Allah Menghalangi Taubat Pelaku Bid’ah

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad , keluarga dan sahabatnya.

Kitab Fadhlul Islam

  • Penulis: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
  • Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Note: Tulisan dengan gaya tebal-miring adalah perkataan Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah

Bab Bahwa Allah Menghalangi Taubat Pelaku Bid’ah

Pembahasan 1: Kesesuian bab ini dengan bab sebelumnya.

Menunjukan bahwa bid’ah lebih besar dari dosa besar dan keutamaan Islam yaitu pada sisi Islam tidak perlu kepada bid’ah. Dan apabila diatas Islam yang benar, selalu terbuka pintu taubat. Akan tetapi Allah menghalangi taubat pelaku bid’ah.

Pembahasan 2: Tafsir Bab dalam ucapan Sofyan Atsauri Rahimahullah Ta’alla.

Sofyan Atsuari berkata “Bid’ah itu lebih dicintai oleh Iblis dari pada maksiat karena maksiatbisa bertaubat darinya sedangkan bid’ah tidak diberi taubat terhadapnya”.

Iblis lebih senang pelaku bid’ah karena pelakunya susah untuk bertaubat. Pelaku bid;ah tidak menyesali perlaku dosanya sehingga tidak menyesal. Merasa dirinya benar dan menolak kebenaran.

Ini diriwayatkan dari hadits Anas radhiallahu ‘Anhu, dan dari maraasil ‘riwayat mursal’ Al-Hasan (Al-Bashri Rahimahullah).

Ibnu Wadhah meriwayatkan dari Ayyub, beliau berkata: “Dahulu ada seseorang di kalangan kami yang berpemikiran (yang menyimpang), kemudian dia meninggalkan (pemikiran) tersebut. Maka aku mendatangi Muhammad bin Sirin dan berkata, ‘Apakah engkau merasa bahwa dia meninggalkan pemikirannya?’ Beliau menjawab, “Lihatlah arah dia berpindah. Sesungguhnya akhir kejadiannya akan lebih jelek daripada awalnya. Mereka keluar dari Islam, kemudian tidak kembali”.

Hadits Anas Bin Malik tersebut adalah “Sesungguhnya Allah menahan taubat pada setiap pelaku Bid’ah” (HR. Ibu Abi Ashim, Abusy Syaikh dalam tarikh Asbahan, At-Thabrany dalam Al-Ausath, Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman dan selainnya.) Disahihkan oleh Syeikh Al-Albany.

Kemudian penulis membahwakan kenyataan pelaku bid;ah dimasa lalu. Orang yang dulunya mempunyai pemikiran menyimpang kemudian bertaubat dari pemikiran menyimpang tersebut. Kemudian ditanyakan kepada Muhammad bin Sirin, “Apakah sudah tahu bahwa orang tersebut telah meninggalkan pemikiran menyimpangnya?”. Muhammad bin Sirin berkata “Lihatsaja kearah mana dia berpindah, sesungguhnya akhir kejadaian akan lebih jelek dari awalnya. Mereka keluar dari Islam, kemudian tidak kembali lagi.

Ini adalah kondisi pelaku bid’ah pindah dari satu pemikiran menympang kepada pemikiran menyimpang lain dan terkadang keluar dari Islam. Walaupun ada apabila Allah memberi taufik, berpindah menjadi ahli sunnah.

Pembahasan : Pelaku Bid’ah ditahan dari taubat adalah konsekuensi dari nash (hadits) dan kenyataannya seperti itu.

Apakah makna ditahan taubat?

(Imam) Ahmad bin Hanbal Rahimahullah ditanya tentang makna hal tersebut maka beliau menjawab, “Mereka tidak diberi taufiq untuk bertaubat.”

Hal ini dikarenakan menganggap dirinya benar. Bukan berarti pintu taubat tertutup untuknya. Bahkan pelaku kesyrikan pun bisa untuk bertaubat.

Wallahu Ta’alla ‘Alam

Tinggalkan komentar