Kitab Manzhumah Mimiyyah
Penulis: Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami Rahimahullah
Bab Penutup: Hasil Ilmu yang Bermanfaat dan Memetik Buahnya yang Dekat dan Matang.
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Penutup: Hasil Ilmu yang Bermanfaat dan Memetik Buahnya yang Dekat dan Matang , oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala.
Wasiat-Wasiat untuk Penuntut Ilmu
Kemudian penulis menjelaskan wasiat-wasiat penting dari syair 217 sampai 240 dalam 26 pembahasan.
Bait Syair 217:

Bait Syair 218:

Syair 217: Disebutkan tiga wasiat pertama
Wasiat Ke-1: Beramal dengan penuh rasa takut
Wasiat Ke-2: Senantiasa bersiap untuk kematian
Wasiat Ke-3: Meninggalkan berjelek sangka kepada Allah
Wasiat Ke-1: Beramal dengan penuh rasa takut
Sifat mukmin beramal dengan rasa takut sebagaimana firman Allah:

Ayat ini ditafsirkan oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam,


Hal ini adalah sifat para Nabi yang takut amalnya tidak diterima sebagaimana firman Allah:

Seorang penuntut ilmu juga harus seperti itu. Ketika belajar diperhatikan ilmu yang dipelajari. Mempunyai rasa takut yaitu jangan sampai apa yang dipelajari tidak diterima. Selalu instropeksi dari apa yang dipelajari. Jangan sampai ada ilmu yang dipelajari, kurang keikhlasannya, kesempurnaan amalan yang dipelajari. Akhirnya tidak ada berkahnya atau kebaikannya.
Wasiat Ke-2: Senantiasa bersiap untuk kematian
Terus meneruslah kamu berjalan kepada ajalmu, maksudnya terus beramal, berusaha bersiap untuk menjemput ajal mu.
Penuntut ilmu harus terus mengingat akhirat, takut akan amalannya. Ajal itu sudah ketentuan Allah:

Juga perintah Allah kepada Nabinya:

Juga untuk orang-orang yang beriman:

Apabila penunut ilmu mengingat akan hal ini, lebih serius belajarnya dan membantuk untuk istiqomah.
Penyakit penuntut ilmu apabila sudah belajar, muncul hasat dan dengki kepada kawannya. Misalnya kawannya sudah melampaui ilmu nya atau yang lainnya. Sehingga apabila 2 wasiat ini ingat maka akan lebih istiqomah dalam belajar. Apabila ada penuntut ilmu lain yang diberikan anugrah lebih dari Allah, harusnya bergembira karena ada ditengah umat ada yang menyebarkan kebaikan. Cinta kebaikan pada saudaranya sesama penuntut ilmu. Merendah hati sambil belajar walaupun pada kawan sendiri.
Wasiat Ke-3: Meninggalkan berjelek sangka kepada Allah
Dan jauhkan dari Allah, berjelek sangka dan tuduhan yang buruk. Hal ini penyakit yang harus dihindari oleh penuntut ilmu. Suudhon banyak sekali cabangnya dan merupakan pembahasan aqidah. Sebagai contoh: Apabila tidak ada yang menyoblos di pemilu, maka akan berkuasa orang kafir, hancur umat islam. Contoh lain pada penunutut ilmu yang telah belajar lama, kemudian bertanya kenapa tidak berhasil juga.
Syair 218: Terhadap syariat hendaknya engkau tunduk dan terimalah ketentuan Allah. Dan jangan kamu mendebat hal tersebut seperti mulhit (orang yang menyimpang)
Wasiat ke-4: Tunduk pada syariat.
Menerima segalah syariat, sebagaimana firman Allah:


Wasiat Ke-5: Menerima ketentuan Allah.
Menerima qodho Allah Subahanhu Wa Ta’ala
Ciri orang yang tunduk pada syariat dan menerimat takdir adalah tidak mendebat dua hal tersebut. Perdebatan bisa membawa kepada hal yang membahayakan. Sebagaimana hadits Abu Umama dari Imam At-Tirmidzi:

Kemudian Rasulullah membaca ayat:

Seorang penuntut ilmu tidak senang mendepat. Akan tetapi apabila ada masalah yang dia tidak ketahui, bisa ditanyakan. Dapat dibahas secara ilmiah.
Wallahu Ta’alla ‘Alam
