Tafsir Tauhid dan Syahadat La Ilaha Illallah – dari Hadits

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid

  • Penulis: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
  • Pensyarah: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah

Bab 5: Tafsir Tauhid dan Syahadat La Ilaha Illallah

Hadits:

Dalam Ash-Shahih, dari Nabi , beliau bersabda, “Siapa saja yang mengucapkan La Ilaha Illallah dan mengingkari segala sembahan selain Allah, haramlah harta dan darahnya, sedang (perhitungan)nya terserah kepada Allah ﷻ

Keterangan tentang bab ini (akan datang) pada bab-bab berikutnya.

‘Menjadi haram harta dan darahnya’: artinya terlarang untuk mengambil harta dan membunuhnya berdasarkan hal yang tampak (lahiriah) dari orang tersebut.

‘dan hisabnya terserah kepada Allah’: yakni Allah yang akan mengurusi hisab orang yang mengucapkan kalimat ini, dan akan membalasnya sesuai dengan niat dan keyakinannya.

Makna Hadits Secara Global

Dalam hadits ini, Nabi menjelaskan bahwa membunuh atau mengambil harta seseorang tidaklah haram, kecuali dengan terkumpulnya dua perkara:

  1. Ucapan La Ilaha Illallah
  2. Kufur terhadap segala sesuatu yang disembah selain Allah

Apabila dua perkara ini terdapat pada diri seseorang., (kita) wajib menahan diri terhadap orang tersebut secara zhahir dan menyertakan urusan batinnya kepada Allah. Apabila ia jujur dalam hatinya, Allah akan membalasnya dengan surga yang penuh dengan kenikmatan. (Namun), kalau ia munafik, Allah akan mengadzabnya dengan adzab yang sangat pedih. Oleh karena itu, di dunia, seseorang berdasarkan zhahirnya (hal yang tampak).

Hubungan antara Ayat dan Bab

Hadits ini merupakan dalil terbesar yang menjelaskan makna La Ilaha Illallah, yaitu mengingkari semua yang disembah selain Allah

Faedah Ayat

  1. Bahwa makna La Ilaha Illallah adalah kufur terhadap segala sesuatu yang disembah selain Allah, seperti patung-patung, kuburan, dan selainnya.
  2. Bahwa sekedar mengucapkan La Illaha Illallah tanpa mengufuri sembahan selain Allah tidaklah mengharamkan darah dan harta seseorang, meskipun ia mengetahui makna dan mengamalkan kalimat tersebut, selama ia tidak menggabungkan sikap kufur terhadap segala sesuatu yang disembah selain Allah dengan (pengucapan kalimat) itu.
  3. Siapa saja yang menyatakan ketauhidan kepada Allah dan komitmen kepada syariat-syariat-Nya secara zhahir, (kita) wajib menahan diri darinya sampai perkara-perkara yang menyelisihi hal tersebut tampak jelas darinya.
  4. Kewajiban untuk menahan diri dari seorang kafir jika dia memeluk Islam-meskipun dalam keadaan perang-, sampai perkara-perkara yang menyelisihi hal tersebut tampak jelas darinya.
  5. Seseorang kadang mengucapkan La Ilaha Illallah, tetapi tidak mengufuri segala sesuatu yang disembah selain Allah.
  6. Bahwa hukum di dunia berdasarkan hal yang tampak (zhahir), sedangkan hukum di akhirat berdasarkan niat dan maksud.
  7. Keharaman harta dan darah seorang muslim, kecuali dengan haknya.

Makna Perkataan Penulis

“Keterangan tentang bab ini terdapat pada bab-bab berikutnya” adalah bahwa yang datang pada bab-bab setelah bab ini menerangkan tauhid dan menjelaskan makna La Ilaha Illallah serta menerangkan sekian banyak bentuk kesyirikan, baik besar maupun kecil, juga menjelaskan hal-hal yang bisa mengatar kepada kesyirikan, berupa sikap ghuluw dan bid’ah-bid’ah, yang wajib ditinggalkan sebagai kandungan kalimat La Ilaha Illallah.

Sumber:

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.


Catatan Kajian

Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Dalam hadits ini dikatakan manusia tidak boleh dibunuh dan di ambil hartanya apabila menegakkan dua hal:

  1. Berucap La Ilaha Illallah
  2. Kafir terhadap segala yang diibadahi selain dari pada Allah

Sisi pendalilan adalah sangat jelas menerangkan makna la illaha illallah yaitu kafir terhadap segala yang diibadahi selain dari pada Allah.

Hadits ini juga menunjukan bahwa sekadar berucap La Illaha Illallah tidak cukup. La Ilaha Illallah ada konsekuensinya yaitu ada 8 syarat:

  1. Al-Ilmu: mempunyai ilmu mengenai La Ilaha Illalah, tidak jahil terhadapmya
  2. Yakin: mempunyai keyakinan dan tidak ragu.
  3. Ikhlas: ikhlas tidak boleh ada riya atau kesyirikan
  4. ASh-Syidiq: kejujuran tidak boleh kedustaan
  5. Al-Mahabah: cinta tidak boleh ada kebencian
  6. Al-Inkiyat: terikat tidak boleh meninggaklan
  7. AL-Qobul: Menerima tidak boleh menolak
  8. Kafir terhadap segala yang diibadahi selain dari pada Allah

Pembahasan: Terdapat penjelasan akan persoalan tersbesar dan terpenting (perkataan penulis):

  1. Tafsir tauhid dan kalimah Syahadah, dijelaskan dengan jelas, salah satunya dalam surat Al-Isra. Allah menerangkan padanya tersebut yang merupakan bantahan terhadap orang-orang musyrik yang berdoa dan meminta kepada orang-orang shalih. Pada ayat tersebut terdapat penjelasan bahwa perbuatan itu adalah syirik Akbar.
  2. Ayat dalam surah Al-Bara’ah, Allah menerangkan bahwa Ahlul Kitab menjadikan pada pendeta, orang alim dan ahli ibadah mereka, sebagai sembahan-semabahan selain daripada Allah. Mereka diperintah untuk menyembah yang maha satu saja. Mereka tidak berdoa dan meminta kepada alim ulama, akan tetapi mereka taati ulama dan ahli ibadah mereka dalam menghalalkan apa yang Allah haramkan dan mengharamkan apa yang Allah halalkan.
  3. Perkataan al-khalil alaihi salam kepada Ayah dan kaumnya “Sesungguhnya aku berlepas diri dari segala sesuatu yang kalian Ibadahi kecuali Dia yang menciptakan. Al-Bara dan Al-Muala atau Nafiyu wa Ishbat. Ini adalah tafsir syahadat La Ilaha Illallah, pada kelanjutan ayat “Allah menjadikan kalimat syahadat ini, berlaku sampai akhirnya”.
  4. Ayat dalam surat Al-Baqarah tentang kaum kafir, “Dan tidaklah mereka akan keluar dari api neraka”. Allah menyebutkan bahwa mereka mencintai sembahan-sembahan tandingan mereka sebagaimana kecintaan kepada Allah. Hal yang menunjukan bahwa mereka mencintai Allah dengan kecintaan yang besar tapi tidak menjadikan mereka masuk kedalam Islam. Karena dijadikan sama kecintaan dengan tandingan-tandingannya. Lantas bagaimana dengan mencintai tandingan Allah lebih besar daripada kepada Allah? Dan bagaiamana dengan orang yang tidak mencintai kecuali sembahan tandingan saja?
  5. Diantara penjelasan tafsir tauhid adalah sabda Rasulullah “Barangsiapa yang mengucapkan La Ilaha Illallah dan dia kafir mengibadahi selain Allah”. Ini adalah penjelasan yang paling utama dalam menerangkan kalimat La Ilaha Illallah. Karena hadits ini tidak menjadikan pengucapan kalimat la ilaha illallah sebagai pelindung atas darah dan harta. Berucap saja tidak cukup bahkan tidak pula memahami makna dan mengucapkannya. Dan juga tidak sebatas pengakuan hal tersebut, Tidak cukup beribadah kepada Allah semata. Namun harta dan darahnya tidak menjadi haram hingga menyertakan pada kalimat tersebut dengan kekafiran kekufuran terhadap segala yang disembah selain pada Allah. Apabila seseorang ragu atau berdiam diri (tidak menentukan sikap), tidaklah harta dan darahnya menjadi haram. Alangkah terangnya penjelasan ini, argumen yang memutus setiap yang membantah.

Wallahu Ta’ala A’lam

Tinggalkan komentar