Beriman kepada haudh (telaga) yang dimiliki Rasulullah di hari Kiamat.

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad , keluarga dan sahabatnya.

Kitab Ushulus Sunnah Imam Ahmad

  • Penulis: Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah Ta’alla
  • Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman audio kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Note: tulisan dengan cetakan tebal-miring adalah perkataan Imam Ahmad Rahimahullah.

Beriman kepada haudh (telaga) yang dimiliki Rasulullah di hari Kiamat.

Imam Ahmad berkata, Pokok-pokok Sunnah (Islam) disisi kami adalah:

Beriman kepada haudh (telaga) yang dimiliki oleh Rasulullah pada hari kiamat, yang akan didatangi oleh umatnya, lebarnya sama seperti panjangnya yaitu selama perjalanan satu bulan, bejana-bejananya seperti banyaknya bintang-bintang di langit, hal ini sebagaimana diberitakan dalam khabar-khabar yang benar dari banyak jalan.

Penjelasan:

Pembahasan Pertama: Adanya Telaga pada hari kiamat.

Hal ini ditunjukan dari dalil Al-Qur’an, hadits, dan Ijma para ulama, sebagai berikut:

Surat Al-Kautsar Ayat 1:

إِنَّآ أَعْطَيْنَـٰكَ ٱلْكَوْثَرَ

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu sebuah sungai di surga.” (Al-Kawtsar: 1)

Walaupun Al-Kautsar adalah telaga disurga, akan tetapi dari hadits-hadits yang shahih mengatakan bahwa Al-Haudh (telaga Rasulullah) berasal dari surga. Sehingga sebagian ulama menetapkan ayat ini sebagai dalil mengenai telaga Rasulullah.

Hadits mengenai telaga Mutawattir diriwayatkan lebih dari 80 orang sahabat.

Pembahasan Kedua: Kedudukan telaga di hari kiamat

Kedudukan telaga di hari kiamat adalah untuk Nabi dan umatnya mendatanginya. Setiap Nabi memiliki telega masing-masing dan setiap umat mendatangi telaga nabinya masing-masing.

Yang mendatangi telaga Nabi Muhammad hanya umatnya saja. Dalam hadist riwayat Bukhari dan Muslim, ada sekelompok orang mendatangi telaga lalu mereka diusir dari telaga. Nabi berkata. “Umatku, umatku“, pada sebagian riwayat “Sahabatku, sahabatku“. Kalimat “sahabat” digunakan oleh orang Syiah bahwa sebagaian sahabat ada yang kafir. Akan tetapi kata “sahabat” bermakna siapa yang diatas tuntunan Nabi Muhammad. Dikatakan kepada beliau “Sesungguhnya kamu tidak tahu apa yang mereka ada-adakan setelah mu“. Hal ini termasuk orang yang murtad, pelaku bid’ah, dan pelaku dosa besar.

Para ulama berkata mengenai sebab-sebab mendapatkan telaga rasulullah:

  1. Orang yang bertauhid.
  2. Tidak pernah membuat perkara baru dalam agama.
  3. Bersihkan hatinya dari kebencian kepada para sahabat.
  4. Menghindarkan diri dari berucap atas nama Allah tanpa ilmu.
  5. Menjauhkan diri dari dosa-dosa besar
  6. Selalu bertaubat dan beristigfar.

Pembahasan Ketiga: Sifat-Sifat Telaga

  • Lebarnya sama dengan panjangnya (segi empat)
  • Perjalanan satu bulan.

Riwayat lain perjalan dari AIla ke Son’a atau kota lainnya. Nabi Muhammad menjawab sesuai dengan kota yang dikenal oleh orang yang bertanya. Akan tetapi Imam Ahmad memilih ukuran yang bisa dipahami semua orang yaitu satu bulan perjalanan.

Telaga berada diatas bumi yang telah diganti. Ketika kiamat langit dan bumi hancur dan diganti dengan yang semisal dengannya. Berdasarkan firman Allah:

يَوْمَ تُبَدَّلُ ٱلْأَرْضُ غَيْرَ ٱلْأَرْضِ وَٱلسَّمَـٰوَٰتُ ۖ وَبَرَزُوا۟ لِلَّهِ ٱلْوَٰحِدِ ٱلْقَهَّارِ

(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain, dan (demikian pula) langit, dan mereka semuanya (di Padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.” (Ibrahim: 48)

  • Bejana-bejana yang ada di telaga

Bejananya sejumlah bintang dilangit. Memberikan makna sangat banyak, dan indah bercahaya.

  • Warnya lebih putuh dari susu
  • Rasanya lebih manis daripada madu
  • Baunya lebih harum dari kasturi
  • Warnya lebih mengkilat dari perak.
  • Siapa yang minum darinya satu kali tegak, maka tidak akan haus selama-lamanya.

Pembahasan Keempat: Letak Telaga Rasulullah

Terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama mengenai letak telaga: apakah sebelum as-shirat atau setelah as-shirat. Yang benarnya adalah sebelum as-shirat. Yang berpendapat ini juga ada ada dua pendapat apakah sebelum timbangan atau sesudah timbangan. Di tarjih bahwa tempatnya sebelum timbangan bahkan sebelum syafaat dipadang mahsyar.

Wallahu Ta’lla ‘alam

Tinggalkan komentar