Kitab Syarah Riyadhus Shalihin Karya Abu Zakaria An-Nawawi Rahimahullah
Pensyarah: Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah
Bab 9 Memikirkan Kekuasaan Allah, Fananya Dunia, Kesulitan-Kesulitan di Akhirat, Pengendalian dan Pendidikan Jiwa, Serta Membimbingnya untuk Istiqamah.
Ayat Al-Quran yang berkaitan dengan Tafakkur
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّمَآ أَعِظُكُم بِوَٰحِدَةٍ ۖ أَن تَقُومُوا۟ لِلَّهِ مَثْنَىٰ وَفُرَٰدَىٰ ثُمَّ تَتَفَكَّرُوا۟
“Aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri, kemudian kamu pikirkan (tentang Muhammad)” (QS. Saba’: 46)
Penjelasan:
Tafakkur adalah berkonsentrasi untuk berpikir dan merenungkan suatu masalah hingga menghasilkan suatu kesimpulan atau hikmah darinya.
Makna ayat diatas, yakni wahai Muhammad katakanlah kepada semua manusia, “Aku tidak memberikan nasihat kepada kalian kecuali dengan satu hal saja, jika kalian mengerjakannya maka kalian akan mendapatkan apa yang kalian harapkan dan selamat dari yang menakutkan.” Nasihat itu adalah firman Allah, “Yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri, kemudian kamu pikirkan.” (QS. Saba’: 46)
“Supaya kamu menghadap Allah,” dengan ikhlas kepada-Nya, lalu kamu melaksanakan ketaatan kepada Allah sesuai dengan apa yang diperintahkan kepada kamu dengan penuh keikhlasan, kemudian renungkanlah.
Pada ayat ini ada isyarat yang menunjukkan bahwa jika seseorang melaksanakan suatu pekerjaan hendaklah ia memikirkan apa yang ia lakukan dengan amal itu; Apakah ia telah melaksanakannya sesuai dengan yang diperintahkan, mengurangi, atau menambah. Apakah amal yang dilakukan itu dapat menyucikan hati dan menbersihkan jiwa atau tidak. Jangan seperti orang yang melakukan kesalehan sebagai rutinitas sehari-hari tanpa pernah merenungkannya. Oleh karena itu renungkanlah ibadah yang telah kamu lakukan, seberapa jauh pengaruhnya terhadap hatimu dan keistiqamahanmu.
Misalnya dalam ibadah shalat, Allah Ta’ala berfirman:
وَٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ وَإِنَّهَا
“Dan memohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat” (QS. Al-Baqarah: 45)
Maka, hendaklah kita berfikir, apakah jika kita shalat akan menambah kekuatan dan semangat kita dalam melakukan amal shaleh ataukah tidak.
Firman Allah Ta’ala:
وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ ۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ ۗ
“Dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar“(QS. Al-‘Ankabut: 45)
Maka lihatlah shalatmu, apakah kamu jika shalat, kamu mendapatkan jiwamu membenci kemungkaran dan kemaksiatan atau shalat tidak memberikan faedah dalam hal ini.
Contoh lain dalam masalah zakat, yaitu harta yang wajib dikeluarkan zakatnya kepada orang-orang yang telah diperintahkan Allah. Allah Ta’ala berfirman:
خُذْ مِنْ أَمْوَٰلِهِمْ صَدَقَةًۭ تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا
“Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka” (QS. At-Taubah: 103)
Jika kamu telah menunaikan zakat, maka lihatlah zakat telah mensucikan dari akhlak-akhlak yang tercela dan dosa? Apakah hartamu telah bersih?.
Banyak orang yang menunaikan zakat, seakan-akan zakat adalah utang yang harus dilunasi, sehingga hatinya tidak menyukainya, tidak merasa bahwa harta itu dapat membersikahnnya, dan mensucikan jiwanya.
Ini adalah nasihat agung yang jika seseorang ternasehati dengannya maka akan bermanfaat baginya dan akan baik keadannya.
Kami memohon kepada Allah semoga Dia memperbaiki amal-amal dan keadaan kita.
Wallahu Ta’ala A’lam