Peringatan terhadap Bid’ah

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad , keluarga dan sahabatnya.

Kitab Fadhlul Islam

  • Penulis: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
  • Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Catatan: Tulisan dengan gaya tebal-miring adalah matan dari kitab Fahdlul Islam karya Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah

Bab Peringatan terhadap Bid’ah

Pembahasan 1: Hubungan Bab dan Buku

Yaitu agar berhati-hati dengan bid’ah agar dapat keutamaan Islam.

Pembahasan 2: Definisi bid’ah dan pembagiannya

Bid’ah secara bahasa adalah sesuatu yang diadakan tidak ada contoh sebelumnya.

Bid’ah secara istilah adalah jalan dalam bergama dengan maksud untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala yang tidak ada petunjuk dari Nabi .

Ciri-ciri bid’ah

  • Bid’ah terkait dengan masalah agama, tidak terkait masalah dunia.
  • Dimaksudkan untuk taqorub, mendekatkan diri kepada Allah
  • Tidak ada tuntuntan dan dalil dari Al-Qur’an dan Sunnah.

Bentuk-bentuk bid’ah: besar-kecil, mengeluarkan dari Islam dan tidak mengeluarkan dari Islam, asal dan mengikut.

Pembahasan detailnya akan dikaji pada pembahasan lainnya.

Diantara bahaya Bid’ah:

  1. Bid’ah lebih berbahaya dari dosa besar
  2. Pelaku bid’ah sulit untuk bertaubat
  3. Bid’ah lebih dicintai oleh iblis dari pada maksiat
  4. Bid;ah berdusta atas nama Allah
  5. Pelaku bid’ah diusir dari telaga.
  6. Pelaku bid’ah apabila diikuti orang, maka dosa jariah
  7. Menuduh Rasulullah berkhianat dalam menyampaikan agama.
  8. Mengkritik Allah dan Rasul-Nya

Hadits 1

Dari Al-‘Irbadh bin Sariyah Radhiallahu ‘Anhu, beliau berkata, “Rasulullahmenasehati kami dengan nasihat yang sangat mendalam sehingga hat-hati kami bergetar dan air mata kami bercucuran. Kami berkata, “Wahai Rasulullah, seakan-akan ini adalah nasihat perpisahan maka berwasiatlah kepada kami.” Beliau menjawab, “Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah Ta’ala, serta mendengar dan taat, meskipun seorang budak yang memimpin kalian. Sesungguhnya, barangsiapa di antara kaian yang hidup (panjang), dia akan melihat perselisihan yang banyak, maka kalian wajib berpegang teguh dengan sunnahku. Gigitlah sunnah tersebut dengan geraham kalian. Berhati-hatilah kalian terhadap perkara-perkara yang diada-adakan (dalam agama) karena semua bid’ah adalah kesesatan.” At-Tirmidzy berkata, “Hadits hasan shahih”.

Pembahasan 1: Komitment diatas Sunnah Rasulullah dan para Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk

Pembahasan 2: Berhati-hati dari Ibadah

Pembahasan 3: Agungnya hadits ini

Yaitu sampai bergetar hati dan menetes air mata para sahahabat. Sehingga Rasulullah memberikan wasiat.

Hadits 2

Hudzaifah Radhiallahu Anhu berkata, “Semua ibadah yang tidak dianggap ibadah oleh para sahabat Muhammad maka jangan pula kalian menganggapnya sebagai ibadah karena sesungguhnya (generasi) pertama sudah tidak meninggalkan tempat untuk mengatakan (sesuatu tentang agama) bagi (generasi) belakang. Oleh karena itu, bertaqwalah kepada Allah, wahai para Qurra’, dan ikutilah jalan orang-orang sebelum kalian” Diriwayatkan oleh Abu Dawud.

Pembahasan 1: Kewajiban mengikuti para shahabat dalam beribadah dan bergama

Sebagaimana Firman Allah:

وَمَن يُشَاقِقِ ٱلرَّسُولَ مِنۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ ٱلْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ ٱلْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِۦ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِۦ جَهَنَّمَ ۖ وَسَآءَتْ مَصِيرًا

Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (An-Nisa: 115)

Ibnu Qadamah berkata: Telah tetap wajibnya mengikuti jalannya as-salaf berdasarkan dalil dari Al-Qur’an, Sunnah dan kesepakatan Ulama.

Syikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: Tidak ada aib bagi orang yang menampakan jalan As-Salaf, bernisbat kepadanya, mengacu kepadanya, bahkan wajib menerima jalan As-Salaf. Karena jalan As-Salaf tidak lain kecuali kebenaran.

Pembahasan 2: Selamat ibadah para sahabat dan kesempurnaan jalan mereka

Hadits 3

Ad-Darimy berkata, Al-Hakam bin Al-Mubarak mengabarkan kepada kami, (beliau berkata): ‘Amr bin Yahya memberitakan kepada kami, beliau berkata: saya mendengar ayahku menceritakan, dari ayahnya, beliau berkata, “Kami duduk di depan pintu Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu sebelum shalat Zhuhur. Apabila beliau keluar (untuk mengerjakan shalat), kami berjalan Bersama beliau menuju ke masjid. Tiba-tiba, Abu Musa Al-Asy’ary Radhiallahu ‘Anhu  datang dan berkata. ‘Apakah Abu Abdurahman telah keluar menemui kalian?’ Kami menjawab, ‘Belum’ Maka, Abu Musa duduk Bersama kami. Ketika Ibnu Mas’ud keluar, kami semua berdiri kepada beliau. Abu Musa berkata kepada beliau, “Wahai Abu Abdurrahman, sesungguhnya saya baru saja melihat perkara yang saya ingkari di masjid, tetapi saya tidak melihatnya (menganggapnya sebagai sesuatu) -segala puji bagi Allah- kecuali kebaikan.’ Beliau bertanya, ‘Perkara apa itu?’ Abu Musa berkata, ‘Nanti engkau akan melihat sendiri.’

Saya mengatakan, ‘Di masjid, saya melihat orang-orang duduk berhalaqah-halaqah sedang menunggu shalat. Pada setiap halaqah, ada seseorang yang memengang kerikil di tangannya, lalu berkata, “Bertakbirlah sebanyak seratus (kali).” Maka orang-orang bertakbir sebanyak serratus (kali). Kemudian dia berkata lagi, “Bertahlillah sebanyak serratus (kali),” maka orang-orang bertahlil sebanyak seratus (kali). Orang tersebut berkata lagi, “Bertasbihlah sebanyak serratus (kali),” maka orang-orang bertasbih sebanyak serratus (kali). Ibnu Mas’ud berkata kepada Abu Musa, ‘Apa yang sudah kamu katakan kepada mereka?’ Saya menjawab, ‘Saya belum mengatakan sesuatu kepada mereka karena menunggu pendapatmu, atau menunggu perintahmu’.

Ibnu Mas’ud berkata, ‘Kenapa tidak engkau memerintahkan mereka untuk menghitung kejelekan-kejelekan mereka, dan memberi jaminan kepada mereka bahwa kebaikan-kebaikan mereka tidak akan berkurang sedikitpun?’ Kemudian beliau berjalan maka kami pun berjalan Bersama beliau sampai tiba pada salah satu halaqah tersebut. Beliau berdiri di atas mereka dan bertanya, ‘Apa hal yang sedang melihat kalian melakukannya?’ Mereka menjawab, ‘Wahai Abu Abdurrahman, ini kerikil yang kami gunakan untuk menghitung takbir, tahlil dan tasbih.’ Beliau berkata, ‘Hitunglah kejelekan-kejelekan kalian maka saya akan menjamin bahwa kalian tidak akan kehilangan kebaikan sedikitpun. Betapa memprihatinkan kalian, wahai umat Muhammad, betapa cepat kebinasaan kalian. Mereka, para shahabat Nabi kalian ﷺ, masih banyak (di sekitar kalian), dan pakaian beliau ini () belum using, serta bejana-bejana beliau belum pecah. Demi yang jiwa ini di tangan-Nya, sesungguhnya kalian berada di atas agama yang lebih mendapatkan petunjuk daripada agama Muhammad? Atau kalian telah membuka pintu kesesatan?’ Mereka menjawab, “Wahai Abu Abdurrahman. Demi Allah, kami tidaklah menginginkan sesuatu, kecuali kebaikan.’ Beliau mengatakan, ‘Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan, tetapi tidak mendapatkanna. Sesungguhnya Rasulullah telah menceritakan kepada kami bahwa ada kaum yang membaca Al-Qur’an, tetapi (bacaannya) tidak melampaui tenggorokannya. Demi Allah, mungkin kebanyakan mereka berasal dari kalian.’ Kemudian beliau meninggalkan mereka”.

‘Amr bin Salamah Radhiallahu ‘Anhu berkata, “Kami melihat bahwa mayoritas mereka, yang duduk-duduk di halaqah-halaqah tersebut, memerangi kami pada pertempuran Nahrawin Bersama orang-orang Khawarij”.

Pembahasan 1: Pengingkaran para shahabat dan keras terhadap bid’ah perkara baru

Pembahasan 2: Bid’ah pasti diantara dua kejelekan

Yaitu: Menganggap beragama lebih bagus dari Nabi atau membuka pintu kesesatan.

Pembahasan 3: Benarnya firasat Abdullah bin Masu’d

Yaitu berfirasat bahwa mereka adalah ciri-ciri orang khawarij yang membaca Al-Quran tidak melampuai tenggorokannya.

Pembahasan 4: Makna ucapan Imam Al-Barbari: hati-hati dari bid’ah yang kecil karena akan kembali dan menjadi bid’ah yang besar. Menyelisihi jalan yang lurus akhirnya keluar dari Islam (keseluruhan atau sebagian).

Pembahasan 5: Makna ucapan Ibnu Hazam: Tidaklah kami melihat sunnah yang ditelantarkan kecuali bersamanya ada bid’ah yang disyiarkan.

Apabila ingin mencocoki sunnah dilihat pada 6 hal:

  1. Sebabnya
  2. Jenisnya
  3. Jumlahnya
  4. Sifatnya (kaifiatnya)
  5. Tempatnya
  6. Waktunya

Contoh penerapan 6 hal yang mencocoki sunnah:

  1. Sebabnya: Misalkan shalat tahyatul masjid dilakukan karena masuk mesjid.
  2. Jenisnya: contohnya berqurban dengan jenis hewan yang disyariatkan: sapi, unta atau kambing
  3. Jumlahnya: shalat sudah ditentukan jumlahnya rakaatnya
  4. Sifatnya (kaifiat): yaitu bagiamana Nabi melakukan ibadah tersebut
  5. Tempatnya: Nabi melakukan suatu ibadah di tempat tertentu
  6. Waktunya: Nabi melakukan suatu ibadah pada waktu tertentu

Pembahasan 6: Baiknya adab para As-Salaf dalam mengungkan paara ulama

Pembahasan 7: Awal bid’ah amaliyah dalam Islam: Dzikir berjamaah

Penutup

Allah-lah Yang Maha Penolong, dan kepada-Nyalah segala tawakkal. Shalawat dan salam kepada pemimpin kita, Muhammad, serta kepada keluarga dan shahabat beliau seluruhnya.

Sanad Periwayatan Kitab Fadhlul Islam

Ustadz Dzulqaranin Muhammad Sunusi Hafizahullah meriwayatkan Kitab Fadhlul Islam Karya Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab, melalui jalur guru beliau Abdullah bin Abdul Aziz bin Abdul Aqil Al Hambali Rahimahullahu Ta’ala. Abdullah bin Abdul Aziz meriwayatkan dari gurunya Abdul Haq bin Abdul Wahid Al Hasyimi Rahimahullahu Ta’ala. Abdul Haq meriwayatkan dari Ahmad bin Abdillahi bin Salim Al Basyri Rahimahullahu Ta’ala. Ahmad bin Abdillahi meriwayakan dari Abdurahman bin Hasan Ahlu Syeikh (Penulis Kitab Fathul Majid) Rahimahullahu Ta’ala. Abdurahman bin Hasan meriwayatkan dari kakeknya Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullahu Ta’ala.

Wallahu Ta’ala ‘Alam

Tinggalkan komentar