik daripada bersungguh-sungguh dalam menyelisihi jalan dan sunnah”.
Ini adalah pemahaman Ubay terhadap Islam. Ada 4 pembahasan
Pembahasan Pertama: Islam adalah jalan dan sunnah.
Islam adalah sunnah dan sunnah adalah juga islam. Sunnah adalah ucapan dan amalan dohir dan bathin. Hal ini adalah Islam.
Pembahasan Kedua: Islam membuat seorang hamba di haramkan masuk neraka.
Apabila diatas keislaman yang benar, maka akan membawa rasa takut kepadanya. Yang menjadi sebab diharamkan dari api neraka
Islam menghapuskan dosa-dosa hamba
Pembahasan Ketiga: Keislaman menghapuskan dosa. Sebagaimana orang kafir yang masuk islam, maka keisalamannya menghapuskan yang sebelumnya. Dalam Sahih Muslim, Rasulullah ﷺ bersabda:
Dan juga apabila sudah Islam dan melakukan dosa-dosa. Kemudian ada rasa takut kepada Allah yang menjadi sebab digugurkannya dosa-dosa tersebut.
Pembahasan Keempat: Pertengahan (berhemat) diatas keislaman lebih baik dari pada bersungguh-sungguh tidak diatas Islam
Yang paling utama yaitu orang yang bersungguh-sungguh diatas Islam. Kemudian apabila orang yang biasa saja (hemat, sederhana atau pertengahan) dalam berislam yaitu menjalankan sunnah, maka itu lebih baik daripada orang yang sungguh-sungguh tapi tidak sesuai dengan jalan dan sunnah.
Sesuatu tidak diukur dengan banyaknya amalan akan tetapi kesesuaian diatas jalan dan sunnah.
Orang yang mengobarkan waktu, tenaga dan hartanya akan tetapi menyelisihi sunnah, maka dia tidak dapat apa-apa. Sedangkan orang yang duduk saja atau istirahat (tidur) maka dia lebih bagus dari pada orang yang menyelishi sunnah.
Contohnya ada acara demo, ada orang yang ikut demo dengan mengeluarkan uang, tenaga dan waktu untuk demo. Maka dia tidak dapat apa-apa dan bahkan mendapat dosa. Sedangkan orang yang di ajak demo, dia tidak ikut dan hanya tidur dirumahnya. Maka dia lebih bagus daripada orang yang ikut demo.
Beragama bukan masalah semangat, bukan masalah punya kesungguhan. Tapi beragama itu adalah memastikan yang kita kerjakan sesuai dengan jalan Islam atau tidak.
Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi Hafidzahullah
Riwayat Dari Abu Darda
Dari Abu Darda’ رضي الله عنه , beliau berkata, “Betapa tidur dan bebukanya orang yang cerdik lebih bagus daripada begadang malam dan puasanya orang yang bodoh. Sesungguhnya, kebaikan sebesar dzarrah, disertai dengan ketaqwaan dan keyakinan, adalah lebih besar, lebih utama, dan timbangan (pahalanya) lebih berat daripada ibadah sebesar gunung orang-orang tertipu.“
Orang yang cerdik yaitu orang yang mengenal jalan Islam dengan benar. Adapun orang yang bodoh melakukan aktivitas tidak berdasarkan pada ilmu.
Bukan masalah amalan shalat dan puasanya akan tetapi bagaimana cara melakukan shalat dan puasanya. Sebagaimana kaum khawarij mereka shalat dan puasa. Malah shalat dan puasanya lebih banyak. Akan tetapi kaum khawarij dikatakan oleh Nabi:
Sehingga bukan diukur dengan banyaknya ibadah (Shalat, Puasa atau baca Al-Quran) akan tetapi apakah ibadah tersebut dikerjakan diatas Islam atau tidak.
Dharah adalah biji yang terkecil atau telur semut. Melakukan amalan yang paling kecil akan tetapi dilakukan dengan taqwa dan keyakinan, lebih baik daripada melakukan amalan besar tapi dari orang-orang yang tertipu.
Ada 4 Pembahasan:
Pembahasan Pertama: Orang yang berpegang pada Islam yang benar adalah orang yang cerdas
Yang menjadi ukuran bukan banyaknya, bukan semangatnya, bukan pula dia melebihi yang lainnya. Tapi yang menjadi standard dan ukuran adalah diatas Islam yang benar.
Pembahasan Kedua: Amalan yang sedikit tapi disertai Islam yang benar, bersama taqwa dan keyakinian, lebih baik daripada ibadah yang banyak dari orang-orang yang tertipu.
Pembahasan Ketiga: Yang menjadi ukuran bukan banyaknya amalan.
Pembahasan Keempat: Sebab amalan dilipatkgandakan.
Amalan dilipatkangandakan yaitu dengan Islam yang benar.
Sebab Utama yang menjadikan amalan besar adalah pelaku amalan itu sendiri. Yaitu memiliki keikhlasan, kejujuran, ketulusan, kesyukuran dan kesabaran serta amalan-amalan hatinya.
“Abu Bakr tidak mendahului kalian dengan banyaknya puasa, shalat tapi Abu Bakr mendahului kalian dengan sesuatu yang bercokol di dalam hatinya.”
Perkataan sebagian Salaf
Cara hidup (berislam) para sahabat: Bagaimana saya bisa mendapatkan cara berjalan mu yang sangat bagus dan rapi, yaitu Kamu jalannya pelan-pelan tapi tibanya paling awal.”
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Fadhlul Islam – Bab Keutamaan Islam oleh Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.
Kitab Fadhlul Islam
Penulis:Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimakumullah.
Bab Keutamaan Islam
Perumpamaan umat Islam yang bekerja dibanding Ahli Kitab
Dalam Ash-Shahih dari Ibnu Umar Radhiallahu anhuma, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, “Permisalan antara kalian dan dua Ahlul Kitab adalah seperti seseorang yang mempekerjakan pegawai. Dia berkata, ‘Siapa yang mau bekerja untukku dari pagi sampai tengah hari dengan upah satu qirath?’ Maka bekerja lah orang-orang Yahudi. Dia berkata lagi ‘Siapa yang mau bekerja untuku dari tengah hari sampai (waktu) shalat Ashar dengan upah satu qirath?’. Maka bekerjalah orang-orang Nashara. Dia berkata lagi ‘Siapa yang mau bekerja untukku dari ashar sampai matahari tenggelam dengan upah dua qirath?’. Maka kalianlah (muslimin yang bekerja). Orang-orang Yahudi dan Nashara pun marah dan mengatakan. ‘Bagaimana ini, kami berkeja lebih banyak tetapi upahnya lebih sedikit?’ Orang tersebut menjawab, ‘Apakah saya telah mengurangi hak kalian?’ Mereka menjawab, ‘Tidak’. Orang tersebut berkata, ‘Itulah kebaikanku yang saya berikan kepada siapa saja yang saya kehendaki.’.”
Satu qirath biasanya diibaratkan gunung yang sangat besar. Secara bahasa qirath adalah seperdua dari seperenam dirham atau seperduabelas.
Ditawarkan tiga penawaran pekerjaan:
Bekerja dari pagi sampai tengah hari dengan upah satu qirath. Maka orang Yahudi yang bekerja. Berdasarkan urutan yaitu umat Yahudi, Nashara, dan Islam.
Bekerja dari tengah hari sampai shalat Ashar dengan upah satu qirath.Maka orang Nashara yang bekerja.
Bekerja dari Ashar sampai matahari tenggelam dengan upah 2 qirath. Maka orang Muslim yang bekerja.
Orang yahudi dan nashara marah dan mempertanyakan kenapa kami bekerja lebih banyak tapi upahnya sedikit. Sedangkan Muslim lebih sedikit bekerja tapi upahnya lebih banyak.
Kemudian yang memperkerjakan bertanya, Apakah ada hak kalian yang dikurangi? mereka berkata tidak ada. Sehingga tidak ada yang didholomi karena sudah sesuai dengan akad. Maka itulah kebaikan dari ku. Memberikan kepada siapa yang saya kehendaki.
Ada empat pembahasan:
Pembahasan Pertama: Keutamaan Islam diatas selainnya bahwa pemeluk agama islam pahalanya lebih besar dari pemeluk agama sebelumnya.
Yahudi dan Nashara adalah agama terdahulu. Setelah diutus Nabi Muhammad ﷺ, maka semuanya harus beriman kepada Nabi terakhir.
Keutamaan Islam, ummat yang sedikit amalannya tapi besar pahalanya, seperti:
Malam lailatul qadar lebih baik dari seribu bulan
10 hari pertama bulan Dzulhijah, yaitu hari-hari terbaik dari kehidupan di dunia.
Amalan hati yang membuat amalan badan menjadi berlipat ganda
Pembahasa Kedua: Disyariatkan untuk membuat perumpamaan-perumpamaan untuk mendekatkan pemahaman.
Perumpamaan dibuat agar kita memahaminya, sebagaimana firman Allah ﷻ:
“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia dan tiada yang memahaminya, kecuali orang-orang yang berilmu.” (Al-Ankabut: 43)
Pembahasan Ketiga: Luasnya keutamaan Allah ﷻ untuk umat ini.
Contohnya ketiga orang duduk saja bertafakur mendapatkan pahala dari amalan hati berupa kesyukuran, ridho, rasa harapan, rasa takut, rasa cinta, dan lainnya.
Pembahasan Keempat: Yang menjadi ukuran bukan banyaknya amalan.
Belum tentu orang yang banyak amalan, akan banyak pahalan atau lebih besar kedudukannya. Yang menjadi ukuran adalah mencocoki keislaman yang benar yaitu ikhlas dan mutaba’ah.
Keutamaan Islam di dunia dan akhirat
Juga dalam (Ash-Shahih) dari Abu Hurairah Radhiallahu Anhu, beliau berkata: Rasulullah ﷺ bersabda, “Allah telah menyesatkan orang-orang sebelum kita perihal (mendapatkan) Jumat. Oleh karena itu, jadilah hari Sabtu untuk orang-orang Yahudi dan hari Ahaad untuk orang-orang Nasahara. Lalu, Allah mendatangkan kita dan memberi petunjuk untuk kita kepada hari Jumat. Demikian pula mereka mengikuti pada hari kiamat. Kita adalah penduduk terakhir, tetapi menjadi umat pertama pada hari kiamat“.
Maksudnya orang-orang sebelum kita disesatkan akan hari Jumat. Dimana Allah menetapkan hari Jumat adalah yang afdhal. Yahudi memilih hari Sabtu sedangkan Nashara memilih hari Ahad. Umat Islam diberi petunjuk untuk memilih hari Jumat. Urutan hari adalah Jumat, Sabtu, dan Ahad. Sehingga Yahudi dan Nashara mengikuti umat Islam didunia. Sebagaimanapula di akhirat, umat islam didahulukan. Sehingga Umat Islam datang terakhir kedunia akan tetapi didahulukan diakhirat (masuk surga).
Ada 5 Pembahasan:
Pembahasan Pertama: Keutamaan Islam bukan di dunia saja tapi di dunia dan akhirat
Pembahasan Kedua: Hidayah untuk ummat ini (Islam)
Umat Islam apabila sepakat akan sesuatu, maka selalu benar. Sebagaimana Nabi ﷺ bersabda:
Tidak mungkin umat Islam bersepakat pada sesuatu yang keliru.
Kisah Sahabat Yang Sepakat dengan Kebenaran
Kisah Umar bin Khatab. Beliau keluar bersama para sahabat, yang ketika akan memasuki suatu negeri, terdengar berita bahwa negeri tersebut terkena penyakit Towun. Kemudian para sahabat berselisih, ada yang berkata jangan masuk daerah ini karena akan membahayakan. Yang lain berkata hal ini adalah takdir dan ketentuan Allah, sehingga kita masuk saja. Umar memanggil kaum Anshar untuk bermusyawarah akan tetapi mereka juga berselisih. Kemudian bermusyawarah dengan kaum Muhajirin, akan tetapi mereka juga berselisih. Kemudian berdisikusi dengan orang yang paling tua dikalangan Muhajirin, mereka tidak berselisih yaitu sepakat untuk kembali ke Kota Madinah dan tidak memasuki daerah tersebut.
Kemudian Abu Ubaidah bin Jarah berkata kepada Umar, wahai ‘Amirul Mukminin, apakah kita lari dari takdir Allah?, Maka Umar berkata “Andaikata selain kamu yang mengucapkan itu”, kenapa berucap seperti itu. Umar berkata “Kita lari dari takdir Allah, ke takdir Allah yang lainnya.
Setelah di Madinah, Abdurahman bin Auf berkata bahwa Nabi ﷺ bersabda yang maknanya apabila terjadi musibah pada suatu kaum dan kalian di negeri itu, maka jangan kalian keluar, Tapi apabila kalian belum masuk di dalamnya, maka jangan masuk ke negeri itu.
Sehingga keputusan Umar dan para sahabat sudah benar. Sehingga kesepakatannya tidak akan bertentangan dengan hadits.
Pembahasan Ketiga: Keutamaan Hari Jum’at
Hari jum’at adalah sayyidul ayam, hari yang paling utama.
Pembahasan Keempat: Umat-umat terdahulu mengikut kepada umat Islam pada hari Kiamat.
Umat Islam pemimpin dihari kiamat.
Pembahasan Kelima: Umat Islam adalah umat paling terakhir di dunia tapi yang pertama masuk surga.
Sebagaimana hadits diriwayat yang lain:
Islam adalah Agama yang hanfiyyah dan mudah
Juga dalam (Ash-Shahih) secara mua’allaq, dari Nabi ﷺ bahwa beliau bersabda, “Agama yang paling dicintai oleh Allah adalah agama yang hanifiyyah yang samhah.” Selesai (penukilan darinya).
Mu’allaq artinya ketika membawakan tidak disebutkan nama gurunya ke atas. Tapi hadits ini telah disambung dalam Al-Bukary di Kitab Adab Al Mufrad.
Ada tiga pembahasan:
Pembahasan Pertama: Islam disifatkan dengan hanifyyah
Haniyyah dari kata hanaf (condong). Yaitu condong kepada tauhid dan meninggalkan kesyirikan.
Nabi Ibrahim disebut hanifan karena meninggalkan sesuatu karena Allah dan selalu menghadap kepada Allah, sebagaimana firman Allah:
Pembahasan Kedua: Keutamaan Islam dengan Samha (Yang Mudah)
Islam adalah agama yang mudah, gampang, pemurah.
Agama sebelum Islam ditimpa banyak kesusahan, belenggu-belenggu. Sebagaimana firman Allah:
Contohnya dalam Al-Qur’an ketika Bani Israil disuruh bertobat, mereka dikumpulkan disuatu tempat dan disuruh saling membunuh.
Dalam Islam dimudahkan untuk bertobah yaitu dengan beberapa syarat berikut:
Ikhlas dalam taubat
Tinggalkan perbuata dosa itu
Sesali perbuatan dosanya
Berniat dengan sungguh-sungguh tidak mengulangi dosa itu
Waktunya sepanjang nyawa belum sampai tenggorkan dan matahari belum terbit dari arah Barat.
Apabila dosa dengan manusia, maka harus meminta maaf (penghalalan) kepada yang didholimi.
Dapat dilihat dibuku ahli kitab yang ada sekarang, terlihat hal-hal yang menyusahkan.
Pembahasan Ketiga: Keutamaan Islam adalah agama yang paling dicintai oleh Allah.
Islam adalah agama yang paling dicintai Allah juga termasuk syariatnya.
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.
Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid, Penulis: Dr. Shalih bin Fauzan Al-FauzanHafidzahullah
Bab 1: Keutamaan Tauhid dan Dosa-Dosa yang dapat dihapuskan oleh Tauhid
Hadist dari Abu Sa’id Al-Khudry mengenai Besarnya keutamaan kalimat La Ilaha Illallah.
Dari Abu Sa’id Al-Khudry radhiallahu anhu, (beliau berkata): Rasulullah ﷺ bersabda:
“Musa berkata: ‘Wahai Rabb, ajarkanlah kepadaku sesuatu untuk berdzikir dan berdoa kepada Mu.’ Allah berfirman, “Wahai Musa ucapkanlah La Ilaha Illallah.” Musa berkata, “Wahai Rabb, semua hamba-Mu mengucapkan (kalimat) ini.” (Allah pun) berfirman, “Wahai Musa, andaikata ketujuh langit dan penghuninya, kecuali Aku serta ketujuh bumi diletakkan pada salah satu daun timbangan, sedang La Ilaha Illallah diletakkan pada daun timbangan yang lain, niscaya La Ilaha Illallah lebih berat ”
Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim. Dishahihkan oleh (Al-Hakim).
Biografi
Abu Sa’id Al-Khudry adalah Abu Sa’id Al-Khudry Sa’d bin Malik bin Sinan Al-Kazrajy Al-Anshary, nisab kepada Bani Khudrah. Beliau adalah seorang sahabat yang mulia dan anak dari seorang sahabat. Beliau meriwatkan banyak hadts dari Rasulullah ﷺ. Beliau meninggal pada 74 H.
Makna Hadits Secara Global
Bahwa Musa ‘alaihi ahalatu was salam meminta kepada Allah ﷻ agar diajari suatu dzikir yag akan digunakan untk memuji Allah dan sebagai perntara ketika bedoa untuk memuji Allah dan sebagai perantara ketika berdoa meminta kepada Allah. Maka, Allah memberinya petunjuk agar ia mengucapkan La Ilaha Illallah. Musa mengetahui bahwa kalimat ini banyak diucapkan oleh para makhuk, sedang ia menginginkan kalimat khusus sehingga berbedadengan yang lain. Allah pun menjelaskan besarnya keutamaan dzikir ang telah dianjurkan tersebut, bahwasannya tidak ada sesuatu apapun yang menyamai keutamaan (dzikir) tersebut.
Hubungan antara Hadits dengan Bab
Hadits ini menjelaskan keutamaan kalimat tauhid, dan bahwasannya tidak ada sesuatu apapun yang dapat menyamai keutamaan (kalimat) tersebut.
Faedah Hadits
Besarnya keutamaan kalimat La Illaha Illallah karena di dalam (kalimat tersebut) terkandung tauhid dan keikhlasan.
Keutamaan Musa ‘alaihi ahalatu was salam dan semangat beliau untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Bahwa ibadah tidak boleh dilakukan, kecuali dengan segala hal yang telah Allah syariatkan. Manusia tidak diperbolehkan untuk membuat syariat dari dirinya sendiri karena Musa meminta kepada Allah untuk diajari cara berdzikir kepada Allah.
Sesungguhnya hal yang sangat diperlukan dan sangat penting mesti keberadaanya akan banyak didapati. Oleh karena itu, karena sangat diperlukan oleh alam semesta. La Illaha Illallah menjadi dzikir yang palingbanyak diucapkan dan paling mudah diperoleh.
Bahwa Allah berada di atas langit berdasarkan ucapan, “Dan semua penghuinya, kecuali Aku”.
Merupakan suatu keharusan ketika berdzikir dengan kalimat ini untuk mengucapkan (kalimat) tersebut secara lengkap, tidak hanya mengucapakan lafzh Jalalah (Allah) seperti perbuata sebagaian orang-orang bodoh.
Penetapan adanya timbangan amal, dan hal itu benar-benar ada.
Bahwa para nabi perlu diingatkan tentang keutamaan kalimat La Illaha Illallah.
Sesunguhnya ada bumi ada tujuh sebagaimana langit.
Wallahu ‘Alam
Sumber:
Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.
Hadits 263: Dari Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda kepadaku “Shalatlah kamu sambil berdiri. Jika tidak mampu, maka shalatlah sambil duduk, dan jika tidak mampu, maka sambil shalatlah kamu sambil berbaring .” (HR. Bukhari).
Hal-Hal Penting dari Hadist:
Hadits tersebut menunjukkan ketentuan shalat wajib bagi orang sakit, ia dapat melakukannya sambil berdiri jika ia mampu berdiri, karena berdiri termasuk salah satu rukun shalat wajib, meskipun dilakukan dengan bersandar kepada sesuatu, seperti: tongkat, dinding atau lainnya.
Jika ia tidak mampu berdiri atau kesulitan melakukannya, hendaklah ia shalat sambil duduk meskipun dengan bersandar, kemudian ia ruku dan sujud sesuai kemampuannya.
Jika ia tidak mampu duduk atau kesulitan melakukannya, hendaklah ia shalat sambil berbaring, dan bagian yang sebelah kanan adalah lebih utama. Jika ia shalat sambil telentang menghadap kiblat maka shalatnya dinilai sah. Jika tidak mampu berbaring, maka ia shalat dengan isyarat anggukan kepalanya, dan isyarat sujudnya lebih menunduk dari isyarat rukunya untuk membedakan di antara kedua rukun tersebut, dan sujud itu lebih rendah dari ruku.
Hadits 264: Dari Jabir Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi ﷺ, bersabda kepada seseorang yang sakit yang shalat di atas bantal, kemudian Nabi ﷺ menyingkirkannya, seraya bersabda, “Shalatlah di atas bumi jika kamu mampu, dan jika kamu tidak mampu maka shalatlah dengan isyarat (menundukan kepala) dan jadikanlah sujudmu lebih rendah daripada rukumu” (HR. AL Baihaqi)
Hal-Hal Penting dari Hadist:
Hadits tersebut menunjukkan bahwa orang sakit yang tidak mampu berdiri, maka ia shalat sambil duduk.
Orang sakit cukup berisyarat dengan menjadikan sujudnya lebih rendah dari rukunya.
Makruh bagi orang yang shalat mengangkat (mendekatkan) sesuatu yang dijadikan sebagai alat sujud, karena hal itu memberatkan, dan Allah tidak mengijinkannya, tetapi hendaklah seseorang shalat sesuai kemampuannya.
Hadits 262: Dari Malik bin Al-Huwairits radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Shalatlah kamu sebagaimana aku shalat.” (HR. Bukhari)
Hal-Hal Penting dari Hadist:
Hadits tersebut menunjukan bahwa sejumlah perbuatan dan perkataan Nabi ﷺ dalam shalat di dalamnya mengandung penjelasan terhadap permasalahan global dari suatu perintah yang tertera dalam Al-Qur’an Al Karim dan sejumlah hadits.
Kewajiban manusia mengikuti Nabi ﷺ dalam urusan yang dilakukan beliau dalam shalat, setiap perbuatan dan perkataan beliau harus dilakukan oleh umatnya, kecual ada dalil lain yang mengecualikan hal tersebut.
Shalat Nabi ﷺ adalah shalat yang lengkap dan sempuma, barangsiapa mengikutinya maka ia telah menyempurmakan shalat dan ibadahnya kepada Tuhannya.
Wajib memperhatikan shalat, memperbaikinya dan mendalaminya.
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Fadhlul Islam – Bab Keutamaan Islam oleh Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.
Kitab Fadhlul Islam
Penulis:Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimakumullah.
“Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Hadid: 28)
Ada dua penafsiran untuk ayat ini.
Bahwa yang dipanggil disini adalah orang yang beriman dari Ahlul Kitab.
Bahwa yang dipanggil disini adalah orang yang beriman dari Ummat Islam.
Apabila mengikuti penafsiran pertama bahwa Ahlul Kitab juga diajak untuk mengikuti agama yang dibawa Nabi Muhammad Shallallau ‘Alihi Wa Sallam. Ahlul Kitab yang masuk islam dapat pahala dua kali, sudah beriman kepada Rasulnya dan beriman kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alihi Wa Sallam. Sebagaimana firman Allah Ta’alla:
أُو۟لَـٰٓئِكَ يُؤْتَوْنَ أَجْرَهُم مَّرَّتَيْنِ
“Mereka itu diberi pahala dua kali” (Al-Qasas: 54)
Kemudian dari hadits:
Apabila mengikuti penafsiran kedua, lebih jelas lagi bahwa orang yang beriman dari ummat Islam mendapat keutamaan.
Pembahasan Pertama: Yang dimaksud dengan Islam adalah beramal dengan syairat dan terikat dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
Pembahasan Kedua: Tiga bentuk keutamaan Islam
Mereka diberi dua bagian dari rahmat Allah (dunia dan akhirat).
Mereka dapat cahaya untuk mengambil petunjuk di jalannya. Yaitu: Ilmu, keyakinan, hak dan bathil, petunjuk dan kesesatan, baik dan buruk.
Mereka di ampuni dosa-dosanya. Dikarenakan sebab ketakwaan dan ketaatan kepada Rasul.
Dalam surat Al-Ahzab yang pertama diampuni adalah dengan keislamannya:
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin 1, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”. (Al-Ahzab: 35)
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah tafsir Al-Quran Surat At-Tagabun Ayat 11, dalam Tafsir As-Sa’di, oleh Syaikh Abdurahman bin Nashir as-Sa’di.
Semua Musibah terjadi dengan izin Allah
مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِۗ وَمَن يُؤْمِنۢ بِٱللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُۥۚ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. At-Tagabun: 11)
Allah ﷻ berfirman, مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ “Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah.” Ini berlaku secara umum untuk berbagai musibah yang menimpa diri, harta, anak, orang-orang tercinta, dan lainnya.
Semua yang menimpa manusia berdasarkan Qadha` dan Qadar Allah ﷻ. Allah ﷻ telah mengetahui hal itu sebelumnya, penaNya telah menulis semua takdir dan ketentuan. Dengan pena itu, kehendak dan hikmahNya berlaku.
Namun yang amat penting adalah apakah manusia menunaikan tugasnya dalam hal Qadha` dan Qadar ataukah tidak? Jika ia menunaikannya, maka ia akan mendapatkan pahala yang besar dan indah, baik di dunia maupun di akhirat. Jika percaya bahwa semua yang menimpanya berasal dari sisi Allah ﷻ, merelakannya, dan menyerahkan masalahnya, maka Allah ﷻ akan menunjukkan hatinya sehingga ia akan merasa tenang dan tidak gentar ketika tertimpa berbagai musibah, tidak seperti yang terjadi pada orang yang hatinya tidak diberi petunjuk oleh Allah ﷻ. Allah ﷻ memberikan keteguhan pada orang yang hatinya diberi petun-juk ketika musibah datang serta bersikap sabar. Dengan demikian, ia mendapatkan pahala besar di samping pahala besar yang disimpan Allah ﷻ pada Hari Pembalasan kelak. Ini sejalan dengan Firman Allah ﷻ,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10).
Dari sini dapat diketahui, bahwa orang yang tidak beriman kepada Allah ﷻ pada saat tertimpa musibah karena tidak memahami takdir dan ketentuan Allah ﷻ namun hanya terbatas pada sebab-sebabnya saja, maka ia telah dihinakan, dan Allahpun menyerahkan urusannya itu pada dirinya sendiri. Apabila seorang hamba telah diserahkan pada dirinya sendiri padahal jiwa manusia itu hanya bisa berkeluh kesah dan bersedih, maka hal itu merupakan siksaan yang disegerakan bagi seorang hamba sebelum siksaan akhirat nanti karena tidak menunaikan kewajiban bersabar.
Inilah yang berkaitan dengan Firman Allah ﷻ, وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ “Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya,” yakni ketika tertimpa musibah. Adapun yang berkaitan dengan keumuman tekstual ayat, Allah ﷻ memberitahukan bahwa setiap orang yang beriman (maksudnya, dengan keimanan sesuai yang diperintahkan yaitu beriman kepada Allah ﷻ, malaikat, kitab, rasul, Hari Akhir, dan takdir, baik dan buruknya) dan membuktikan kebenaran imannya dengan menunaikan tuntutan-tuntutan serta kewajiban-kewajiban iman, faktor yang dilakukan oleh seorang hamba seperti ini merupakan faktor terbesar hidayah Allah ﷻ dalam perkataan, perbuatan, dan di segala halnya, dan juga dalam ilmu dan amalnya. Ini adalah balasan terbaik yang diberikan Allah bagi orang-orang yang beriman. Sebagaimana yang disebutkan dalam Firman Allah ﷻ ketika memberitahukan bahwa Dia meneguhkan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan di akhirat. Asal mula keteguhan adalah keteguhan hati, kesabaran, dan keyakinannya ketika tertimpa berbagai musibah. Firman Allah ﷻ yang dimaksud adalah,
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” (QS. Ibrahim: 27).
Orang yang beriman adalah orang yang hatinya mendapatkan hidayah dan paling kuat ketika tertimpa berbagai musibah yang merisaukan. Hal itu dikarenakan keimanan yang tertanam pada diri mereka. Tafsir As-Sa’di