Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Fadhlul Islam – Bab Keutamaan Islam oleh Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. Rekaman video kajian lengkapnya dapat diakses disini.
Kitab Fadhlul Islam
Penulis: Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimakumullah.
Pendahuluan
Salah satu karya penulis yang sangat penting karena menjelaskan tentang bagaimana manhaj dan metode Islam. Buku berisi tentang keutamaan islam dan sifat-sifatnya serta hal-hal yang bertentangan dengan kesempurnaan agama dalam 13 Bab.
Buku ini agar dipelajari dan diajarkan untuk mengingatkan Islam yang benar, manhaj yang lurus dan bagaimana jalan beragama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan para sahabatnya.
Penulis membawakan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits disertai dengan beberapa atsar dari para As-Salaf Rakhimakumullahu Ta’alla.
Bab Keutamaan Islam
Pertama: Kesesuaian Bab ini dengan kitab
Hubungan bab ini dengan judul kitab, yaitu judul buku ini diambil dari judul bab: keutamaan Islam. Atau judul buku ini terkait dengan keseluruhan 13 bab.
Kedua: Apa maksud dari keutamaan islam
Yang diinginkan dari keutamaan islam ada beberapa sisi:
- Keutamaan Islam diatas seluruh agama yang lain.
- Keutamaan Islam dari sisi orang yang memeluk islam. Muslim akan memperoleh berbagai keutamaan.
- Keutamaan Islam dari sisi ummat yang menyandang agama Islam. Kaum muslim memiliki keuatamaan diatas seluruh ummat-ummat yang lainnya. Diantaranya ummat terakhir tapi pertama masuk surga, ummat pertengahan, ummat paling afdhol disisi Allah dan lainnya.
Dalil 1: Surat Al-Ma’idah Ayat 3
Allah berfirman:
ٱلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلْإِسْلَـٰمَ دِينً
“Pada hari ini, telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al-Ma’idah: 3)
Tiga Pembahasan:
Pertama: Penjelasan keutamaan Islam dari sisi kesempuranaan Islam
Ayat ini yang terakhir turun pada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pada hajjatul wada’, haji perpisahaan. Dimana setelah itu beliau pulang ke Madinah dan tidak lama kemudian sakit sampai wafatnya beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.
Dalam kitab Al-Bukhari dan Muslim dari Jalu Tariq bin Sihab dari Umar bin Khatab Radhiallahu Anhu, Sesungguhnya seorang laki-laki dari Yahudi berkata kepada Umar, wahai ‘Amirul Mu’minin ada sebuah ayat di kitab kalian (Al-Qur’an) yang kalian membacanya. Andaikata ayat ini turun kepada kami kaum Yahudi, kami jadikan hari itu sebagai hari Ied (hari raya). Umar bertanya ayat apa?. Orang yahudi membacakan surat Al-Ma’idah ayat 3. Umar berkata kami telah mengenal hari itu dan tempat ayat ini turun pada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, yaitu ketika beliau berdiri di Arafah pada hari Jum’at.
Hari Jum’at adalah hari Ied nya ummat Islam. Umat Islam memiliki tiga hari raya:
- Hari raya yang berluang dalam setahun sekali: Ied Fitri dan Ied Adha
- Hari raya yang berulang setiap pekan: Hari Jum’at
Agama Islam telah sempurna karena Allah telah menyempurnakannya. Agama Islam sudah lengkap, berada dipuncak keutamaan, tidak perlu ada tambahan didalamnya dan tidak ada kekurangan padanya.
Tafsir Ibnu Abas mengenai ayat ini: Allah mengabarkan kepada Nabinya dan mengabarkan pada kaum mu’minin bahwa Allah telah menyempurnakan keimanan untuk mereka. Maka mereka tidak perlu tambahan apapun selama-lamanya. Allah telah menyempurnakan agama ini, tidak ada kekurangan selama-lamanya. Allah telah meridhainya. Allah tidak pernah murka terhadap agama ini selama-lamanya.
Kaum Musyrikin berkata pada Salman Al-Farizi Radhiallahu Anhu, apakah Rasul kalian mengajarkan kalian segala sesuatu sampai bagaiamna etika membuang hajat. Salam berkata iya, Nabi melarang kami istinja menggunakan tangan kanan, istinja kurang dari tiga batu, istinja menggunakan tulang. Sehingga lengkap agama Islam, segala perkara ada tuntunannya.
Kedua: Keutamaan Islam dengan sempurnanya nikmat yang dhahir dan bathin.
Dalam ayat dikatakan: dan telah kucukupkan atas kalian nikmat-Ku. Maksudnya adalah Islam. Sebagaimana dalam surat Al-Fatihah membaca:
ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ ٦
صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ ٧
An’amta: jalannya orang-orang yang engkau beri nikmat. Yaitu Siratal Mustaqim (Islam).
Nikmat terkait baik yang dhahir dan yang bathin. Muslim akan merasakan nikmat agama ini.
Ketiga: Keutamaan Islam bahwa Allah ridha akan agama Islam
Allah telah meridhai Agama Islam dan pemeluknya. Sehingga hanya Islam yang diterima oleh Allah, tidak agama lainnya. Sebagaimana ayat:
وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ ٱلْإِسْلَـٰمِ دِينًۭا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِى ٱلْـَٔاخِرَةِ مِنَ ٱلْخَـٰسِرِينَ ٨٥
“barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran: 85)
Sehingga apabila agama telah sempurna, nikmat telah dicukupkan dan Islam diridhai Allah Ta’alla, maka agama ini dijamin akan terus menerus ada dan kekal. Agama Islam akan berlaku bagi manusia disegala keadaan, setiap masa, dan disetiap waktu. Segala sesuatu terkait dengan kehidupan akhira dan dunia ada penjelasannya dalam Agama Islam.
Allah berfirman:
مَّا فَرَّطْنَا فِى ٱلْكِتَـٰبِ مِن شَىْءٍۢ ۚ
“Tiadalah kami alpakan sesuatu pun di dalam Al-Kitab” (QS. Al-An’am: 38)
Tiadalah yang kami terlantarkan dalam Al-Quran, pasti ada penjelasannya. Tidak ada sebuah kebaikan kecuali telah ditunjukan oleh Nabi kepada ummatnya. Dan tidak ada sebuah kejelekan kecuali telah Nabi peringatkan kejelekan itu, agar jangan sampai menimpa dan membahayakan ummatnya.
Dalam shahih Muslim dari Abdullah bin Amr bin Ash Radhiallahu Anhuma, beliau berkata:

Sehingga semuanya telah lengkap dijelaskan.
Allah berfirman:
مَنْ عَمِلَ صَـٰلِحًۭا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌۭ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةًۭ طَيِّبَةًۭ ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ ٩٧
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)
Allah berfirman:
طه ١مَآ أَنزَلْنَا عَلَيْكَ ٱلْقُرْءَانَ لِتَشْقَىٰٓ ٢
“Ṭāha, Kami tidak menurunkan Al-Qur`ān ini kepadamu agar kamu menjadi susah” (QS. Taha: 1-2)
Sehingga tidak ada cerita ketika Al-Qur’an turun, membuat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menjadi sengsara. Dengan kata lain agama ini turun untuk membawa kebahagian bagi pemeluknya.
Dalam salah satu buku Syeikh Al-Ustaimin di ceritakan mengenai seorang kafir dan ‘alim bertemu di sebuah rumah makan. Orang kafir mengatakan bahwa katanya dalam agama Islam semua telah dijelaskan. Orang ‘Alim berkata: iya semua telah dijelaskan. Orang kafir berkata, kalau begitu terangkan semua makan yang ada di depanmu terbuat dari apa, diaman dalam Al-Qur’an dijelaskan. Kata orang ‘alim berkata iya, kemudian dipanggil juru masaknya. Kemudian menanyakan ini makanan terbuat dari apa? Juru masak menjelaskan semua bahan makanan tersebut. Kemudian orang ‘Alim itulah di dalam Al-Qur;an Allah berfirman:
فَسْـَٔلُوٓا۟ أَهْلَ ٱلذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai ilmu jika kalian tidak mengetahuinya” (An-Nahl: 43)
Sehingga dalam segala hal ada tuntunannya. Apakah penjelasan dari sebuah ayat atau kandungan langsung pada ayat atau tidak langsung, tersirat, tersurat, umum dan khusus. Allah berfirman:
مَّا فَرَّطْنَا فِى ٱلْكِتَـٰبِ مِن شَىْءٍۢ ۚ
“Tiadalah kami alpakan sesuatu pun di dalam Al-Kitab” (QS. Al-An’am: 38)
Wallahu Ta’alla ‘Alam

Satu komentar pada “Keutamaan Islam dalam Surat Al-Ma’idah Ayat 3”