بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid
- Penulis: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
- Pensyarah: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah
- Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.
Bab 3: Takut terhadap Syirik
Orang Meninggal dalam keadaan tidak berbuat Syirik sedikitpun, pasti masuk Surga.
Dalam (riwayat) Muslim, dari Jabir Radhiallahu ‘anhuma, beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa saja yang menemui Allah (meninggal) dalam keadaan tidak berbuat syirik terhadap-Nya sedikitpun, pasti masuk surga, (tetapi) siapa saja yang menemui-Nya (meninggal) dalam keadaan berbuat syirik terhadap-Nya sedikitpun, dia pasti masuk neraka“.
Biografi
Jabir adalah Jabir bin Abdillah bin ‘Amr bin Haram Al-Anshary Asulamy, seorang sahabat yang mulia, banyak meriwayatkan hadits, dan anak seorang sahabat. Beliau meninggal di Madinah setelah 70 H dalam usia sembilan puluh empat tahun.
“Siapa saja berjumpa dengan Allah”, artinya siapa saja yang meninggal.
“Tidak berbuat syirik terhadap-Nya” yaitu tidak mengadakan sekutu bagi Allah, baik dalam perkara uluhiyah (ibadah) maupun perkara rububiyyah.
“Dengan sesuatu”, yaitu dengan kesyirikan yang sedikit atau banyak.
Siapa yang mati dan tidak berbuat kesyirikan maka sudah dipastikan masuk surga. Walaupun mati dalam keadaan mempunyai dosa besar. Akan tetapi masuk surga ada dua macam: masuk surga langsung atau akhirnya masuk surga.
Ahlul sunnah cari dari dulil baru disimpulkan, akan tetapi ahlul bid’ah buat kesimpulan dulu baru dalilnya dicari.
Makna Hadits Secara Global
Bahwasannya Rasulullah ﷺ mengabarkan bahwa siapa saja yang meninggal di atas tauhid, perihal masuknya ia ke dalam surga adalah sudah pasti, meskipun ia adalah seorang pelaku dosa besar dan meninggal dalam keadaan terus menerus berbuat dosa maka ia berada dibawah kehendak Allah. Kalau menghendaki, Allah akan memaafkan dan langsung memasuka dia ke surga. Akan tetapi, kalau Allah menghendaki (lain). Allah akan mengazhab dia di neraka, kemudian dia dikeluarkan dari neraka dan dimasukan ke dalam surga.
Adapun orang yang meninggal di atas kesyirikan besar, ia tidak akan masuk surga, tidak akan mendapat rahmah dari Allah, dan dikekalkan di neraka. Kalau meninggal di atas syirik kecil, ia dimasukkan ke dalam neraka (kalau tidak memiliki amal kebaikan yang mengalahkan kesyirikannya), tetapi tidak akan kekal di dalam (neraka) tersebut.
Hubungan antara Hadits dan Bab
Terdapat peringatan keras terhadap perbuatan kesyirikan sehingga mengharuskan adanya rasa takut yang amat besar terhadap kesyirikan tersebut.
Faedah Hadits:
- Kewajiban takut terhadap kesyirikan karena, agar selamat dari neraka, dipersyaratkan untuk selamat dari kesyirikan.
- Bahwasannya yang dianggap (yang menjadi ukuran) itu bukanlah banyaknya amalan, tetapi yang dianggap (sebagai ukuran) adalah selamatnya amalan dari kesyirikan
- Penjelasan tentang makna La Illaha Illallah, yaitu meninggalkan kesyirikan dan mengesankan Allah dalam ibadah.
- Dekatnya surga dan neraka dari seorang hamba, bahwasannya tiada yang memisahkan seorang hamba dengan surga dan neraka, kecuali kematian.
- Keutamaan orang yang selamat dari kesyirikan.
Pembahasan dari Bab Takut kepada kesyirikan.
Pembahasan Pertama: Takut terhadap kesyirikan,
Hal ini berdasarkan dalil dari 2 ayat dan 3 hadits yang telah disebutkan yang semuanya menjelaskan akan takut pada kesyirikan, yaitu
Ayat ke-1: Mengenai dosa yang tidak diampuni, yaitu syirik besar
Ayat ke-2: Nabi Ibrahim mengkhawatirkan kesyirikan terhadap diri dan keluarganya
Hadits-1: Kekhawatiran Nabi terhadap mansuia yang paling afdhal (sahabat) yaitu siyirik kecil.
Hadits-2: Yang berbuat syirik masuk neraka
Hadits 3: Yang tidak berbuat syirik masuk surga dan yang berbuat syirik masuk neraka
Pembahasan Kedua: Penjelasan bahwa riyaa tergolong dari kesyirikan.
Pembahsan Ketiga: Riya dari syirik kecil
Pembahasan Keempat: Riya adalah amalan yang paling ditakuti terhadap orang-orang shaleh
Pembahasan Kelima: Dekatnya surga dan neraka. Siapa saja yang mati tidak berbuat kesyirikan masuk surga. Siapa saja yang mati berbuat kesyirikan masuk neraka.
Pembahasan Keenam: Penyatuan kedekatan keduanya terdapat pada hadits yang sama pada amalan yang berdekatan pada bentuknya (Hadits Jabir)
Pembahasan Ketujuh: Barang siapa yang meninggal tidak berbuat kesyirikan sedikitpun pasti masuk surga. Namun barang siapa yang meninggal dalam keadaan berbuat syrik besar pasti masuk neraka. Walaupun dia paling banyak ibadahnya. Yang menjadi ukuran adalah tauhid.
Pembahasan Kedelapan: Persoalan yang besar permohonan Nabi Ibarahim bagi beliau dan keturunanya agar dijaga jangan sampai beribadah pada berhala.
Pembahasan Kesembilan: Pengakuan beliau akan kondisi sebagian besar yaitu banyak manusia disesatkan oleh berhala
Pembahsan Kesepuluh: Tafsir La Illaha Illallah yaitu meninggalkan kesyirikan dan mengesankan Allah dalam ibadah.
Pembahasan Kesebelas: Keutamaan orang yang selamat dari kesyirikan.
Wallahu Ta’lla ‘Alam
Sumber:
Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.