بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Tafsyir As-Sa’di
Penulis: Syaikh Abdurahman bin Nashir as-Sa’di.
مَن كَانَ يُرِيدُ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَـٰلَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ ١٥أُو۟لَـٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِى ٱلْـَٔاخِرَةِ إِلَّا ٱلنَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا۟ فِيهَا وَبَـٰطِلٌۭ مَّا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ ١٦
“Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (Hud: 15-16)
Allah ﷻ berfirman, مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا “Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya“, maksudnya segala keinginannya terbatas hanya pada kehidupan dunia berupa wanita, anak-anak, emas, dan perak yang melimpah, kuda pilihan, ternak dan tanah pertanian, maka sungguh dia telah memfokuskan keinginannya, usahanya dan pekerjaannya pada hal-hal ini, dan tidak terbetik dalam keinginannya untuk alam akhirat sedikit pun, orang ini tidak lain melainkan orang kafir karena jika dia adalah orang yang beriman, niscaya imannya menghalanginya untuk memberikan seluruh keinginannya kepada alam dunia, bahkan imannya itu sendiri dan amal perbuatan yang dilakukannya adalah salah satu tanda kalau dia itu menginginkan alam akhirat, akan tetapi orang yang sengsara ini yang sepertinya hanya diciptakan untuk dunia saja,
نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا “niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna.” Maksudnya, Kami memberi mereka sesuatu yang telah dibagikan kepada mereka di Ummul Kitab berupa balasan dunianya. وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ “Dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan“, tidak sedikit pun dari sesuatu yang ditakdirkan untuknya akan dikurangi, akan tetapi ini adalah puncak nikmat mereka.
أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ “Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka“, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya, azabNya tidak terputus, mereka tidak mendapatkan balasan yang mulia. وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا “Dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dalamnya,” yakni di dunia, maksudnya, batal dan lenyap rencana mereka untuk membuat makar bagi kebenaran dan pengikutnya, begitu pula amal kebaikan yang tidak berdasar dan tidak terpenuhi syaratnya, yaitu iman.
Wallahu Ta’alla ‘Alam
Penjelasan Ustadz Dzulqaranin Muhammad Sunusi,
Video Kajian: Tafsir Surat Hud 15-16
Ayat ini menjelaskan tentang orang yang beramal dengan maksud perkara dunia, tidak diinginkan mengharap wajah Allah. Maka tidak ada bagian diakhirat kecuali neraka, hancur perbuatannya, dan bathil seluruh amalannya.
Ayat ini mencakup pada 4 Golongan:
- Orang yang beramal dengan amalan yang shalih, ikhlas didalamnya akan tetapi dia hanya mengharapkan dunia.
- Orang yang beramal dengan amalan shalih, tapi yang diinginkan harta.
- Orang yang beramal dengan Riya.
- Orang yang beramal dengan amalan shalih tapi menyandang pembatal keislaman (Orang kafir atau berbuat kesyirikan).
Golongan Pertama: Orang yang beramal dengan amalan yang shalih, ikhlas didalamnya akan tetapi dia hanya mengharapkan dunia. Misalhnya: Orang yang berpuasa dengan ikhlas, sesuai dengan tuntunan Nabi. Akan tetapi niat puasa supaya badannya sehat saja.
Ada beberapa hal yang perlu dijelaskan:
- Orang yang beramal dengan ikhlas, akan tetapi hancur amalan karena tujuan beramal tersebut untuk mencari dunia saja.
- Orang yang beramal shalih dengan ikhlas, akan tapi menghendaki dunia karena memang didalam Al-quran atau Hadits disebutkan pahala dari sudut dunia.
Misalnya: Siapa yang shalat duha di awal hari 4 rakaat, maka Allah akan cukupi perkaranya disiang hari. Mencukupi perkaranya termasuk dijaga, di beri rejeki dan lainnya. Akan tetapi banyak orang yang berkata, kalau ingin lancar urusan, terbuka rizeki, maka shalat duha disiang Hari. Sehingga dia sholat Duha memang supaya mendapatkan rejeki yang lancar.
Yang benar adalah, beramal dengan amalan akhirat, dengan tujuan untuk mendapat pahala di akhirat. Adapun pahala di dunia yang Allah janjikan, tidak usah dipikirkan. Tujuan dunia jangan menjadi dasar melakukan ibadah tersebut. Mengingat kebaikan akan amalan tersebut tidak mengapa sepanjang iklas mengharap wajah Allah
Nabi memberikan jatah harta rampasan perang kepada para sahabat. Bagi sahabat yang mengalahkan seorang musuh maka apa yang melekat dibadan musuh itu menjadi miliknya. Hal ini adalah dunia, tapi tidak dipermasalahkan karena dasar mereka berjihad adalah untuk meninggikan kalimat Allah.
Banyak yang keliru dalam memotivasi manusia dalam beribadah. Misalkan bersedekah dengan sebuah mobil, maka dapat 700 mobil. Memang ada haditsnya yaitu tentang seorang shahabat menginfak kan 1 ekor unta dijalan Allah, maka nabi berkata engkau akan dapat 700 unta dihari kiamat. Tapi bedanya sahabat ini ikhlas membawa untanya, dia mungkin tidak pernah berfikir mendapatkan sesuatu dunia.
Contoh lain adalah pergi beribadah Umrah dengan tujuan supaya lancar urusan, terbuka rizekinya. Hal ini semua perkara dunia. Jangan seseorang meniatkan pada dasar amalannya untuk dunia. Dia niatkan untuk Allah, ikhas untuk Allah, lakukan amalan untuk Allah. Setelah itu jangan dia fikir. Dunia itu akan datang dibelakangnya. Apa yang dijanjikan Allah dan rasulnya pasti dia dapatkan.
Golongan Kedua: Orang yang beramal dengan amalan shalih, tapi yang diinginkan harta. Seperti belajar ilmu syariat atau sekolah, tujuannya supaya dapat pekerjaan, penghasilan. Ini tidak ikhlas dalam belajar. Orang yang belajar apalagi itu ilmu agama, yaitu untuk mengangkat kejahilan dari dirinya, meraih rida Allah dan Rasuln-Nya (Allah mencintai orang yang belajar). Dia niatkan dengan yang baik, apabila setelah belajar ada yang perlu kepadanya maka tidak ada masalah karena pada dasarnya tidak diniatkan untuk itu. Allah tidak pernah menelantarkan orang-orang yang bertakwa.
Golongan Ketiga: Orang yang beramal Riya. Kelihatan amalannya shaleh tapi ingin dipuji oleh manusia. Ini adalah peringatan tentang bahaya ria.
Golongan Keempat: Orang yang beramal dengan amalan shalih tapi menyandang pembatal keislaman. Seperti orang kafir yang berbuat baik (sedekah, pengobatan, santunan dan lainnya. Tapi kekafiran dan kesyirikan mereka menghalangi kebaikan utnuk sampai kepada mereka.
Faedah Ayat:
Pertama: Kadang terfitnah, yaitu ketika beramal saleh dengan harapan dunia. Allah penuhi dunianya. Tapi diingatkan tidak dapat apa-apa diakhirat kecuali neraka.

Kedua: Jangan tertipu dengan dunia yang didapatkan. Karena hal tersebut bukan bukti Allah ridha kepada kita. Dunia diberikan kepada kafir dan muslim. Bahkan kafir lebih banyak mendapatkan dunia.
Ketiga: Yang diukur bukan dhohir amalan tapi niat amalannya.
Keempat: Harus pandai membedakan amalan dengan niat mengharap wajah Allah dan amalan yang dilakukan dengan niat menghendaki dunia.
Kelima: Terdapat hal-hal dalam pembatal amalan berupa kesyirikan, riya, dan mengungkit amalan yang telah dilakukan.

Wallahu Ta’alla ‘Alam