Beriman kepada Syafa’at Nabi

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad , keluarga dan sahabatnya.

Kitab Ushulus Sunnah Imam Ahmad

  • Penulis: Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah Ta’alla
  • Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman audio kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Note: tulisan dengan cetakan tebal-miring adalah perkataan Imam Ahmad Rahimahullah.

Beriman kepada Syafa’at Nabi dan Kaum yang akan keluar dari Neraka.

Imam Ahmad berkata, Pokok-pokok Sunnah (Islam) disisi kami adalah:

Beriman kepada syafa`at Nabi Shalallaahu ‘Alaihi wa Sallam dan kepada suatu kaum yang akan keluar dari neraka setelah mereka terbakar dan menjadi arang, kemudian mereka akan diperintahkan menuju sungai di depan pintu syurga (sebagaimana diberitakan dalam atsar) sebagaimana dan seperti apa yang Dia kehendaki, kita wajib beriman dan membenarkan hal ini.

Penjelasan:

Kaum yang keluar dari neraka disebut “Jahanamiyun“. Dimasukan “jahanmiyun” kedalam pemabahsan syafa’at karena keluarnya kaum ini dari neraka dikarenakan mendapat syafaat.

Pembahasan Pertama: Syafaat tidak hanya khusus untuk Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam

Imam Ahmad menegaskan bahwa adanya syafa’at Nabi. Akan tetapi hakikatnya syafaat tidak hanya dari Nabi Muhammad saja. Ada syafaat yang lainnya yaitu dari: para Nabi dan Rasul, Malaikat, orang yang mati syahid, para syidiqin, orang shaleh, anak kepada orang tuanya, sebagian amal shaleh, Al-Qur’an.

Pembahasan Kedua: Pengertian Syafaat

Syafa’at secara bahasa bermakna genap atau lawan dari ganjil. Dikatakan syafaat karena seorang ini tadinya sendiri kemudian mendapatkan pertolongan dari orang lain yang memohon kepada Allah supaya diampuni. Maka keberadaan orang lain ini mengenapkan atau menguatkannya. Sehingga disebut syafa’at.

Syafa’at secara istilah adalah menjadi perantara bagi orang lain untuk mendapatkan sebuah manfaat atau menolak sebuah bahaya.

Pembahasan Ketiga: Tiga sudut syafa’at

  1. Pemilik syafa’at yaitu Allah
  2. Pemohon syafa’at yaitu yang menjadi perantara yang meminta kepada Allah untuk orang yang disyafa’ati.
  3. Orang yang disyafa’ati.

Hadits Syafa’atul Uzma

Hal ini dapat dililhat pada hadits mengenai syafaatul uzma, yang terbesar, yaitu Nabi memohon kepada Allah untuk makhluk agar hisab disegerakan. Manusia menanti dengan sangat lama di padang mahsyar. Dengan kondisi sangat mengerikan, sangat lama, matahari didekatkan, manusia berkeringat sesuai dengan amalannya masing (ada yang sampai mata kaki, betis, lutut, pinggang, dada dan menengelamkannya). Disamping itu ada sebagian manusia yang diteduhi dibawah teduhan Arsy Allah .

Manusia dari awal sampai akhir dikumpulkan semua dipadang mahsyar. Dalam keadaan tidak berpakaian, belum di khitan, dan tidak beralas kaki. Sebagian sahabat bertanya “Ya Rasulullah, mereka saling melihat?”, Rasulullah berkata “perkara pada saat itu lebih dahsyat dari hal tersebut”. Tidak ada kesempatan saling melihat, anak tidak ingat pada ibunya, ayahnya dan saudaranya, tidak ingat kawannya, suami tidak ingat istrinya. Semuanya memikirkan diri sendiri.

Dikarenakan lamanya penantian, maka manusia mendatangi para Nabi. Pertama mendatangi Nabi Adam sebagai Ayah manusia, maka Nabi Adam menyebutkan bahwa Allah telah murka pada hari kemurkaan Allah tidak pernah murka semurka itu pada hari sebelumnya dan setelahnya. Nabi Adam menyebutkan dosanya yang padahal sudah diampuni. Akan tetapi Nabi Adam masih khwatir dan berkata “nafsi-nafsi (diriku-diriku), pergilah kepada Nabi Nuh”. Kemudian manusia mendatangi Nabi Nuh, beliau menjawab dengan hal yang sama. Setelah itu mendatangi nabi yang lain: Musa, Ibrahim, Isya.

Sampai akhirnya mendatangi Nabi Muhammad . Maka Nabi berkata “Akulah memang yang diberi syafa’aat tersebut, Akulah memang yang diberi syafa’aat tersebut“. Maka Nabi berdiri dan bersujud dibawah Arsy Allah. Kemudian memuji Allah dengan pujian yang agung yang sebelumnya belum diketahui. Hingga Allah berfirman “Angkatlah kepalamu, berucaplah, akan didengar ucapanmu, mintalah syafaat maka engkau akan diberi syafaat”. Maka Nabi memohon agar hisab disegerakan. Setelah itu terjadilah kejadian selanjutnya yaitu dimulainya hisab sebagaimana firman Allah:

وَجَآءَ رَبُّكَ وَٱلْمَلَكُ صَفًّۭا صَفًّۭا٢٢وَجِا۟ىٓءَ يَوْمَئِذٍۭ بِجَهَنَّمَ ۚ يَوْمَئِذٍۢ يَتَذَكَّرُ ٱلْإِنسَـٰنُ وَأَنَّىٰ لَهُ ٱلذِّكْرَىٰ ٢٣

dan datanglah Tuhan-mu; sedang malaikat berbaris-baris. Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahanam; dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya.” (Al-Fajr : 22-23)

Dalam kisah ini yang disyafaati adalah seluruh makhluk, yang memohon syafaat adalah Nabi Muhammad . Pemilik syafaat adalah Allah .

Pembahasan Keempat: Macam-Macam Syafa’at

Delapan bentuk syafaat Nabi . Terdapat syafaat yang khusus bagi Nabi Muhammad dan syafaat yang berserikat antara Nabi Muhammad dan para Nabi, para malaikat dan lainnya..

  1. Syafa’at khusus Nabi, Syafa’atul Uzma
  2. Syafa’at khusus Nabi, Syafa’at penduduk surga untuk masuk kedalam surga. Pintu surga tidak akan dibuka hingga, Nabi memohon agar pintu surga dibukakan. Manusia sudah menunggu di pintu surga, menunggu Nabi untuk mengetuk pintu surga. Ketika ditanyakan siapa engkau, maka Nabi menjawab dengan namanya. Kemudian Malaikat penjaga pintu surga berkata “Terhadap engkaulah aku diperintah untuk membukanya”. Maka pintu surga sibuka.
  3. Syafa’at khusus Nabi, Syafa’at untuk pamannya Abu Thalib. Abu Thalib seharusnya dilapisan neraka yang paling bawah. Akan tetapi dengan syafaat Nabi, dia menjadi makluk yang paling ringan siksanya di neraka walaupun tetap kekal di neraka. Siksaannya yaitu berupa dua terompah yang dipanaskan, belum kaki masuk menginjak terompah, maka kepalanya sudah mendidih.
  4. Syafa’at khusus Nabi (tetapi silang pendapat, sebagian mengatakan tidak khusus bagi Nabi), syafa’at untuk sekelompok dari umat masuk tanpa hisab dan tanpa adzab. Hal ini terdapat dalam hadits mengenai 70 ribu orang umat Nabi, masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab. Diceritakan Ukkasayah meminta untuk didoakan kepada Allah, agar aku diikutkan dari mereka. Maka Nabi bersabda “Engkau dari mereka”. Hal ini merupakan bentuk syafaat dari Nabi untuk Ukkasyah. Kemudian ada yang meminta lagi kemudian Nabi berkata “Ukkasyah telah mendahului engkau”.
  5. Syafaat untuk penduduk surga sehingga derajatnya ditinggikan. Dari hadist Bukari dan Muslim mengenai kisah Abu Salamah ketika meninggal Nabi mendoakan “Ya Allah ampunilah Abu Salamah, tingikan derajatnya di almadiyin (surga), ya Allah ampunilah kami dan Abu Salamah, wahai Rabbul ‘Alamin, Ya Allah lapangkanlah dia dalam kuburnya, berilah cahaya didalam kuburnya”.
  6. Satu kaum yang seimbang antara kejelekan. dan kebaikannya yaitu menjadi Ahabul A’raf yang berada di ‘Araf antara surga dan neraka. Maka dengan syafa’at Allah memasukannya ke surga.
  7. Syafa’at untuk pelaku dosa besar yang dosanya lebih besar daripada kebaikannya. Harusnya arahnya keneraka, akan tetapi dengan syafa’at diampuni dan dimasukan kedalam surga.
  8. Syafa’at untuk pelaku dosa besar yang sudah masuk kedalam neraka. Maka dengan syafaat dikeluarkan dari neraka dan dimasukan kedalam surga.

Nomor 7 dan 8 diingkari oleh Ahli Bid’ah kalangan Khawarij dan Mu’tajilah. Dikarenakan kaidah mereka adalah pelaku dosa besar kekal didalam neraka. Hal ini adalah ucapan yang bathil karena Rasulullah bersabda “Syafaatku aku berikan kepada pelaku dosa besar dari umatku“.

Pembahasan Kelima: Sya’faat yang dinafikan dan ditetapkan dalam Al-Qur’an

Didalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menafikan syafaat seperti “Tidak ada syafaat baginya“, atau “tidak ada syafaat orang yang memberi syafaat” dan selainnya. Ayat ini adalah bagi kaum Musyrikin yang tidak bertahuid.

Adapun untuk orang yang bertahuid terdapat syafaat yang diterangkan dalam al-qur’an. “Tidak ada yang memerbi syafaat disisinya kecuali dengan ijin Allah“. Dan juga ayat “Betapa banyak dari para malikat dilangit, syafaat mereka tidak bermafaat, kecuali setelah Allah memberi ijin kepada siapa yang Allah kehendaki” dan ayat lainnya. Syafaat ini hanya untuk ahli tauhid.

Abu Hurauirah bertanya kepada Nabi “Wahai Rasulullah siapakah yang paling berbahagia mendapatkan syafaatmu di hari Kiamat?” Maka Nabi berkata “Siapa yang berkata La Illaha Illallah ikhas dari hatinya (dirinya)“.

Syarat mendapatkan syafaat:

  1. Orang yang bertauhid.
  2. Allah ijinkan untuk orang yang memohon syafaat memberi syafaat kepadanya

Pembahasan Keenam: Kaum yang keluar dari neraka dan dimasukan ke surga

Hadits mengenai orang yang terakhir keluar dari neraka

Dalam hadits Bukhari-Muslim diceritakan orang yang terakhir keluar dari api neraka. Dia meminta dengan sungguh-sungguh kepada Allah agar dikeluarkan dari api neraka, “Ya Allah, keluarkan aku dari api neraka, aku tidak meminta yang lain kecuali ini saja, jauhkan wajah ku dari api neraka”. Maka Allah berfirman kepadanya, “Wahai anak Adam, barangkali engkau akan minta yang lainnya”. Maka si hamba dikeluarkan dari neraka.

Tidak masuk kesurga tapi diantara surga dan neraka. Dia lama berdiri dan melihat surga dari kejauhan, maka dia berdoa lagi. “Ya Allah, dekatkanlah aku ke surga, Aku tidak meminta kecuali itu. Maka Allah berfirman “Betapa penghianatnya kamu wahai anak Adam, bukan kamu telah bersumpah”. Kemudian si hamba terus memohon itu saja. Maka dikabulkan oleh Allah, didekatkan ke surga.

Begitu melihat keindahan surga, dia tidak tahan laginya dan memohon kepada Allah untuk dimasukan ke surga. Akhirnya dimasukan oleh Allah surga. Kemudian disuruh berangan-angan apa yang diinginkan di surga. Allah terus menyuruhnya berangan-angan lagi sampai habis angan-angannya. Maka Allah berfirman “Aku akan berikan untuk mu 10 kali dari yang engkau minta.

Ini menunjukan bahwa ada kaum yang keluar neraka dan masuk surga. Dia adalah seorang pelaku dosa besar. Hal ini diingkari oleh ahlul bid’ah sehingga Imam Ahmad memasukan di pokok-pokok ahlus sunnah.

Wallahu Ta’lla ‘alam

Tinggalkan komentar