بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid
- Penulis: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
- Pensyarah: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah
Bab 5: Tafsir Tauhid dan Syahadat La Ilaha Illallah
Firman Allah Ta’la dalam Surat Al-Isra Ayat 57.
أُو۟لَـٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَىٰ رَبِّهِمُ ٱلْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُۥ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُۥٓ ۚ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًۭا
“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhan-mu adalah suatu yang (harus) ditakuti.” (Al-Isra: 57)
Hubungan antara Bab dan Kitab Tauhid
Setelah dalam bab-bab sebelumnya menyebut tentang tauhid dan keutaman-keutamaan (tauhid), berdakwah mengajak orang kepada (tauhid), serta menjelaskan keharusan untuk takut terhadap lawan tauhid, yaitu sirik, dalam bab ini penulis rahimahullah menjelaskan makna tauhid karena sebagaian orang salam dalam memahami makna (tauhid). Mereka menyangka bahwa makna tauhid adalah pengakuan akan tauhid rububiyyah saja. Padahal, bukanlah hal itu yang dimaksud dengan tauhid, melainkan yang dimaksud dengan tauhid adalah sebagaimana yang ditunjukan oleh dalil-dalil (yang sebagian dalil disebutkan oleh penulish ruhimahullah), yaitu meninggalkan peribadahan hanya kepada Allah dan berlepas diri dari kesyirikan.
Pengandengan syahadat La ilaha illallah dengan tauhid adalah untuk menunjukan bawah keduanya sama, tiada perbedaan.
Makna Ayat Secara Global
Allah Subhanahu mengabarkan bahwa mereka yang disembah selain Allah oleh orang-orang musyrikin, dari kalangan malaikat, pada nabi dan orang-orang shalih, (mereka sendiri) bersegera mencari pendekatan diri kepada Allah karena mengharap rahmat dan takut terhadap adzab Allah. Kalau keadaan mereka seperti itu, berarti mereka termasuk ke dalam kategori hamba-hamba Allah maka bagaimana bisa mereka disembah bersama Allah Ta’ala? Sementara mereka sibuk dengan diri mereka sendiri: berdoa dan berusaha untuk mendekatakan kepada Allah dengan beribadah kepada-Nya.
Hubungan Antara Ayat dan Bab
Ayat ini menunjukan bahwa makna tauhid dan syahadat La Ilaha Illallah adalah meninggalkan segala sesuatu yang orang-orang musyrikin lakukan, berupa berdoa dan meminta syafa’at kepada orang-orang shalih dalam rangka menghilangkan atau mengalihkan bahaya dari diri (orang musyrikin) itu, karena hal tersebut tergolong sebagai perbuata syirik besar.
Faedah Ayat
- Bantahan terhadap orang-orang yang berdoa kepada para wali dan orang shalih untuk mengilangkan bahaya dan memperoleh manfaat. Karena, mereka yang diseru itu tidak kuasa menolak bahaya dan mendatangkan manfaat bagi dirinya sendiri maka bagaimana bisa ia melakkan hal itu untuk orang lain.
- Penjelasan tentang besarnya rasa takut para Nabi dan orang-orang shalih kepada Allah dan penjelasan tentang harapan mereka kepada rahmat Allah.
Wallahu Ta’ala A’lam
Sumber:
Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.
Catatan Kajian
Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.
Dalam bab ini akan merinci tentang apa itu Tauhid. Tauhid dan syahadat La Ilaha Ilallah adalah hal yang sama. Tauhid yang dijelaskan disini adalah tauhid ibadah yang merupakan inti dan dasar pokok tauhid. Juga akan diterangkan tafsir shahadat La Ilaha Illallah yang terkandung dua ruku penafian (an-nafi) dan penetapan (al-isbat).
Penjelasan Firman Allah ta’ala dalam Surat Al-Isra: 57
أُو۟لَـٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَىٰ رَبِّهِمُ ٱلْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُۥ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُۥٓ ۚ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًۭا
“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhan-mu adalah suatu yang (harus) ditakuti.” (Al-Isra: 57)
Mereka yang diibadahi (malaikat, nabi, orang shaleh, dan lainnya) oleh kaum musryikin, juga mencari hal-hal yang mendekatkan (Al-Wasilah) mereka kepada Allah. Al-Wasilah artinya apa yang mendekatkan atau amalan yang mendekatkan mereka. Wasilah yang dimaksud disini adalah beribadah kepada Allah, yaitu dengan melaksanakan segala perintahnya. Wasilah yang paling besar adalah Tauhid yang Allah Ta’ala mengutus dengannya. Mereka mencari wasilah dikarenakan berharap rahmat Allah dan takut akan siksa-Nya.
Apabila mereka yang diibadahi oleh kaum Musyrikin juga memerlukan wasilah, bagaimana mungkin mereka dijadikan tempat beribadah atau berdoa bersama Allah?
Ayat ini turun kepada orang-orang yang menyembah Isya bin Maryam, Uzair, para Malaikat, orang-orang shalih, sehingga diterangkan dalam ayat bahwa mereka ini juga adalah makhkluk-makhluk Allah (hamba Allah). Mereka juga mencari wasilah dengan ketaatan supaya lebih dekat kepada Allah.
Ibnu Mas’ud Radhiallah ‘Anhu mengatakan bahwa maskud dari ayat adalah sebgaian kaum musyrikin yang tadinya menyembah sekelompok Jin. Kemudian tanpa mereka ketahui Jin-Jin itu masuk Islam. Maka diingatkan bahwa kalian yang menyembah kepada Jin, bahwa Jin itu juga beribadah kepada Allah mencari kedekatan kepada Allah, mengharapkan rahmat Allah dan takut akan siksa-Nya. Sehingga mereka para Jin bukan tempat untuk beribadah dan tempat untuk berdoa.
Kesesuian Ayat dan Bab
Ayat ini menjelaskan kedudukan Tauhid dan syahadat La Ilaha Illallah yaitu meninggalkan apa yang dilakukan kaum musyrikin berupa beribadah kepada orang-orang shalih, meminta syafaat kepada mereka, karena hal itu adalah syirik akbar.
Hakikat Tauhid adalah mengesakan Allah dalam mencari wajah, mencari wasilah dan mencari kedekatan. Orang yang bertauhid adalah mensendirikan Allah dalam menghadapakan wajahnya kepada Allah, mencari kedekatan kepada-Nya, dan dalam mencari syafaat.
Wallahu Ta’ala A’lam