Tafsir Tauhid dan Syahadat La Ilaha Illallah – Surat Az-Zukhruf Ayat 26-27

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid

  • Penulis: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
  • Pensyarah: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah

Bab 5: Tafsir Tauhid dan Syahadat La Ilaha Illallah

Firman Allah Ta’la dalam Surat Az-Zukhruf Ayat 26-27

وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِۦٓ إِنَّنِى بَرَآءٌۭ مِّمَّا تَعْبُدُونَ ٢٦إِلَّا ٱلَّذِى فَطَرَنِى فَإِنَّهُۥ سَيَهْدِينِ ٢٧

Dan ingatlah ketika Ibrāhīm berkata kepada bapaknya dan kaumnya, “Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku”.” (Az-Zukhruf: 26-27)

Makna Ayat Secara Global

Allah mengabarkan tentang hamba-Nya, rasul-Nya, dan khalil-Nya (yaitu Ibrahim Alaihi Salam) bahwa berliau berlepas diri dari segala sesuatu yang disembah oleh bapaknya dan kaumnya, serta beliau tidak memperkecualikan (apa-apa), kecuali yang telah menciptakan dirinya, yaitu Allah Ta’ala. Maka Ibrahim menyembah hanya kepada-Nya semata yang tiada sekutu bagi-Nya.

Hubungan antara Ayat dan Bab

Ayat ini menunjukkan bahwa makna tauhid dan syahadat La Ilaha Illallah adalah berlepas diri dari kesyirikan dan mengesakan ibadah hanya kepada Allah. Sebab, sesungguhnya La Ilaha Illallah mencakup penafian (penolakan/peniadaan) yang Al-Khalil ungkapkan berdasarkan ucapan “Sesungguhnya aku berlepas diri …,” dan itsbat (penetapan) yang beliau ungkapkan dengan ucapan, “Kecuali Dia yang telah menciptakanku…”.

Faedah Ayat

  1. Bahwa makna La Ilaha Illallah adalah menauhidkan Allah dengan mengikhlaskan semua ibadah hanya kepada-Nya dan bara’ ‘berlepas diri’ dari peribadahan kepada segala sesuatu selain Allah.
  2. Menampakan sikap bara’ah terhadap agama orang-orang musyrikin.
  3. Pensyariatan untuk berlepas diri dari musuh-musuh Allah, meskipun mereka adalah orang-orang terdekat kita.

Wallahu Ta’ala A’lam

Sumber:

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.


Catatan Kajian

Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Menampakan sikap bara’ah terhadap agama orang-orang musyrikin

Seorang muslim tidak membenarkan agama yang lain dan tidak mengatakan semua agama sama atas dasar toleransi atau kerukunan agama.

Seorang muslim yang mengatakan semua agama sama atau membenarkan agama selain Islam adalah orang yang bingung yang tidak percaya diri dalam beragama. Mereka ikut merayakan setiap perayaan agama lain, ikut memberi ucapan selamat.

Kekeliruan mereka adalah sebagai berikut:

  1. Mereka tidak tahu agama Islam yang sesungguhnya yang dibawa Rasulullah
  2. Mereka tidak tahu arti toleransi beragama dalam Islam yang tidak mengharuskan meninggalkan keyakinannya. Orang kafir yang tinggal di negeri Muslim dijamin haknya akan tetapi bukan berarti membenarkan agama kaum musyrikin. Rasulullah adalah orang yang paling bertahuhid. Ada 3 kabilah Yahudi yang tinggal di Madinah tapi tidak dizholimi. Begitu juga dizaman para Sahabat, Ketika Umar bin Khatab meninggal, para ahlul kitab bersedih.
  3. Mereka mungkin mengharapkan dari sisi dunia agar dipandang bagus oleh manusia sehingga mendapatkan sesuatu dari hal tersebut.

Berlepas diri dari musuh Allah, meskipun mereka adalah orang-orang terdekat kita

Nabi Ibrahim berlepas diri dari ayahnya dan kaumnya, dimana beliau tinggal.

Kaidah: menetapkan tauhid rububiyyah mengharuskan menetapkan tauhid ulihiyyah

Dalam ayat disebutkan “kecuali karena Allah yang menciptakanku”, kaum musyrikin mengakui bahwa hanya Allah yang mampu menciptakan, mematikan dan memberi rizky, maka seharusnya hanya Allah pula yang layak untuk diibadahi.

Wallahu Ta’ala A’lam

Tinggalkan komentar