Dalil Al-Qur’an mengenai Kewajiban Memeluk Islam

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Fadhlul Islam – Bab Keutamaan Islam oleh Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.

Kitab Fadhlul Islam

Penulis: Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimakumullah.

Bab Kewajiban Memeluk Islam

Dalil Al-Qur’an mengenai Kewajiban Memeluk Islam

Ada dua pembahasan

Pembahasan Pertama: Kesesuaian hubungan antara bab dengan judul buku

Setelah bab sebelumnya mengenai keutamaan Islam, maka pada bab ini dijelaskan bahwa masuk islam adalah kewajiban bukan suatu pilihan.

Apabila telah dipelajari akan diketahui bahwa masuk Islam bukan anjuran atau yang disunnahkan, akan tetapi merupakan kewajiban. Karena tidak ada kebaikan selain Islam

Pembahasan Kedua: Kewajiban masuk kedalam Islam

Sebagaimana hadist pada Riwayat Al-Bukhary dan Muslim, Nabi bersabda:

Dalil Pertama: Surat Ali ‘Imran Ayat 85

Firman Allah ﷻ:

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ ٱلْإِسْلَـٰمِ دِينًۭا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِى ٱلْـَٔاخِرَةِ مِنَ ٱلْخَـٰسِرِينَ

Barangsiapa yang mencari agama selain Islam, sekali-kali (agama itu) tidaklah akan diterima darinya, dan di akhirat dia termasuk sebagai orang-orang yang merugi.” (Ali ‘Imran:85)

Ada tiga pembahasan:

Pembahasan Pertama: Barangsiapa yang mencari agama selain Islam

Terdapat dua makna:

  1. Mencari agama selain Islam (agama lain), maka tidak adan diterima darinya
  2. Siapa yang mencari tuntunan selain tuntunan Islam (bid’ah), maka tidak akan diterima darinya

Pembahasan Kedua: Makna, dia diakhirat menjadi orang yang merugi.

Kerugian ada dua macam:

  1. Kerugian yang besar, artinya diharamkan masuk surga dan dikekalkan dineraka
  2. Kerugian yang kecil, artinya tidak langsung masuk surga, disiksa dulu dineraka karena dosanya.

Kerugian besar yaitu pada orang yang mencari agama selain Islam. Adapaun kerugian kecil yaitu pada orang muslim yang mencari tuntunan selain yang diajarkan Rasulullah ﷺ.

Pembahasan Ketiga: Ancaman terhadap siapa yang tidak masuk kedalam Islam

Ayat ini adalah ancaman tegas pada orang yang tidak masuk kedalam Islam.

Masuk kedalam Islam bukan cuma agama saja, akan tetapi wajib mengikuti tuntunan sesuai Al-Qur’an dan As-Sunnah Rasulullah ﷺ.

Dalil Kedua: Surat Ali ‘Imran Ayat 19

Firman Allah ﷻ:

إِنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلْإِسْلَـٰمُ

Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (Ali “imran: 19)

Ayat ini merupakan penegasan bahwa Agama yang diridhai Allah hanyalah Islam.

Dalam ayat ini adalah mencakup Islam yang umum, yaitu:

Adapun makna khusus adalah Agama yang dibawa oleh Nabi ﷺ dan syariatnya.

Pembahasan: Penjelasan apa agama yang Allah ridhai, makhluk beragama dengannya.

Dalil Ketiga: Surat Ali ‘Imran Ayat 153

Firman Allah ﷻ:

وَأَنَّ هَـٰذَا صِرَٰطِى مُسْتَقِيمًۭا فَٱتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا۟ ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِۦ

dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya.” (Al-A’am: 153)

Mujahid رضي الله عنه  berkata, “Subul ‘jalan-jalan’, adalah bid’ah-bid’ah dan syubhat-syubhat

Ayat ini teramasuk pada ayat 10 wasiat dari 3 ayat di surat Al-An’am.

Ada tiga pembahasan

Pembahasan Pertama: Masuk kedalam Islam hendaknya mengikuti jalan yang lurus.

Dalam ayat ini dijelaskan bagaimana masuk kedalam Islam yang mengiti jalan yang lurus. Hal ini yang kita minta dalam setiap surat di surat Al-Fatihah, yaitu wahai Allah tunjukanlah jalan yang lurus.

Ini adalah kata perintah sehingga wajib untuk diikuti. Dan juga ditegaskan untuk tidak mengikuti jalan-jalan yang lainnya.

Pembahasan Kedua: Masuk kedalam Islam yaitu dengan meninggalkan jalan-jalan yang lain (Bid’ah dan Syubhat).

Meninggalkan jalan yang lain (syub’hat) termasuk agama lain, sekte, aliran, kelompok, dan lainnya.

Juga meninggalkan segala bid’ah. Tuntunan agama jelas, sudah sempurna, sehingga tidak perlu perkara baru dalam agama.

Seorang Muslim apabila sudah mengenal jalan yang lurus, maka tempuhlah dan bertahan diatas jalan itu. Hal ini juga akan memudahkan meninggalkan jalan-jalan yang keliru.

Ada yang tersesat jalannya yaitu pindah-pindah agama, mencari kebenaran. Akan tetapi ketiga masuk kedalam Islam, menjadi bingung memilih kelompok yang mana. Asal kebingungan ini adalah karena belum mengenal jalan Islam.

Adapun orang yang sudah mengenal Islam, maka berdasarkan ayat ada kalimat tunjuk sehingga jalannya jelas. Maka ikutilah jalan tersebut.

Sebagaimana Firman Allah:

Dan juga Rasulullah bersabda

Hidayah ada dua macam:

  1. Hidayah menuju jalan, yaitu yang tidak kenal Islam, menjadi mengenal jalan Islam.
  2. Hidayah diatas jalan, yaitu orang muslim yang selalu diatas jalannya, tidak kekanan dan kekiri.

Sebagaimana hadist dari Ibnu Mas’ud dalam riwayat Ahabu Sunnan, Rasulullah pernah menggari sebuah garis yang lurus, kemudian berkata “ini adalah jalan Allah yang lurus“. Kemudian beliau menggaris di kanan dan kiri garis yang banyak. Kemudian beliau berkata “ini adalah jalan-jalan, tidak ada satu jalan pun darinya kecuali ada syaithon yang mengajak pada jalan ini“. Islam adalah jalan yang lurus dan apabila sudah masuk kedalam Islam jangan ikuti jalan kanan dan kiri seperti: kekafiran, bid’ah, syubhat.

Pembahasan ketiga: Islam itu satu jalan saja bukan jalan-jalan yang berbilang (banyak).

Dalam Al-Qu’ran jalan yang lurus selalu dengan lafadz tunggal (mufrad): Ad-Diin, As-Syirot, As-Sabil, yang semuanya menunjukan jalan yang satu.

Hal ini tidak bertentangan dengan firman Allah dalam surat Al-Ankabut ayat 69:

Disebutkan “jalan-jalan Kami”. Dalam bahasa Arab terkadang yang satu dibahasakan dengan bahasa yang banyak, bukan karena sesuatu itu banyak tapi karena rincian dalam sesuatu itu banyak.

Misalnya, didalam hadits pena yang menulis takdir disebutkan cuman satu. Akan tetapi dalam hadist lain disebutkan “pena-pena telah diangkat”. Dalam hadits ini disebutkan pena dalam bentuk jamak. Hal ini tidak bermakna penanya banyak, akan tetapi yang ditulisnya banyak.

Sehingga yang dimaksud jalan-jalan Kami pada ayat tersebut bermakna Islam jalannya satu akan tetapi ketaatan dalam Islam banyak seperti: shalat, zakat, puasa dan lainnya.

Jalan Islam hanya satu yaitu jalan yang lurus, apabila keluar dari jalan itu, dipastikan akan menyimpang dari ajaran Islam.

Jalan Islam akan memberikan keteguhan bukan kebingungan. Kisah Imam Malik yang diajak berdebat yang apabila menang maka harus diikuti jalan yang menang. Imam Malik berkata “Saya yakin diatas agama saya, adapun kamu agamanya tidak jelas, maka cari dulu agamamu”.

Buku ini merinci bagaimana memahami Islam dengan benar, memberikan metoda dan manhaj Islam yang lurus.

Wallahu Ta’alla ‘Alam

Tinggalkan komentar