Dalil 1: Surat Az-Zumar Ayat 38

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid

  • Penulis: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
  • Pensyarah: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah

Bab 6: Termasuk sebagai Kesyirikan Memakai Gelang, Benang dan Sejenisnya Sebagai Pengusir atau Penangkal Mara Bahaya

Firman Allah dalam Surat Az-Zumar Ayat 38:

وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُ ۚ قُلْ أَفَرَءَيْتُم مَّا تَدْعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ إِنْ أَرَادَنِىَ ٱللَّهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَـٰشِفَـٰتُ ضُرِّهِۦٓ أَوْ أَرَادَنِى بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَـٰتُ رَحْمَتِهِۦ ۚ قُلْ حَسْبِىَ ٱللَّهُ ۖ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ ٱلْمُتَوَكِّلُونَ

Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka, “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”, niscaya mereka menjawab, “Allah”. Katakanlah, “Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudaratan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudaratan itu atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya? Katakanlah, “Cukuplah Allah bagiku”. Kepada-Nya-lah bertawakal orang-orang yang berserah diri. (Az-Zumar: 38).

Hubungan antara Bab dan Kitab Tauhid

Bab ini memuat penyebutan sesuatu yang merupakan lawan dari tauhid, yaitu mencari penghilang atau pencegah bahaya berupa selain Allah, dalam rangka memperingatkan terhadap hal tersebut karena tauhid dapat diketahui melalui lawannya.

‘termasuk kesyirikan’: menunjukan sebagian, yaitu termasuk salah satu syirik besar meyakini bahwa sesuatu tersebut bisa mendatangkan manfaat dan menolak bahaya dengan sendirinya, atau termasuk syirik kecil jika meyakini bahwa sesuatu tersebut menjadi sebab datangnya manfaat dan tertolaknya bahaya.

Makna Ayat Secara Global

Allah memerintahkan Nabi-Nya Muhammad untuk bertanya kepada kaum musyrikin -dengan pertanyaan pengingkaran- tentang patung-patung yang mereka sembah bersama Allah, apakah (patung-patung) itu mampu memberi manfaat atau menolak bahaya? Maka mereka pasti akan mengakui kelemahan patung-patung mereka terhadap hal itu. Kalau keadaan mereka demikian, telah batalah peribadahan kepada patung-patung tersebut.

Hubungan antara Ayat dan Bab

Ayat di atas merupakan dalil tentang batilnya kesyirikan. Memakai gelang dan benang adalah termasuk ke dalam (kesyirikan) tersebut, yang tidak mampu menolak bahaya atau mendatangkan mafaat.

Faedah Ayat

  1. Kebatilan perbuatan syirik, karena semua yang disembah selain Allah tidak berkuasa atas bahaya tidak pula manfaat bagi para penyembahnya.
  2. Peringatan terhadap memakai gelang, benang, atau selainnya dengan tujuan untuk mendatangkan manfaat atau menolak bahaya. Karena, hal itu tergolong sebagai kesyirikan yang sejenis dengan tujuan penyembahan kepada patung.
  3. Pensyariatan untuk mendebat kaum musyrikin guna membatilkan kesyirikan mereka.
  4. Kewajiban untuk bersandar kepada Allah semata dan menyerahkan semua urusan kepada-Nya

Sumber:

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.


Catatan Kajian

Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Pendahuluan

Dalam bab selanjutnya diterangkan mengenai yang bertentangan dengan tauhid, yaitu kesyirikan yang besar dan yang kecil.

Tiga hal pokok dalam bab ini

  1. Hal yang bertentangan dengan Tauhid dari bentuk syirik akbar
  2. Hal yang berentangan dengan kesempurnaan tauhid berupa syirik asgar
  3. Hal yang bisa mengantar kepada kesyirikan: ghuluw, bid’ah dan selainnya.

Pembasan dimulai dari syirik kecil kemudian syirik besar. Karena syrik kecil adalah wasilah ke syirik akbar. Apabila sudah paham bahaya pada syirik kecil, maka akan lebih menyakini bahaya kesyirikan.

Pembahasan

Pembahasan pada bab ini yaitu memakai segala sesuatu yang melingkar dan digantung pada anggota badan dengan tujuan untuk mencari faedah mengangkat dan menolak bala. Bala adalah nama yang mencakup segala hal yang tidak menyenangkan menimpa manusia seperti: sakit, kefakiran, dan lainnya. Mengangkat bala yaitu mengangkat segala yang tidak menyenangkan yang sudah menimpa. Adapun menolak bala yaitu melindungi agar tidak terkena segala sesuatu yang tidak menyenangkan.

Hukum dari hal ini adalah kesyirikan. Jenis kesyirikannya tergantung keyakinannya pada hal tersebut. Hukumnya menjadi syirik kecil, apabila:

  1. Dia meyakini sesuatu menjadi sebab padahal itu bukan sebab syar’i dan bukan sebab qodari.
  2. Dia bergantung kepada sangkaan yang tidak memiliki hakikat. Maksudnya hanya sangkaan dan dugaan saja, padahal sebenarnya tidak demikian.

Hukumnya menjadi syirik besar apabila meyakini sesuatu yang melingkar dan digantung pada anggota badannya dapat memberi pengaruh dengan sendirinya. Misalnya menggantung jimat dengan keyakinan jimat ini bisa memberi manfaat atau bahaya dengan sendirinya. Menjadi syirik akbar karena menjadikan jimat itu sebagai pencipta selain Allah.

Pembahasan Sebab

Yang mengadakan sebab adalah Allah. Sehingga apabila yang mengadakan sebab selain Allah, maka termasuk menandingi atau menyamai Allah. Orang yang menganggap sesuatu menjadi sebab, padahal Allah tidak mensyariatkannya sebagai sebab dan Allah tidak pula menakdirkannya sebagai sebab, maka artinya menandingi Allah dalam mengadakan sebab.

Dalil-dalil menunjukan bahwa syirik menjadikan sebab adalah syirik kecil, tidak mengeluarkan keislamannya.

Sebab Syar’i

Sebab Sya’ri adalah Allah yang menjadikan sebab seperti masuk surga harus ada sebab syar’ir yaitu melakukan amalan shaleh. Sebagaimana firman Allah:

وَنُودُوٓا۟ أَن تِلْكُمُ ٱلْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

Dan diserukan kepada mereka, “ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan”. (Al-Araf: 43)

Juga Allah menjadikan sebab Al-Qur’an sebagai penyembuh, sebagaimana firman Allah:

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدْ جَآءَتْكُم مَّوْعِظَةٌۭ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَآءٌۭ لِّمَا فِى ٱلصُّدُورِ وَهُدًۭى وَرَحْمَةٌۭ لِّلْمُؤْمِنِينَ

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhan-mu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Yunus: 57)

Termasuk juga berobat dengan madu. Dalam Al-quran disebutkan madu obat untuk manusia.

Juga untuk mendapatkan anak sebab syar’i nya dengan menikah.

Orang yang mengingkari sebab syar’i, maka ada masalah dengan akidahnya.

Sebab Qadari

Sebab Qadari, Allah takdirkan sesuatu seperti itu. Adanya hubungan sebab akibat. Seperti api mati apabila disiram air. Juga apabila seseorang telalu banyak memakan sambel, maka menyebabkan sakit perut. Sehingga tidak perlu ditanyakan lagi dalilnya. Orang yang mengingkari sebab qodari, berarti ada masalah dengan akalnya.

Kaidah syirik kecil yaitu apabila meyakini sesuatu sebab tapi tidak ada sebab syar’i dan sebab qadari,

Ada beberapa yang masuk dalam syrik kecil ini yang berjalan ditengah masyaraat seperti anak bayi baru lahir dipakaikan penitik, dengan tujuan mengusir syaithon atau jin. Hal ini tidak ada sebab syar’i dan qadari.

Syirik asgar lebih besar dari dosa besar.

Manusia dalam hal sebab terbagi tiga golongan:

  1. Mengingkari sebab, menafikan hikmah. Dari golongan jabriyah dalam pembahasan takdir.
  2. Berlebihan dalam menetapkan sebab. Segala sesuatau dijadikan sebab, berlebihan (guluw).
  3. Pertengahan, jalan ahli sunnah. Yaitu mengimani adanya sebab (punya pengaruh) tapi dengan ijin Allah. Dan tidak menjadikan sesuatu sebagai sebab kecuali apa yang Allah jadikan sebab syar’i dan qodari.

Dalil dari Surat Az-Zumar Ayat 38.

Makna ayat:

Allah memerintah kepada Nabi nya untuk berucap kepada kaum musyrikin. Bagaimana pendapat kalian mengenai orang-orang yang beribadah selain kepada Allah. Apabila Allah menghendaki bahaya untuk ku. Apakah kalian tahu bahwa mereka itu mampu untuk menyingkap bahaya itu? Atau apabila Allah mengehendaki kebaikan untu ku. Apakah yang kalian ibadahi itu bisa menahan dari rahmat Allah? Maka katakanlah, Allah lah yang mencukupi ku kepada nya lah bertawakal.

Sisi Pendalilan

Ayat ini memutus keterkaitan kaum musyrikin kepada siapa yang mereka ibadahi. Bahwa apa saja yang kalian meminta kepadanya, tidak bisa memberi manfaat dan tidak bisa menolak bahaya. Maka dengan demikian terputus segala ketergantungan pada yang kalian ibadahi, bukan tempat untuk bergantung.

Jadi apabila berlaha-berhala ini tidak bisa memberi manfaat dalam bentuk mendatangkan kebaikan atau menolak bahaya, maka demikian pula segala hal yang kalian jadikan sebagai sebab yang kalian bergantung kepadanya bukan sebab syar’i atau sebab qadari, tidak bisa memberikan manfaat bagi kalian.

Sehingga bathil segala ketergantunga mereka terhadap berhala-berhala. Karena tidak ada pengaruhnya dalam menyingkap bahaya atau mendatangkan manfaat.

Dengan bahasa lain, ayat ini menyinggung kaum musyirikin tentang siapa yang mereka ibadahi. Diputus sesembahan ini tidak bisa mendatangkan manfaat dan menolak bahaya karena mereka tidak dijadikan sebab (syar’i dan qadari). Maka dengan itu dikiaskan segala hal yang bukan sebab syar’i dan qadari, sama seperti itu (tidak bisa memberikan manfaat dan madharat).

Wallahu Ta’ala A’lam

Tinggalkan komentar