بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad ﷺ, keluarga dan sahabatnya.
Kitab Fadhlul Islam
- Penulis: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
- Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.
Catatan: Tulisan dengan gaya tebal-miring adalah matan dari kitab Fahdlul Islam karya Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
Bab Tentang Keterasingan Islam dan Keutamaan Ghuraba’
Pembahasan 1: Kesesuaian Bab dengan Buku: Bahwa Islam selalu mempunyai keutamaan sesuai dengan masa tempat dan keadaan.
Pada masa apa saja dan dimana saja, Islam selalu ada keutamaannya. Ketika Islam berjaya ada keutamaannya. Demikian pula ketika Islam terasing, ada keutamannya.
Pembahasan 2: Makna keterasingan islam dan keterasingan pengikutnya.
Islam dan pengikutnya dianggap asing bukan karena perkara yang salah (keluar dari agama Allah). Akan tetapi ketentuan dari Allah berupa ujian dan cobaan.
Sebagaimana awal Islam di anggap asing dan pada akhirnya akan dianggap asing lagi. Pada awal Islam pengikutnya sedikit. Pada akhirnya Islam dianggap asing bukan karena pengikutnya sedikit akan tetapi banyak orang yang berpaling dari tuntutan Islam. Ketika Isalm yang benar dari Nabi dikenalkan, banyak orang menganggapnya aneh.
Makna keterasingan bukan seseorang membuat jalan sendiri, membuat sesuatu yang aneh ditengah manusia. Seseorang sudah teguh diatas agama akan tetapi diantara manusia ada yang tidak mengenal jalan Islam.
Keterasingan ada dua jenis:
- Mutlak, hal ini terjadi diakhir jaman setelah datangnya Dajal dan turunnya Nabi Isa Alihi Salam.
- Muqoyad terikat waktu dan tempat. Islam terasing pada suatu masa atau pada sebuah tempat.
Firman Allah Ta’ala dalam Surat Hud ayat 116:
فَلَوْلَا كَانَ مِنَ ٱلْقُرُونِ مِن قَبْلِكُمْ أُو۟لُوا۟ بَقِيَّةٍۢ يَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْفَسَادِ فِى ٱلْأَرْضِ إِلَّا قَلِيلًۭا مِّمَّنْ أَنجَيْنَا مِنْهُمْ ۗ
“Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka” (Hud: 116)
Ayat ini menjelaskan bahwa ada sedikit yang diselamatkan karena melarang kerusakan dimuka bumi.
Pembahasan 1: Al-Ghuraba, orang yang asing, mereka sedikit dan mereka yang selamat
Pembahasan 2: Sifat Al-Ghuraba adalah amar ma’ruf dan nahi munkar.
Memerintah yang ma’ruf dan melarang yang munkar. Dianggap asing bukan aritnya harus berbeda dengan orang-orang.
Pembahasan 3: Penyebab yang menyelamatkan dari kebinasaan.
Yaitu amal ma’ruf dan nahi munkar, berpegang pada agama
Hadits 1
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu secara marfu’, (beliau berkata), “Islam dimulai dalam keadaan asing dan akan Kembali menjadi asing sebagaimana awalnya maka beruntunglah orang-orang yang dianggap asing (karena menjalankan Islam), “ Diriwayatkan oleh Muslim.
Pembahasan 1: Berita yang benar dari Nabi tentang keterasingan agama Islam
Hal ini sudah ketentuan yang dikabarkan oleh Nabi yang akan terjadi dimasa depan. Akan tetapi tidak dipahami harus berbeda dengan yang lain supaya dianggap asing. Hal ini dicela dalam agama yaitu keuar dari jama’ah. Ini adalah pengabaran dari Nabi, bukan anjuran untuk menjadi asing. Sehingga apabila terjadi menimpa seseorang, maka bersabar.
Pembahasan 2: Keutamaan orang yang dianggap asing
Orang yang dianggap asing adalah yang berpegang dengan Islam yang dibawa oleh Nabi.
Pembahasan 3: Bersabar diatas agama walauun dianggap asing
Hadits 2 mengenai sifat Al-Ghuraba
Diriwayatkan pula oleh Ahmad dari hadits Ibnu Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu, ditanyakan kepadanya, “Siapakah ghuraba, orang yang dianggap asing?” Beliau menjawab, “Orang-orang yang berhijrah dan meninggalkan kabilahnya”
Dalam Riwayat lain (disebutkan), “Ghuraba” adalah orang-orang yang melakukan perbaikan Ketika manusia membuat kerusakan”
Juga diriwayatkan oleh Ahmad dari hadits Sa’ad bin Abu Waqqash, (disebutkan) padanya, “Keberuntunganlah bagi ghuraba pada hari tersebut tatkala manusia membuat kerusakan.
(Dalam Riwayat) At-Timidzy dari hadits Katsir bin Abdillah, dari ayahnya, dari kakeknya, (disebutkan) “Keberuntunganlah bagi ghuraba, yaitu orang-orang yang memperbaiki apa-apa yang dirusak oleh manusia berupa sunnahku”.
Pembahasan 1: Penjelasan sebagian sifat Al-Ghuraba
- Mereka meninggalkan negerinya karena Allah. Berpindah dari satu negeir ke negeri yang lain karena menjaga agamanya. Yang akhirnya menjadi asing. Seperti kisah Ahsbul Kahfi.
- Mereka bersabar dalam memperbaiki ditengah manusia. Selalu baik diatas agama walaupun banyak manusia tidak diatas agama. Atau bisa juga diartikan memperbaiki orang
- Mereka memperbaiki sunnah yang dirusak oleh manusia. Asing ditengah manusia yang berbuat tidak baik. Tidak mengikuti orang yang berbuat tidak baik. Tetap menjaga danmenghidupkan sunah Nabi.
Hadits 3
Dari Abu Umayyah, beliau berkata, “Saya menanyai Abu Tsa’labah Al-Khusynany Radhiallahu ‘Anhu, “Bagaimana pendapatmu tentang ayat ini, “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian. Tiadalah orang yang sesat itu dapat memudharatkan kalian apabila kalian telah mendapat petunjuk” (Al-Maidah: 105)?
Beliau menjawab, “Ketahuilah, Demi Allah, sungguh saya telah bertanya kepada seseorang yang sangat mengetahui. Saya telah bertanya tentang ayat tersebut kepada Rasulullah ﷺ, dan (Rasulullah ﷺ) menjawab, “Hendaknya kalian senantiasa memerintahkan kepada yang ma’ruf dan saling melarang terhadap yang Munkar sampai, apabila kalian melihat kebakhilan yang diaati, hawa nafsu yang diikuti, dunia yang lebih diutamakan, dan tiap-tiap orang bangga dengan pendapatnya, engkau wajib menyelamatkan diri sendiri dan meninggalkan orang awam karena sesungguhnya, di belakang kalian, akan datang hari-hari tatkala orang yang bersabar pada (hari-hari) tersebut seperti orang yang berpegang dengan bara api. Orang yang beramal pada (hari-hari) tersebut akan mendapatkan pahala lima puluh orang yang beramal seperti amalan kalian.” Kami bertanya, ‘(Lima puluh kali lipat dari pahala) kami atau mereka?’ (Rasulullah ﷺ) menjawab, ‘Dari kalian.’”. Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At-Tirmidzy.
Hadits ini ada kelemahan dari sisi riwayat akan tetapi dari sisi makna ada riwayat lain yang menegaskan.
Yang semakna (dengan hadits tersebut) diriwayatkan oleh Ibnu Wadhdhah dari hadits Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma, dan lafadznya, “Sesungguhnya sepeninggal kalian akan datang hari-hari tatkala orang yang bersabar, dalam berpegang dengan apa-apa yang kalian kerjakan pada hari ini, akan mendapatkan pahala lima puluh orang dari kalian”.
Hadits ini juga ada kelemahan.
Kemudian (Ibnu Wadhdhah) berkata: Muhammad bin Sa’id mengabarkan kapada kami, (beliau berkata): Asad memberitakan kepada kami, beliau berkatan: Sufyan bin Uyainah menceritakan kepada kami, dari Aslam Al-Bashry, dari Sa’d, saudara laki-laki Al-Hasan, secara marfu’, (beliau berkata): Saya berkata kepada Sufyan: dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, “Ya”. (Nabi ﷺ) bersabda, “Sesungguhnya pada hari ini, kalian berada di atas kejelasan dari Rabb kalian. Kalian memerintahkan yang ma’ruf dan melarang terhadap yang mungkar, serta berjihad karena Allah, dan belum muncul dua perkara yang memabukkan pada kalian: mabuk kebodohan dan mabuk cinta kehidupan (dunia), sehingga kalian akan berubah dari keadaan tersebut. Kalian tidak lagi memerintahkan yang ma’ruf dan melarang terhadap yang Munkar, tidak berjihad karena Allah, serta muncul dua perkara yang memabukan diantara kalian. Oleh karena itu, orang-orang yang berpegang dengan Kitab dan Sunnah pada hari tersebut akan mendapatkan pahala lima puluh (orang).” Ditanyakan, “(Apakah lima puluh orang) dari mereka?” Beliau menjawab, “Bukan, melainkan lima puluh dari kalian”.
Sanadnya ada kelemahan yaitu dari Aslam Al-Bashry, yang majhul.
(Ibnu Wadhdhah) juga (meriwayatkan) dengan sanad dari AlMu’afiry, beliau berkata: Rasulullah ﷺ bersabda, “Keberuntungan bagi ghuraba, yaitu orang-orang yang berpegang dengan Kitabullah ketika (Kitabullah) sudah ditinggalkan (oleh manusia) dan mengamalkan sunnah Ketika (sunnah itu) redam.”
Hadits shahih dari Nabi Shallalhu Alaihi Wasalalam “Akan ada suatu masa kepada mansua dimana orang yang berpegang dengan sunnahku bagiakan orang yang memegang bara api“
Riwayat-riwayat mengenai ghuraba ada kelemahan akan tetapi makna nya benar. Hal ini adalah metode (ushluq) dari para ualam yang dari pada mengambil ucapan sendiri lebih baik mengambil dari riwayat yang walaupun ada kelemahtan tapi maknanya benar.
Pembahasan 1: Penjelasan tentang keterasingan islam di hari-hari sabar, memegang bara-bara api
Yaitu hari ketika manusia beramal, terganggu tapi harus tetap bersabar.
Pembahasan 2: Keutamaan Al-Ghuraba dengan dilipatgandakan pahala.
Pembahasan 3: Syarah hadits Abu Tsa’labah radhiallahu ‘anhu.
Wallahu Ta’ala ‘Alam