6. Wasiat untuk Penuntut Ilmu Bagian 3

Kitab Manzhumah Mimiyyah

Penulis: Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami Rahimahullah

Bab Penutup: Hasil Ilmu yang Bermanfaat dan Memetik Buahnya yang Dekat dan Matang.

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Penutup: Hasil Ilmu yang Bermanfaat dan Memetik Buahnya yang Dekat dan Matang , oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. 

Wasiat-Wasiat untuk Penuntut Ilmu

Bait Syair 228:

Jika jiwamu sudah bersih, maka pujilah Allah yang telah membersihkannya…. Teruslah menjadi orang yang bersyukur terhadap nikmat Allah.

Bait Syair 229:

Jika jiwamu membangkang maka lawanlah ia dan ketahuilah permusuhannya… Peringatkan ia akan datangnya akbat yang buruk

Bait Syair 230:

Perhatikanlah para pelaku keburukan yang terhina yang dihukum kareanya…. Berhati-hatilah dari dosa yang mengakibatkan mereka dihukum

Bait Syair 231:

Tetapilah sifat-sifat orang-orang bertakwa, yang dengan sifat-sifat tersbeut… mereka dipuji oleh Allah maka ikutilah.

Bait Syair 232:

Taatlah kepada-NYa diantara rasa harap dan takut, lakukanlah ibadah selamanya…. Takutlah terhadap sikap dari dosa-dosa dan berharaplah ampunan dari yang Maha Pemurah.

Bait Syair 233:

Rasa takut (khauf) itu adalah yang menyebabkan ketakwaan dan mendorong kepada …. Keridhaan Rabbku dan meninggalkan dosa dan pelakunya.

Bait Syair 234:

Demikian pula rasa harap (raja’) adalah yang menyebabkan ketakwaan dan mendorong untuk membenarkan…. Janji Rabb berupa pahala yang agung.

Bait Syair 235:

Rasa takut itu jika melebihi batasnya akan menyebabkan keputusasaan…. Demikian pula rasa harap yang melebihi batasnya akan menyebabkan merasa aman dari makar dan siksa dari Allah.

Bait Syair 236:

Maka janganlah menyepelekan dan jangan pula berlebih-lebihan, tetapi jadilah pertengahan… Beristiqomahlah sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah Yang Maha Pengasih.

Bait Syair 237:

Tepatkanlah (dengan kebenaran), dekatkanlah, bergembiralah, dan mintalah pertolongan diwaktu pagi hari…. juga sore hari, dan akhir malah, dengan pertengahan, lalu langgengkan.

Wasiat ke-14: Mensucikan jiwa

Syair 228:

Telah beruntung siapa yang mensucikannya, sebagaimana Allah berfirman:

Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringinya, dan siang apabila menampakkannya, dan malam apabila menutupinya, dan langit serta pembinaannya, dan bumi serta penghamparannya, dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya,

Pada hari kiamat orang dineraka tidak mati tidak juga hidup, sebagaimana Allah berfirman:

Sesungguhnya barang siapa datang kepada Tuhan-nya dalam keadaan berdosa, maka sesungguhnya baginya neraka Jahanam. Ia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup. (QS. Taha: 74)

Orang mukmin berbagai derajat yang tinggi disurga sebagai balasan orang yang mensucikan dirinya, sebagaimana firman Allah:

Dan barang siapa datang kepada Tuhan-nya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia), (QS. Taha: 75)
(yaitu) surga ʻAdn yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Dan itu adalah balasan bagi orang yang bersih (dari kekafiran dan kemaksiatan). (QS. Taha: 76)

Mensucikan diri paling pokoknya dengan ilmu dan Al-Qur’an.

Doa yang diajarkan nabi untuk mensucikan diri.

Wasiat Ke-15: Mensyukuri nikmat-nikmat Allah Subhana Wata’ala

Syair 228: Dan hendaknya engkau selalu membuat nikmat Allah selalu bersamamu dengan bersyukur terhadap nikmat.

Apabila nikmat itu ingin terus besama mu, maka syukuri nikmat tersebut. Sebagaimana firman ALlah:

Kemudian firman Allah:

Wasiat ke-16: Berhati-hati dari maksiat dan kebinasaan.

Syair 229: APabila jiwa mau bermaksiat, maka jangan diikuti. Dan ketahui permusuhan jiwa. Dan sungguh peringatkan kepada jiwa ini. Jangan sampai masuk pada perkara yang memberatkan dia sendiri.

Ada 2 fikih mengenai jiwa yang harus dipahami:

  1. Apabila jiwanya ingin bermaksiat, maka jangan ditaati. Allah berfirman: Surah An-Naziat 37-41
  2. Jiwa ini senang bermusuhan, senang memerintah kepada hal yang buruk. (QS. Yusuf 53)
Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhan-nya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya). (QS. An-Nazi’at 37-41)
Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhan-ku. Sesungguhnya Tuhan-ku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. (QS. Yusuf: 53)

Wasiat ke 17: Mengambil pelajaran dari kehinaan orang-orang yang berbuat dosa.

Syair 230: Lihatlah kepada kehinaan orang yang berbuat dosa yang telah disiksa. Dan hati-hatilah kalian dengan siksaan dari dosa tersebut.

Ada fikih besar diingatkan dalam Al-Qur’an mengenai kisah-kisah umat-umat yang menyimpang. Firmatn Allah: Al-Hajj 46

maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada. (QS. Al-Hajj: 46)

Seorang mukmin hendaknya mengambil pelajaran pada umat-umat yang telah lalu. Apa sebab mereka dibinsakan?. Agar jangan ikut kebinsaan mereka.

Wasiat Ke-18: Menjaga sifat orang-orang yang bertakwa.

Syair 231: Hendaknya kamu mengikuti orang-orang yang memiliki ketakwaan, yang telah dipuji Allah. Ikutilah mereka.

Para Nabi adalah yang paling pokok untuk diikuti:

Sehingga kita perlu mengetahui siroh para Nabi dan para sahabat. Juga biografi hidup para ulama dan gurunya.

Biografi Imam Abu Daud As-syitani (Sulaiman Bin Asy-Ah), penulis sunan Abu Daud.

Dikatakan bahwa Abdulah bin mas’ud beliau itu dianggap mirip dengan Nabi shalallahu wasallam, dalam petunjuk dan ketika mengajar serta gerak geriknya. Kemudian Al-Koma muridnya Ibnu Mas’ud dikatakan mirip dengan Abdullah bin Mas’ud. Kemudian muridnya Al-Koma, Ibrahim dikatakan mirip dengan Al-komah. Kemudian Ibrahim punya murid Mansyur dan dikatakan mirip dengan Ibrahim. Mansyur mempunyai murid Sofyan Astauri, yang dikatakan mirip dengan Mansyur. Kemudian Sofyan Atsauri punya murid Waqi Ibnul Jarah, yang dikatakan mirip dengan Sofyan Atsauri. Kemudian Waqi mempunyai murid Ahmad bin Hambal, yang dikatakan mirip dengan Waqi. Ahmad bin hambal punya murid namanya Abu Daud As-Siyistani, yang dikatakan mirip dengan Ahmad bin hambal.

Ahli Hadist bukan hanya hafal dan mempunyai riwayat hadist saja akan tetapi akhlak dan pembawaan juga diwarisi. Ini adalah seperti Ilmu, yaitu mulajamah dengan orang-orang yang bertakwa.

Wasiat Ke-19: Al-Qunut Wa Radja, Wa Khauf: Taat beribadah, harapan dan rasa takut.

Syair 232: Hendaknya kamu qunut, kemudian antara radja dan khauf selama-lamanya seperti itu. Kamu takut dosa-dosa tapi kamu juga mengharapkan maaf Allah ta’ala.

Firman Allah:

Seorang penuntut ilmu harus punya harapan dan rasa takut. Seperti dua sayap burung yang harus seimbang kanan dan kiri.

Rasa takut kepada Allah yang membuat semangat beramal. Rasa harapan juga membuatnya takut, karena besarnya harapan menjadi khawatir peluangnya luput. Sehingga harus seimbang sebagaimana nabi dan rasul:

Dalam berbagai ayat selalu digabungkan antara luasnya rahmat Allah dan siksa Allah. Diantaranya:

Wasiat Ke-20: Kekeliruan dalam memahami khauf dan raja

Syair 233: Rasa takut itu adalah apa yang mewariskan ketakwaan, dan meninggalkan dosa dan orang-orang yang berdoa.

Rasa takut yang benar adalah memotiviasi untuk mencari ridha Allah, meninggalkan dosa dan orang-orang yang berdosa.

Rasa takut nya yaitu yang membuka rasa harapan dibelakangnya. Tapi apabila ada yang takut menjadi menyendiri tidak mau beribadah, ini adalah putus asa dari rahmat Allah. Rasa takut yang mewariskan taqwa, yaitu menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala laranga-Nya. Rasa takut juga akan berakibat untuk mencari ridha Allah, meninggalkan dosa dan meninggalkan orang-orang yang berdosa.

Syair 234: Demikian pula rasa harap (raja’) adalah yang menyebabkan ketakwaan dan mendorong untuk membenarkan…. Janji Rabb berupa pahala yang agung.

Rasa harapan juga mewariskan rasa takut. Sehingga meyakini akan ada perjumpaan dengan Allah dimana dia berharap balasan yang besar. Harapannya menjadi beramal dengan benar, khawatir apabila berjumpa dengan Allah bagaiman dia beramal.

Apabila rasa harapan tidak ada rasa takut didalamnya, ini buka harapan sebenarnya akan tetapi orang yang tertipu dan lalai. Sehingga gampang berbuat dosa dan maksiat, karena menggampangkan bahwa rahmat Allah luas, maha mengampuni. Tidak ada rasa takutnya.

Syair 235: Rasa takut apabila berlebihan akan mengarah pada putus asa, sebagaimana rasa harapan yang berlebihan akan mengarah pada rasa aman terhadap siksa Allah.

Wasiat Ke-21: Bersikap pertengahan. dan istiqomah antara sifat menyepelekan dan sifat berlebihan.

Syair 236: Jangan kamu menelantarkan dan jangan berlebihan, beradalah ditengah-tengah. Seperti yang diperintah Allah, hendaknya istiqomah.

Berdasarkan firman Allah mengenai istiqomah.

Sifat umat islam dalam Al-Qur’an

Wasiat Ke-22: Lakukan sadad (betul-betul lurus) dan lakukan muqoraba

Syair 237: Lakukan sadad (betul-betul lurus) dan lakukan muqoraba dan selalu bergembira. Ambil istianah (pertolongan) di waktu pagi dan petang, dan dimalam hari melakukan perjalanan (shalat malam, bedoa) dan hendaklah continue diatas ini

Penuntut ilmu harus betul-betul lurus. Apabila tidak pas, minimal dekat-dekat. Penuntut ilmu juga harus selalu berbahagia karena ilmu syariat ini kabar gembira:

Pagi dan petang paling banyak kebaikannya. Lakukan shalat malam, istigfar dan berdoa. Sebagaimana hadist Abu Hurairah dalam riwayat Muslim:

Wallahu Ta’alla ‘Alam

Tinggalkan komentar