Iman adalah ucapan dan amalan, bertambah dan berkurang

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad , keluarga dan sahabatnya.

Kitab Ushulus Sunnah Imam Ahmad

  • Penulis: Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah Ta’alla
  • Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman audio kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Note: tulisan dengan cetakan tebal-miring adalah perkataan Imam Ahmad Rahimahullah.

Iman adalah ucapan dan amalan, bertambah dan berkurang

Imam Ahmad berkata,

Iman adalah ucapan dan amalan, bertambah dan berkurang, sebagaimana telah diberitakan dalam hadits: “Orang mu’min yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik ahklaqnya,”

Penjelasan:

Pembahasan Pertama: Definisi Iman

Iman memiliki dua penggunaan:

  • Makna umum, Iman adalah sama dengan Islam.
  • Makna khusus, Iman digunakan untuk hal-hal yang sifatnya berkaitan dengan hati namun disertai dengan amalan dhohir yang membenarkan apa yang ada didalam hatinya

Dalam hadits Jibril, Islam adalah  engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah dan Nabi Muhammad adalah Rasul Allah, Dan engkau menegakan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa di Bulan Ramadhan serta ber haji apabila engkau mampu. Hal ini adalah amalan-amalan dhohir.

Adapun Iman adalah engkau beriman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab nya, para rasul, dan hari akhirat. Serta engkau beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk. Hal ini adalah perkara bathin.

Amalan bathin saja tidak cukup, sehingga Iman dalam makna khusus adalah keyakinan diddalam hati disertai dengan amalan dhohir yang membenarkan apa yang didalam hatinya.

Demikian pula Islam yang merupakan perkara dhohir tapi harus disertai dengan keyakinan didalam hati yang membernarkan dhohirnya.

Penggunaan Islam dan Iman apabila digunakan tersendiri maka maknanya sama, yaitu dalam makna umum.

Nabi bersabda: “Iman itu ada 70 cabang lebih, yang paling tingginya adalah ucapan La Ilaha Illallah. Yang paling rendahnya adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan rasa malu bagian dari Iman”.

Ucapan La Ilaha Illallah termasuk di rukun Islam yang merupakan cabang dari Iman.

Iman secara bahasa adalah pembenaran. Syeikh Ibnu Utsaimin mengatakan secara Bahasa Iman itu adalah pembenaran disertai dengan penerimaan.

Dalam Al-Quran penggunaan Iman secara Bahasa pada surat Yusuf Ketika saudara-saudara Nabi Yusuf sudah melemparkan nya ke sumur. Mereka datang pada Ayah mereka dengan membawa baju yang dilumuri darah palsu dalam keadaan menangis. Mereka berkata “Engkau Ayah kami tidak beriman kepada kami, walaupun kami jujur”. Ini adalah penggunaan Iman secara Bahasa maksudnya adalah engkau tidak beriman (membenarkan) kami. Tidak mempercai kami walaupun kami jujur.

Pembahasan Kedua: Iman adalah ucapan dan amalan

Secara Istilah, Imam Ahmad mendefisinikan Imam dalam empat kalimat ringkas diatas. Iman adalah ucapan dan amalan, berkurang dan bertambah.

Ucapan Sebagian as salaf juga mengucapkan bahwa iman itu ucapan dengan lisan, keyakinan dengan hati dan amalan dengan anggota tubuh.

Hal ini tidak bertentangan dengan ucapan Iman Ahmad karena ada ucapan hati dan ucapan lisan, begitu juga ada amalan hati dan amalan anggota tubuh.

Dalil yang menunjukan tentang hal ini:

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَـٰتُهُۥ زَادَتْهُمْ إِيمَـٰنًۭا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ ٢ٱلَّذِينَ يُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقْنَـٰهُمْ يُنفِقُونَ ٣أُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ حَقًّۭا ۚ لَّهُمْ دَرَجَـٰتٌ عِندَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌۭ وَرِزْقٌۭ كَرِيمٌۭ ٤

Sesungguhnya orang-orang yang beriman1 itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah2 gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhan-lah mereka bertawakal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan salat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhan-nya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia.” (Al-Anfal: 2-4)

Ciri orang yang beriman dengan yang sebenar-benarnya dalam ayat tesebut adalah sebagai berikut

  • apabila disebut nama Allah2 gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya, ini adalah amalan hati
  • apabila dibacakan ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka” ini adalah amalan hati
  • hanya kepada Tuhan-lah mereka bertawakal” ini dasarnya amalan hati
  • orang-orang yang mendirikan salat” ini adalah amaln hati, lisan dan anggota tubuh
  • dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” ini adalah amalan badan yang disertai keihklasan

قَدْ أَفْلَحَ ٱلْمُؤْمِنُونَ ١ٱلَّذِينَ هُمْ فِى صَلَاتِهِمْ خَـٰشِعُونَ ٢وَٱلَّذِينَ هُمْ عَنِ ٱللَّغْوِ مُعْرِضُونَ ٣وَٱلَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَوٰةِ فَـٰعِلُونَ ٤وَٱلَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَـٰفِظُونَ ٥إِلَّا عَلَىٰٓ أَزْوَٰجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَـٰنُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ ٦

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,(yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya,dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki 1, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.” (Al-Mu’minun: 1-6)

Pembahasan Ketiga: Iman Bertambah dan Berkurang

Beberapa dalil mengenai bertambahnya Iman:

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَـٰتُهُۥ زَادَتْهُمْ إِيمَـٰنًۭا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman1 itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah2 gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhan-lah mereka bertawakal,” (Al-Anfal:2)

وَإِذَا مَآ أُنزِلَتْ سُورَةٌۭ فَمِنْهُم مَّن يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَـٰذِهِۦٓ إِيمَـٰنًۭا ۚ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ فَزَادَتْهُمْ إِيمَـٰنًۭا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ

Dan apabila diturunkan suatu surah, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata, “Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surah ini?” Adapun orang-orang yang beriman, maka surah ini menambah imannya, sedang mereka merasa gembira.” (At-Taubah: 124)

هُوَ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ ٱلسَّكِينَةَ فِى قُلُوبِ ٱلْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوٓا۟ إِيمَـٰنًۭا مَّعَ إِيمَـٰنِهِمْ ۗ وَلِلَّهِ جُنُودُ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًۭا

Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,” (Al-Fath: 4)

Ayat yang lain dalam kisah sahabat diperang khandak: “Mereka bertambah keimanan”

Bagaimana dengan penjelasan tentang berkurangnya iman. Maka apabila sesuatu bisa bertambah maka bisa berkurang.

Hadits mengenai berkurangnya iman dari Said Al-Khudri Riwayat Muslim “Siapa diantara kalian yang melihat suatu kemungkaran hendaknya rubah dengan tangannya, apabila tidak mampu dengan lisannya, apabila tidak mampu maka rubah dengan hatinya dan itu adlaah selemah-lemahnya iman.

Hadits syafaat: Akan keluar dari neraka orang yang berucap la ilaha illallah yang didalam hatinya ada sebesar dzarah keimanan. Dharah adalah sebesar telur semut.

Dalam hadist tersebut terlihat keimanan semakin kecil dan kecil yang menunjukan keimanan bisa berkurang.

Pembahasan Keempat: Kelompok yang Menyimpang dalam hal Iman

Sebagaian ulama salah satunya Al-Bahbari Rahimahullah dalam Syahrus Sunnah, beliau menyebutkan apabila meyakini bahwa iman adalah ucapan, keyakinan dan amalan, bertambah dan berkurang, maka dia telah keluar dari seluruh peyimpangan dalam masalah Iman.

Kelompok yang menyimpang dalam masalah Iman:

Pertama: Kelompok Murji’ah

Mereka mengeluarkan amalan dari iman. Sehingga Iman hanya ucapan dan keyakinan saja.

Beberapa kaum murji’ah:

Kesatu,Murji’ah yang paling esktreem, yaitu kaum Jahmiyah.

Kelompok ini mengatakan bahwa iman hanya pembenaraan dalam hati saja walaupun hanya ucapan sudah masuk iman. Bahwa dengan mengucapkan sudah cukup sebagai mukmin. Ini adalah bathil. Apabila hanya keyakinan didalam hati maka Fir’aun sudah mukmin. Sebab Fir’aun sudah membenarkan dalam hatinya, Ketika Fir’aun dan bala tentaranya mengejar Nabi Musa. Sebelum firaun ditenggelamkan, Fir’aun mengakui dan tahu kebenaran Nabi Musa. Sebagaimana firman Allah Ta’ala: “Mereka mengingkari hal tersebut, padahal jiwa-jiwa mereka meyakininya, tapi tidak memberi manfaat.”

Adapun bila berucap iman adalah ucapan saja maka kaum munafikin adalah kaum yang beriman. Ini bathil karena Allaf berfirman dalam Al-Quran:

إِنَّ ٱلْمُنَـٰفِقِينَ فِى ٱلدَّرْكِ ٱلْأَسْفَلِ مِنَ ٱلنَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا

Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.” (An-Nisa: 145)

Kedua, Murji’ah yang paling sedikit kesesatannya adalah kaum Murji’atul Fukoha

Mereka menganggap iman adalah ucapan dan keyakinan saja. Amalan tidak masuk dalam iman. Pemikiran in dicetuskan oleh Hammad Abu Sulaiman Al-Kuufi. Kemudian diambil oleh Abu Hanifah pemahaman murji’atul fukoha. Kemudian diwariskan kepada murid-muridnya yang para ahli fikih, sehingga disebut murjiahnya kaum fukoha.

Dalil bahwa amalan termasuk Iman adalah Firman Allah Ta’ala:

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَـٰكُمْ أُمَّةًۭ وَسَطًۭا لِّتَكُونُوا۟ شُهَدَآءَ عَلَى ٱلنَّاسِ وَيَكُونَ ٱلرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًۭا ۗ وَمَا جَعَلْنَا ٱلْقِبْلَةَ ٱلَّتِى كُنتَ عَلَيْهَآ إِلَّا لِنَعْلَمَ مَن يَتَّبِعُ ٱلرَّسُولَ مِمَّن يَنقَلِبُ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ ۚ وَإِن كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى ٱلَّذِينَ هَدَى ٱللَّهُ ۗ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَـٰنَكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بِٱلنَّاسِ لَرَءُوفٌۭ رَّحِيمٌۭ

Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan1 agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.” (Al-Baqarah: 143)

Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu” ditafsirkan sebagai shalat. Sehingga menunjukan bahwa amalan adalah bagian dari keimanan.

Kedua: Kelompok Al-Waidiyyah

Kelompok ini termasuk kelompok Khawarij dan Mu’tajilah. Mereka mengatakan Iman adalah satu kesatuan. Apabila pergi Sebagian maka pergi seluruhnya. Sehingga mereka berpemahaman pelaku dosa besar adalah kafir keluar dari Islam. Mereka menganggap pelaku dosa besar menghilangkan seluruh keimanannya.

Berbeda dengan kelompok  Murji’ah yang mengatakan bahwa Iman adalah satu kesatuan. Apabila sisa sebagiannya maka sisa selurunya. Kebalikan dari Mu’tajillah. Sehingga pelaku dosa besar tidak membahayakan imannya. Sehingga mereka berpendapat Iman seluruh manusia adalah sama. Iman pelaku ibadah dan pelaku maksiat menjadi sama. Karena mereka menganggap amalan tidak menjadi tolak ukur keimanan.

Kedua kelompok ini (Murji’ah dan Al-Waidiyyah) menyimpang karena mengatakan iman adalah satu kesatuan. Murjiah mengatakan apabila sisa Sebagian sisa seluruhnya. Al-Waidiyyah mengatakan pergi Sebagian pergi seluruhnya.

Ahli Sunnah mengatakan Iman bertambah dan berkurang. Sehingga pelaku maksiat adalah mukmin yang kurang imannya. Tidak dikafirkan keluar dari Islam dan tidak pula dikatakan mukmin yang kuat imannya.


Pembahasan Kelima: Orang mu’min yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik ahklaqnya

Hadits pertambahan Iman, Riwayat Abu Dawud, At-Tirmidzy. Syeikh Al-Bani mengatakan Hasan dan Sohih. ”Kaum mukminin yang paling sempurna imannya adalah yang paling bagus akhlaknya”.

Perkataan kaum mukminin paling sempurna artinya ada derajat yang lebih rendah dari paling sempurna atau yang tidak sempurna keimanannya.

Agar bertambah keimanan dan tidak berkurang keimanan mengetahui dua Ilmu berikut:

  1. Ilmu yang menjadikan sebab-sebab bertambah keimanannya, diantaranya menuntut ilmu syar’I, mempelajari asmaul husna dan sifat-sifat Allah, banyak membaca Al-Qur’an, berdzikir kepada Allah, menunaikan kewajiban dan meninggalkan larangan, mengingat akhirat, mengingat kematian dan lain sebagainya.
  2. Ilmu yang menjadikan sebab-sebab yang mengurangi keimanannya, diantaranya adalah kebalikan dari sebab-sebab yang menambah keimanan.

Wallahu Ta’la ‘alam

Nabi ‘Isa dan Dajjal

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad , keluarga dan sahabatnya.

Kitab Ushulus Sunnah Imam Ahmad

  • Penulis: Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah Ta’alla
  • Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman audio kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Note: tulisan dengan cetakan tebal-miring adalah perkataan Imam Ahmad Rahimahullah.

Nabi ‘Isa dan Dajjal

Imam Ahmad berkata, Pokok-pokok Sunnah (Islam) disisi kami adalah:

Beriman bahwa Al-Masih Ad-Dajjal akan keluar, tertulis diantara kedua matanya Kafir (dalam bahasa Arab) dan beriman dengan hadits-hadits yang datang tentang masalah ini beriman bahwa ini akan terjadi. Beriman bahwa ‘Isa bin Maryam akan turun dan membunuh dajjal di pintu Ludh.

Penjelasan:

Pembahasan Pertama: Keimanan Akan keluarnya Dajjal

Al-Masih dikarenakan diberi kemampuan bisa menghidupkan dan mematikan. Hadits mengenai Ad-Dajjal Mutawatir terdapat dalam Riwayat Bukhari dan Muslim.

Dalam akhir shalat diperintahkan berlindung dari empat perkara:

  1. Siksa neraka Jahanam
  2. Adab kubur
  3. Fitnah kehidupan dan kematian
  4. Fitnah Al-Masih Ad-Dajjal

Dajjal adalah sosok yang hakiki bukan sesuatu yang dimaknai pendusta.

Sifatnya disebutkan dalam Hadist Tamim Ad-Daus Ad-Dhari mengenai kisah keislamannya yang sebelumnya nashrani, terdampar disebuah pulau. Dia menemui Dajjal, terbelenggu tangannya dengan rantai dikepala, picok satu matanya. Dia bertanya mengenai Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Kemudian Tamim Ad-Daus Ad-Dhari menceritakan kepada Nabi, dan menceritakannya kepada para sahabat.

Diantara dua matanya terdapat tulisan Ka Fa Ra atau Kafir

Dajjal akan keluar selama 40 hari saja, dengan lamanya hari sebagai berikut:

  • Hari pertama lamanya seperti satu tahun
  • Hari kedua lamanya seperti satu bulan
  • Hari ketiga lamanya seperti satu pekan
  • Hari keempat dan seterusnya lamanya seperti satu hari biasa.

Sahabat bertanya bagaimana shalatnya, Nabi mengatakan “Kira-kiralah sesuai dengan kadarnya”. Hal ini menjadikan dalil yang apabila pada suatu tempat tidak pernah ada matahari.

Seluruh tempat bisa dimasuki Dajjal, kecuali Mekah dan Madinah dikarenakan dijaga oleh para Malaikat dengan pedang terhunus. Dajjal hanya berada pinggiran kota Mekah dan Madinah. Kemudian Dajjal mengehentakan kakinya, maka keluarlah kaum Munafikin dari Mekah dan Madinah.

Dajjal diikuti oleh manusia. Paling banyak adalah orang Yahudi dari Asbahan.

Dajjal membuat fitnah ditengah manusia:

  • Mampu menghidupkan dan mematikan.

Dikisahkan dalam hadits Riwayat Bukhari dan Muslim, dari Abu Sa’id  tentang Seorang mukmin yang diajak oleh Dajjal mengikutinya. Mukmin berkata “engkaulah Dajjal yang Nabi ceritakan kepada kami tentang engkau”. Maka Dajjal pun membunuh, membelahnya menjadi dua. Kemudian Dajjal bejalan diantara dua belahan badan orang mukmin ini. Kemudian Dajjal berkata “hidup lah”, maka orang mukmin tersebut hidup kembali. Dajjal berakata, “tidakkah kamu beriman kepadaku? Aku telah menghidupkan mu dan mematikan mu. Mukmin berkata “Aku lebih yakin lagi bahwa engkau adalah Dajjal yang dikabarkan Rasulullah.” Kemudian Dajjal hendak membunuhnya, akan tetapi tidak mampu lagi. Setiap mukimin bisa membaca “Kafir” pada diantara dua mata Dajjal”.

  • Mempunyai Surga dan Neraka.

Apabila seseorang tidak mau beriman kepadanya, maka dimasukan kedalam nerakanya. Apabila beriman maka dimasukan kedalam surganya. Akan tetapi nabi mengabarkan bahwa Nerakanya sebenarnya adalah surga kesejukan didalamnya. Sedangkan Surganya adalah neraka.

Kita diperintah untuk berdoa dari kejelekan Dajjal dan barangsiapa yang membaca dan menghafal 10 ayat pertama dari Surat Al-Kahfi maka dia akan terjaga dari fitnah Ad-Dajjal.

Pembahasan Kedua: Nabi Isya Akan Turun dan membunuh Dajjal di pintu Ludh

Hal ini berurutan dimana yang pertama terjadi keluarnya Dajjal dan pada hari ke-40 nabi Isya membunuh Dajjal di pintu Al-Ludh.

Dalam sahih Muslim, Nabi Isya turun dalam keadaan berpegang pada dua Pundak malaikat. Turun di Menara Timur di Kota Dimasq. Beliau mengarah kepada kaum Muslimin dan membunuh Dajjal.

Ketika Nabi Isya turun, maka sebagai umat Nabi Muhammad, bukan sebagai Nabi. Ada teka-teki dikalangan ulama “Ada dari umat Islam lebih afdhal dari Abu Bakar dan Umar?” Jawabanya adalah Nabi Isya.

Nabi Isya shalat dibelakang Imam Mahdi. Imam Mahdi keturunan dari Nabi, nama beliau dan ayahnya sama dengan nabi yaitu: Muhammad bin Abdillah.

Wallahu Ta’la ‘alam

Dakwah kepada Syahadat La Ilaha Illallah – Surat Yusuf Ayat 108

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid

  • Penulis: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
  • Pensyarah: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah

Bab 4: Dakwah kepada Syahadat La Ilaha Illallah

Firman Allah Ta’la dalam Surat Yusuf Ayat 108

قُلْ هَـٰذِهِۦ سَبِيلِىٓ أَدْعُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِى ۖ وَسُبْحَـٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ

Katakanlah, “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (Yusuf: 108)

Hubungan antara Bab dan Kitab Tauhid

Bahwa, setelah pada bab-bab sebelumnya menyebutkan makna dan keutamaan tauhid serta keharusan untuk takut terhadap lawan (tauhid), yaitu syirik, penulis menyebutkan pada bab ini bahwa orang yang telah mengetahui hal tersebut tidaklah pantas membatasi (tauhid) bagi dirinya sendiri, tetapi dia wajib mengajak (orang lain) kepada Allah Ta’ala dengan cara yang hikmah serta nasihat yang baik sebagaimana jalan para rasul dan pengikutnya.

Makna Ayat secara Global

Allah memerintahkan Rasul-Nya agar (Rasul-Nya) mengabarkan manusia tentang jalan dan Sunnah-Nya, yaitu berdakwah mengajak kepada syahadat La Ilaha Illallah dengan dasar ilmu dan keyakinan serta keterangan yang jelas, dan (bahwa) semua orang yang mengikutinya menjauhkan dan menyucikan Allah terhadap kepemilikian sekutu dalam kekuasaan dan peribadahan serta berlepas diri dari para pelaku kesyirikan, meskipun mereka adalah orang yang paling dekat dengan dirinya.

Hubungan antara Ayat dan Bab

Dalam ayat tersebut, Allah menyebutkan jalan Rasulullah dan para pengikutnya, yaitu berdakwah mengajak kepada syahadat La Ilaha Illallah dengan dasar ilmu tentang hal yang didakwahkan. Maka, pada ayat tersebut, juga terdapat dalil akan kewajiban berdakwah kepada La Ilaha Illallah yang merupakan pembahasan bab ini.

Faedah Ayat

  1. Bahwa dakwah kepada syahadat La Ilaha Illallah merupakan jalan Rasulullah dan orang-orang yang mengikuti beliau.
  2. Bahwa orang yang berdakwah wajib mengilmui segala sesuatu yang dia dakwahkan dan mengilmui segala sesuatu yang ia larang dari (dakwah)nya.
  3. Peringatan agar ikhlas dalam berdakwah, jangan sampai orang yang berdakwah memiliki tujuan selain wajah Allah. Dengan dakwahnya, dia jangan bermaksud mendapatkan harta, kepemimpinan atau pujian dari manusia, atau menyeru kepada kelompok atau kepada madzhab tertentu.
  4. Bahwa bashirah (ilmu dan keyakinan) merupakan hal wajib karena mengikuti Rasulullah adalah wajib, sedangkan seseorang tidak mungkin bisa mengikuti Rasulullah , kecuali dengan bashirah, yaitu ilmu dan keyakinan.
  5. Menunjukkan kebagusan tauhid karena tauhid menyucikan Allah Ta’ala
  6. Menunjukan jeleknya kesyirikan karena kesyirikan adalah pencelaan terhadap Allah Ta’ala
  7. Kewajiban seorang muslim untuk menjauhkan diri dari orang-orang musyrikin sehingga (muslim) tersebut tidak menjadi bagian dari (orang-orang musyrikin) dalam satu perkara pun, dan tidaklah cukup dengan tidak berbuat syirik.

Wallahu Ta’la ‘Alam

Sumber:

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.

Keutamaan Shalat Berjamaah – Bagian 2

Kitab Syarah Bulugul Maram
Penulis: Abdullah bin Abdurahman Al Bassam

Bab Shalat Jama’ah dan Imamah (Menjadi Imam)

Keutamaan Shalat Berjamaah

Hadits 321: Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, Rasulullah ﷺ bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya. Sungguh aku pernah bertekad memerintahkan agar dikumpulkan kayu bakar, lalu terkumpul. Kemudian aku perintahkan seseorang untuk mengimani orang-orang, lalu aku mendatangi kaum laki-laki yang tidak menghadiri shalat kemudian aku bakar rumah mereka. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya seseorang dari mereka mengetahui, bahwa ia akan mendapatkan tulang yang bedaging tebal (gemuk) atau dua tulang rusuk yang baik, maka ia pasti akan menghadiri shalat Isya.” (HR. Muttafaq ‘Alaih)

Hal-Hal Penting dari hadits:

  • Shalat berjama’ah di masjid hukumnya fardhu ‘ain bagi laki-laki yang baligh; demikian menurut pendapat yang benar dari para ulama.
  • Keutamaan shalat Isya dan shalat Subuh (berjama’ah); karena adanya kesulitan dalam menghadirinya disamping pahalanya yang besar
  • Hadits ini menunjukan tentang kaidah syar’iyyah: “Meninggalkan kerusakan lebih didahulukan daripada meraih kemaslahatan”.
  • Maslahat yang dicapai dengan memberlakukan hukuman terhadap orang-orang yang meninggalkan jama’ah bisa menyebabkan kerusakan, yaitu tersiksanya orang-orang yang semestinya tidak dihukum, mereka itu adalah: para wanita dan anak-anak. Karena itulah, maslahat tersebut diabaikan untuk menahan terjadinya kerusakan ini.

Perbedaan Pendapat di Kalangan Ulama:

Shalat jama’ah disyariatkan. Akan tetapi ulama berbeda pendapat mengenai hukumnya:

  • Imam tiga (Abu Hanifah, Malik dan Asy-Syafi’i) berpendapat, “Bahwa shalat jama’ah hukumnya sunnah mu’akkaddah (sunnah yang sangat di anjurkan), bukan wajib“.
  • Imam Ahmad berpendapat, “Bahwa sahalat jama’ah hukumnya wajib atas setiap orang, walaupun tidak di masjid“.
  • Ibnul Qayyim mengatakan, “Orang-orang yang meneliti As-Sunnah, akan jelas baginya, bahwa melaksanakannya di masjid hukumnya fardhu ‘ain; karena Nabi ﷺ pernah berkata kepada seorang yang buta, “Apakah engkau mendengar seruan (adzan)?”, ia menjawab, “Ya“. Belia bersabda, “Kalau begitu penuhilah (datangilah)“.
  • Ibnu Mas’ud mengatakan, “Barangsiapa ingin berjumpa dengan Allah kelak sebagai seorang muslim, maka hendaklah ia memelihara shalat yang lima ini dengan melakukannya dimana saja diserukannya … tidak seroang pun yang meninggalkan shalat berjama’ah (pada masa kami) kecuali orang munafik yang sudah jelas kemunafikannya
  • Ibnu Abbas mengatakan tentang laki-laki yang tidak mengikuti shalat berjama’ah, bahwa ia di neraka.
  • Syaikhul Islam mengatakan “Wajibnya shalat jama’ah atas setiap orang adalah Ijma’ (konsensus) para sahabat dan para imam Salaf, dan itu yang ditunjukan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah

Wallahu Ta’ala ‘Alam

Beriman kepada Syafa’at Nabi

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad , keluarga dan sahabatnya.

Kitab Ushulus Sunnah Imam Ahmad

  • Penulis: Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah Ta’alla
  • Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman audio kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Note: tulisan dengan cetakan tebal-miring adalah perkataan Imam Ahmad Rahimahullah.

Beriman kepada Syafa’at Nabi dan Kaum yang akan keluar dari Neraka.

Imam Ahmad berkata, Pokok-pokok Sunnah (Islam) disisi kami adalah:

Beriman kepada syafa`at Nabi Shalallaahu ‘Alaihi wa Sallam dan kepada suatu kaum yang akan keluar dari neraka setelah mereka terbakar dan menjadi arang, kemudian mereka akan diperintahkan menuju sungai di depan pintu syurga (sebagaimana diberitakan dalam atsar) sebagaimana dan seperti apa yang Dia kehendaki, kita wajib beriman dan membenarkan hal ini.

Penjelasan:

Kaum yang keluar dari neraka disebut “Jahanamiyun“. Dimasukan “jahanmiyun” kedalam pemabahsan syafa’at karena keluarnya kaum ini dari neraka dikarenakan mendapat syafaat.

Pembahasan Pertama: Syafaat tidak hanya khusus untuk Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam

Imam Ahmad menegaskan bahwa adanya syafa’at Nabi. Akan tetapi hakikatnya syafaat tidak hanya dari Nabi Muhammad saja. Ada syafaat yang lainnya yaitu dari: para Nabi dan Rasul, Malaikat, orang yang mati syahid, para syidiqin, orang shaleh, anak kepada orang tuanya, sebagian amal shaleh, Al-Qur’an.

Pembahasan Kedua: Pengertian Syafaat

Syafa’at secara bahasa bermakna genap atau lawan dari ganjil. Dikatakan syafaat karena seorang ini tadinya sendiri kemudian mendapatkan pertolongan dari orang lain yang memohon kepada Allah supaya diampuni. Maka keberadaan orang lain ini mengenapkan atau menguatkannya. Sehingga disebut syafa’at.

Syafa’at secara istilah adalah menjadi perantara bagi orang lain untuk mendapatkan sebuah manfaat atau menolak sebuah bahaya.

Pembahasan Ketiga: Tiga sudut syafa’at

  1. Pemilik syafa’at yaitu Allah
  2. Pemohon syafa’at yaitu yang menjadi perantara yang meminta kepada Allah untuk orang yang disyafa’ati.
  3. Orang yang disyafa’ati.

Hadits Syafa’atul Uzma

Hal ini dapat dililhat pada hadits mengenai syafaatul uzma, yang terbesar, yaitu Nabi memohon kepada Allah untuk makhluk agar hisab disegerakan. Manusia menanti dengan sangat lama di padang mahsyar. Dengan kondisi sangat mengerikan, sangat lama, matahari didekatkan, manusia berkeringat sesuai dengan amalannya masing (ada yang sampai mata kaki, betis, lutut, pinggang, dada dan menengelamkannya). Disamping itu ada sebagian manusia yang diteduhi dibawah teduhan Arsy Allah .

Manusia dari awal sampai akhir dikumpulkan semua dipadang mahsyar. Dalam keadaan tidak berpakaian, belum di khitan, dan tidak beralas kaki. Sebagian sahabat bertanya “Ya Rasulullah, mereka saling melihat?”, Rasulullah berkata “perkara pada saat itu lebih dahsyat dari hal tersebut”. Tidak ada kesempatan saling melihat, anak tidak ingat pada ibunya, ayahnya dan saudaranya, tidak ingat kawannya, suami tidak ingat istrinya. Semuanya memikirkan diri sendiri.

Dikarenakan lamanya penantian, maka manusia mendatangi para Nabi. Pertama mendatangi Nabi Adam sebagai Ayah manusia, maka Nabi Adam menyebutkan bahwa Allah telah murka pada hari kemurkaan Allah tidak pernah murka semurka itu pada hari sebelumnya dan setelahnya. Nabi Adam menyebutkan dosanya yang padahal sudah diampuni. Akan tetapi Nabi Adam masih khwatir dan berkata “nafsi-nafsi (diriku-diriku), pergilah kepada Nabi Nuh”. Kemudian manusia mendatangi Nabi Nuh, beliau menjawab dengan hal yang sama. Setelah itu mendatangi nabi yang lain: Musa, Ibrahim, Isya.

Sampai akhirnya mendatangi Nabi Muhammad . Maka Nabi berkata “Akulah memang yang diberi syafa’aat tersebut, Akulah memang yang diberi syafa’aat tersebut“. Maka Nabi berdiri dan bersujud dibawah Arsy Allah. Kemudian memuji Allah dengan pujian yang agung yang sebelumnya belum diketahui. Hingga Allah berfirman “Angkatlah kepalamu, berucaplah, akan didengar ucapanmu, mintalah syafaat maka engkau akan diberi syafaat”. Maka Nabi memohon agar hisab disegerakan. Setelah itu terjadilah kejadian selanjutnya yaitu dimulainya hisab sebagaimana firman Allah:

وَجَآءَ رَبُّكَ وَٱلْمَلَكُ صَفًّۭا صَفًّۭا٢٢وَجِا۟ىٓءَ يَوْمَئِذٍۭ بِجَهَنَّمَ ۚ يَوْمَئِذٍۢ يَتَذَكَّرُ ٱلْإِنسَـٰنُ وَأَنَّىٰ لَهُ ٱلذِّكْرَىٰ ٢٣

dan datanglah Tuhan-mu; sedang malaikat berbaris-baris. Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahanam; dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya.” (Al-Fajr : 22-23)

Dalam kisah ini yang disyafaati adalah seluruh makhluk, yang memohon syafaat adalah Nabi Muhammad . Pemilik syafaat adalah Allah .

Pembahasan Keempat: Macam-Macam Syafa’at

Delapan bentuk syafaat Nabi . Terdapat syafaat yang khusus bagi Nabi Muhammad dan syafaat yang berserikat antara Nabi Muhammad dan para Nabi, para malaikat dan lainnya..

  1. Syafa’at khusus Nabi, Syafa’atul Uzma
  2. Syafa’at khusus Nabi, Syafa’at penduduk surga untuk masuk kedalam surga. Pintu surga tidak akan dibuka hingga, Nabi memohon agar pintu surga dibukakan. Manusia sudah menunggu di pintu surga, menunggu Nabi untuk mengetuk pintu surga. Ketika ditanyakan siapa engkau, maka Nabi menjawab dengan namanya. Kemudian Malaikat penjaga pintu surga berkata “Terhadap engkaulah aku diperintah untuk membukanya”. Maka pintu surga sibuka.
  3. Syafa’at khusus Nabi, Syafa’at untuk pamannya Abu Thalib. Abu Thalib seharusnya dilapisan neraka yang paling bawah. Akan tetapi dengan syafaat Nabi, dia menjadi makluk yang paling ringan siksanya di neraka walaupun tetap kekal di neraka. Siksaannya yaitu berupa dua terompah yang dipanaskan, belum kaki masuk menginjak terompah, maka kepalanya sudah mendidih.
  4. Syafa’at khusus Nabi (tetapi silang pendapat, sebagian mengatakan tidak khusus bagi Nabi), syafa’at untuk sekelompok dari umat masuk tanpa hisab dan tanpa adzab. Hal ini terdapat dalam hadits mengenai 70 ribu orang umat Nabi, masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab. Diceritakan Ukkasayah meminta untuk didoakan kepada Allah, agar aku diikutkan dari mereka. Maka Nabi bersabda “Engkau dari mereka”. Hal ini merupakan bentuk syafaat dari Nabi untuk Ukkasyah. Kemudian ada yang meminta lagi kemudian Nabi berkata “Ukkasyah telah mendahului engkau”.
  5. Syafaat untuk penduduk surga sehingga derajatnya ditinggikan. Dari hadist Bukari dan Muslim mengenai kisah Abu Salamah ketika meninggal Nabi mendoakan “Ya Allah ampunilah Abu Salamah, tingikan derajatnya di almadiyin (surga), ya Allah ampunilah kami dan Abu Salamah, wahai Rabbul ‘Alamin, Ya Allah lapangkanlah dia dalam kuburnya, berilah cahaya didalam kuburnya”.
  6. Satu kaum yang seimbang antara kejelekan. dan kebaikannya yaitu menjadi Ahabul A’raf yang berada di ‘Araf antara surga dan neraka. Maka dengan syafa’at Allah memasukannya ke surga.
  7. Syafa’at untuk pelaku dosa besar yang dosanya lebih besar daripada kebaikannya. Harusnya arahnya keneraka, akan tetapi dengan syafa’at diampuni dan dimasukan kedalam surga.
  8. Syafa’at untuk pelaku dosa besar yang sudah masuk kedalam neraka. Maka dengan syafaat dikeluarkan dari neraka dan dimasukan kedalam surga.

Nomor 7 dan 8 diingkari oleh Ahli Bid’ah kalangan Khawarij dan Mu’tajilah. Dikarenakan kaidah mereka adalah pelaku dosa besar kekal didalam neraka. Hal ini adalah ucapan yang bathil karena Rasulullah bersabda “Syafaatku aku berikan kepada pelaku dosa besar dari umatku“.

Pembahasan Kelima: Sya’faat yang dinafikan dan ditetapkan dalam Al-Qur’an

Didalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menafikan syafaat seperti “Tidak ada syafaat baginya“, atau “tidak ada syafaat orang yang memberi syafaat” dan selainnya. Ayat ini adalah bagi kaum Musyrikin yang tidak bertahuid.

Adapun untuk orang yang bertahuid terdapat syafaat yang diterangkan dalam al-qur’an. “Tidak ada yang memerbi syafaat disisinya kecuali dengan ijin Allah“. Dan juga ayat “Betapa banyak dari para malikat dilangit, syafaat mereka tidak bermafaat, kecuali setelah Allah memberi ijin kepada siapa yang Allah kehendaki” dan ayat lainnya. Syafaat ini hanya untuk ahli tauhid.

Abu Hurauirah bertanya kepada Nabi “Wahai Rasulullah siapakah yang paling berbahagia mendapatkan syafaatmu di hari Kiamat?” Maka Nabi berkata “Siapa yang berkata La Illaha Illallah ikhas dari hatinya (dirinya)“.

Syarat mendapatkan syafaat:

  1. Orang yang bertauhid.
  2. Allah ijinkan untuk orang yang memohon syafaat memberi syafaat kepadanya

Pembahasan Keenam: Kaum yang keluar dari neraka dan dimasukan ke surga

Hadits mengenai orang yang terakhir keluar dari neraka

Dalam hadits Bukhari-Muslim diceritakan orang yang terakhir keluar dari api neraka. Dia meminta dengan sungguh-sungguh kepada Allah agar dikeluarkan dari api neraka, “Ya Allah, keluarkan aku dari api neraka, aku tidak meminta yang lain kecuali ini saja, jauhkan wajah ku dari api neraka”. Maka Allah berfirman kepadanya, “Wahai anak Adam, barangkali engkau akan minta yang lainnya”. Maka si hamba dikeluarkan dari neraka.

Tidak masuk kesurga tapi diantara surga dan neraka. Dia lama berdiri dan melihat surga dari kejauhan, maka dia berdoa lagi. “Ya Allah, dekatkanlah aku ke surga, Aku tidak meminta kecuali itu. Maka Allah berfirman “Betapa penghianatnya kamu wahai anak Adam, bukan kamu telah bersumpah”. Kemudian si hamba terus memohon itu saja. Maka dikabulkan oleh Allah, didekatkan ke surga.

Begitu melihat keindahan surga, dia tidak tahan laginya dan memohon kepada Allah untuk dimasukan ke surga. Akhirnya dimasukan oleh Allah surga. Kemudian disuruh berangan-angan apa yang diinginkan di surga. Allah terus menyuruhnya berangan-angan lagi sampai habis angan-angannya. Maka Allah berfirman “Aku akan berikan untuk mu 10 kali dari yang engkau minta.

Ini menunjukan bahwa ada kaum yang keluar neraka dan masuk surga. Dia adalah seorang pelaku dosa besar. Hal ini diingkari oleh ahlul bid’ah sehingga Imam Ahmad memasukan di pokok-pokok ahlus sunnah.

Wallahu Ta’lla ‘alam

Beriman dengan adanya Adzab Kubur

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad , keluarga dan sahabatnya.

Kitab Ushulus Sunnah Imam Ahmad

  • Penulis: Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah Ta’alla
  • Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman audio kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Note: tulisan dengan cetakan tebal-miring adalah perkataan Imam Ahmad Rahimahullah.

Beriman dengan adanya Adzab Kubur.

Imam Ahmad berkata, Pokok-pokok Sunnah (Islam) disisi kami adalah:

Beriman dengan adanya adzab kubur. Sesungguhnya umat ini akan diuji dan ditanya dalam kuburnya tentang Iman, Islam, siapa Rabbnya dan siapa Nabinya. Munkar dan Nakir akan mendatanginya sebagaimana yang Dia kehendaki dan inginkan. Kita wajib beriman dan membenarkan hal ini.

Penjelasan:

Sunah lazimah yaitu sunnah yang harus diyakini. Apabila tidak menyakini salah satu dari sunnah lazimah maka tidak terhitung sebagai ahli sunnah.

Pembahasan Pertama: Penggunaan kata Adzabul Al-Qabr

Kata Al-Qabr artinya yang dikubur. Secara umum yaitu orang yang di kubur apabila meninggal. Akan tetapi termasuk juga orang yang meninggal di laut atau dimakan binatang buas atau terbakar, juga akan terkena adzab kubur.

Terkadang digunakan istilah al-barzah, yaitu lebih umum akan dialami untuk seluruh makhluk.

Kisah Orang yang tidak mau dikubur karena takut di adzab

Dalam hadits dari Said Al-Kudri dalam riwayat Bukhari Muslim, dikisahkan tentang seorang yang menyadari bahwa azalnya sudah dekat, berpesan kepada anak-anaknya apabila meninggal maka bakar lah jasad saya, kemudian lemparkan sebagian debunya ke laut dan sebagian debunya ke bumi.

Dia melakukan ini agar jangan sampai dibangkitkan oleh Allah. Dia takut apabila bisa dibangkitkan Allah maka akan disiksa. Allah Maha Mampu akan tetapi orang ini jahil akan kemampuan Allah. Ucapan “Andaikata Allah mampu” adalah ucapan kekafiran, akan tetapi diberi udhur karena ke-jahil-annya.

Begitu dia meninggal, ternyata anaknya melaksanakan apa yang diinginkan orang tuanya, yaitu jasadnya dibakar kemudian sebagian debunya di lempar ke laut dan sebagian lainna dilempar kebumi.

Allah berfiman kepada lautan dan bumi, “Kumpulkan apa yang kalian dapat”, tiba-tiba berdiri lagi orang yang meninggal tadi. Allah bertanya “Apa yang menyebabkan kamu melakukan hal ini”. Dia berkata “Aku takut pada siksaan wahai Rabb-ku”. Maka dia diampuni oleh Allah.

Sehingga walaupun yang meninggal tidak dikubur, perhitungan tetep ada.

Pembahasan Kedua: Kenapa hanya disebutkan Azab Kubur? tidak disebutkan Nikmat Kubur?

Imam Ahmad hanya menyebutkan adzab kubur. Muncul pertanyaan apakah dikubur hanya siksaan saja? tidak ada kenikmatan kubur?. Hal ini dikarenakan ahlul bid’ah tidak meningkari adanya nikmat kubur. Tapi mereka mengingkari adzab kubur.

Didalam kubur ada yang di siksa dan ada yang diberi kenikmatan. Ada yang diselamatkan ada yang terkena siksaan.

Pembahasan Ketiga: Dalil mengenai Adzab Kubur

Keimanan terhadap Adzab Kubur adalah suatu keyakinan yang agung dalam Islam. Hal ini ditunjukan oleh dalil dari Al-Qur’an, hadits dan disepekati oleh ulama, sebagai berikut:

Banyak dalil dalam Al-Qur’an, diantaranya:

Firman Allah dalam surat Al-Mu’minun:

حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَ أَحَدَهُمُ ٱلْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ٱرْجِعُونِ ٩٩ لَعَلِّىٓ أَعْمَلُ صَـٰلِحًۭا فِيمَا تَرَكْتُ ۚ كَلَّآ ۚ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَآئِلُهَا ۖ وَمِن وَرَآئِهِم بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ ١٠٠

(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu) hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, “Ya Tuhan-ku kembalikanlah aku (ke dunia); agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” (Al-Mu’minun: 99-100)

Dikatakan setelah ruh-ny keluar kemudian ada alam barzah hingga hari kebangkitan. Sehingga alam barzah dan hari akhirat adalah sesuatu yang berbeda. Alam barzah berbeda dengan dunia karena orang ini ruhnya telah dicabut.

Firman Allah dalam surat Ghafir tentang pengikut Firaun.

فَوَقَىٰهُ ٱللَّهُ سَيِّـَٔاتِ مَا مَكَرُوا۟ ۖ وَحَاقَ بِـَٔالِ فِرْعَوْنَ سُوٓءُ ٱلْعَذَابِ ٤٥ٱلنَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّۭا وَعَشِيًّۭا ۖ وَيَوْمَ تَقُومُ ٱلسَّاعَةُ أَدْخِلُوٓا۟ ءَالَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ ٱلْعَذَابِ ٤٦

Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka dan Firʻawn beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang dan pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat), “Masukkanlah Firʻawn dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras“. (Ghafir: 45-46)

Fir’aun dan pengikutinya ditampakan neraka pada pagi dan petang, Dan pada hari kiamat mereka masuk pada azab yang pedih. Sehingga ditampakan neraka tersebut adalah bukan di dunia dan diakhirat, akan tetapi dialam barzah.

Firman Allah dalam surat As-Sajadah:

وَلَنُذِيقَنَّهُم مِّنَ ٱلْعَذَابِ ٱلْأَدْنَىٰ دُونَ ٱلْعَذَابِ ٱلْأَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Dan Sesungguhnya, Kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat); mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).” (As-Sajadah: 21)

Dikatakan “Kami akan membuat mereka merasakan siksaan yang ringan, sebelum merasakan siksaan yang lebih besar“. Kebanyakan ahli tafsir, menafsirkan siksaan yang ringan sebagai kehidupan di alam kubur.

Hadits-hadits mutawatir yang menerangkan kehidupan dialam kubur, diantaranya:

Rasullullah mengatakan dalam riwayat At-Tirmidzy, bahwa kubur adalah taman dari taman surga atau kubur adalah satu lubang dari lubang api neraka.

Hadits Ibnu Abas dalam riwayat Al-Bukhariy dan Muslim, tentang kisah rasulullah melewati dua kuburan, beliau berkata “Sesungguhnya kedua penghuni kubur ini sedang disiksa. Dan mereka tidak disiksa pada hal yang besar”. Kemudian disebutkan dosa mereka yang besar yaitu dosa namimah dan dosa tidak berbersih ketika buang hajat.

Hadits mengenai keluar ruh seorang Mukmin dan seorang Fajir

Dari Abu Hurairah dan selainnya tentang kisah keluar ruh seorang mukmin dan fajir. Seorang mukmin didatangi malaikat dengan wajah yang berseri-seri, kemudian wangi, ditarik ruhnya dengan mudah, dibawa menghadap Allah, begitu sampai kelangit penjaga ruh bertanya “siapakah ruh yang baik yang kau bawa“. Maka dikatan “fulan bin fulan” dan dibukakan pintu langit, kemudian ditanyakan kepada pintu yang kedua dengan jawaban dan pertanyaan yang sama hingga sampai ke- ilyyin.

Kemudian Allah memerintahkan untuk ruhnya dikembalikan ke jasadnya. Maka ruh masuk ke jasadnya. Kemudian didatangi Munkar dan Nakir yang bertanya dengan tiga pertanyaan dan dijawab dengan sangat mudah. Kemudian dilapangkan kuburannya sejauh mata memandang. Kemudian didatangkan orang yang sangat baik rupanya untuk menemaninya. Ketika ia ditanya siapakah engkau, “Aku adalah amal shalehmu semasa kamu hidup“. Maka tidurlah engkau hingga hari kebangkitan. Lalu dibukakan untuknya celah dari surga.

Adapun orang yang fajir, dalam riwayat lain munafik dan kafir. Didatangi malaikat dengan muka yang jenis dan bau yang tidak enak. Dicabut ruh dengan sangat keras. Lalu dibawa kelangit dan penjaga langit bertanya “Siapakah ruh yang busuk ini?”. Dikatakan “Fulan bin fulan“. kemudian diperintah untuk dilemparkan ruh tersebut kembali ke jasadnya, tidak diterima di langit.

Setelah masuk ke jasadnya, Munkar dan nakir datang dan bertanya 3 pertanyaan. Setiap kali ditanya jawabnya “Ha.ha.ha. saya tidak tahu. Saya hanya mendengar manusia berucap sesuatu, saya juga ikut mengucapkannya”. Sehingga tidak bermanfaat ikut-ikutan dalam beragama. Kemudian setiap kali tidak menjawab maka dipukul dengan mitraqah (palu/gada). Nabi bersabda andai kata mitraqah ini dipukulkan ke gunung uhud, maka akan hancur berkeping-keping. Setiap dipukul maka dia menjerit dan jeritannya didengar oleh seluruh makhluk kecuali jin dan manusia. Andaikata didengar oleh jin dan manusia, maka mereka akan tersungkur mati. Kemudian disempitkan kuburnya sampai menghimpitnya dan menceraikan tulang belulangnya. Kemudian dibukakan untuknya celah neraka. Datang seorang yang buruk rupanya untuk menemaninya. Siapakah engkau, dia menjawab “Saya adalah amalan burukmu didunia”.

Dari kalangan Hitzbut Thahrir yang berpemahaman Mu’tazilah yang mengingkari adzab kubur. Karena mereka menganggap derajat haditsnya ahad dan tidak ada di Al-Qur’an. Padahal terdapat dalil dalam Al-Qur’an dan hadits mutawatir.

Imam Ahmad berkata: Sesungguhnya umat ini akan diuji dan ditanya dalam kuburnya tentang Iman, Islam, siapa Rabbnya dan siapa Nabinya.

Terdapat 2 pembahasan mengenai hal ini

Pembahasan Pertama: Apakah Adzab Kubur hanya untuk Umat Islam saja? Atau berkaitan dengan Umat sebelum Islam?

Hal ini berkaitan juga dengan umat sebelum kita. Yaitu dari hadits Ibnu Abas mengenai Nabi melalui dua kuburan yang sedang disiksa. Kuburan tersebut sebelum umat Islam. Sehingga perkataan Imam Ahmad bahwa “Umat ini akan diuji”. Maksudnya bukan umat Islam saja akan tetapi ini merupakan penegasan untuk umat Islam lebih sadar akan hal ini

Pembahasan Kedua: Tiga Pertanyaan Kubur.

  1. Siapa Rabb mu
  2. Siapa Nabi mu (yang diutus kepadamu)
  3. Apa agama mu.

Setiap umat ditanya tentang nabinya masing-masing. Pertanyaan ini hanya mampu dijawab oleh seorang hamba tergantung pada pemahaman dia terhadap apa yang ditanyakan yaitu sejauh mana mempelajari dan mengamalkannya.

Seperti yang telah dijelaskan dalam hadist, yang hanya mengikuti kebanyakan orang, maka tidak mampu menjawab pertanyaan ini.

Ketiga pertanyaan ini wajib untuk dipelajari hal berikut:

  1. Perlu dipelajari siapa Allah, apa kewajiban kita terhadap Nya, apa makna berislam, apa makna beribadah kepada Allah.
  2. Siapa Nabi kita, apa kewajiban terhadap beliau dan apa konsekuensi mengucapkan dua kalimat syahadat,
  3. Mengenal agama Islam, rukun Islam, berbakti kepada orang tua, silaturahmi.

Apabila tidak dipelajari hal tersebut maka berdosa. Coba ditanyakan diri sendiri ketiga pertanyaan tersebut apakah kita sudah paham dan mampu menjawabnya?.

Apabila telah mempelajarinya, hendaknya untuk selalu mengulangi. Agar jangan sampai terjatuh dari kesalahan.

Hendaknya mendalami Kitab Tsalatsatu Ushul dan Kitab Tauhid karya Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab.

Imam Ahmad berkata: Munkar dan Nakir akan mendatanginya sebagaimana yang Dia kehendaki dan inginkan.

Hadist dalam riwayat At-Tirmidzy disebutkan datang dua malaikat biru hitam. Sebagian berkata satu malaikat biru dan satu malaikat hitam. Ada yang berkata badannya biru, mukanya hitam.

Dua malaikat Munkar dan Nakir yang bertanya di alam kubur.

Hal tersebut harus kita imani dan membenarkannya.

Wallahu Ta’lla ‘alam

Beriman kepada haudh (telaga) yang dimiliki Rasulullah di hari Kiamat.

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad , keluarga dan sahabatnya.

Kitab Ushulus Sunnah Imam Ahmad

  • Penulis: Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah Ta’alla
  • Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman audio kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Note: tulisan dengan cetakan tebal-miring adalah perkataan Imam Ahmad Rahimahullah.

Beriman kepada haudh (telaga) yang dimiliki Rasulullah di hari Kiamat.

Imam Ahmad berkata, Pokok-pokok Sunnah (Islam) disisi kami adalah:

Beriman kepada haudh (telaga) yang dimiliki oleh Rasulullah pada hari kiamat, yang akan didatangi oleh umatnya, lebarnya sama seperti panjangnya yaitu selama perjalanan satu bulan, bejana-bejananya seperti banyaknya bintang-bintang di langit, hal ini sebagaimana diberitakan dalam khabar-khabar yang benar dari banyak jalan.

Penjelasan:

Pembahasan Pertama: Adanya Telaga pada hari kiamat.

Hal ini ditunjukan dari dalil Al-Qur’an, hadits, dan Ijma para ulama, sebagai berikut:

Surat Al-Kautsar Ayat 1:

إِنَّآ أَعْطَيْنَـٰكَ ٱلْكَوْثَرَ

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu sebuah sungai di surga.” (Al-Kawtsar: 1)

Walaupun Al-Kautsar adalah telaga disurga, akan tetapi dari hadits-hadits yang shahih mengatakan bahwa Al-Haudh (telaga Rasulullah) berasal dari surga. Sehingga sebagian ulama menetapkan ayat ini sebagai dalil mengenai telaga Rasulullah.

Hadits mengenai telaga Mutawattir diriwayatkan lebih dari 80 orang sahabat.

Pembahasan Kedua: Kedudukan telaga di hari kiamat

Kedudukan telaga di hari kiamat adalah untuk Nabi dan umatnya mendatanginya. Setiap Nabi memiliki telega masing-masing dan setiap umat mendatangi telaga nabinya masing-masing.

Yang mendatangi telaga Nabi Muhammad hanya umatnya saja. Dalam hadist riwayat Bukhari dan Muslim, ada sekelompok orang mendatangi telaga lalu mereka diusir dari telaga. Nabi berkata. “Umatku, umatku“, pada sebagian riwayat “Sahabatku, sahabatku“. Kalimat “sahabat” digunakan oleh orang Syiah bahwa sebagaian sahabat ada yang kafir. Akan tetapi kata “sahabat” bermakna siapa yang diatas tuntunan Nabi Muhammad. Dikatakan kepada beliau “Sesungguhnya kamu tidak tahu apa yang mereka ada-adakan setelah mu“. Hal ini termasuk orang yang murtad, pelaku bid’ah, dan pelaku dosa besar.

Para ulama berkata mengenai sebab-sebab mendapatkan telaga rasulullah:

  1. Orang yang bertauhid.
  2. Tidak pernah membuat perkara baru dalam agama.
  3. Bersihkan hatinya dari kebencian kepada para sahabat.
  4. Menghindarkan diri dari berucap atas nama Allah tanpa ilmu.
  5. Menjauhkan diri dari dosa-dosa besar
  6. Selalu bertaubat dan beristigfar.

Pembahasan Ketiga: Sifat-Sifat Telaga

  • Lebarnya sama dengan panjangnya (segi empat)
  • Perjalanan satu bulan.

Riwayat lain perjalan dari AIla ke Son’a atau kota lainnya. Nabi Muhammad menjawab sesuai dengan kota yang dikenal oleh orang yang bertanya. Akan tetapi Imam Ahmad memilih ukuran yang bisa dipahami semua orang yaitu satu bulan perjalanan.

Telaga berada diatas bumi yang telah diganti. Ketika kiamat langit dan bumi hancur dan diganti dengan yang semisal dengannya. Berdasarkan firman Allah:

يَوْمَ تُبَدَّلُ ٱلْأَرْضُ غَيْرَ ٱلْأَرْضِ وَٱلسَّمَـٰوَٰتُ ۖ وَبَرَزُوا۟ لِلَّهِ ٱلْوَٰحِدِ ٱلْقَهَّارِ

(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain, dan (demikian pula) langit, dan mereka semuanya (di Padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.” (Ibrahim: 48)

  • Bejana-bejana yang ada di telaga

Bejananya sejumlah bintang dilangit. Memberikan makna sangat banyak, dan indah bercahaya.

  • Warnya lebih putuh dari susu
  • Rasanya lebih manis daripada madu
  • Baunya lebih harum dari kasturi
  • Warnya lebih mengkilat dari perak.
  • Siapa yang minum darinya satu kali tegak, maka tidak akan haus selama-lamanya.

Pembahasan Keempat: Letak Telaga Rasulullah

Terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama mengenai letak telaga: apakah sebelum as-shirat atau setelah as-shirat. Yang benarnya adalah sebelum as-shirat. Yang berpendapat ini juga ada ada dua pendapat apakah sebelum timbangan atau sesudah timbangan. Di tarjih bahwa tempatnya sebelum timbangan bahkan sebelum syafaat dipadang mahsyar.

Wallahu Ta’lla ‘alam

Orang Meninggal dalam keadaan tidak berbuat Syirik sedikitpun, pasti masuk Surga.

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid

  • Penulis: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
  • Pensyarah: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah
  • Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Bab 3: Takut terhadap Syirik

Orang Meninggal dalam keadaan tidak berbuat Syirik sedikitpun, pasti masuk Surga.

Dalam (riwayat) Muslim, dari Jabir Radhiallahu ‘anhuma, beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa saja yang menemui Allah (meninggal) dalam keadaan tidak berbuat syirik terhadap-Nya sedikitpun, pasti masuk surga, (tetapi) siapa saja yang menemui-Nya (meninggal) dalam keadaan berbuat syirik terhadap-Nya sedikitpun, dia pasti masuk neraka“.

Biografi

Jabir adalah Jabir bin Abdillah bin ‘Amr bin Haram Al-Anshary Asulamy, seorang sahabat yang mulia, banyak meriwayatkan hadits, dan anak seorang sahabat. Beliau meninggal di Madinah setelah 70 H dalam usia sembilan puluh empat tahun.

“Siapa saja berjumpa dengan Allah”, artinya siapa saja yang meninggal.

“Tidak berbuat syirik terhadap-Nya” yaitu tidak mengadakan sekutu bagi Allah, baik dalam perkara uluhiyah (ibadah) maupun perkara rububiyyah.

“Dengan sesuatu”, yaitu dengan kesyirikan yang sedikit atau banyak.

Siapa yang mati dan tidak berbuat kesyirikan maka sudah dipastikan masuk surga. Walaupun mati dalam keadaan mempunyai dosa besar. Akan tetapi masuk surga ada dua macam: masuk surga langsung atau akhirnya masuk surga.

Ahlul sunnah cari dari dulil baru disimpulkan, akan tetapi ahlul bid’ah buat kesimpulan dulu baru dalilnya dicari.

Makna Hadits Secara Global

Bahwasannya Rasulullah mengabarkan bahwa siapa saja yang meninggal di atas tauhid, perihal masuknya ia ke dalam surga adalah sudah pasti, meskipun ia adalah seorang pelaku dosa besar dan meninggal dalam keadaan terus menerus berbuat dosa maka ia berada dibawah kehendak Allah. Kalau menghendaki, Allah akan memaafkan dan langsung memasuka dia ke surga. Akan tetapi, kalau Allah menghendaki (lain). Allah akan mengazhab dia di neraka, kemudian dia dikeluarkan dari neraka dan dimasukan ke dalam surga.

Adapun orang yang meninggal di atas kesyirikan besar, ia tidak akan masuk surga, tidak akan mendapat rahmah dari Allah, dan dikekalkan di neraka. Kalau meninggal di atas syirik kecil, ia dimasukkan ke dalam neraka (kalau tidak memiliki amal kebaikan yang mengalahkan kesyirikannya), tetapi tidak akan kekal di dalam (neraka) tersebut.

Hubungan antara Hadits dan Bab

Terdapat peringatan keras terhadap perbuatan kesyirikan sehingga mengharuskan adanya rasa takut yang amat besar terhadap kesyirikan tersebut.

Faedah Hadits:

  1. Kewajiban takut terhadap kesyirikan karena, agar selamat dari neraka, dipersyaratkan untuk selamat dari kesyirikan.
  2. Bahwasannya yang dianggap (yang menjadi ukuran) itu bukanlah banyaknya amalan, tetapi yang dianggap (sebagai ukuran) adalah selamatnya amalan dari kesyirikan
  3. Penjelasan tentang makna La Illaha Illallah, yaitu meninggalkan kesyirikan dan mengesankan Allah dalam ibadah.
  4. Dekatnya surga dan neraka dari seorang hamba, bahwasannya tiada yang memisahkan seorang hamba dengan surga dan neraka, kecuali kematian.
  5. Keutamaan orang yang selamat dari kesyirikan.

Pembahasan dari Bab Takut kepada kesyirikan.

Pembahasan Pertama: Takut terhadap kesyirikan,

Hal ini berdasarkan dalil dari 2 ayat dan 3 hadits yang telah disebutkan yang semuanya menjelaskan akan takut pada kesyirikan, yaitu

Ayat ke-1: Mengenai dosa yang tidak diampuni, yaitu syirik besar

Ayat ke-2: Nabi Ibrahim mengkhawatirkan kesyirikan terhadap diri dan keluarganya

Hadits-1: Kekhawatiran Nabi terhadap mansuia yang paling afdhal (sahabat) yaitu siyirik kecil.

Hadits-2: Yang berbuat syirik masuk neraka

Hadits 3: Yang tidak berbuat syirik masuk surga dan yang berbuat syirik masuk neraka

Pembahasan Kedua: Penjelasan bahwa riyaa tergolong dari kesyirikan.

Pembahsan Ketiga: Riya dari syirik kecil

Pembahasan Keempat: Riya adalah amalan yang paling ditakuti terhadap orang-orang shaleh

Pembahasan Kelima: Dekatnya surga dan neraka. Siapa saja yang mati tidak berbuat kesyirikan masuk surga. Siapa saja yang mati berbuat kesyirikan masuk neraka.

Pembahasan Keenam: Penyatuan kedekatan keduanya terdapat pada hadits yang sama pada amalan yang berdekatan pada bentuknya (Hadits Jabir)

Pembahasan Ketujuh: Barang siapa yang meninggal tidak berbuat kesyirikan sedikitpun pasti masuk surga. Namun barang siapa yang meninggal dalam keadaan berbuat syrik besar pasti masuk neraka. Walaupun dia paling banyak ibadahnya. Yang menjadi ukuran adalah tauhid.

Pembahasan Kedelapan: Persoalan yang besar permohonan Nabi Ibarahim bagi beliau dan keturunanya agar dijaga jangan sampai beribadah pada berhala.

Pembahasan Kesembilan: Pengakuan beliau akan kondisi sebagian besar yaitu banyak manusia disesatkan oleh berhala

Pembahsan Kesepuluh: Tafsir La Illaha Illallah yaitu meninggalkan kesyirikan dan mengesankan Allah dalam ibadah.

Pembahasan Kesebelas: Keutamaan orang yang selamat dari kesyirikan.

Wallahu Ta’lla ‘Alam

Sumber:

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.

Beriman dengan Mizan dan Allah berbicara kepada hamba pada hari Kiamat.

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad , keluarga dan sahabatnya.

Kitab Ushulus Sunnah Imam Ahmad

  • Penulis: Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah Ta’alla
  • Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman audio kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Note: tulisan dengan cetakan tebal-miring adalah perkataan Imam Ahmad Rahimahullah.

Beriman dengan Mizan pada hari Kiamat

Imam Ahmad berkata, Pokok-pokok Sunnah (Islam) disisi kami adalah:

Beriman dengan mizan (timbangan amal) pada hari kiamat, sebagaimana disebutkan dalam hadits seorang hamba akan ditimbang pada hari kiamat, dan beratnya tidaklah seberat satu sayap lalat.

Dan akan ditimbang amalan para hamba sebagaimana disebutkan dalam atsar, maka wajib bagi kita untuk beriman dan membenarkannya, serta berpaling dari orang-orang yang menentangnya serta (kita harus) meninggalkan perdebatan. Sesungguhnya para hamba akan berbicara dengan Allah pada hari kiamat tanpa adanya penerjemah antara mereka dengan Allah dan kita wajib mengimaninya.

Penjelasan:

Hal ini adalah kesepakatan Imam ahli sunnah. Tidak ada yang menigingkari kecuali orang-orang Mu’tazilah. Mereka mentakwil mizan adalah keadilan.

Pembahasan 1: Dalil tentang adanya timbangan pada hari kiamat

Dalam Al-Quran dan dalam Hadits, diantaranya

Allah  berfirman:

وَنَضَعُ ٱلْمَوَٰزِينَ ٱلْقِسْطَ لِيَوْمِ ٱلْقِيَـٰمَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌۭ شَيْـًۭٔا ۖ وَإِن كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍۢ مِّنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا ۗ وَكَفَىٰ بِنَا حَـٰسِبِينَ

Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun, pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.” (Al-Anbiya: 47)

فَأَمَّا مَن ثَقُلَتْ مَوَٰزِينُهُۥ ٦ فَهُوَ فِى عِيشَةٍۢ رَّاضِيَةٍۢ ٧ وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَٰزِينُهُۥ ٨ فَأُمُّهُۥ هَاوِيَةٌۭ ٩ وَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا هِيَهْ ١٠ نَارٌ حَامِيَةٌۢ ١١

Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hāwiyah. Tahukah kamu apakah neraka Hāwiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas.” (Al-Qari’ah: 6-11)

وَٱلْوَزْنُ يَوْمَئِذٍ ٱلْحَقُّ ۚ فَمَن ثَقُلَتْ مَوَٰزِينُهُۥ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ ٨ وَمَنْ خَفَّتْ مَوَٰزِينُهُۥ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ خَسِرُوٓا۟ أَنفُسَهُم بِمَا كَانُوا۟ بِـَٔايَـٰتِنَا يَظْلِمُونَ ٩

Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barang siapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.” (Al-A’raf: 8-9)

Dalam hadits Rasululllah ﷺ :

Hadits Abu Malik Al-Ashari riwayat Muslim, Rasulullah ﷺ  bersabda: “Suci (Kesucian) sebagaian dari keimanan, kalimat Alhamdulillah pahalanya memenuhi timbangan, Kalimat Subhanallah Walhamdulillah dua kalimat ini pahalanya memenuhi langit dan bumi

Dalam As-Shahihain dari Bukhairah Radhiallahu ‘Anhu, Rasulullah ﷺ  bersabda “Ada dua kalimat, ringan diucapkan oleh lisan, sangat berat ditimbangan, dan dua kalimat ini sangat dicintai oleh Allah, yaitu Subhanallah Wabihamdihi, Subhanallahi Al-Adzim

Pembahasan 2: Apa-Apa saja yang ditimbang di hari Akhir.

Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim, “Akan didatangkan seorang lelaki gemuk pada hari kiamat, ternyata timbangannya tidak seberat sayap nyamuk“.

Dan ditimbang amalan hamba“. Sehingga Imam Ahamd menyebutkan dua yang ditimbang yaitu orangnya dan amalannya.

Pendapat yang ketiga adalah bahwa yang ditimbangan adalah catatan-catatan amalan. Yang dikuatkan oleh Syeikh Bin Baz Rahimahullah Ta’alla adalah dalil-dalil mengenai timbangan, menunjukan tiga hal: amalan, catatan amalan, dan pelaku amalan.

Hadits mengenai Ibnu Mas’ud yang betisnya terlihat kecil, Nabi ﷺ bersabda “Tidak kah kalian tahu bahwa betis Ibnu Mas’ud ini, lebih berat ditimbangan Allah Ta’alla dari gunung Uhud

Hadits mengenai catatan alaman dalam Riawayat Imam Ahmad dan selainnya dari Abdulah bin Amr bin Ash Radhiallahu ‘Anhuma, Rasulullah ﷺ bersabda, “Didatangkan seorang lelaki pada hari kiamat diatas kepala manusia (disaksikan manusia), ditujukan kepadanya amalan-amalannya. Maka dihamparkan untuknya 99 gulungan dosa, setiap gulungan dosa panjangnya sejauh mata memandang, satu persatu ditanyakan kepadanya dia mengingat dan membenarkannya.” Allah berfirman, “apakah malaikat telah mendholimimu?”, dia berkata “tidak”, kemudian Allah bertanya “Apakah kamu punya kebaikan?”. Dia menjawab “tidak”. Kemudian Allah berfirman “Bahkan kamu miliki kebaikan disisi kami“. Maka dikeluarkanlah satu kartu yang tertulis kalimat La Illaha Illallah, Muhammad Rasulullah. Allah berfirman “Saksikanlah timbangan mu“, Maka dia menyaksikan timbanganya. Diletakan 99 gulungan dosa di atas satu daun timbangan dan satu kartu diatas daun timbangan yang lainnya. Ternyata 99 gulungan dosa terhempas keatas. Dan satu kartu tersebut lebih berat.

Hadits mengenai yang ditimbangan amalan-amalan sangat banyak.

Pembahasan 3: Bagaimana Timbangan pada Hari Akhir.

Sejumlah Ulama berkata bahwa Al-Mizan memiliki dua daun timbangan, yang membandingkan kebaikan dan kejelekan. Yang mana yang ebih berat. Sebagian ulama menegaskan bahwa ditenganya memiliki lisan (tiang penyangga). Dalilnya sebagaimana hadits dar Abdulah bin Amr Bin Ash diatas.

Berapakah jumlah timbangan itu? Terdapat dua pendapat: jumlahnya satu dan jumlahnya banyak. Dikebanyakan ayat dalam Al-quran ditulis dengan jamak. Ualama yang mengatakan satu bedalila bahwa timbangannya satu tapi di jamak karena amalan yang ditimbang banyak.

وَٱلْوَزْنُ يَوْمَئِذٍ ٱلْحَقُّ ۚ فَمَن ثَقُلَتْ مَوَٰزِينُهُۥ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ ٨ وَمَنْ خَفَّتْ مَوَٰزِينُهُۥ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ خَسِرُوٓا۟ أَنفُسَهُم بِمَا كَانُوا۟ بِـَٔايَـٰتِنَا يَظْلِمُونَ ٩

Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barang siapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.” (Al-A’raf: 8-9)

Dalam ayat tersebut dikatakan timbanganya banyak. Lafdz timbangan dalam bentuk jamak “Mawajin“. Sehingga pendapat ini lebih kuat.

Allah Berbicara dengan Hamba-Nya di hari kiamat

Imam Ahmad berkata:

Sesungguhnya para hamba akan berbicara dengan Allah pada hari kiamat tanpa adanya penerjemah antara mereka dengan Allah dan kita wajib mengimaninya.

Penerjemah bisa bermakna menerjemah atau menafsirkan.

Hal ini cabang dari pembahasan Allah  mempunyai sifat kallam (berbicara). Allah  berbicara kepada Nabi Musa, Nabi Muhammad (pada Mi’raz), Nabi Adam. Juga berbicara melalui mimpi kepada para Nabi. Allah berbicara melalui perantara Jibril. Allah berbicara pada hamba-hambanya dihari kiamat.

Hadits Adi bin Hathim riwayat Al-Bukhariy dan Muslim, Rasulullah ﷺ bersabda “Tidak ada seorangpun dari kalian kecuali Allah (Ar-Rahman) berbicara langsung kepadanya, tidak ada perantara antara dia dan Allah. Dia melihat kesebelah kananya, Dia tidak melihat kecuali apa yang dikedepankan Amalan Baik. Dia meliaht kesebelah kirinya. Dia tidak melihat kecuali amalan kejelelekan yang telah dialakukan. Dia melihat kedepannya, dia tidak melihat kecuali Neraka Jahanam“. Diakhir hadits “Takutlah kalian akan neraka walaupun berinfak dengan sepotong kurma“.

Allah berbicara kepada hamba di hisab, setelah neraka Jahanam didatangkan.

Urutan Kejadian hari kiamat: Dibangkitkan dipadang mahsyar, Telaga, Syafaat Udma, Hisab disegerakan, Datang Malaikat beshaf-shaf, Kemudian didatangkan neraka Jahanam (dalam surat Al-Fajr).

Dari Ibnu Mas’ud dalam Riwayat Imam Muslim “Didatangkan neraka jahanam diikat dengan 70 ribu tali. Setiap tali ditarik oleh 70 ribu malaikat“.

Suara neraka terdengar sangat besar. Allah  berfirman:

إِذَا رَأَتْهُم مِّن مَّكَانٍۭ بَعِيدٍۢ سَمِعُوا۟ لَهَا تَغَيُّظًۭا وَزَفِيرًۭا

“Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh, mereka mendengar kegeramannya dan suara nyalanya.” (Al-Furqan: 12)

Wallahu Ta’lla ‘alam

Meninggalkan Sesuatu yang tidak Bermanfaat

Kitab Syarah Riyadhus Shalihin
Penulis: Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah

Bab 5 Muraqabah (Merasa Selalu Diawasi Oleh Allah)

Hadist 68. Dari Abu Hurairah Radhiallahu Anhu, ia berkata, Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Di antara tanda-tanda kebaikan (kesempurnaan) Islam seseorang adalah ia meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya” (Hadits Hasan, HR. At-Tirmidzi dan selainnya).

Penjelasan:

  • Seorang Muslim hendaknya ia meninggalkan sesuatu yang tidak penting baginya dalam urusan agamanya maupun dalam urusan dunianya.
  • Misalnya suatu perbuatan ragu-ragu antara dilakukan dan tidak dilakukan, maka hendaknya dilihat apakan perbuatan itu penting bagi agamamu atau duniamu. Jika demikian maka kerjakanlah dan jika tidak maka tinggalkanlah.
  • Adapun sebagian manusia, mereka sibukan akan urusan orang lain dalam hal yang tidak bermanfaat baginya. Ia menyia-nyiakan waktunya, menyibukan hatinya, menyempitkan pikirannya dan menyia-nyiakan kebaikan yang banyak.
  • Maka jika kamu ingin melakukan sesuau atau meninggalkan sesuatu lihatlah apakah itu sesuatu yang penting bagimu atau tidak. Jika memang bukan kepentinganmu maka tinggalkan. Namun jika itu merupakan kepentinganmu maka lakukanlah hal itu secukupnya.

Wallahu A’lam