2. Sifat orang yang mendapatkan hasil ilmu yang sesungguhnya

Kitab Manzhumah Mimiyyah

Penulis: Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami Rahimahullah

Bab Penutup: Hasil Ilmu yang Bermanfaat dan Memetik Buahnya yang Dekat dan Matang.

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.

Berikut ini adalah catatan dari kajian dengan tema: Kitab Manzhumah Mimiyah – Penutup: Hasil Ilmu yang Bermanfaat dan Memetik Buahnya yang Dekat dan Matang , oleh Ustadz Dzulqarnain M Sunusi Hafizhahullah Ta’ala. 

Sifat orang yang telah mendapatkan ilmu tidak seperti sangkaan sebagian orang.

Setelah disebutkan sifat orang yang belum mendapatkan ilmu yang sesungguhnya, penulis menjelaskan hasil ilmu yang sesungguhnya.

Bait Syair 210:

Akan tetapi, ilmu (yang sebenarnya) adalah takut kepada Allah saat tersembunyi dari pandangan manusia maupun keramaian…. Ketahuilah bahwa itulah ilmu, maka tekunilah

Bait Syair 211:

Maka kenalilah Allah dan ketahuilah perbuatan-Nya … Juga perkara-perkara yang berdasarkan cakupan ilmu-Nya yang meliputi segala sesuatu telah ditulsi dengan pena.

Bait Syair 212:

Ketahuilah hak-Nya dan laksanakan kewajibanmu dengan sebenar-benarnya sesuai dengan pengetahuanmu… Ketahuilah pula jalan kebenaran dan tempuhlah ia dan jangan jadi orang yang buta.

Tiga sifat orang yang mendapatkan hasil ilmu:

  1. Khosyatullah, takut kepada Allah Ta’alla.
  2. Ma’rifatullah, mengenal Allah Ta’alla dan mengimani ketentuan dan takdir Nya
  3. Ikhlas dan Mutabaah, hanya karena Allah dan mengikuti tuntunan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam.

Syair 210: Sifat orang yang mendapatkan hasil ilmu adalah Khosyatullah, yaitu takut kepada Allah Ta’alla baik dalam rahasia maupun dalam terang-terangan. Ketahuilah itulah ilmu dengan sebenar-benar ilmu. Maka itizam (komitmen) lah kamu dengan itu.

Ilmu yang bermafaat adalah ilmu yang mengantarkan kepada rasa takut kepada Allah. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Fatir: 28)

Ucapan ulama: cukuplah takut kepada Allah itu sebagai ilmu. Dan cukuplah tertitup terhadap Allah itu sebagai kejahilan.

Sebagian As-Salaf berkata: Ilmu itu bukan dengan banyaknya riwayat tapi ilmu itu adalah rasa takut.

Sehingga para ulama berbicara sesuai dengan apa yang mereka ketahui. Mereka tidak bisa menjawab semua pertanyaan. Dikarenakan bukan bidangnya, bukan wewenangnya, ada konsekuensi ilmu yang harus dipertimbangkan.

Seorang penuntut ilmu semakin menuntut ilmu semakin takut, hati-hati dalam berbicara yang belum ada ilmunya.

Syair 211: Hasil ilmu itu adalah Ma’rifatullah, mengenal Allah. Hendaknya kamu kenal Allah dan hendaknya kamu mengingat perbuatan Allah. Dan segala sesuatu itu telah ditulis dengan pena (sudah di takdirkan).

Hasil ilmu adalah mengenal Allah Ta’ala, mengimani akan ketentuan dan takdir Nya. Semakin mengenal Aqidah yang benar, maka orang itu punya Ilmu. Dasar dalam pembahasan Aqidah adalah mengenal Allah. Semakin mempunyai ilmu tentang naman dan sifat Allah, maka dia telah mempunya ilmu, yaitu mengenal Allah Ta’alla.

Syair 212: Dan Hak Allah hendaknya engkau ketahui. Dan dengan sebenar-benarnya engkau menegakan kewajiban didalam hak Allah Ta’alla. Dan terhadap jalan yang benar hendaknya kamu tempuh.

Hak Allah Ta’alla adalah:

Hal ini menimbulkan ke-ikhlasan dan aqidah yang benar.

Penuntut ilmu harus kuat Aqidah nya dari awal. Sehingga diharapkan kebaikan dari ilmu dan ini adalah inti dari Ilmu. Yang membuat ilmu yang lainnya diberkahi dan mudah dipahami.

Berbeda dengan penuntut ilmu yang belajar cabang-cabangnya saja seperti fiqih, hadist tapi tidak ada ilmu aqidah yang menyebabkan pengaruh ilmunya berkurang. Sama halnya dengan Da’i yang harusnya mengajarkan aqidah yang benar, yang bisa dimasukan kepada segala pembahasan yang berujung kembali kepada Allah Ta’lla.

Kewajiban menempuh jalan yang benar adalah ciri dari orang yang mendapatkan ilmu. Selalu dijalan yang lurus, manhaj yang hak. Tidak buta dijalannya.

Berbeda dengan orang yang mempunyai ilmu tapi jalannya bercabang. Hal ini akan terlihat pengaruh ilmu kepadanya.

Wallahu Ta’alla ‘Alam

Tinggalkan komentar