بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad ﷺ, keluarga dan sahabatnya.
Kitab Ushulus Sunnah Imam Ahmad
- Penulis: Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah Ta’alla
- Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman audio kajian lengkapnya bisa diakses disini.
Note: tulisan dengan cetakan tebal-miring adalah perkataan Imam Ahmad Rahimahullah.
Manusia Terbaik Setelah Nabi
Imam Ahmad berkata,
Sebaik-baik umat setelah Nabi-Nya adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, kemudian Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, kita mengutamakan tiga shahabat ini sebagaimana Rasulullah mengutamakan mereka, para shahabat tidak berselisih dalam masalah ini, kemudian setelah tiga orang ini orang yang paling utama adalah ashabusy-syura (Ali bin Abi Thalib, Zubair, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad dan [Thalhah]*) seluruhnya berhak untuk menjadi khalifah dan imam. Dalam hal ini kita berpegang dengan hadits Ibnu Umar:
“Kami menganggap ketika Rasulullah masih hidup dan para sahabatnya masih banyak yang hidup, bahwa sahabat yang terbaik adalah: Abu Bakar, Umar dan Utsman kemudian kita diam (tidak menentukan orang keempat)”
Kemudian setelah ashabusy-syura orang yang paling utama adalah orang yang ikut perang Badar dari kalangan Muhajirin kemudian dari kalangan Anshar sesuai dengan urutan hijrah mereka, yang lebih dulu hijrah lebih utama dari yang belakangan, kemudian manusia yang paling utama setelah para shahabat adalah generasi yang beliau diutus kepada mereka. Dan semua orang pernah bersahabat dengan beliau selama satu tahun, satu bulan, satu hari atau satu jam, siapa yang pernah melihat Rasulullah maka dia termasuk shahabat Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam.
Dia mempunyai keutamaan sesuai dengan lamanya dia bersahabat dengan Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam, dia lebih dulu masuk Islam bersama Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam, mendengar dan melihatnya (merupakan satu keutamaan baginya – pent). Orang yang paling rendah persahabatannya dengan Rasulullah tetap lebih utama dari pada generasi yang tidak pernah melihatnya, walaupun mereka bertemu dengan Allah dengan membawa seluruh amalannya. Mereka yang telah bersahabat dengan Nabi Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam telah melihat dan mendengar beliau lebih utama –karena persahabatan mereka – dari kalangan Tabi’in walaupun mereka (Tabi’in) telah beramal dengan semua amal kebaikan.
Penjelasan:
Pembahasan mengenai sikap ahli sunnah kepada sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam.
Sebaik-baiknya ummat setelah Nabi-Nya adalah:
- Abu Bakar,
- Umar bin Khatab dan
- Utsman bin Affan.
Para sahabat tidak berselisih tentang urutan ini. Ketiga sahabat ini diangkat menjadi khalifah menurut kesepakatan para sahabat.
Kemudian urutan berikutnya adalah ashabusy-syura yang lima orang, yaitu:
- Ali bin Abi Thalib,
- Zubair bin Awwam,
- Tolha Bin Ubaidillah,
- Abdurahman Bin Auf dan
- Saad bin Abi Waqas.
Sebetulnya ashabusy-syura ada enam yaitu ditambah Utsman bin Affan. Semuanya pantas menjadi khalifah dan imam.
Urutan pertama dan kedua adalah Abu Bakar dan Ummar bin Khatab, tidak ada perselisihan tentang urutan ini, para sahabat memakluminya. Hal ini dipertegas dengan yang menjadi khalifah setelah wafatnya Rasulullah adalah mereka berdua. Dimaklumi bahwa yang menjadi khalifah adalah orang yang terbaik ditengah umat.
Ketika Rasulullah meninggal dunia, para sahabat bersepakat untuk membaiat Abu Bakar Asy-Syidiq. Kemudian Abu Bakar melimpahkan kekuasaannya kepada Umar bin Khatab dan seluruh sahabat bersepakat membaiat Umar bin Khatab.
Urutan yang ketiga dan yang keempat dari sisi khilafah tidak ada perselisihan pendapat dikalangan para sahabat. Hal ini dikarenakan khalifah selanjutnya adalah Utsman bin Affan dan kemudian Ali bin Abi Thalib. Diantara yang membaiat Ustman Ketika menjadi khalifah adalah Ali bin Abi Thalib.
Kisah menjadi khalifahnya Utsman bin Affan. Ketika Umar bin Khatab ditikam oleh Abu Lu’ Lu’ Al-Majusi, maka Umar menetapkan enam orang sebagai ashabusy-syura yang akan menjadi khalifah, yaitu: Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Zubair bin Awwam, Tolha Bin Ubaidillah, Abdurahman Bin Auf dan Saad bin Abi Waqas. Kemudian tiga sahabat mundur menyerahkan haknya untuk kawannya masing-masing. Sehingga Abdurahman, Ali dan Ustman memiliki dua hak. Setelah itu Abdurahman bin Auf merasa dirinya tidak layak dalam hal ini. Maka keputusan ada pada Abdurhaman untuk menyerahkan haknya kepada Ustman atau Ali. Akhirnya Abudrahman bin Auf memberikan keputusannya kepada Utsman bin Affan. Kemudian Ustman dibaiat oleh seluruh sahabat termasuk Ali bin Abi Thalib.
Sehingga Ustman ada di urutan ketiga dan kemudian Ali bin Abi Thalib di urutan ke empat. Apabila ada yang berkata bahwa Ali seharusnya diurutan ke tiga maka ini dapat dikatakan sebagai ahlul bid’ah dikarenakan menyelisihi kesepatakan para sahabat.
Adapun dari sisi keutaman antara Ustman dan Ali. Maka memang terdapat sedikit silang pendapat tapi akhirnya bersepakat bahwa Ustman memiliki lebih keutamaan.
Hal ini berpegang teguh pada perkataan Ibnu ‘Umar bahwa kami telah membatasi sedangkan Rasulullah masih hidup dan para sahabat masih banyak, yaitu urutanmya Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Setelah itu kami diam. Maksudnya urutan tersebut adalah hal yang dimaklumi oleh Rasulullah dan para sahabat.
Sampai disini sudah ada 8 urutan manusia terbaik setelah Nabi. Kemudian Nabi mengabarkan 10 orang masuk surga dalam satu hadits. Mereka termaasuk 8 sahabat yang telah disebutkan dan ditambah dua orang yaitu: Abu Ubaidah (Amin Ibni Jarah) dan Said bin Zaid bin Nufel.
Kemudiam urutan selanjutnya adalah Ahli Badr dari kalangan Muhajirin. Di mulai dari Muhajirin karena secara umum kaum Muhajirin lebih afdhal daripada kaum Anshar. Dalam Al-Quran disebutkan Al Muhajirin Wa Al Anshar.
Kemudian urutan selanjutnya adalah Ahli Badr dari kalangan Anshar. Kemudian sesuai dengan urutan hijrah dan kedahuluannya dalam memeluk Islam.
Diutamakan Ahli Badr karena Allah befirman kepada ahli badr, “Berbuatlah sekehendak kalian, Aku telah mengampuni kalian“. Jumlah yang hadir diperang badr adalah 300 orang lebih.
Kemudian keutamaan selanjutnya adalah seluruh sahabat secara umum.
Sebagian ulama merinci keutamaan berikutnya seperti ahlul baiat Ar-Ridwan, para sahabat yang berbaiat kepada Rasulullah dibawah pohon. Rasulullah bersabda “Tidaklah masuk dalam neraka seorang yang membaiat di bawah pohon“.
Imam Ahmad mengurutkan manusia terbaik setelah Nabi sebagai berikit:
- 3 Orang Sahabat
- Ahlu Syura
- Ahlu Badr
Sebagian ulama merinci urutan manusia terbaik setelah Nabi sebagai berikut:
- Khulafaur Rasidin
- Sepuluh orang yang dijamin masuk surga
- Yang hadir di baiatul Aqobah
- Yang hadir di perang badr
- Yang hadir di Baiatul Ridwan
- Seluruh Sahabat.
Kemudian manusia terbaik setelahnya adalah para sahabat Rasulullah yaitu generasi beliau yang di utus kepada mereka (100 tahun).
Seorang mukmin tidak masuk pada urusan (pertikaian) para sahabat. Hendaknya lisan kita tidak boleh ikut campur dalam membicarakan masalah para sahabat. Hendaknya dicarikan alasan yang paling baik untuk mereka.
Dari Sunnah adalah menyebutkan kebaikan dari para sahabat selurunya. Dan menahan seluruh perkara yang terjadi ditengah mereka. Siapa yang mencela salah satu dari mereka, maka mereka adalah ahlul bida’ yang bermadzhab rafidha. Cinta kepada sahabat adalah sunnah. Yang mencintai para sahabat maka yang paling layak dikumpulkan di surga bersama para sahabat. Sebagaimana para sahabat mencintai Rasulullah. Sehingga para sahabat adalah yang paling berhak mendampingi Rasulullah di surga.
Sebelum sahabat datang, mereka sudah disebut keutamaannya di Taurat dan Injil, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
مُّحَمَّدٌۭ رَّسُولُ ٱللَّهِ ۚ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَىٰهُمْ رُكَّعًۭا سُجَّدًۭا يَبْتَغُونَ فَضْلًۭا مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنًۭا ۖ سِيمَاهُمْ فِى وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ ٱلسُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِى ٱلتَّوْرَىٰةِ ۚ وَمَثَلُهُمْ فِى ٱلْإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْـَٔهُۥ فَـَٔازَرَهُۥ فَٱسْتَغْلَظَ فَٱسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِۦ يُعْجِبُ ٱلزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ ٱلْكُفَّارَ ۗ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ مِنْهُم مَّغْفِرَةًۭ وَأَجْرًا عَظِيمًۢا
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud1. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Al-Fath: 29)
Pengorbanan para sahabat disebutk dalam surat Al-Hasyr.
لِلْفُقَرَآءِ ٱلْمُهَـٰجِرِينَ ٱلَّذِينَ أُخْرِجُوا۟ مِن دِيَـٰرِهِمْ وَأَمْوَٰلِهِمْ يَبْتَغُونَ فَضْلًۭا مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنًۭا وَيَنصُرُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓ ۚ أُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلصَّـٰدِقُونَ٨وَٱلَّذِينَ تَبَوَّءُو ٱلدَّارَ وَٱلْإِيمَـٰنَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِى صُدُورِهِمْ حَاجَةًۭ مِّمَّآ أُوتُوا۟ وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌۭ ۚ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِۦ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ ٩وَٱلَّذِينَ جَآءُو مِنۢ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا ٱغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَٰنِنَا ٱلَّذِينَ سَبَقُونَا بِٱلْإِيمَـٰنِ وَلَا تَجْعَلْ فِى قُلُوبِنَا غِلًّۭا لِّلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٌۭ رَّحِيمٌ ١٠
“(Juga) bagi para fukara yang berhijrah1 yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridaan-Nya dan mereka menolong Allah dan rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar. Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Ansar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan ini). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung. Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang”.” (Al-Hasyr: 8-10)
Kaidah bagi seorang mukmin adalah hati dan lisan bersih terhadap para sahabat.
Rasulullah bersabda “Jangan kalian mencela sabahbat-sahabatku. Andaikata kalian berinfak emas sebanyak satu gunung. Maka tidak akan mencapai satu mut (dua telapak tangan) dari keimanan para sahabat dan tidak pula setengahnya.“
Sebagaian As-Salaf pernah ditanya, yang mana lebih afdal antara Umar bin Abdul Aziz dan Muawiyah Radhiallahu Anhu. Beliau menjawab, debu yang berterbangan dari kuda Muawaiyah tidak bisa dinilai oleh hari-hari yang dilalui Umar bin Abdul Aziz.
Rasulullah bersabda, “Bintang-bintang adalah para pengaman langit. Apabila bintang sudah pergi, akan datang hal yang diancamkan terhadap langit. Demikian pula aku adalah pengaman ditengah para sahabatku. Apabila Aku telah pergi akan datang ancaman pada para sahabatku. Dan para sahabatku adalah pengaman ditengah umatku. Apabila para sahabatku telah pergi maka akan datang ditengah umat.“
Ukuran seseorang dikatakan sahabat
Siapa saja yang bersahabat dengan Nabi selama satu tahun, satu bulan, satu hari bahkan satu saat saja atau hanya sekedar melihat Nabi, maka dia telah termasuk seorang sahabat.
Ibnu Hajar mendefinisikan sahabat adalah siapa yang berjumpa dengan Nabi dalam keadaan beriman dengan Nabi dan mati diatas keislaman. Di definisikan sebagai yang berjumpa buka melihat karena ada sahabat yang tidak bisa melihat. Disyaratkan beriman ketika berjumpa dengan Nabi. Dan Mati diatas keislaman.
Para sahabat yang paling rendah kedudukannya lebih afdal dari generasi yang datang setelahnya dan tidak melihat Nabi. Walaupun seluruh orang pada generasi tersebut telah menghadap kepada Allah dengan seluruh amalan shalih. Misalnya seorang tabiin melalukan seluruh amalan shalih, maka tetap para sahabat lebih afdhal.
Kelompok yang sesat dalam menyikapi sahabat
- Siyah Radidhah, mencela dan mengkafirkan para sahabat
- Kelompok Nawasit, mengkafirkan dan memusuhi ahlul bayt.
- Kelompok Khawarij, mengkafirkan para sahabat.
Wallahu Ta’ala ‘Alam