Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid, oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizahullah. Rekaman video kajian lengkapnya bisa diakses disini.
Al-Mulakhkhash Syarah Kitab Tauhid, Penulis: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah
Bab 1: Keutamaan Tauhid dan Dosa-Dosa yang dapat dihapuskan oleh Tauhid
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَلَمْ يَلْبِسُوٓا۟ إِيمَـٰنَهُم بِظُلْمٍ أُو۟لَـٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ
Firman Allah Ta’ala, “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al-An’am: 82)

Dari keutamaan para sahabat ketika ayat turun atau hadits yang pertama kali diperiksa adalah diri mereka sendiri, tidak ditujukan kepada orang lain. Mereka merasa dirinya ada berbuat dhalim pada diri sendiri.

Nabi menafsirkan ayat dengan ayat lain. Ada pelajaran metode pendalilan.

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu, beliau berkata “Tatkala (Al-An’am ayat 82) turun, kami bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapa di antara kami yang tidak menzhalimi dirinya?’ Beliau bersabda “Ayat itu bukanlah sebagaimana perkataan kalian, melainkan bahwa “tidak mencampuradukan keimanan mereka dengan kezhaliman” (yaitu) kesyirikan. Tidaklah kalian mendengar ucapan Luqman kepada anaknya “Wahai anaku, janganlah engkau berbuat kesyirikan (karena) kesyirikan adalah kezhaliman yang terbesar”
وَإِذْ قَالَ لُقْمَـٰنُ لِٱبْنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَـٰبُنَىَّ لَا تُشْرِكْ بِٱللَّهِ ۖ إِنَّ ٱلشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌۭ ١٣
“Dan (ingatlah) ketika Luqmān berkata kepada anaknya pada waktu ia memberi pelajaran kepadanya, “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. (Luqman: 13)
Sehingga apabila tidak mencampuradukan iman dengan kesyirikan, maka dijamin untuknya dua hal yaitu keamanan dan mendapat hidayah.
Hubungan antara Hadits dengan Bab Tauhid
Setelah pada Bab pertama menerangkan kewajiban dan makna tauhid, pada bab ini, (penulis) menerangkan keutamaan tauhid, dampak-dampak baik (tauhid), dan hasil-hasil (tauhid) yang indah, yang diantaranya adalah penghapusan dosa-dosa. Hal ini dilakukan oleh penulis untuk memberikan dorongan dan motivasi kepada tauhid.
Hal ini menjadikan lebih mendalam, yaitu setelah dijelaskan hukumnya, maka pada bab ini dijelaskan keutamaannya. Terkadang mengenal hukum lebih penting sebelum keutamaan. Seperti pada ayat:

Dalam hal ini orang beriman dipanggil, untuk diwajibkan berpuasa. Baru setelah dijelaskan keutamannya yaitu agar bertakwa.
Sama halnya dalam hadist Ustman bin Affan, Nabi mengajarkan berwudhu yaitu dengan memperagakan bagaimana berwudhu yaitu dari cuci telapak tangan sampai kaki. Setelah Nabi menjelaskan hukum dan tata cara berwudhu, baru Nabi menjelaskan keutamannya pengampunan dosa.

Dijelaskan hukum agar terikat hatinya, setelah dijelaskan keutamannya maka akan dilaksanakan dengan segera. Sebaliknya apabila dijelaskan keutamaannya dulu tanpa tahu hukumnya maka tidak ada yang mengikatnya sehingga tidak ada dorongan untuk melaksanakannya. Ini adalah kekeliruan sebagian kelompok yang mengajarkan fadhail amal saja akan tetapi tidak dijelaskan hukum-hukumnya. Sehingga tidak tahu tata cara ibadah yang benarnya seperti shalat, puasa, mengenai tauhid. Karena yang dipikirkan hanya keutamaan saja.
Pada satu masa apabila jenuh, maka akan menurunkan semangatnya karena tidak tahu hukumnya. Berbeda dengan orang yang diikat hukum, apabila turun semangat dia tahu ada ikatannya yaitu kewajiban.
Definisi kata-kata penting:
Bab adalah tempat masuk, yaitu nama untuk sekumpulan ilmu yang didalamnya terdapat pasal-pasal.
Amanu: orang yang beriman, yaitu yang membenarkan dengan hati mereka, mengucapkan dengan lisan mereka dan beramal dengan anggota badan mereka. Dan puncak dari semua itu adalah Tauhid.

Dholim secara makna meletakan sesuatu bukan pada tempatnya. Kesyirikan disebut kedholiman karena kesyirikan meletakan ibadah bukan pada tempatnya. Dan memalingkan ibadah tersebut kepada yang tidak berhak.
Keamanan: ketenangan jiwa dan hilangnya rasa takut.
Orang yang dapat petunjuk: orang-orang yang mendapat taufik berjalan diatas sirath al mustaqim.
Makna Ayat Secara Global
Allah Subhanahu mengabarkan bahwa orang-orang yang ikhlas dalam beribadah hanya kepada Allah semata dan tidak menodai tauhidnya dengan kesyirikan, merekalah orang-orang yang mendapatkan keamanan dari rasa takut dan hal-hal yang tidak menyenangkan pada hari kiamat. Mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk untuk berjalan diatas ash-shirath al-mustaqim di dunia.
Pengaruh tauhid memberi keamanan pada hari kiamat.
Nabi Ibrahim ketiga membangun kota mekah:

Faedah Ayat
- Keutamaan tauhid dan buah (tauhid) yang dapat dipetik di dunia dan di akhirat.
- Bahwa syirik adalah kezhaliman yang membatalkan keimanan kepada Allah, jika berupa syirik besar, dan mengurangi keimanan, jika berupa syirik kecil.
- Kedholiman ada tiga: kesyirikan, dosa selain syirik antara hamba dan Allah, antara sesama makhluk.
- Syirik besar membatalkan keimanan
- Syirik kecil mengurangi keimanan. Syirik kecil lebih besar dari dosa besar: mencuri, berjina, membunuh. Karena syirik kecil terkait dengan hak Allah adapun dosa besar terkait antara pelaku dengan Allah bukan pada Ibadah atau antara pelaku dengan orang lain.
- Bahwa syirik adalah dosa yang tidak diampuni
- Apabila berbuat kesyirikan maka tidak ada keamanan. Maka kesyirikan itu tidak diampuni.
- Kesyirikan megakibatkan ketakutan di duina dan di akhirat.
Wallahu A’lam
