Meninggal dalam keadaan menyembah selain Allah, akan masuk neraka.

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid

  • Penulis: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
  • Pensyarah: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah
  • Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Bab 3: Takut terhadap Syirik

Meninggal dalam keadaan menyembah selain Allah, akan masuk neraka.

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang meninggal dalam keadaan berdoa (menyembah) selain Allah sebagai tandingan (bagi Allah), ia akan masuk ke dalam neraka“. Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy.

Kalimat dalam hadits:

yad’u“, berdoa: dalam hal ini berarti permintaan. da’ahu artinya meminta atau memohon untuk diberi bantuan (dari sesuatu yang buruk). Doa bisa bermakna permohonan dan bisa bermakna ibadah.

nidan“, tandingan yang menyamai dan menyerupai.

Makna Hadits Secara Global

Rasulullah mengabarkan bahwa, siapa saja yang mengadakan tandingan yang disamakan dan diserupakan dengan Allah dalam peribadahan, yang ia berdoa, meminta, dan memohon keselamatan kepada (tandingan) itu, dan ia terus menerus berada dalam keadaan seperti itu sampai meninggal dan tidak bertaubat sebelum meninggal, tempat kembali dia adalah neraka karena ia telah musyrik.

Membuat tandingan (bagi Allah) ada dua macam:

Pertama: mengadakan sekutu bagi Allah dalam jenis-jenis ibadah atau pada sebagian (jenis) maka ini adalah syirik besar yang pelakuknya kekal di neraka.

Hal ini berarti masuk neraka.

Kedua: hal-hal yang termasuk ke dalam syirik kecil, seperti ucapan seseorang, “Apa-apa yang Allah dan engkau kehendaki”, “Kalau bukan karena Allah dan kamu”, serta ucapan lain yang semisal yang mengandung kata sambung “dan” pada lafadz jalaallah (Allah). Juga seperti riya ringan, ini tidak menjadikan pelakunya kekal di neraka meskipung masuk kedalamnya.

Jenis kesyirikannya adalah pada kata ‘dan’, yang artinya mensetarakan Allah dengan makhluk. Yang benar harusnya berkata “Apa-apa yang Allah kehendaki kemudian apa yang kamu kehendaki”. Atau Kalau bukan karena Allah kemudian bukan karena kamu”. Hanya perbedaan kata menjadi hukum nya berbeda tauhid dan kesyirikan. Orang yang terdidik diatas tauhid lebih pandai meninmbang kata dan kalimat dari dirinya. Karena dia tahu kata yang diucapkan ada timbangannya. Khususnya yang berkaitan dengan hak Allah.

Contoh lainnya bersumpah dengan selain Allah.

Riya terbagi dua: (1) riya kaum munafikin yaitu termasuk syirik akbar. Karena riya pada segala keadaan (amalan) nya. Sebagaimana firman Allah:

إِنَّ ٱلْمُنَـٰفِقِينَ يُخَـٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَهُوَ خَـٰدِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوٓا۟ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ قَامُوا۟ كُسَالَىٰ يُرَآءُونَ ٱلنَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ إِلَّا قَلِيلًۭا

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka1. Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud ria2 (dengan salat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali3. (An-Nisa: 142).

(2) riya yang ringan termasuk syirik kecil. Yaitu riya pada sebagian ibadahnya saja.

Hubungan antara Hadits dan Bab

Hadits tersebut memberi pertakutan terhadap perbuatan syirik dengan menerangkan akibat dan tempat kembali pelaku kesyirikan.

Nabi Ibrahim takut akan kesyirikan dan Nabi Muhammad berdoa agar dijauhkan dari kesyirikan. Bahkan beliau khawatir (para sahabat) terjatuh pada syirik kecil (riya).

Suatu hari Sofyan Atsauri (Imam besar ulama kaum muslimin) ketika mendekati azalnya menangis. Ketika ditanya apa yang engkau khawatirkan. Beliau menjawab “Saya khawatir tauhid dicabut dari diriku”.

Apabila meninggal diatas tauhid dan diatas sunnah tidak ada yang dikhawatirkan, pasti selamat. Untuk mengetahui sunnah maka dikaji aqidah-aqidah ahlus sunnah.

Faedah Hadits

  1. Memberi pertakutan terhadap perbuatan syirik, dan anjuran untuk bertaubat dari kesyirikan sebelum seseorang meninggal.
    • Anjuran bertaubat dari kaesyirikan sebelum meninggal. Apabila tahu pernah atau sedang berbuat kesyirikan, maka langsung bertaubat dari hal tersebut.
    • Apabila ingin selalu nemanamkan rasa takut dari berbuat syirik, maka berdoa kepada Allah jangan sampai terjatuh pada perbuatan kesyirikan.
  2. Bahwa setiap orang yang, bersamaan dengan doanya kepada Allah, berdoa pula kepada seorang nabi atau wali, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal, atau kepada batu atau pohon, berarti ia telah mengadakan tandingan bagi Allah.
    • Hal ini berarti membuat tandingan bagi Allah (masalah sangat besar).
    • Salah satunya karena ghulu (eksterim atau berlebihan). Misalnya ada orang shalih yang dihormati, kemudian berubah menjadi pengagungan, kemudian berubah menjadi penyembahan.
  3. Bahwa doa syirik tidak akan diampuni, kecuali bila (pelakunya) bertaubat.
    • Ada dosa-dosa yang dibawah kehendak Allah. Walaupun sudah meninggal belum bertobat, Apabila Allah berkehendak maka akan diampuni. Akan tetapi Syirik tidak bisa digugurkan bergitu saja, kecuali bertaubat.

Doa yang diajarkan di riwayat Imam Al-Bukhariy dalam Kitab Adabul Mufrad:

Takut akan jatuh pada kesyirikan mengharuskan kita untuk belajar apa itu tauhid. Agar kehidupan kita dihiasi dengan tahuid. Dan harus belajar apa itu kesyirikan agar tidak terjerumus pada kesyirikan.

Wallahu Ta’lla ‘Alam

Sumber:

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.

Tinggalkan komentar