Takut terhadap Syirik

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid

  • Penulis: Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah
  • Pensyarah: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah
  • Materi kajian oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.

Bab 3: Takut terhadap Syirik

Penjelasan:

Definisi syirik terbagi dua:

  • Definisi Umum, yakni menjadikan sesuatu yang merupakan hak Allah ﷻ kepada selain Allah.
  • Definisi Khusus, yakni memberikan sesuatu dari Ibadah kepada selain Allah

Dua Jenis Syirik:

  • Syirik Akbar, yakni memberikan suatu hak khusus bagi Allah kepada selain Allah yang menyebabkan hilangnya dasar keimanannya. Hal ini menjadikan pelakunya keluar dari Islam, kekal di neraka, menjadi kafir, tidak boleh memberikan loyalitas kepadanya.
  • Syirik Asghar, yakni memberikan suatu hak khusus bagi Allah kepada selain Allah yang menyebabkan hilangnya kesempurnaan keimanannya. Misalnya bersumpah selain dengan nama Allah. Sumpah hanya boleh dengan nama Allah. Syirik asghar lebih besar dari dosa besar tapi tidak mengeluarkan pelakunya dari keislaman, tidak kekal dineraka, tidak dihalalkan darahnya dan hartanya.

Di buku ini merinci bentuk-bentuk kesyirikan.

Perbedaan syirik akbar dan syirik ashgar.

  • Syirik akbar pelakunya menjadi keluar dari Islam (murtad) adapaun syirik asghar tidak menyebabkan pelakuya keluar dari Islam.
  • Syirik akbar pelakunya kekal dineraka adapun syirik asghar pelakunya tidak kekal di neraka.
  • Syirik akbar bisa menyebab dihalalkan darah dan hartanya adapun syirik asghar tidak menjadikan halal darah dan hartanya.
  • Syirik akbar tidak boleh diberikan kecintaan secara mutlak adapun syirik asghar boleh dicintai keimanannya dan dibenci kesyirikannya.

Dalil

Firman Allah:

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُ

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (An-Nisa: 116)

Dan Al-Khalil (Nabi Ibrahim) ‘Alaihi salam berucap:

وَٱجْنُبْنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعْبُدَ ٱلْأَصْنَامَ

“… dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala” (Ibrahmi: 35)

Hubungan antara Bab dan Kitab Tauhid

Bahwasannya tatkala telah menyebutkan tentang tauhid, keutamaan (tauhid), dan realisasi pelaksanaan (tauhid), pantaslah penulis رَحِمَهُ ٱللَّٰهُ menyebutkan kekhawatiran terhadap lawan (tauhid), yaitu kesyirikan, agar orang yang beriman dapat berhati-hati terhadap (kesyirikan) dan takut kalau dirinya terjatuh ke dalam (kesyirikan) itu.

Makna Ayat Pertama Secara Global

Bahwa Allah ﷻ mengabarkan dengan kabar yang pasti bahwa diri-Nya tidak akan memaafkan seorang hamba yang berjumpa dengan-Nya dalam keadaan berbuat syirik, dengan tujuan untuk memperingatkan kita agar waspada terhadap kesyirikan, dan bahwa Allah akan memafkan dosa-dosa selain dosa syirik bagi siapa saja yang Dia kehendaki untuk dimaafkan sebagai karunia dan kebaikan dari-Nya agar kita tidak berputus asa dari rahmat Allah ﷻ.

Makna Ayat Kedua Secara Global

Bahwa Ibrahim Al-Khalil ‘alahish shalatu was salam berdoa kepada Rabb-nya agar menjadikan dirinya dan anak cucunya berada pada sisi yang jauh dari peribadahan kepada patung-patung, dan agar Allah menjauhkan dirinya dari peribadahan tersebut, karena fitnah dari (peribadahan) itu sangat besar, dan tiada yang aman dari terjerumus kepada (peribadahan) tersebut.

Hubungan antara Kedua Ayat dan Bab

Ayat pertama menunjukan bahwa kesyirikan merupakan dosa terbesar sebab orang yang meninggal di atas dosa (kesyirikan) tersebut tidak diampuni oleh Allah. Hal ini mengharuskan seorang hamba untuk sangat takut terhadap dosa ini yang keadannya seperti itu.

Ayat kedua menunjukan bahwa Ibrahim sangat mengkhawatirkan kesyirikan terhadap dirinya sehingga ia berdoa kepada Allah agar (Allah) melindungi dan menyelamatkan dirinya dari kesyirikan maka bagaimana (lagi) sangkaan kita terhadap selain Ibrahim?

Oleh karena itu, kedua ayat tersebut menunjukan kewajiban untuk taktu terhadap kesyirikan.

Faedah Kedua Ayat

  1. Bahwa syirik merupakan dosa terbesar karena Allah telah mengabarkan bahwa diri-Nya tidak akan mengampuni orang yang tidak bertaubat dari perbuatan syirik.
    • Terdapat silang pendapat mengenai jenis syirik yang tidak diampuni: akbar atau asghar atau kedua-duanya.
    • Sebagian ulama berpendapat syirik akbar saja yang tidak diampuni
    • Sebagian ulama berpendapat syirik akbar dan syirik asghar tidak diampuni.
    • Hal ini berkalu apabila tidak bertaubat sebelum meninggal dunia.
  2. Bahwa dosa-dosa selain dosa syirik, apabila seseorang tidak bertaubat darinya, masuk neraka di bawah kehendak Allah. Kalau menghendaki, Allah akan mengampuninya tanpa bertaubat, dan kalau menghendaki, Dia akan mengadzab karenanya. Maka, dalam hal ini, terdapat dalil tentang bahaya dosa syirik.
  3. Sikap takut terhadap kesyirikan karena Ibrahmim ‘alahish shalatu was salam yang beliau adalah pemimpin bagi orang-orang yang condong kepada tauhid dan jauh dari syirik, yang telah menghancurkan patung-patung dengan tangannya – khawatir bila dirinya terhatuh dalam kesyirikan maka bagaiamana dengan selain Ibrahim ‘alahish shalatu was salam?
    • Nabi Ibrahim menghancurkan patung-patung dengan tangannya.
  4. Disyariatkan berdoa untuk menolak malapetaka, dan bahwasannya manusia pasti perlu kepada Allah.
  5. Disyariatkan baerdoa untuk kebaikan diri dan anak keturunannya.
  6. Bantahan terhadap orang-orang jahil yang mengatakan, “Kesyirikan tidak akan terjadi pada umat ini”, sehingga mereka merasa aman dari hal maka mereka pun terjerumus ke dalam hal tersebut.

Wallahu ‘Alam

Sumber:

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (2021), Al-Mulakhkhas Syarh Kitab Tauhid (Cetakan Ketujuh), Makasar, Pustaka As-Sunnah.

Tinggalkan komentar