3. Penuntut ilmu harus meyakini Perbuatan Allah

Kitab Manzhumah Mimiyyah

Penulis: Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami Rahimahullah

Bab Penutup: Hasil Ilmu yang Bermanfaat dan Memetik Buahnya yang Dekat dan Matang.

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Penutup: Hasil Ilmu yang Bermanfaat dan Memetik Buahnya yang Dekat dan Matang , oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. 

Selanjutnya penulis menjelaskan beberapa keyakinan yang mesti diyakini bahwa hal tersebut perbuatan Allah Subhanahul Wa Ta’ala yang menjadi nasihat-nasihat untuk penuntut ilmu. Diantaranya:

  1. Allah lah yang membuat seorang itu sengsara atau bahagia
  2. Allah lah yang membuat seorang tersesat atau diberi hidayah
  3. Allah lah yang memberi wahyu dan mengutus rasul
  4. Allah lah yang memerintahkan dan melarang.
  5. Allah lah yang menghalalkan dan mengharamkan.

Bait Syair 213:

Dia-lah Yang menjadikan orang yang Dia pilih sengsara atau bahagia, Yang menyesatkan atau memberi petunjuk …. Dia Yang mendekatkan dan menjauhkan rahmat-Nya sebagai bentuk keadilan dari-Nya dalam pembagian

Bait Syair 214:

Dia menurunkan wahyu, mengutus rasul, mensyariatkan, memerintahkan, dan melarang… Dia pula menghalalkan dan mengharamkan, sebagai syariat penuh hikmah yang sempurna.

Bait Syair 215:

Dia menyukai perbuatan yang baik dan membenci perbuatan yang duhraka … Dia meridhai kebajikan dan membenci pelanggaran terhadap larangan yang mereka lakukan.

Bait Syair 216:

Jika sesuai dengan penegakan dua perkara ini (melakukan yang Dia ridhai dan menjauhi hal-hal yang Dia benci) …. Tidak akan ada kekhawatiran perlakuan tidak adil dan tidak pula pengurangan kebaikan oleh-Nya.

Syair 213: Dia lah Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang membuat seorang itu sengsara dan Dia pula yang membuat berbahagia. Dan dia yang memberikan

Kesengsaraan dan kebahagiaan semuanya ditangan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Penuntut ilmu harus memperhatikan hal ini. Karena pengaruh ilmu adalah menjadikan keimanan kepada Allah kuat. Setiap orang sudah ditetapkan siapa yang beruntung dan siapa yang merugi. Kehidupan diakhirat sudah dibagi menjadi dua juga. Sebagaimana firman Allah:

Hamba adalah yang berbuat setelah ditunjukannya jalan dan memilih akan menempuh jalan yang mana. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:

Kemudian seorang laki-laki berkata “Tidak lah kalo begitu, kita terima saja ketentuan Nya, dan kita tidak usah beramal?”. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:

Kemudian beliau bersabda:

Kelanjutan syair: Dia pula yang menyesatkan dan Dia pula yang memberi hidayah.

Sebagaimana Firman Allah Subhanahu Wa Ta’alla:

Kelanjutan syair: Sebagaiman Allah mendekatkan dan menjauhkan

Sebagaimana Firman Allah dalam Surat Ali ‘Imran Ayat 26:

Katakanlah, “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkau-lah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Ali ‘Imran: 26)

Kelanjutan Syair: Semua itu keadilan Allah dalam pembagian.

Yang dapat hidayah dan beruntung adalah keutamaan dan rahmat dari Allah. Yang dijadikan sengsara dan disesatkan adalah keadilan dari Allah. Tidak ada seorang pun yang di dholimi. Sudah ditunjukan jalan, diturunkan Al-Qur’an, di utus Rasul. Jalan yang baik diterangkan dan jalan yang jelek juga sudah diterangkan. Jadi apabila ada yang berbuat kejelekan jangan mencela kecuali dirinya sendiri. Dalam hadits Qudsi:

Allah berfirman:

Syair 214: Memberi wahyu kepada siapa yang dikehendaki dan mengutus Rasul kepada siapa yang dikehendaki. Hal ini terdapat dalam beberapa ayat dalam Al-Qur’an.

Kelanjutan syair: Allah memerintah dan Allah Melarang.

Dalam Al-Qur’an berisi perintah dan larangan. Awal perintah adalah perintah kepada Tauhid dan Awal larangan adalah larangan dari berbuat Kesyirikan.

Kelanjutan Syair: Allah menghalalkan dan Allah mengharamkan.

Allah menghalalkan secara syariat dan Allah mengharamkan secara syariat. Kedua hal ini semuanya sempurna dengan hikmahNya (disisi Allah).

Sebagaiamana firman Allah:

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “ini halal dan ini haram” untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. (QS. An-Nahl: 116)

Kelanjutan Syair: Sempurna hikmahnya

Allah menyebut dirinya Al-Hakim, yang maha hikmah.

Syair 215: Allah Cinta kepada yang ihsan dan sebaliknya yang maksiat dibenci Allah. Dalam Al-Qur’an:

Kelanjutan Syair: Sebagaimana kebajikan diridhoi adapun hal yang diharamkan itu dibenci Allah.

Syair 216: Berdasarkan seluruh hal ini di dunia dan akhirat menjadi hukum tetap. Karena itu tidak ada kedholiman yang dikhawatirkan.

Sebagaimana firman Allah:

Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya dan mereka berkata, “Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhan-mu tidak menganiaya seorang jua pun”. (QS. Al-Kahfi: 49)

Kelanjuta syair: tidak ada kebaikan yang luput walaupun sedikit akan didatangkan, sebagaimana firman ALlah

Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun, pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan. (QS. Al-Anbiya:47)

Wallahu Ta’alla ‘Alam

Tinggalkan komentar