Pelajaran Pertama: Kisah Penurunan Wahyu.

Kitab Sittah Mawadhi’ Minas Sirah (Enam Pelajaran Aqidah dari Sirah Nabi )

Pelajaran Pertama: Kisah Penurunan Wahyu

الۡمَوۡضِعُ الۡأَوَّلُ: قِصَّةُ نُزُولِ الۡوَحۡيِ، وَفِيهَا أَنَّ أَوَّلَ آيَةٍ أَرۡسَلَهُ اللهُ بِهَا: ﴿يَـٰٓأَيُّهَا ٱلۡمُدَّثِّرُ ۝١ قُمۡ فَأَنذِرۡ﴾ إِلَى قَوۡلِهِ: ﴿وَلِرَبِّكَ فَٱصۡبِرۡ﴾ [المدثر: ١-٧].

Sesungguhnya ayat pertama yang Allah utus Nabi Muhammad sebagai rasul adalah ayat (yang artinya), “Wahai orang-orang yang berselimut, bangkit dan berilah peringatan.” Sampai ayat, “Dan hanya kepada Allah, engkau bersabar.” (QS. Al-Muddatstsir: 1-7).

فَإِذَا فَهِمۡتَ أَنَّهُمۡ يَفۡعَلُونَ أَشۡيَاءَ كَثِيرَةً يَعۡرِفُونَ أَنَّهَا مِنَ الظُّلۡمِ وَالۡعُدۡوَانِ مِثۡلُ الزِّنَا، وَعَرَفۡتَ أَيۡضًا أَنَّهُمۡ يَفۡعَلُونَ شَيۡئًا مِنَ الۡعِبَادَةِ يَتَقَرَّبُونَ بِهَا إِلَى اللهِ مِثۡلِ الۡحَجِّ وَالۡعُمۡرَةِ وَالصَّدَقَةِ عَلَى الۡمَسَاكِينِ وَالۡإِحۡسَانِ إِلَيۡهِمۡ وَغَيۡرِ ذٰلِكَ.

Jika engkau memahami, bahwa mereka melakukan banyak perkara yang mereka sendiri ketahui bahwa itu termasuk kezaliman dan permusuhan, semisal zina; dan engkau mengetahui pula bahwa mereka melakukan suatu bentuk ibadah yang dapat mendekatkan diri kepada Allah, semisal haji, umrah, sedekah kepada orang-orang miskin, berbuat baik kepada mereka, dan selain itu.

وَأَجَلُّهَا عِنۡدَهُمُ الشِّرۡكُ، فَهُوَ أَجَلُّ مَا يَتَقَرَّبُونَ بِهِ إِلَى اللهِ عِنۡدَهُمۡ، كَمَا ذَكَرَ اللهُ عَنۡهُمۡ أَنَّهُمۡ قَالُوا: ﴿مَا نَعۡبُدُهُمۡ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَآ إِلَى ٱللَّهِ زُلۡفَىٰٓ﴾ [الزمر: ٣]، وَيَقُولُونَ: ﴿هَـٰٓؤُلَآءِ شُفَعَـٰٓؤُنَا عِندَ ٱللَّهِ ۚ﴾ [يونس: ١٨].

Dan kesyirikan menurut mereka adalah ibadah yang paling agung. Menurut mereka kesyirikan adalah perkara yang paling agung yang paling dapat mendekatkan diri kepada Allah. Sebagaimana Allah menyebutkan tentang mereka, bahwa mereka berkata (yang artinya), “Kami tidaklah menyembah mereka kecuali agar mereka mendekatkan kami kepada Allah sedekat-dekatnya.” (QS. Az-Zumar: 3). Dan mereka mengatakan, “Mereka ini adalah pemberi syafaat kami di sisi Allah.” (QS. Yunus: 18).

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿إِنَّهُمُ ٱتَّخَذُوا۟ ٱلشَّيَـٰطِينَ أَوۡلِيَآءَ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَيَحۡسَبُونَ أَنَّهُم مُّهۡتَدُونَ﴾ [الأعراف: ٣٠].

Allah taala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya mereka menjadikan setan-setan itu sebagai para wali selain Allah dan mereka menganggap bahwa diri mereka mendapat petunjuk.” (QS. Al-A’raf: 30).

فَأَوَّلُ مَا أَمَرَهُ اللهُ بِهِ الۡإِنۡذَارُ عَنۡهُ، قَبۡلَ الۡإِنۡذَارِ عَنِ الزِّنَا وَالسَّرِقَةِ وَغَيۡرِهِمَا.

وَعَرَفۡتَ أَنَّ مِنۡهُمۡ مَنۡ تَعَلَّقَ عَلَى الۡأَصۡنَامِ، وَمِنۡهُمۡ مَنۡ تَعَلَّقَ عَلَى الۡمَلَائِكَةِ وَعَلَى الۡأَوۡلِيَاءِ مِنۡ بَنِي آدَمَ.

Ternyata, hal pertama yang Allah perintahkan adalah memperingatkan dari syirik sebelum memperingatkan dari zina, pencurian, dan selainnya.

Engkau juga mengetahui bahwa di antara mereka ada orang-orang yang menggantungkan hati kepada berhala-berhala. Di antara mereka juga ada yang menggantungkan hati kepada para malaikat dan para wali dari kalangan bani Adam.

وَيَقُولُونَ: مَا نُرِيدُ مِنۡهُمۡ إِلَّا شَفَاعَتَهُمۡ.

وَمَعَ هَٰذَا بَدَأَ بِالۡإِنۡذَارِ عَنۡهُ فِي أَوَّلِ آيَةٍ أَرۡسَلَهُ اللهُ بِهَا، فَإِنۡ أَحۡكَمۡتَ هَٰذِهِ الۡمَسۡأَلَةَ فَيَا بُشۡرَاكَ.

خُصُوصًا إِذَا عَرَفۡتَ أَنَّ مَا بَعۡدَهَا أَعۡظَمُ مِنَ الصَّلَوَاتِ الۡخَمۡسِ.

Lalu mereka mengatakan: Kami hanya menginginkan syafaat dari mereka. Bersamaan dengan itu, Allah memulai dengan memperingatkan dari kesyirikan ini di awal ayat yang Allah utus beliau dengannya. Jika engkau sudah gamblang dengan masalah ini, maka bergembiralah. Terkhusus jika engkau mengetahui bahwa tidak ada setelah perkara ini yang lebih agung daripada salat lima waktu.

وَلَمۡ تُفۡرَضُ إِلَّا فِي لَيۡلَةِ الۡإِسۡرَاءِ سَنَةَ عَشۡرٍ بَعۡدَ حِصَارِ الشِّعبِ وَمَوۡتِ أَبِي طَالِبٍ، وَبَعۡدَ هِجۡرَةِ الۡحَبَشَةِ بِسَنَتَيۡنِ.

Salat tidak diwajibkan kecuali pada malam isra pada tahun sepuluh setelah pemboikotan (terhadap kaum muslimin) di sebuah lembah, meninggalnya Abu Thalib, dan dua tahun setelah hijrah ke Habasyah.

فَإِذَا عَرَفۡتَ أَنَّ تِلۡكَ الۡأُمُورَ الۡكَثِيرَةَ وَالۡعَدَاوَةَ الۡبَالِغَةَ، كُلَّ ذٰلِكَ عِنۡدَ هَٰذِهِ الۡمَسۡأَلَةِ قَبۡلَ فَرۡضِ الصَّلَاةِ، رَجَوۡتُ أَنۡ تَعۡرِفَ الۡمَسۡأَلَةَ.

Maka, ketika engkau mengetahui bahwa banyak kejadian dan permusuhan yang sengit itu, semua itu adalah dalam masalah memperingatkan dari kesyirikan sebelum diwajibkannya salat, maka aku harap engkau mengerti permasalahannya.


Pembahasan:

Enam tempat dalam sirah yang dibahas pernulis, semuanya terkait dengan pembahasan aqidah.

Pertama: Kisah permulaan turunnya wahyu

Kisah turun wahyu terdapat keterangan bahwa ayat pertama adalah surat Al-Muddattsir ayat 1-7.

Kisahnya ada dalam sahih Al-Bukhariy dan Muslim dari Aisha Radhiallahu ‘Anha: Ketika sudah dekat turunnya wahyu, Nabi dibuat cinta untuk menyendiri, yaitu beribadah pada beberapa malam.

Nabi datang kepada Khadijah mengambil bekal kemudian pergi ke gua hira untuk menyendiri beberapa malam. Setelah habis bekalnya, beliau balik lagi. Demikian seterusnya, hingga datang malaikat Jibril.

Kemudian kisah datangnya Jibril yang memeluk Nabi, dan turun ayat Al-Alaq ayat 1 sampai 5. Setelah diterima wahyu, beliau kembali kerumahnya, mendatangi Khadijah Radhiallahu Anha.

Beliau berkata “Selimuti saya” (mengigil). Khadijah menghibur beliau dengan berkata “Tidak demi Allah, Allah tidak akan menghinakan engkau selamanya”. Kemudian Khadijat menyebutkan kebaikan Nabi, sampai Nabi tenang.

Kemudian Khadijah membawa Nabi kepada Waraqah bin Naufal Radhiallahu ‘Anhu. Waraqah menjelaskan bahwa itulah Jibril, yang mendatangi Nabi Musa dahulu. Kemudian Waraqah menjelaskan, nanti pada saatnya tiba engkau akan dikeluarkan oleh kaum mu. Dan pada saat itu andaikata aku masih hidup, maka saya akan menolong engkau, dengan pertolongan yang sangat kuat.

Nabi berkata “Apakah kaum ku akan mengusir saya dari negeri ku sendiri?”. Waraqah berkata, “tidak ada seorang pun yang datang seperti yang engkau bawa, kecuali dia akan dimusuhi”.

Waraqah bin Naufal Radhiallahu ‘Anhu meninggal sebelum turun ayat Al-Mudatstsir.

Kemudian setelah beberapa waktu, Nabi melihat lagi Jibril, duduk diantara langit dan bumi. Kemudian beliau kembali kerumahnya dan minta untuk diselimuti, maka turunlah ayat dari surat Al-Mudatstsir ini.

Pelajarannya yaitu ayat pertama turun yang dengannya di utus sebagai Rasul.

Kedua: Tafsir ayat-ayat surah Al-Muddatstsir

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلْمُدَّثِّرُ ١ قُمْ فَأَنذِرْ ٢ وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ ٣ وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ ٤ وَٱلرُّجْزَ فَٱهْجُرْ ٥ وَلَا تَمْنُن تَسْتَكْثِرُ ٦ وَلِرَبِّكَ فَٱصْبِرْ ٧

Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhan-mu agungkanlah. dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhan-mu, bersabarlah.” [Al-Muddatstsir: 1-7]

Sebab turunnya ayat yaitu ketika Nabi berselimut dikarenakan mengigil dan khawatir. Maka turun ayat ini:

  • Wahai orang yang berselimut
  • Bangunlah“, diperintah untuk bersegera dan bersiap.
  • Lalu beri peringatan“, ini adalah salah satu tugas dari Rasulullah untuk memberi peringatan kepada orang-orang Kafir Mekkah akan datangnya adzab dari Allah yang akan menimpa mereka. Apabila mereka tidak masuk kedalam Islam.
  • Dalam tafist Ibnu Katsir disebutkan: sisingkan lengan, kemauan yang keras dan beri peringatan kepada manusia. Dengan ini beliau diutus sebagai Rasul. Sebagaimana ketika turun ayat Al-Alaq, beliau diutus sebagai Nabi.
  • dan terhadap Rabbmu, hendaknya engkau mengangungkannya“, besarkan Allah dari apa yang diucapkan oleh penyembah berhala (Al-Baghawi).

dan terhadap pakaianmu, hendaknya engkau sucikan“, para ahli tafsir menafsirkan sebagai berikut:

  • Jangan engkau memakai pakaian diatas dosa (pengkhianatan)
  • Jangan engkau mendapatkan pakaian dari penghasilan yang tidak suci.
  • Jiwamu hendaknya kamu bersihkan.
  • Perbaikilah amalanmu.
  • Perbaikilah akhlakmu.
  • Bersihkan hatimu.
  • Bersihkan bajumu dengan air agar suci dari najis.

Yang utama dari makna ayat ini adalah membersihkan diri dari kesyirikan.

dan terhadap berhala, hendaknya engkau tinggalkan“, dapat diartikan berhala, kesalahan, kecsyirikan, dosa, adzab atau syaithon. Hendaknya engkau tinggalkan hal-hal tersebut.

Dan jangan engkau memberi, dengan maskud memperoleh balasan yang banyak“, beberapa penafsiran sebagai berikut:

  • Jangan kamu memberikan sesuatu jika kamu mengharap lebih daripada sesuatu yang kamu berikan.
  • Jangan kamu mengerjakan amalan, kemudian meminta balasan yang banyak dari Rabbmu.
  • Jangan kamu lemah dari kebaikan karena kamu sudah menganggap banyak kebaikanmu.
  • Jangan engkau berkata kepada manusia dengan membanggakan kenabianmu, sehingga engkau mengambil upah atau balasan dari mereka.

Hal ini terkait dengan dakwah dimana terdapat etika bagi para Da’i di jalan Allah.

Dan kepada Rabb-mu hendaknya engkau bersabar“.

  • Kepada Rabb-mu“, ditafsirkan: Karena Rabb-mu atau mengharap pahala Rabb-mu atau karena perintah Rabb-mu, atau janji dari Rabb-mu.
  • Semua maknanya benar yaitu karena Allah, mengharap pahala, karena perintah Allah dan janji.
  • Besabarlah“, bersabar diatas ketaatan dan melaksanakan kewajiban, bersabar diatas gangguan dan pendustaan.

Ayat-ayat ini adalah etika bagi para Dai yang berdakwah dijalan Allah Ta’ala, sebagai berikut:

  • Agar semangat dalam berdakwah: disuruh berdiri dan singsingkan lengan menunjukan kesemangatan dan keseriusan yang tinggi.
  • Lalu beri peringatan kepada manusia yang merupakan tugas para Nabi yang dilanjutkan oleh para ulama.
  • Mengaggungkan Allah merupakan sisi Tauhid.
  • Membersihkan jiwa dari kesyirikan, penyakit hati, dosa dan maksiat, serta bersihkan dari najis.
  • Tinggalkan berhala dan kesyirikan.
  • Menyampaikan peringatan tapi tidak merasa apa yang disampaikan sudah banyak. Merasa dirinya belum berbuat apa-apa.
  • Bersabar dalam: menyampaikan, melaksanakan kewajiban, meninggalkan yang dilarang, mendapat gangguan, cobaan dan siksaan.

Ketiga: Memahami keadaan kaum musyrikin pada saat Nabi diutus:

Ketika wahyu pertama turun, bagaimana kondisi kaum musyrikin pada saat itu, agar bisa mengambil pelajaran tauhid, sebagai berikut:

  • Mereka melakukan banyak hal berupa keharaman, kezhaliman, dan permusuhan.
  • Mereka mengerjakan berbagai bentuk ibadah.
  • Ibadah teragung mereka adalah kesyirikan, yaitu mencari kedekatan dan mencari syafaat.
  • Di antara mereka ada yang bergantung kepada berhala-berhala, ada pula yang bergantung kepada malaikat dan para nabi.

Para kaum musyrikin banyak melakukan keharaman dan kezhaliman dan permusuhan tapi ayat yang pertama turun yaitu agar menghindari kesyirikan.

Para kaum musyirikin tidak melakukan kesyirikan secara murni, mereka juga melakukan berbagai bentuk ibadah. Tapi ayat pertama ini diturunkan.

Para kaum musryikin melakukan kesyirikan dengan mencari kedekatan dan syafaat.

Para kaum musyrikin bergantung pada berhala, malaikat dan para Nabi.

Keempat: Yang menjadi pelajaran dari sirah adalah bahwa Nabi memulai dengan memperingatkan tentang bahaya kesyirikan sebelum memperingatkan bahaya zina, mencuri, dan selainnya.

Dari hal ini bisa dipahami bahwa inti agama adalah tauhid. Yang paling pertama ditegur adalah masalah kesyirikan.

Diantara kesalahan ditengah masyarakat yang menganggap hal priortas yang harus dibenahi yaitu maksiat berupa pergaulan bebas, narkoba, perkelahian, pembunuhan dan selainnya akan tetapi seharusnya yang paling utama dibenahi adalah perbuatan kesyirikan karena tidak ada yang lebih besar daripada kesyirikan. Bahkan syirik kecil adalah dosa yang paling besar diantara dosa-dosa besar.

Sebagian umat Islam kagum akan kehidupan di negeri Kafir. Mereka melihat di luar negeri perkembangan, kebersihan, keramahan, amanah, jujur dan sebagainya. Akan tetapi mereka tidak melihat bahwa ini adalah orang kafir padahal kekafiran adalah yang paling jelas terlihat.

Sebagaimana Firman Allah:

فَلَمَّا نَسُوا۟ مَا ذُكِّرُوا۟ بِهِۦ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَٰبَ كُلِّ شَىْءٍ حَتَّىٰٓ إِذَا فَرِحُوا۟ بِمَآ أُوتُوٓا۟ أَخَذْنَـٰهُم بَغْتَةًۭ فَإِذَا هُم مُّبْلِسُونَ

Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (Al-An’am: 44)

Ayat-ayat pertama yang dengan nya Nabi diutus sebagai Rasul yaitu Al-Mudatsir 1-7, yaitu untuk memperingatkan kepada kesyirikan. Kemudian Nabi dakwah tauhid dimekah 13 tahun dan di madinah 10 tahun tetap mendakwahkan tauhid sambil turun ayat-ayat mengenai hukum. Dan diakhir hayatnya, Nabi berpesan kepada umatnya: “Allah melaknat orang Yahudo dan Nashara yang menjadikan kubur nabi-nabi mereka sebagai masjid“.

Kelima: Penegasan agungnya peringatan terhadap kesyirikan bahwa pemboikotan di Syi’b dan hijrah ke Habasyah adalah karena masalah ini.

Peringatan tentang bahaya kesyirikan terus berlangsung ketika terjadi pemboikotan di Syi’b dan setelah wafatnya Abu Thalib dan perintah hijrah ke Habasyah.

Keenam: Penegasan keagungan masalah ini, bahwa kewajiban shalat datang belakangan pada tahun sepuluh kenabian.

Kewajiban shalat 5 waktu baru ada setelah 10 tahun kenabian. Hal ini menunjukan besarnya masalah peringatan terhadap bahaya kesyirikan.

Ringkasan:

Kisah pertama turunnya wahyu kepada Nabi sebagai seorang Rasul adalah perintah untuk memperingatkan bahaya kesyirikan. Padahal kondisi kaum musyrikan pada saat itu banyak berbuat kemaksiatan-kemaksiatan tapi yang pertama diperingatkan adalah bahaya kesyirikan.

Masalah pentingnya hal ini terus berlanjut. Kewajiban shalat tidak datang setelah tahun kesepuluh kenabian. Bahkan sudah terjadi berbagai kejadian: pemboikotan terhadap Nabi dan para sahabat di Syi’b, wafatnya Abu Thalib, dan perintah hijrah ke Habasyah. Saking pentingnya masalah ini maka ada perintah hijrah ke Habasyah dimana terjadi dua kali.

Sebagaian pendakwah lebih mengutamakan tentang akhlak akan tetapi luput dalam mencontoh akhlak Nabi yaitu memperingatkan pada masalah kesyirikan.

Wallahu Ta’ala A’lam.

Tinggalkan komentar