Kitab Manzhumah Mimiyyah
Penulis: Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami Rahimahullah
Bab Penutup: Hasil Ilmu yang Bermanfaat dan Memetik Buahnya yang Dekat dan Matang.
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Penutup: Hasil Ilmu yang Bermanfaat dan Memetik Buahnya yang Dekat dan Matang , oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala.
Wasiat-Wasiat untuk Penuntut Ilmu
Bait Syair 238:

Bait Syair 239:

Bait Syair 240:

Wasiat Ke-23: Hati-hati dari sifat malas dan bosan.
Syair 238: Seperti orang yang pemalas, dikhinati oleh rasa malasnya. Sebagaimana orang yang berhenti ditengah jalan, diharamkan dapat kebaikan karena dia bosan.
Apabila di wasiat sebelumnya diharuskan untuk jalan lurus dan istiqomah, pada wasiat ini diingatkan sebaliknya yaitu agar jangan malas dan berhenti.
Seseorang wajar ada waktu nya bosan kurang bersemangat. Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda, riwayat Imam Ahmad, dari dua orang sahabat, salah satunya Abdullah bin Amr bin Ash:


Setiap amalah pasti ada semangatnya akan tetapi pada masa semangat ada masa malas. Contohnya: awal menghafal Al-Qur’an semangat dengan target yang banyak. Akan tetapi pada pelaksanannya banyak yang tidak sama semangatnya ketika diawal.
Apabila turun semangat harus punya metode ketika semangat itu turun. Yaitu yang Nabi shalallahu alaihi wasalam jelaskan bahwa siapa yang mengarah kepada sunnah ku dia akan mendapat petunjuk. Adapun selain itu maka di akan bianasa. Contohnya apabila kurang semangat dalam menghafal Al-Qur’an sendirian, maka di cari kawan untuk mendengarkan. Apabila tidak bisa juga maka dicoba muroja’ah saja, atau baca hadist atau baca sirah para ulama. Sehingga tetap diatas sunnah untuk mendapatkan petunjuk. Hal ini adalah obat untuk membuat semangat lagi.
Apabila selain dari sunnah akan binasa. Contohnya, ketika malas menghafal Al-Qur’an, maka dia jalan-jalan dahulu (shopping, piknik), mencari perubahan suasana. Tapi ketika ada suasana baru ternyata malah semakin malas. Apalagi keluar kepada hal yang tidak di sunnahkan.
Para ahli hadist jama dahulu, apabila capai dalam menghafal, maka dia menulis hadist nya. Apabila capai menghafal sendiri, maka ketemu kawannya untuk mudzakarah (saling tukar hafalan hadist). Ada kisah dijaman dahulu saling tukar hafalan dan pengetahuan hadist didepan masjidil haram dari Isya sampai tidak terasa terdengar adzan subuh.
Al-Mizi rahimahullah berkata “Siapa yang mendapatkan ilmu dan selalu mengulangnya, maka akan baik urusan dunia dan akhiratnya. Karena itu selalu lah kalian mudzakarah terhadap ilmu. Karena hidupnya ilmu yaitu dengan banyak mudzakarah”.
Sehingga malas itu tidak cocok untuk penuntut ilmu dan harus diobati.
Demikian juga orang yang berhenti dijalan karena bosan. Harusnya jangan berhenti tapi mengganti dengan suasana yang tetap bisa continue. Contohnya ketika menghafal cari posisi yang ringan baginya. Hafal sedikit-sedikit tapi continue. Jangan banyak tapi putus. Sehingga terbiasa memiliki jiwa dan kepribadian dalam menghafal.
Hal seperti ini adalah cerita awal-awal belajar saja. Tapi kalo sudah belajar, kenal ilmu dan berjalan di jalan ilmu. Maka akan merasakan lezatnya ilmu yang tidak pernah dirasakan selama dia hidup. Yang membuat bersemangat. Setiap kali merasa kurang nilai kelezatannya, maka dia akan menuntut yang lebih daripada itu.
Wasiat Ke-24: Terus menerus diatas bakiat sholihat dan membaca lahaula…
Syair 239: Dan continue lah kamu diatas bakiat as-sholihati dan perbanyaklah lahaula wala quata ila billlah.
Allah berfirman:

Al-bakiat As-Sholiat adalah segala ketaatan, bentuk-bentuk yang mendekatkan dirinya kepada Allah Ta’alla. Ada juga yang menafsirkan bakiat sholiat adalah ucapan dzikir: subhanallah, alhamdulillah, la illaha illallahu, waallahu akbar.
lahaula wala quata ila billlah, telah diterangkan dalam banyak hadits yaitu seperti perbendaharaan harta dibawah Arsy Allah Ta’alla. Ini adalah kalimat istianah (memohon pertolongan) “tiada daya dan upaya kecuali pertolongan Allah subhanahu wata’alla”. Sebetulnya kalimat ini diucapkan bukan ketika tertimpa musibah. Contoh penggunaan apabila sulit memahami pelajaran atau susah menghafal.
Wasiat Ke-25: Meminta khusnul khatimah
Wasiat Ke-26: Mintalah kepada Allah rizki yaitu diberi khusnul khatimah
Khusnul khatimah, yaitu penutup yang paling baik dalam umurnya. Tidak ada jalan khusnul khatimah yang paling indah melebihi dari menuntut ilmu. Sebab menuntut ilmu adalah ibadah, sepanjang menuntut ilmu: membaca, menghafal, diharapkan berada pada khusnul khatimah.
Syair 240: Dan mintalah kepada Allah dengan sungguh-sungguh agar diberi taufik dengan selalu beribadah kepada-Nya. Dia lah Allah yang pasti mengabulkan. Dan yang maha memiliki anugerah dan kedermawanan.
Wallahu Ta’ala A’lam.
